Anda di halaman 1dari 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Nomor 04

Tahun 2005

Seri E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG


NOMOR 4 TAHUN 2005
TENTANG
PERIZINAN BIDANG KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa pelayanan di bidang kesehatan tidak semata-mata hanya


menjadi tanggung jawab Pemerintah tetapi juga melibatkan peran
serta masyarakat; yang merupakan Sub System pelayanan untuk
mendukung pembangunan Sistem Kesehatan Daerah.

b.

bahwa dengan meningkatnya peran serta masyarakat dalam


penyelenggaraan pelayanan kesehatan swasta dan meningkatnya
kesadaran masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan;
maka organisasi profesi sebagai pembina tenaga medis perlu
didayagunakan agar mutu pelayanan kesehatan dapat
dilaksanakan secara optimal;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a dan b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Perizinan Bidang Kesehatan.

1.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

2.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3495);

3.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan


Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010);

4.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437);

5. Undang-undang ...

-2-

5.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4438);

Undang-Undang Nomor 29 ahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116.
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431)

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1996 tentang Tenaga


Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 1996,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637) ;

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998


Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang


Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

10

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2000


tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 9
Tahun 2001.

tentang

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG
Dan
BUPATI TANGERANG
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: PERATURAN DAERAH TENTANG PERIZINAN BIDANG


KESEHATAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang.
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara

Pemerintahan Daerah;
4. Bupati .

- 3 4. Bupati adalah Bupati Tangerang;


5. Dinas adalah Dinas yang membidangi perizinan bidang kesehatan;
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang membidangi perizinan bidang kesehatan;
7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Tangerang;
8. Tenaga medis adalah Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis lulusan pendidikan
Kedokteran atau Kedokteran Gigi didalam maupun diluar Negeri yang diakui Pemerintah
Republik Indonesia;
9. Tenaga Paramedis adalah Bidan dan Perawat;
10. Tenaga Keterapian Medik adalah Radiografer, Radioterapis, Tehnisi Elektromedis, Analis
Kesehatan, Refraksionis dan Perekam Medis;
11. Tenaga Keterapian Fisik adalah Fisioterapis, Okupasi Terapi dan Terapi Wicara;
12. Sarana Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk penyelenggaraan Upaya
Pelayanan Kesehatan;
13. Pelayanan Kesehatan adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk pemeliharaan dan
meningkatkan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah, perorangan, kelompok
atau yayasan dalam bentuk sarana pelayanan kesehatan;
14. Pelayanan kesehatan medik adalah pelayanan medik terhadap individu atau keluarga dalam
masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan;
15. Praktek perorangan adalah penyelenggaraan pelayanan medik oleh seorang dokter umum,
dokter gigi atau dokter spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik;
16. Praktek berkelompok adalah penyelenggaraan pelayanan medik secara bersama oleh dokter
umum, dokter gigi, dokter spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik;
17. Rumah Sakit Umum adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik
dan spesialistik, pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan
secara rawat jalan dan rawat inap;
18. Rumah Sakit Khusus adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik tertentu, pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi, dan pelayanan
perawatan secara rawat dan rawat inap;
19. Rumah Bersalin adalah tempat menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil,
bersalin dan masa nipas fisiologis termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan
bayi yang baru lahir;
20. Balai Pengobatan adalah tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar secara rawat
jalan;
21. Laboratorium adalah tempat yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran,
penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bukan berasal dari
manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor
faktor yang berpengaruh pada kesehatan perorangan/masyarakat;
22. Apotik adalah suatu tempat dilakukan pekerjaan ke farmasian dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat;
23. Apoteker pengelola Apotek adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA);
24. Optikal adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan mata
dasar, pemeriksaan refraksi serta pelayanan kacamata koreksi dan / lensa kontak;
25. Pengobatan ......

