Nomor 04
Tahun 2005
Seri E
Mengingat
a.
b.
c.
1.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);
2.
3.
4.
5. Undang-undang ...
-2-
5.
7.
10
tentang
Menetapkan
Pemerintahan Daerah;
4. Bupati .
- 4 25. Pengobatan Tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan atau
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat;
26. Pengobat Tradisional adalah orang melakukan pengobatan tradisional;
27. Surat Tanda Daftar Pengobat Tradisional ( STPT ) adalah Bukti tertulis yang diberikan
kepada Pengobat Tradisional yang telah melaksanakan pendaftaran.
28. Pedagang eceran obat dan atau Toko Obat adalah tempat untuk menjual obat bebas dan
obat bebas terdaftar secara eceran;
29. Alat Kesehatan adalah instrumen aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat
yang diijinkan untuk mencegah mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit serta pemulihan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk
struktur memperbaiki fungsi tubuh;
30. Salon Kecantikan adalah sarana pelayanan umum untuk pemeliharaan kecantikan
khususnya memelihara dan merawat Kesehatan kulit, rambut dengan menggunakan
kosmetik secara manual, preparatif, aparatif dan dekoratif tanpa tindakan operasi;
31. Surat Penugasan adalah bukti tertulis yang diberikan Departemen Kesehatan kepada
Tenaga Medis dan Paramedis yang telah mendaftarkan diri/registrasi sesuai peraturan
perundangan yang berlaku;
32. Ijin Praktek bagi Tenaga Medis dan Paramedis adalah ijin yang diberikan Departemen
Kesehatan bagi Tenaga Medis dan Paramedis untuk melakukan pelayanan Kesehatan sesuai
profesinya;
33. Surat Ijin Praktek ( SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis dan
paramedis yang menjalankan praktek setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan
kewenangan untuk melakukan pelayanan Kesehatan sesuai dengan profesinya;
34. Surat Ijin Kerja (SIK) adalah bukti tertulis yang diberikan Departemen Kesehatan kepada
Tenaga Apoteker, Asisten Apoteker, Perawat, Keterapian Medis dan Keterapian Fisik
untuk bekerja pada sarana pelayanan Kesehatan;
35. Surat Ijin Bidan (SIB) adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
pelayanan asuhan kebidanan di seluruh Wilayah RI;
36. Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
melaksanakan profesi secara baik;
37. Organisasi Profesi adalah Ikatan profesi Tenaga Kesehataan seperti Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI),
Ikatan Sarjana farmasi Indonesia (ISFI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan
Ikatan Organisasi Profesi lainnya;
38. Rekomendasi merupakan suatu bukti tertulis yang menguatkan seorang untuk dapat
memperoleh ijin;
39. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah tempat yang
dipergunakan untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat yang meliputi
Puskesmas, Puskesmas dengan tempat perawatan, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
Keliling.
BAB ......
- 5 -
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud Mengatur dan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan sehingga kualitas pelayanan
dapat terjamin
Pasal 3
Pengaturan Perizinan Bidang Kesehatan bertujuan untuk :
a. Terjaminnya perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Kesehatan
b.
BAB III
PERIZINAN, TANDA DAFTAR, REKOMENDASI
Pasal 4
(1) Setiap orang atau badan hukum dapat menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan.
(2) Dinas menyelenggarakan pelayanan Perizinan, Tanda Daftar, dan Rekomendasi bagi
penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan, sarana dan atau pelayanan umum yang berdampak
terhadap kesehatan.
Pasal 5
Perizinan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) meliputi :
a. Izin Praktek Tenaga Medis dan Paramedis, meliputi :
1. Dokter Umum;
2. Dokter Gigi;
3. Dokter Spesialis;
4. Dokter Gigi Spesialis;
5. Praktek Berkelompok Dokter Umum;
6. Praktek Berkelompok Dokter Gigi;
7. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis;
8. Praktek Berkelompok Dokter Gigi Spesialis;
9. Bidan;
10. Perawat.
b. Surat ..
