Makalah Pato Renal
Makalah Pato Renal
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius
di dunia. Menurut (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan
saluran kemih telah menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap
tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke-12
tertinggi angka kematian.
Penyakit Ginjal Kronik merupakan suatu proses patofisiologi dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif,
dan pada umumnya berakhir dengan keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
Prevalensi penyakit ginjal kronik atau disebut juga Chronic Kidney
Disease(CKD) meningkat setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 1999 hingga 2004,
terdapat 16,8 % dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun mengalami penyakit
Ginjal Kronik. Persentase ini meningkat bila dibandingkan data 6 tahun
sebelumnya, yaitu 14,5%.
Di masa depan penderita Penyakit Ginjal Kronik digambarkan akan
meningkat jumlah penderitanya. Hal ini disebabkan prediksi akan terjadi suatu
peningkatan luar biasa dari diabetes mellitus dan hipertensi di dunia ini karena
meningkatnya kemakmuran akan disertai dengan bertambahnya umur manusia,
obesitas dan penyakit degenerative.
Mempelajari data ESRD dunia mengesankan adanya peningkatan yang
signifikan setiap tahun dari kejadian ESRD mulai dari tahun 2000 dan seterusnya,
baik negara berkembang maupun negara maju. Di Asia, Jepang tercatat
mempunyai populasi ESRD tertinggi 1800 per juta penduduk dengan 220 kasus
baru per tahun, suatu peningkatan 4.7 % dari tahun sebelunya. Negara
berkembang di Asia Tenggara pencatatannya belum meyakinkan, kecuali
Singapura dan Thailand.
Ginjal dan hipertensi berkaitan dengan erat, hipertensi dapat menimbulkan
kerusakan ginjal dan kerusakan ginjal menyebabkan hipertensi. Kekhawatiran
akan timbulnya PGK akibat hipertensi tidaklah berlebihan. Prevalensi Hipertensi
di populasi cukup tinggi dan data mengindikasikan adanya kaitan antara PGK dan
hipertensi.
Hipertensi sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
di dunia, karena prevalensinya yang meningkat juga karena masih banyaknya
penderita hipertensi yang belum mendapatkan pengobatan yang memadai maupun
bila sudah mendapatkan pengobatan tapi masih banyak juga penderita yang
tekanan darahnya tidak terkontrol mencapai target 140/90 mmHg.
Penyakit ginjal dan hipertensi dapat menjadi penyakit ginjal kronik (PGK)
dan bila tidak diatasiakan berkembang ke gagalginjal terminal yang memerlukan
terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang saat ini jumlahnya sangat
meningkat, dari survei yang dilakukan oleh Pernefri (Perhimpunan Nefrologi
Indonesia) pada tahun 2009, Prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar
12,5%, yang berarti terdapat 18 juta orang dewasa di Indonesia menderita
penyakit ginjal kronik.
Gagal ginjal akut ialah suatu sindroma klinik akibat adanya gangguan
fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa jam-hari) yang
menyebabkan retensi sisa metabolisme nitrogen dan non nitrogen. Diagnosis
GGA berdasarkan pemeriksaan laboratorium ditegakkan bila terjadi peningkatan
secara mendadak kreatin serum 0,5 mg% pada pasien dengan kadar kreatinin awal
<2,5 mg% atau meningkat >20% bila kreatinin awal >2,5 mg%.
Penyebab dari GGA ini dapat dibagi menjad 3, yaitu penyebab pre renal,
renal, dan post renal. GGA post renal merupakan 10% dari keseluruhan GGA.
GGA post renal disebabkan oleh obstruksi intrarenal dan ekstrarenal. Obstruksi
intrarenal terjadi karena deposisi kristal (urat, oksalat, sulfonamid) dan protein
(mioglobin , hemoglobin). Obstruksi ekstra renal dapat terjadi pada pelvis-ureter
oleh obstruksi intrinsik (tumor, batu, nekrosis papila) dan ekstrinsik (keganasan
pada pelvis dan retroperitoneal, fibrosis), serta pada kandung kemih (batu, tumor,
hipertrofi/ keganasan prostat), dan uretra.
1.2 Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
ISI
A. Anatomi fisiologi renal
Ginjal
adalah
organ
ekskresi
yang
berperan
penting
dalam
hormon
prostaglandin
yang
mempengaruhi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif yang
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat.
Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
1. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
1. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau ammonia.
1. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot otot ekstremitas.
1. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
1) Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
Pemeriksaan lab.darah
Hematologi : Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
RFT ( renal fungsi test ) : ureum dan kreatinin
LFT (liver fungsi test )
Elektrolit : Klorida, kalium, kalsium
koagulasi studi : PTT, PTTK
BGA
2) Urine
urine rutin
urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3) pemeriksaan kardiovaskuler
ECG
ECO
4)
Radidiagnostik
USG abdominal
CT scan abdominal
BNO/IVP, FPA
Renogram
RPG ( retio pielografi )
HYPERTENSI
Definisi
Hipervolemia.