- 4 25. Pengobatan Tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan atau
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat;
26. Pengobat Tradisional adalah orang melakukan pengobatan tradisional;
27. Surat Tanda Daftar Pengobat Tradisional ( STPT ) adalah Bukti tertulis yang diberikan
kepada Pengobat Tradisional yang telah melaksanakan pendaftaran.
28. Pedagang eceran obat dan atau Toko Obat adalah tempat untuk menjual obat bebas dan
obat bebas terdaftar secara eceran;
29. Alat Kesehatan adalah instrumen aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat
yang diijinkan untuk mencegah mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit serta pemulihan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk
struktur memperbaiki fungsi tubuh;
30. Salon Kecantikan adalah sarana pelayanan umum untuk pemeliharaan kecantikan
khususnya memelihara dan merawat Kesehatan kulit, rambut dengan menggunakan
kosmetik secara manual, preparatif, aparatif dan dekoratif tanpa tindakan operasi;
31. Surat Penugasan adalah bukti tertulis yang diberikan Departemen Kesehatan kepada
Tenaga Medis dan Paramedis yang telah mendaftarkan diri/registrasi sesuai peraturan
perundangan yang berlaku;
32. Ijin Praktek bagi Tenaga Medis dan Paramedis adalah ijin yang diberikan Departemen
Kesehatan bagi Tenaga Medis dan Paramedis untuk melakukan pelayanan Kesehatan sesuai
profesinya;
33. Surat Ijin Praktek ( SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis dan
paramedis yang menjalankan praktek setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan
kewenangan untuk melakukan pelayanan Kesehatan sesuai dengan profesinya;
34. Surat Ijin Kerja (SIK) adalah bukti tertulis yang diberikan Departemen Kesehatan kepada
Tenaga Apoteker, Asisten Apoteker, Perawat, Keterapian Medis dan Keterapian Fisik
untuk bekerja pada sarana pelayanan Kesehatan;
35. Surat Ijin Bidan (SIB) adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
pelayanan asuhan kebidanan di seluruh Wilayah RI;
36. Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
melaksanakan profesi secara baik;
37. Organisasi Profesi adalah Ikatan profesi Tenaga Kesehataan seperti Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI),
Ikatan Sarjana farmasi Indonesia (ISFI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan
Ikatan Organisasi Profesi lainnya;
38. Rekomendasi merupakan suatu bukti tertulis yang menguatkan seorang untuk dapat
memperoleh ijin;
39. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah tempat yang
dipergunakan untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat yang meliputi
Puskesmas, Puskesmas dengan tempat perawatan, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
Keliling.

BAB ......

- 5 -

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud Mengatur dan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan sehingga kualitas pelayanan
dapat terjamin

Pasal 3
Pengaturan Perizinan Bidang Kesehatan bertujuan untuk :
a. Terjaminnya perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Kesehatan
b.

Terjaminnya kelangsungan peyelenggaraan Praktek Tenaga Medis dan paramedis, Sarana


Pelayanan Kesehatan sesuai dengan kewenangan yang diberikan.

BAB III
PERIZINAN, TANDA DAFTAR, REKOMENDASI
Pasal 4
(1) Setiap orang atau badan hukum dapat menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan.
(2) Dinas menyelenggarakan pelayanan Perizinan, Tanda Daftar, dan Rekomendasi bagi
penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan, sarana dan atau pelayanan umum yang berdampak
terhadap kesehatan.
Pasal 5
Perizinan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) meliputi :
a. Izin Praktek Tenaga Medis dan Paramedis, meliputi :
1. Dokter Umum;
2. Dokter Gigi;
3. Dokter Spesialis;
4. Dokter Gigi Spesialis;
5. Praktek Berkelompok Dokter Umum;
6. Praktek Berkelompok Dokter Gigi;
7. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis;
8. Praktek Berkelompok Dokter Gigi Spesialis;
9. Bidan;
10. Perawat.

b. Surat ..