- 6 -
b. Surat Izin Praktek (SIP) bagi tenaga medis disebut Surat Izin Praktek Tenaga Medis bagi
Bidan disebut Surat Izin Praktek Bidan dan Perawat disebut Surat Izin Praktek Perawat.
c. Bagi Tenaga Medis yang belum menjalankan masa bakti diberikan Surat Izin Praktek
Tenaga Medis sementara.
d. Izin Kerja bagi Tenaga Kesehatan, meliputi :
1. Apoteker
2. Asisten Apoteker;
3. Perawat dan Perawat Gigi;
4. Tenaga Keterapian medik;
5. Tenaga Keterapian Fisik.
e. Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan, meliputi :
1. Rumah Bersalin;
2. Balai Pengobatan;
3. Balai Pengobatan 24 Jam.
f.
Pasal 7
Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2), meliputi :
a. Rekomendasi produsen dan atau penyalur alat kesehatan dan kosmetik
b. Salon kecantikan
Pasal
- 7 -
Pasal 8
Perizinan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, Tanda Daftar sebagaimana dimaksud pada
Pasal 6 dan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 tidak boleh dipindahtangankan.
BAB IV
BENTUK PENYELENGGARAAN
Pasal 9
Bentuk Penyelenggaraan Praktek Tenaga Medis dan Paramedis adalah :
a. Praktek Tenaga Medis dan Paramedis dapat dilakukan secara perorangan ataupun
berkelompok;
b. Dalam hal dilaksanakan secara berkelompok diwajibkan menunjuk seorang Dokter sebagai
pimpinan yang bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pelayanan;
c. Praktek berkelompok dokter spesialis terdiri dari 3 (tiga) atau lebih dokter spesialis dengan
disiplin ilmu yang berbeda;
d. Praktek berkelompok sebagaimana dimaksud pada huruf a,b dan c dapat dilaksanakan
sebagai praktek sore hari atau praktek 24 Jam.
Pasal 10
Bentuk penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan adalah Badan Hukum
Pasal 11
Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada pasal 10 terdiri dari :
1. Balai Pengobatan dengan 1 (satu) Dokter dan atau 1 (satu) Paramedis.
2. Balai pengobatan dengan 3 (tiga) Dokter dan 3 (tiga) Paramedis.
3. Rumah bersalin dengan 1(satu) dokter dan 3 (tiga) Bidan sebagai pelaksana.
Pasal 12
(1)
(2)
(3)
Rumah bersalin sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 angka 3 dapat melakukan praktek
24 Jam
Pasal 13
(1)
(2) Klasifikasi ..
- 8 -
(2)
(1)
ataupun Badan
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 16
(1)
(2)
Masa berlaku Rekomendasi adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak diterbitkan,
dan dapat diperbaharui.
Pasal 17
(1)
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur
dengan Peraturan Bupati.
BAB V
MASA BERLAKU IZIN , TANDA DAFTAR, REKOMENDASI
Pasal 18
(1)
Masa berlaku Izin Praktek Tenaga Medis dan Paramedis adalah sebagi berikut :
a. Surat Izin Praktek Tenaga Medis (SIPTM) Sementara berlaku selama 6 bulan dan
dapat di perpanjang paling banyak 2 (dua) kali.
b. Surat Izin Praktek Tenaga Medis berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperbaharui setelah habis masa berlakunya.
c. Surat ....
- 9 c. Surat Izin Praktek Bidan berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat di perbaharui
setelah habis masa berlakunya
d. Surat Izin Praktek Perawat berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat di perbaharui
setelah habis masa berlakunya
e. Surat Izin Praktek Berkelompok berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui
setelah habis masa berlakunya.
(2)
Surat Izin Kerja bagi Tenaga Kesehatan (SIK) berlaku selama bukti tertulis pemberian
kewenangan dari Departemen Kesehatan masih berlaku dan selanjutnya dapat
diperbaharui.
(3)
Masa berlaku Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Masa berlaku Izin Sementara adalah 6 (enam) bulan sejak di keluarkan dan dapat di
perpanjang sebanyak 1 (satu) kali.
b. Masa berlaku Izin Tetap adalah 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis
masa berlakunya.
(4)
Masa berlaku Izin Pendirian Rumah Sakit adalah 1 (satu) tahun dan dapat diperbaharui
sebanyak 1(satu) kali.
