Anda di halaman 1dari 4

Hubungan Waktu tidur dengan Kejadian Migren

Pada Mahasiswa FKIK Angkatan 2013


1. Latar Belakang
Nyeri kepala merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia
(greatest shared human offliction). Migren adalah suatu kondisi kronik dengan
serangan yang bersifat episodik, tanpa adanya ancaman kehidupan, tetapi keadaan
ini dapat mempengaruhi prestasi akademik, kesehatan mental, hubungan keluarga
dan sosial.(Wilkensia ). Insidens nyeri kepala pada anak dan remaja berkisar
antara 20% sampai 55%. Prevalensinya meningkat pada anak menjelang remaja,
yaitu 75% pada anak usia 15 tahun, dan 40% pada anak usia 7 tahun.(Fathul
Liulfa A.)
Menurut

International

Headache

Society

(IHS)

Migren

sering

digambarkan sebagai nyeri kepala unilateral yang sifatnya berdenyut-denyut yang


berlangsung selama 4-72 jam dengan intensitas nyeri sedang,

berat, sampai

dengan aktivitas fisik dapat disertai mual, muntah, fotobia, dan fonofibia.
(George, 2007)
Secara umum migren terbagi atas dua yaitu migren aura dan migren tanpa
aura. Migren tanpa aura adalah migren yang terjadi secara umum tidak ditemukan
aura, tetapi dapat ditemukan gejala prodromal. Sementara migren aura migren
klasik yaitu nyeri kepala didahului oleh adanya gejala neurology fokal yang
berangsung sementara. Aura dapat berupa gangguan visual, hemisensorik,
hemiparesis atau disfasia, ataupun kombinasi dari semua gangguan. (George,
2007). Migren dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya dapat terjadi pada
umur remaja dan usia dua puluhan, dan wanita lebih sering daripada lelaki.
(Wardhani, 2005)
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya migren adalah perubahan
hormon sebesar 65,1%. Estrogen dan progesteron merupakan hormon utama yang
berkaitan dengan serangan migren, baik pada saat maupun diluar menstruasi.
Sedangkan pada makanan yang sering menyebabkan terjadinya migren adalah
makanan yang bersifat vasodilator seperti anggur, natrium nitrat dan sebagainya.
Kemudian stres (79,7%), rangsangan sensorik seperti sinar yang terang, bau

menyengat dan sebagainya, perubahan pola tidur juga dapat mempengaruhi


migren seperti kurang tidur dan kelebihan tidur (32%), dan gangguan saat tidur
(49,8%).(George, 2007)
Kebutuhan waktu tidur seseorang bervariasi bagi setiap individu
tergantung umur dan masalah yang dihadapi, pekerjaan dan kepribadian orang
tersebut. Anak-anak memerlukan waktu tidur lebih banyak daripada remaja dan
usia lanjut. Bayi yang baru lahir memerlukan waktu tidur selama 22 jam perhari,
anak-anak 12-16 jam perhari, remaja 9 jam perhari, orang dewasa 7-8 jam sehari,
orang usia lanjut 5-6 jam sehari. Tapi pada normalnya manusia memerlukan
waktu tidur 7 jam dalam sehari (Luh Ketut 2008). Perubahan pola tidur yang
terjadi seperti kurang tidur, kelebihan tidur, bekerja berlebihan juga dapat memicu
terjadinya migren.
Migren dialami oleh lebih dari 28 juta orang di seluruh dunia.
Diperkirakan prevalensinya didunia mencapai 10% wanita lebih banyak daripada
pria. Beberapa studi menunjukkan bahwa prevalensi seumur hidup (lifetime
prevalance) pada wanita lebih besar dbandingkan pria, yaitu pada wanita sebesar
25% sedangkan pada pria hanya sebesar 8%. Usia penderita terbanyak sekitar 2555 tahun. Total biaya langsung dan tidak langsung (direct and indirect costs)
diperkirakan 5,6 hingga 17,2 milyar dolar Amerika berdasarkan hilangnya waktu
kerja dan produktivitas akibat migren. Migren menduduki peringkat ke-19
diantara semua penyakit penyebab hendaya (disability) atau cacat dunia, dan
peringkat ke-12 diantara wanita seluruh dunia. (Dito, 2012)
Di Inggris migren diderita oleh lebih dari 14% (7,6% pria dan 18,3%
wanita) dari populasi lebih dari 6 juta orang. Sekitar 5,7 hari efektif kerja hilang
per tahun untuk setiap pekerja atau pelajar penderita migren, dan pada setiap hari
kerja hingga 90.000 orang tidak masuk kerja atau sekolah karena migren. Di
Amerika Serikat, sekitar 18% wanita mengalami migren, sementara hanya 6%
pria menderita migren dengan prevalensinya meningkat tajam. Prevalensi ini
dimulai pada usia remaja dan dewasa muda, serta mencapai puncak pada dekade
40-an. Di Amerika Serikat dan Inggris, diperkirakan sekitar dua pertiga penderita