- 6 -

b. Surat Izin Praktek (SIP) bagi tenaga medis disebut Surat Izin Praktek Tenaga Medis bagi
Bidan disebut Surat Izin Praktek Bidan dan Perawat disebut Surat Izin Praktek Perawat.
c. Bagi Tenaga Medis yang belum menjalankan masa bakti diberikan Surat Izin Praktek
Tenaga Medis sementara.
d. Izin Kerja bagi Tenaga Kesehatan, meliputi :
1. Apoteker
2. Asisten Apoteker;
3. Perawat dan Perawat Gigi;
4. Tenaga Keterapian medik;
5. Tenaga Keterapian Fisik.
e. Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan, meliputi :
1. Rumah Bersalin;
2. Balai Pengobatan;
3. Balai Pengobatan 24 Jam.
f.

Izin Pendirian Sarana Pelayanan Kesehatan, meliputi :


1. Rumah Sakit Umum;
2. Rumah Sakit Khusus.

g. Izin Penyelenggaraan Sarana Penunjang Medik, meliputi :


1. Laboratorium Kesehatan;
2. Apotik;
3. Pedagang eceran obat dan atau toko obat;
4. Optik;
5. Klinik Radiologi;
6. Klinik Fisioterapi.
Pasal 6
Tanda Daftar sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2), meliputi :
a. Tanda Daftar Pengobat tradisional keterampilan;
b. Tanda Daftar Pengobat tradisional ramuan;
c. Tanda Daftar Pengobat tradisional pendekatan agama;
d. Tanda Daftar Pengobat tradisional supranatural.

Pasal 7
Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2), meliputi :
a. Rekomendasi produsen dan atau penyalur alat kesehatan dan kosmetik
b. Salon kecantikan

Pasal

- 7 -

Pasal 8
Perizinan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, Tanda Daftar sebagaimana dimaksud pada
Pasal 6 dan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 tidak boleh dipindahtangankan.
BAB IV
BENTUK PENYELENGGARAAN
Pasal 9
Bentuk Penyelenggaraan Praktek Tenaga Medis dan Paramedis adalah :
a. Praktek Tenaga Medis dan Paramedis dapat dilakukan secara perorangan ataupun
berkelompok;
b. Dalam hal dilaksanakan secara berkelompok diwajibkan menunjuk seorang Dokter sebagai
pimpinan yang bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pelayanan;
c. Praktek berkelompok dokter spesialis terdiri dari 3 (tiga) atau lebih dokter spesialis dengan
disiplin ilmu yang berbeda;
d. Praktek berkelompok sebagaimana dimaksud pada huruf a,b dan c dapat dilaksanakan
sebagai praktek sore hari atau praktek 24 Jam.
Pasal 10
Bentuk penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan adalah Badan Hukum
Pasal 11
Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada pasal 10 terdiri dari :
1. Balai Pengobatan dengan 1 (satu) Dokter dan atau 1 (satu) Paramedis.
2. Balai pengobatan dengan 3 (tiga) Dokter dan 3 (tiga) Paramedis.
3. Rumah bersalin dengan 1(satu) dokter dan 3 (tiga) Bidan sebagai pelaksana.
Pasal 12
(1)

Balai Pengobatan sebagaimana dimasud dalam pasal 11 angka 1, hanya diperbolehkan


berpraktek pada sore hari

(2)

Balai Pengobatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 angka 2 dapat melakukan


praktek 24 jam.

(3)

Rumah bersalin sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 angka 3 dapat melakukan praktek
24 Jam

Pasal 13
(1)

Rumah sakit yang sudah mendapatkan izin mendirikan dapat menyelenggarakan


operasionalnya setelah mendapat Izin Operasional dari Dinas Propinsi.

(2) Klasifikasi ..