(5)
Masa berlaku Izin Penyelenggaraan Sarana Penunjang Medik adalah sebagai berikut :
a. Izin Penyelenggaran Laboratorium Kesehatan :
1. Masa berlaku Izin Sementara adalah 6 (enam) bulan dan dapat di perbaharui
sebanyak 1 (satu) kali.
2. Masa berlaku Izin Tetap adalah 3 ( tiga ) tahun dan dapat diperbaharui setelah
habis masa berlakunya.
b. Izin Penyelenggaraan Apotik berlaku untuk seterusnya selama Apoteker yang
bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat
melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan.
c. Izin penyelenggaran Optik berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperbaharui
setelah habis masa berlakunya.
d. Izin penyelenggaran Klinik Radiologi berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperbaharui setelah habis masa berlakunya.
e. Izin penyelenggaran Klinik Fisioterapi berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperbaharui setelah habis masa berlakunya.
(6)
Masa berlaku Tanda Daftar Pengobat Tradisional adalah 1 (satu) tahun dan dapat
diperbaharui setelah habis masa berlakunya.
BAB VI
PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN IZIN , TANDA DAFTAR,
REKOMENDASI
Pasal 19
Pejabat yang berwenang memberikan Izin, Tanda Daftar Pengobat Tradisional
Rekomendasi adalah Kepala Dinas.
dan
BAB .....
- 10 -
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 20
(1)
Pemegang SIP, SIK, Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan dan Izin
Penyelenggaraan Sarana Penunjang Medik berhak untuk melakukan kegiatan sesuai izin
yang dimiliki.
(2)
Pemegang SIP, SIK mempunyai hak perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai prosedur operasional dan standar profesi
Pasal 21
(1)
dan Izin
yang
berdasarkan
(2)
Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c dapat diberikan secara tertulis
maupun lisan.
Pasal 23
dan menyerahkan
BAB VIII
LARANGAN
Pasal 24
Pendirian pelayanan kesehatan swasta, Rumah Sakit, Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin
dilarang satu atap dan atau berlokasi dengan kegiatan umum
Pasal 25
(1)
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi tenaga medis yang
bertugas untuk menolong orang sakit dalam keadaan darurat dan tidak ada apotik yang
dapat dijangkau.
Pasal 26
(1)
Apoteker Pengelola Apotek dilarang untuk mengganti obat generik yang ditulis didalam
resep dengan obat paten.
(2) Apoteker .
- 12 (2)
Apoteker Pengelola Apotek dilarang untuk menggunakan sediaan farmasi yang karena
sesuatu hal tidak dapat dipergunakan lagi.
Pasal 27
Pasal 28
Pengobat Tradisonal dilarang :
a. Menggunakan peralatan Kedokteran dan Penunjang Diagnostik Kedokteran
b. Memberikan dan atau menggunakan obat modern, obat keras, narkotika dan psikotropika
serta bahan berbahaya
c. Menggunakan obat tradisional pabrikan yang tidak terdaftar dan obat tradisional racikan
yang bahan bakunya tidak memenuhi syarat Kesehatan
d. Mempromosikan diri secara berlebihan dan memberikan informasi yang menyesatkan.
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 29
(1)
Kepala Dinas dan atau organisasi profesi serta Konsil Kedokteran Indonesia melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga medis dan paramedis yang menjalankan
praktek serta Penyelenggaraan Sarana Pelayanan dan Penunjang Medik.
(2)
Kepala Dinas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengobat tradisional yang
diarahkan untuk meningkatkan mutu dan manfaat dan keamanan pengobatan tradisonal,
(3)
(4)
Kepala Dinas bersama Instansi terkait ikut melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap Sarana Pelayanan yang berhubungan dengan Kesehatan yang dikeluarkan oleh
Dinas Instasi Terkait lainnya.
Pasal .
- 13 -
Pasal 30
(1)
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2)
meliputi :
a. Kepala Dinas bersama organisasi profesi melakukan pemantauan standar pelayanan
sesuai dengan izin yang dimiliki oleh tenaga medis, paramedis dan atau keterapian
medis.
b. Organisasi profesi mempunyai kewajiban membina tenaga medis, paramedis dan
keterapian medis untuk meningkatkan kompetensinya dalam pemenuhan Akreditasi.