Hipervolemia adalah kelebihan oleh karena retensi air dan natrium, efek
mineralokortikoid terhadap peningkatan reabsorpsi natrium dan air di tubuli distal,
pemberian infus larutan garam fisiologik, koloid, atau transfusi darah yang
berlebihan pada anak dengan laju filtrasi glomerulus yang buruk. Hipervolemia
menyebabkan curah jantung meningkat dan mengakibatkan hipertensi. Keadaan
ini sering terjadi pada glomerulonefritis dan gagalginjal.
Gangguan sistem renin, angiotensin dan aldosteron.
Renin adalah ensim yang diekskresi oleh sel aparatus juksta glomerulus.
Bila terjadi penurunan aliran darah intrarenal dan penurunan laju filtrasi
glomerulus, aparatus juksta glomerulus terangsang untuk mensekresi renin yang
akan merubah angiotensinogen yang berasal dari hati, angiotensin I. Kemudian
angiotensin I oleh angiotensin converting enzym diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II menimbulkan vasokonstriksi
ginjal amatlah penting. Pemeriksaan yang biasa digunakan sebagai acuan adalah
pemeriksaan Glomerular Filtration Rate (GFR) atau klirens kreatinin. Angka ini
dapat diperoleh menggunakan data serum kreatinin menggunakan formula
Cockroft-Gault:
Klirens kreatinin ={(140 usia) x berat badan bersih(kg) x 0,85(untuk wanita)} /
{Kreatinin serum (umol/L) x 0,0815} (mL/menit)
Kreatinin klirens menggambarkan kesetimbangan antara produksi kreatinin (hasil
metabolisme otot) dengan pengeluarannya oleh ginjal. Ada 2 satuan yang
digunakan yaitu milliliter per menit (mL/mnt) atau milliliter per detik (mL/sec).
Pemeriksaan ini merupakan pemerisksaan yang cukup sederhana dibandingkan
pemeriksaan GFR dan dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan dosis
obat berdasarkan kerusakan fungsi ginjal yang terjadi.
Pemeriksaan kreatinin klirens secara langsung menggunakan pengumpulan urine
selama 24 jam dan serum kreatinin. Pemeriksaan ini membutuhkan kerjasama
pasien yang baik untuk menampung seluruh urine selama 24 jam. Karena
kesulitan ini, maka secara praktis digunakan rumus Cockroft-Gault seperti yang
tercantum di atas. Namun dibalik kepraktisannya, ada beberapa poin yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan formula Cockroft-Gault:
Tidak dapat digunakan pada penderita dengan berat badan yang ekstrim
(malnutrisi berat atau obesitas)
Perkiraan GFR
Pemeriksaan perkiraan GFR (estimated GFR) telah digunakan secara luas di dunia
kedokteran, bahkan beberapa Negara selalu mencantumkan nilai perkiraan GFR
bersamaan dengan nilai serum kreatinin. Pemeriksaan ini sangat praktis tanpa
memperkirakan berat badan dan tinggi badan penderita, usia, bahkan jenis
kelamin. Pemeriksaan ini merupakan perkiraan dan tidak dapat digunakan sebagai
acuan fungsi ginjal sesungguhnya. Karena kepraktisannya, pemeriksaan ini biasa
digunakan sebagai alat skrining masal pada masyarakat luas. Pemeriksaan ini
memiliki keterbatasan sama seperti perhitungan klirens kreatinin menggunakan
formula Cockroft-Gault.
Pemberian dosis obat harus berdasarkan nilai GFR murni, bukan hanya perkiraan
GFR, sehingga pemeriksaan ini tidak dapat digunakan dalam penentuan dosis obat
pada penderita dengan gagal ginjal. Penggunaan pemeriksaan ini akan
mengakibatkan overdosing pada penderita gagal ginjal dengan malnutrisi dan
underdosing pada penderita gagal ginjal dengan obesitas. Formula MDRD
(Modification of Diet in Renal Disease) dapat digunakan sebagai alat untuk
memperkirakan GFR karena pada formula ini memasukkan parameter berat
badan. Saat ini belum jelas apakah formula MDRD atau formula Cockroft-Gault
yang lebih baik dalam menentukan dosis obat.
Obat-obatan yang butuh penyesuaian dosis pada keadaan gagal ginjal
Bila kreatinin klirens dibawah 60 mL/mnt maka perlu penyesuaian dosis obat
yang dikonsumsi. Penyesuaian dapat dengan cara mengurangi dosis obat atau
memperpanjang interval minum obat. Penyesuaian ini bertujuan untuk mendapat
efek terapi maksimal tanpa efek samping. Berikut adalah contoh obat-obatan yang
perlu penyesuaian saat diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal:
1. Antibiotik/Antifungi: aminoglikosida (ct. gentamisin), vancomisin,
ceftazidime, cefepime, cephazolein, ciprofloxacin, fluconazole,
piperacillin, carbapenems (ct. meropenem), sulfamethoxazole
2. Antiviral: famciclovir, acyclovir, valaciclovir, valganciclovir, ganciclovir
3. Antikoagulan: low molecular weight heparins (ct. enoxaparin)
nefrolitiasis).