- 8 -

(2)

Klasifikasi dan type rumah sakit ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan


yang berlaku.
Pasal 14

(1)

Penyelenggaraan penunjang medis dapat dilakukan oleh perorangan


Hukum.

ataupun Badan

(2)

Perorangan atau Badan Hukum mengangkat seorang penanggung jawab sebagai


penanggung jawab teknis kegiatan penyelenggaraan penunjang medis
Pasal 15

(1)

Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional diberikan kepada perorangan yang mempunyai


keahlian sebagai pengobat tradisional, keterampilan ramuan, pendekatan agama dan
supranatural.

(2)

Pengobat Tradisional dengan cara Supranatural harus mendapatkan rekomendasi dari


Kejaksaan Negeri Kabupaten Tangerang.

(3)

Pengobat Tradisional dengan cara pendekatan agama harus mendapatkan rekomendasi


dari Kantor Departemen Agama Kabupaten.

Pasal 16
(1)

Rekomendasi ditujukan kepada Dinas yang berwenang mengeluarkan ijin untuk


kelengkapan administrasi perizinan.

(2)

Masa berlaku Rekomendasi adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak diterbitkan,
dan dapat diperbaharui.

Pasal 17
(1)

Setiap penyelenggara Sarana Pelayanan Kesehatan wajib memenuhi persyaratan


administrasi dan persyaratan tehnis.

(2)

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur
dengan Peraturan Bupati.

BAB V
MASA BERLAKU IZIN , TANDA DAFTAR, REKOMENDASI
Pasal 18
(1)

Masa berlaku Izin Praktek Tenaga Medis dan Paramedis adalah sebagi berikut :
a. Surat Izin Praktek Tenaga Medis (SIPTM) Sementara berlaku selama 6 bulan dan
dapat di perpanjang paling banyak 2 (dua) kali.
b. Surat Izin Praktek Tenaga Medis berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperbaharui setelah habis masa berlakunya.
c. Surat ....

- 9 c. Surat Izin Praktek Bidan berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat di perbaharui
setelah habis masa berlakunya
d. Surat Izin Praktek Perawat berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat di perbaharui
setelah habis masa berlakunya
e. Surat Izin Praktek Berkelompok berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui
setelah habis masa berlakunya.
(2)

Surat Izin Kerja bagi Tenaga Kesehatan (SIK) berlaku selama bukti tertulis pemberian
kewenangan dari Departemen Kesehatan masih berlaku dan selanjutnya dapat
diperbaharui.

(3)

Masa berlaku Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Masa berlaku Izin Sementara adalah 6 (enam) bulan sejak di keluarkan dan dapat di
perpanjang sebanyak 1 (satu) kali.
b. Masa berlaku Izin Tetap adalah 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis
masa berlakunya.

(4)

Masa berlaku Izin Pendirian Rumah Sakit adalah 1 (satu) tahun dan dapat diperbaharui
sebanyak 1(satu) kali.

(5)

Masa berlaku Izin Penyelenggaraan Sarana Penunjang Medik adalah sebagai berikut :
a. Izin Penyelenggaran Laboratorium Kesehatan :
1. Masa berlaku Izin Sementara adalah 6 (enam) bulan dan dapat di perbaharui
sebanyak 1 (satu) kali.
2. Masa berlaku Izin Tetap adalah 3 ( tiga ) tahun dan dapat diperbaharui setelah
habis masa berlakunya.
b. Izin Penyelenggaraan Apotik berlaku untuk seterusnya selama Apoteker yang
bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat
melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan.
c. Izin penyelenggaran Optik berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperbaharui
setelah habis masa berlakunya.
d. Izin penyelenggaran Klinik Radiologi berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperbaharui setelah habis masa berlakunya.
e. Izin penyelenggaran Klinik Fisioterapi berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperbaharui setelah habis masa berlakunya.

(6)

Masa berlaku Tanda Daftar Pengobat Tradisional adalah 1 (satu) tahun dan dapat
diperbaharui setelah habis masa berlakunya.

BAB VI
PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN IZIN , TANDA DAFTAR,
REKOMENDASI
Pasal 19
Pejabat yang berwenang memberikan Izin, Tanda Daftar Pengobat Tradisional
Rekomendasi adalah Kepala Dinas.

dan

BAB .....

- 10 -

BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 20
(1)

Pemegang SIP, SIK, Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan dan Izin
Penyelenggaraan Sarana Penunjang Medik berhak untuk melakukan kegiatan sesuai izin
yang dimiliki.

(2)

Pemegang SIP, SIK mempunyai hak perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai prosedur operasional dan standar profesi
Pasal 21

(1)

Pemegang SIP, SIK, Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan


Penyelenggaraan Sarana Penunjang Medik berkewajiban :

dan Izin

a. Memasang izin penyelenggaraan pada Sarana Pelayanan Kesehatan


bersangkutan apabila telah melakukan kegiatan pelayanan kesehatan.
b. Melakukan kegiatan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan
peraturan yang berlaku.

yang

berdasarkan

c. Melakukan fungsi sosial Sarana Pelayanan Pelayanan Kesehatan.


d. Memasang papan nama pada tempat yang mudah dibaca dan diketahui oleh umum
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e. Menciptakan rasa aman, nyaman dan membina hubungan harmonis dengan
lingkungan tempat melakukan kegiatan.
(2)

Pemegang SIP, SIK berkewajiban :


a. Memberikan pertolongan pertama kepada penderita gawat darurat tanpa memungut
uang muka terlebih dahulu.
b. Merujuk pasien ke dokter atau ke dokter gigi yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan.
c. Menyimpan rahasia kedokteran dan membuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan
d. Menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya
e. Menambah dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pelayanan
kesehatan
f. Melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa memandang suku, ras,
agama dan sosial ekonomi.
g. Mendukung Program Kesehatan Pemerintah serta berkoordinasi dengan Dinas dan
atau Puskesmas.
h. Sarana pelayanan kesehatan Rumah sakit memberikan 25 % dari tempat tidur kelas
III untuk pelayanan bagi Pemegang Kartu Sehat dan Keluarga Tidak Mampu.
i. Mendukung .....

- 11 i. Mendukung Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) dengan mengirim laporan


secara berkala dan segera melaporkan setiap pelayanan yang bersifat Kejadian Luar
Biasa (KLB) ke Dinas dan atau Puskesmas.
Pasal 22
(1)

Pengobat Tradisional berkewajiban :


a. Menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan Hygiene dan Sanitasi
serta aman bagi Kesehatan dan sesuai metode keilmuannya
b. Memberikan ramuan Obat Tradisional yang aman bagi kesehatan.
c. Memberikan informasi yang jelas dan tepat kepada Pasien tentang tindakan
pengobatan yang dilakukannya dan harus mendapat persetujuan pasien dan atau
keluarganya

(2)

Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c dapat diberikan secara tertulis
maupun lisan.
Pasal 23

Apoteker Pengelola Apotek wajib menyediakan, menyimpan, mencatat


sediaan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya

dan menyerahkan

BAB VIII
LARANGAN
Pasal 24
Pendirian pelayanan kesehatan swasta, Rumah Sakit, Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin
dilarang satu atap dan atau berlokasi dengan kegiatan umum

Pasal 25
(1)

Tenaga Medis dilarang :


a. Melakukan tindakan dan atau perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi
serta menjalankan praktek diluar ketentuan yang tercantum dalam SIP.
b. Memberikan dan atau meracik obat kecuali suntikan.
c. Menjalankan praktek dalam keadaan fisik dan mental terganggu.

(2)

Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi tenaga medis yang
bertugas untuk menolong orang sakit dalam keadaan darurat dan tidak ada apotik yang
dapat dijangkau.

Pasal 26
(1)

Apoteker Pengelola Apotek dilarang untuk mengganti obat generik yang ditulis didalam
resep dengan obat paten.
(2) Apoteker .

