International
Headache
Society
(IHS)
Migren
sering
berat, sampai
dengan aktivitas fisik dapat disertai mual, muntah, fotobia, dan fonofibia.
(George, 2007)
Secara umum migren terbagi atas dua yaitu migren aura dan migren tanpa
aura. Migren tanpa aura adalah migren yang terjadi secara umum tidak ditemukan
aura, tetapi dapat ditemukan gejala prodromal. Sementara migren aura migren
klasik yaitu nyeri kepala didahului oleh adanya gejala neurology fokal yang
berangsung sementara. Aura dapat berupa gangguan visual, hemisensorik,
hemiparesis atau disfasia, ataupun kombinasi dari semua gangguan. (George,
2007). Migren dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya dapat terjadi pada
umur remaja dan usia dua puluhan, dan wanita lebih sering daripada lelaki.
(Wardhani, 2005)
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya migren adalah perubahan
hormon sebesar 65,1%. Estrogen dan progesteron merupakan hormon utama yang
berkaitan dengan serangan migren, baik pada saat maupun diluar menstruasi.
Sedangkan pada makanan yang sering menyebabkan terjadinya migren adalah
makanan yang bersifat vasodilator seperti anggur, natrium nitrat dan sebagainya.
Kemudian stres (79,7%), rangsangan sensorik seperti sinar yang terang, bau
migren tidak pernah berkonsultasi ke dokter dan membiarkan rasa sakit yang
diderita, dan hanya membeli obat sendiri tanpa resep dari dokter. (Dito, 2012)
Belakangan ini penderita migren di Indonesia cenderung semakin
bertambah tak terkecuali mahasiswa. Hal ini berkaitan dengan gaya hidup tidak
sehat seperti kurang tidur, kelebihan tidur yang memicu terjadinya migren. Di
Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut: Migren
tanpa aura 10% dan migren dengan aura 1,8% (Sjahrir 2004).(Fathul Liulfa A.)
Pada penelitian yang dilakukan oleh miler dkk pada 1008 anak usia 2
sampai 12 tahun ditemukan bahwa anak dengan nyeri kepala migren mengalami
gangguan tidur dibandingkan dengan anak normal. Gangguan tidur yang sering
dialami anak migran adalah keterlambatan onset tidur, lebih banyaknya resistensi
jam tidur, durasi waktu tidur lebih pendek, sering mengantuk pada siang hari,
sering terbangun tengah malam, serta kecemasan waktu tidur. (Fathul Liulfa A.)
Berdasarkan studi pendahuluan yang saya lakukan secara random pada
mahasiswa FKIK dengan jumlah 13 responden terdapat mahasiswa yang
mengalami migren karena kelebihan tidur sebanyak 5 orang, sementara 5 orang
responden mengalami migren akibat kekurangan tidur, dan 1 orang mengalami
migren karena kelebihan bekerja sehingga stres serta adanya keturunan dari
genetik migren, dan 2 orang tidak mengalami migren keterkaitan dengan waktu
tidur.
Migren dan gaya hidup tidak sehat seperti kurang tidur kelebihan tidur
merupakan masalah yang sering dijumpai pada mahasiswa. Keterkaitan keduanya
belum diketahui sepenuhnya, dan penelitian mengenai hal ini juga masih sedikit.
Sehingga menjadi dorongan bagi saya untuk meneliti hubungan waktu tidur
dengan kejadian migren pada mahasiswa FKIK angkatan 2013 yang mengalami
migren. Apalagi mahasiswa FKIK 2013 tepatnya semester 4 sekarang banyak
mengalami waktu tidur yang tidak teratur karena banyanya tugas yag harus
dikerjakan sehingga memicu terjadinya nyeri kepala migren.