migren tidak pernah berkonsultasi ke dokter dan membiarkan rasa sakit yang
diderita, dan hanya membeli obat sendiri tanpa resep dari dokter. (Dito, 2012)
Belakangan ini penderita migren di Indonesia cenderung semakin
bertambah tak terkecuali mahasiswa. Hal ini berkaitan dengan gaya hidup tidak
sehat seperti kurang tidur, kelebihan tidur yang memicu terjadinya migren. Di
Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut: Migren
tanpa aura 10% dan migren dengan aura 1,8% (Sjahrir 2004).(Fathul Liulfa A.)
Pada penelitian yang dilakukan oleh miler dkk pada 1008 anak usia 2
sampai 12 tahun ditemukan bahwa anak dengan nyeri kepala migren mengalami
gangguan tidur dibandingkan dengan anak normal. Gangguan tidur yang sering
dialami anak migran adalah keterlambatan onset tidur, lebih banyaknya resistensi
jam tidur, durasi waktu tidur lebih pendek, sering mengantuk pada siang hari,
sering terbangun tengah malam, serta kecemasan waktu tidur. (Fathul Liulfa A.)
Berdasarkan studi pendahuluan yang saya lakukan secara random pada
mahasiswa FKIK dengan jumlah 13 responden terdapat mahasiswa yang
mengalami migren karena kelebihan tidur sebanyak 5 orang, sementara 5 orang
responden mengalami migren akibat kekurangan tidur, dan 1 orang mengalami
migren karena kelebihan bekerja sehingga stres serta adanya keturunan dari
genetik migren, dan 2 orang tidak mengalami migren keterkaitan dengan waktu
tidur.
Migren dan gaya hidup tidak sehat seperti kurang tidur kelebihan tidur
merupakan masalah yang sering dijumpai pada mahasiswa. Keterkaitan keduanya
belum diketahui sepenuhnya, dan penelitian mengenai hal ini juga masih sedikit.
Sehingga menjadi dorongan bagi saya untuk meneliti hubungan waktu tidur
dengan kejadian migren pada mahasiswa FKIK angkatan 2013 yang mengalami
migren. Apalagi mahasiswa FKIK 2013 tepatnya semester 4 sekarang banyak
mengalami waktu tidur yang tidak teratur karena banyanya tugas yag harus
dikerjakan sehingga memicu terjadinya nyeri kepala migren.

Dito, A. (2012). Penatalaksanaan Migren. CDK, 39, 731.


Fathul Liulfa A., P. N., Mas Imam Ali Alfandi. Hubungan perubahan pola tidur dengan
kejadian Migren pada Mahasiswa Tingkat IV Semester VIII Prodi S1
KEPERAWATAN di STIKES PEMKAB JOMBANG. Retrieved 13/03, 2015, from
stikespemkabjombang.ac.id
George, D., et all. (2007). Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Syaraf.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Luh Ketut , S. (2008). Hidup Bahagia-Perjuangan Melawan Kegelapan. Jakarta: Pustaka
Obo Populer.
Wardhani, R. (2005). Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga.
Wilkensia , A. Prevalensi Migren pada Mahasiswa FKIK UIN Angakatan 2011 dan Faktor
Mempengaruhinya. Retrieved 13/03, 2015, from repository.uinjkt.ac.id

Anda mungkin juga menyukai