- 12 (2)

Apoteker Pengelola Apotek dilarang untuk menggunakan sediaan farmasi yang karena
sesuatu hal tidak dapat dipergunakan lagi.
Pasal 27

Penyelenggara pedagang eceran obat dan atau toko obat dilarang :


a. Menerima resep dokter.
b. Membuat obat, membungkus kembali, meracik dan mencampur bahan-bahan obat.
c. Menjual obat-obat keras, narkotika dan obat-obatan berbahaya.
d. Menjual obat-obatan yang telah rusak
e. Mengganti, menghilangkan atau membuat tidak jelas merek dan pembungkus obat.
f. Bertindak sebagai pedagang besar farmasi.

Pasal 28
Pengobat Tradisonal dilarang :
a. Menggunakan peralatan Kedokteran dan Penunjang Diagnostik Kedokteran
b. Memberikan dan atau menggunakan obat modern, obat keras, narkotika dan psikotropika
serta bahan berbahaya
c. Menggunakan obat tradisional pabrikan yang tidak terdaftar dan obat tradisional racikan
yang bahan bakunya tidak memenuhi syarat Kesehatan
d. Mempromosikan diri secara berlebihan dan memberikan informasi yang menyesatkan.

BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 29
(1)

Kepala Dinas dan atau organisasi profesi serta Konsil Kedokteran Indonesia melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga medis dan paramedis yang menjalankan
praktek serta Penyelenggaraan Sarana Pelayanan dan Penunjang Medik.

(2)

Kepala Dinas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengobat tradisional yang
diarahkan untuk meningkatkan mutu dan manfaat dan keamanan pengobatan tradisonal,

(3)

Pelaksanaan Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dilakukan secara bersama dengan lintas sektoral terkait dan mengikutsertakan Organisasi
Profesi Kesehatan

(4)

Kepala Dinas bersama Instansi terkait ikut melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap Sarana Pelayanan yang berhubungan dengan Kesehatan yang dikeluarkan oleh
Dinas Instasi Terkait lainnya.

Pasal .

- 13 -

Pasal 30
(1)

Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2)
meliputi :
a. Kepala Dinas bersama organisasi profesi melakukan pemantauan standar pelayanan
sesuai dengan izin yang dimiliki oleh tenaga medis, paramedis dan atau keterapian
medis.
b. Organisasi profesi mempunyai kewajiban membina tenaga medis, paramedis dan
keterapian medis untuk meningkatkan kompetensinya dalam pemenuhan Akreditasi.
Pasal 31

Kepala Dinas bersama organisasi profesi melakukan pertemuan secara periodik untuk
melakukan evaluasi pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 30.

BAB X
SANKSI
Bagian Pertama
Sanksi Administrasi
Pasal 32
(1)

Tenaga Medis, Paramedis, Sarana Pelayanan Kesehatan dan Sarana Penunjang Pelayanan
Medik serta Pengobat Tradisional yang melanggar ketentuan pasal peraturan daerah ini
dapat dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan sementara SIP, SIK, Izin
Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pelanggaran ringan, berupa pencabutan sementara SIP, SIK, Izin
Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan selama-lamanya 3 (tiga) bulan;
b. Untuk pelanggaran sedang, SIP, SIK, Izin pal;ing lama Penyelenggaraan Sarana
Pelayanan Kesehatan paling lama 6 (enam) bulan;
c. Untuk pelanggaran berat pada Sarana Pelayanan Kesehatan dan Sarana Penunjang
Pelayanan Medik dapat dilakukan pencabutan izin, bagi pemegang SIP dan SIK
dilakukan pencabutan izin sementara paling lama 1 (satu) tahun.

(2)

Pencabutan sementara SIP/SIK sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan setelah
diberikan peringatan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut masing-masing dengan
tenggang waktu 30 hari.

(3)

Pengobat tradisional yang melaksanakan kegiatan tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dikenakan sanksi berupa :
a. Peringatan lisan;
b. Peringatan tertulis;
c. Pencabutan Surat Tanda Daftar Pengobat Tradisional dengan larangan melakukan
pekerjaan sebagai Pengobat Tradisional.
(4) Kepala Dinas .....

- 14 (4)

Kepala Dinas dapat menetapkan sanksi administrasi sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat (1), (2) dan ayata (3)

(5)

Kepala Dinas dapat memberikan peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan
(3) dengan mempertimbangkan saran organisasi profesi.
Bagian Kedua
Sanksi Pidana
Pasal 33

Setiap Tenaga Medis, dan Paramedis yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa
memiliki Surat Izin Praktik, tidak memasang papan nama, dan tidak membuat rekam medik
dapat dipidana sesuai dengan 76, Pasal 79, dan Pasal 80 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 35
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang.

Ditetapkan di Tigaraksa
pada tanggal 29 Desember 2005
BUPATI TANGERANG
ttd
H. ISMET ISKANDAR
Diundangkan di Tigaraksa
pada tanggal 29 Desember 2005
SEKRETARIS DAERAH
ttd
H. NANANG KOMARA
LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR 04

PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR

TAHUN 2005

TENTANG
PERIZINAN BIDANG KESEHATAN

I.

PENJELASAN UMUM
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah tetapi juga dengan melibatkan peran
serta masyarakat, dan upaya pelayanan kesehatan swasta merupakan bagian dari
subsistim pelayanan kesehatan untuk mendukung pembangunan kesehatan.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya pembinaan, pengendalian dan pengawasan
untuk mengatur agar lebih tertata dan penyebarannya merata sesuai kebutuhan
masyarakat.
Pembinaan, pengendalian dan pengawasan dimaksudkan juga untuk untuk menjaga
kwalitas pelayanan dan perlindungan bagi masyarakat terhadap praktek-praktek
pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab, serta untuk menjamin kepastian
hukum bagi penyelengaraan pelayanan kesehatan swasta maka perlu diatur prosedur
dan perizinan dibidang kesehatan dengan peraturan daerah

II.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
a. Yang dimaksud dengan Tanda Daftar Pengobat Tradisional Ketrampilan terdiri
dari pengobat tradisional pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi,
akupresuris, akupunturis, chiropractor dan pengobat trasional lainnya yang
metodenya sejenis;
b. Pengobat tradisional ramuan terdiri dari pengobat tradisional Indonesia (jamu),
gurah, tabib, shinse, homoeopathy, aromaterapist dan pengobat tradisonal
lainnya yang methodenya sejenis;
c. Pengobat ..

- 2 c. Pengobat tradisional pendekatan agama terdiri dari pengobat tradisional dengan


pendekatan agama Islam, Kristen, Khatolik, Hindu atau Budha;
d. Pengobat tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional tenaga dalam
(prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebhatinan dan pengobat
tradisional lainnya yang methodenya sejenis.
Pasal 7
a. Rekomendasi diberikan untuk mendukung seseorang atau badan hukum untuk
mendapatkan ijin.
b. Rekomendasi salon kecantikan diberikan kepada salon yang memakai bahan dan
alat-alat medis
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Yang dimaksud dengan Dinas Propinsi adalah Dinas yang membidangi
perizinan dibidang kesehatan yang berada di Propinsi Banten
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Yang dimaksud hari adalah hari kalender.
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal

- 3 Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Yang dimaksud dengan tempat umum adalah pasar, mall dan terminal.
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas

Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Yang dimaksud dengan Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan
otonom, mandiri, non strutural dan bersifat independen yang terdiri atas konsil
kedokteran dan konsil kedokteran gigi
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Dalam penentuan sanksi administrasi untuk pelanggaran ringan sedang dan
berat, ditentukan setelah dilakukan pemeriksaan dengan memperhatikan saran
dari organisasi Profesi
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR 0406

Anda mungkin juga menyukai