2.2 Etiologi Urinary Calculy (Batu Ginjal)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik
yaitu:
1). Faktor intrinsik
Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
Gambar batu ginjal yang terdapat dalam organ ginjal dan menutup jalannya
saluran kandung kemih (ureter).
Berikut paparan secara jelas proses pembentukan batu ginjal dalam tubuh
manusia :
1.
hingga 30 %.
Kalsium oksalat terbentuk hingga 50 % yang dikeluarkan oksalat
urine. Manusia tidak mampu melakukan metabolisme oksalat,
sehingga harus dikeluarkan melalui ginjal. Jika fungsi kerja organ
Batu struvit
Batu struvit tersusun dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan
kalisum karbonat. Batu struvit terbentuk di pelvis dan kalik ginjal apabila
produksi ammonia meningkat dan pH urine semakin tinggi, sehingga kelarutan
fosfat berkurang. Hal tersebut terjadi akibat adanya infeksi bakteri pemecah urea
yang banyak berasal dari spesies proteus dan providencia, peudomonas eratia, dan
semua spesies klebsiella, hemophilus, staphylococus dan coryne bacterium pada
saluran urine.
3.
Batu urat
Batu urat umumnya terjadi pada penderita gout atau sejenis penyakit
Batu sistina
Sistin merupakan bagian dari asam amino yang memiliki tingkat kelarutan
paling kecil. Kelarutan semakin kecl apabila pH urine menurun atau menjadi
asam. Bila kadar sistin ini tidak dapat larut dan kemudian mengendap serta
membentuk kristal yang kemudian tumbuh di dalam sel ginjal atau saluran
kandung kemih akan membentuk batu ginjal.
5.
Kendalikan stress
Minum jus mengkudu, mentimun, cincau rambat, labu siam, seledri atau
belimbing manis.
Tekanan darah yang tinggi juga memberi pengaruh yang cuku tinggi bagi
timbulnya komplikasi pada penyakit lainnya termasuk batu ginjal.
Beberapa obat penurun tekanan darah dapat mengakibatkan intensitas
berkemih semakin tinggi namun keadaan ginjal yang diliputi oleh batu
ginjal dengan gejala yang sama akan semakin memberatkan kerja ginjal
untuk mengeluarkan urine dari ginjal ke kandung kemih dan kemudian di
buang.
GEJALA BATU GINJAL
Gejala batu ginjal yang dapat dirasakan adalah rasa sakit buang air
kecil, keinginan bunag air kecil terus-menerus tetapi hanya sedikit-sedikit
yang keluar, sering terjadi rasa nyeri di pinggang dan demam menggigil.
Batu ginjal adalah penyakit yang ditandai dengan adanya batu pada organ
ginjal atau ureter. Gejala-gejala umum dari munculnya penyakit batu ginjal
adalah sebagai berikut :
Batu ginjal yang ukurannya masih sangat kecil atau bahkan belum
menyebabkan rasa sakit. Si penderita tanpa merasa terganggu melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Namun, jika batu sudah berukuran cukup besar dan sudah
turun ke saluran kemih, rasa sakit akan sangat mendera. Rasanya nyeri, ngilu yang
luar biasa, sampai tidak kuat untuk menahannya. Sakit dirasakan di bagian
pinggang kanan dan kiri, kadang sampai pada sekitar kemaluan. Gejala lain
berupa rasa sakti ketika kencing, air kemih keluar sedikit-sedikit dan kadang
disertai keluarnya darah. Batu ginjal dapat menimbulkan komplikasi yang
tergantung pada lokasi, bentuk dan komposisi bati ginjal itu sendiri, ada batu
ginjal yang bisa keluar dengan sendirinya bersama dengan urine, tetapi ada pula
yang tidak sehingga perlu perawatan khusus.
Batu ginjal dengan ukuran kecil, licin dan bulat mungkin bisa keluar
terbawa urine, sedangkan yang berukuran cukup besar dan bentuknya runcing
akan menyumbat di ginjal atau saluran kemih. Kalau tidak segera diobati,
sumbatan dan infeksi ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal.
Ukuran dan bentuk batu ginjal tersebut bermacam-macam, mulai dari yang
sangat kecil (dapat lewat bersama urin tanpa diketahui) sampai yang berukuran 5
cm dan keras. Rasa sakit terjadi ketika batu terserbut bergerak ke luar dari ginjal
dan bentuknya yang tajam dapat mengakibatkan luka pada dinding penyaring
ginjal atau saluran kemih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan :
sistem REN adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Fungsi ginjal memegang
peranan yang sangat penting. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).
Keluarnya urine dimulai dari vas afferen, glomerulus, vas efferen, capsula
bowm, tubulus proksimal, ansahenle, tubulus distal, tubulus kolektivus, papila
renis, calyces minor, calyces mayor, pelvis renalis, ureter, vesica urinaria dan
akan dikeluarkan melalui
uretra.
DAFTAR PUSTAKA
Mashudi, Sugeng. 2011. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta :
Salemba Medika
Rose dan Wilson. 2011. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Edisi Indonesia.
Jakarta: Salemba Medika
Sudoyo, A., dkk (editor). 2007. Ilmu Ajar Penyakit Dalam Jilid 1 Jakarta :
Penerbit FK UI