Pasal 31
Kepala Dinas bersama organisasi profesi melakukan pertemuan secara periodik untuk
melakukan evaluasi pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 30.
BAB X
SANKSI
Bagian Pertama
Sanksi Administrasi
Pasal 32
(1)
Tenaga Medis, Paramedis, Sarana Pelayanan Kesehatan dan Sarana Penunjang Pelayanan
Medik serta Pengobat Tradisional yang melanggar ketentuan pasal peraturan daerah ini
dapat dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan sementara SIP, SIK, Izin
Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pelanggaran ringan, berupa pencabutan sementara SIP, SIK, Izin
Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan selama-lamanya 3 (tiga) bulan;
b. Untuk pelanggaran sedang, SIP, SIK, Izin pal;ing lama Penyelenggaraan Sarana
Pelayanan Kesehatan paling lama 6 (enam) bulan;
c. Untuk pelanggaran berat pada Sarana Pelayanan Kesehatan dan Sarana Penunjang
Pelayanan Medik dapat dilakukan pencabutan izin, bagi pemegang SIP dan SIK
dilakukan pencabutan izin sementara paling lama 1 (satu) tahun.
(2)
Pencabutan sementara SIP/SIK sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan setelah
diberikan peringatan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut masing-masing dengan
tenggang waktu 30 hari.
(3)
Pengobat tradisional yang melaksanakan kegiatan tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dikenakan sanksi berupa :
a. Peringatan lisan;
b. Peringatan tertulis;
c. Pencabutan Surat Tanda Daftar Pengobat Tradisional dengan larangan melakukan
pekerjaan sebagai Pengobat Tradisional.
(4) Kepala Dinas .....
- 14 (4)
Kepala Dinas dapat menetapkan sanksi administrasi sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat (1), (2) dan ayata (3)
(5)
Kepala Dinas dapat memberikan peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan
(3) dengan mempertimbangkan saran organisasi profesi.
Bagian Kedua
Sanksi Pidana
Pasal 33
Setiap Tenaga Medis, dan Paramedis yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa
memiliki Surat Izin Praktik, tidak memasang papan nama, dan tidak membuat rekam medik
dapat dipidana sesuai dengan 76, Pasal 79, dan Pasal 80 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 35
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang.
Ditetapkan di Tigaraksa
pada tanggal 29 Desember 2005
BUPATI TANGERANG
ttd
H. ISMET ISKANDAR
Diundangkan di Tigaraksa
pada tanggal 29 Desember 2005
SEKRETARIS DAERAH
ttd
H. NANANG KOMARA
LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR 04
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR
TAHUN 2005
TENTANG
PERIZINAN BIDANG KESEHATAN
I.
PENJELASAN UMUM
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah tetapi juga dengan melibatkan peran
serta masyarakat, dan upaya pelayanan kesehatan swasta merupakan bagian dari
subsistim pelayanan kesehatan untuk mendukung pembangunan kesehatan.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya pembinaan, pengendalian dan pengawasan
untuk mengatur agar lebih tertata dan penyebarannya merata sesuai kebutuhan
masyarakat.
Pembinaan, pengendalian dan pengawasan dimaksudkan juga untuk untuk menjaga
kwalitas pelayanan dan perlindungan bagi masyarakat terhadap praktek-praktek
pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab, serta untuk menjamin kepastian
hukum bagi penyelengaraan pelayanan kesehatan swasta maka perlu diatur prosedur
dan perizinan dibidang kesehatan dengan peraturan daerah
II.
- 3 Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Yang dimaksud dengan tempat umum adalah pasar, mall dan terminal.
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Yang dimaksud dengan Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan
otonom, mandiri, non strutural dan bersifat independen yang terdiri atas konsil
kedokteran dan konsil kedokteran gigi
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Dalam penentuan sanksi administrasi untuk pelanggaran ringan sedang dan
berat, ditentukan setelah dilakukan pemeriksaan dengan memperhatikan saran
dari organisasi Profesi
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas