Anda di halaman 1dari 6

Hasil Seminar Nasional Kebudayaan:

Wujudkan Revolusi Mental Perlu Gerakan


Nasional
Posted Wed, 11/05/2014 - 12:38 by sidiknas
Tanggal:
Wed, 11/05/2014 - 12:37
Intro:
Mewujudkan revolusi mental perlu gerakan nasional pada dua tataran sosial politik, yaitu para pejabat
dan rakyat sebagai warga negara. Ide tersebut muncul pada seminar nasional kebudayaan yang bertema
Paradigma Baru Strategi Kebudayaan Indonesia di Jakarta, Oktober lalu.
Isi:
Jakarta, Kemendikbud --- Mewujudkan revolusi mental perlu gerakan nasional pada dua tataran
sosial politik, yaitu para pejabat dan rakyat sebagai warga negara. Ide tersebut muncul pada seminar
nasional kebudayaan yang bertema Paradigma Baru Strategi Kebudayaan Indonesia di Jakarta,
Oktober lalu.
Seminar yang mendatangkan berbagai pembicara dari bermacam bidang ini menyimpulkan bahwa
perubahan harus diarahkan pada kedua tataran tersebut, yaitu bagaimana penguasa menjadi pelindung
dan pelayan publik yang cakap dan santun, dan bagaimana rakyat dapat menjadi warga negara yang
terlindungi, terjamin hak-haknya, dan bertanggung jawab pada lingkungannya.
Dalam seminar ini juga disimpulkan bahwa pendidikan memegang peranan penting untuk mewujudkan
revolusi mental. Karena itu, diperlukan lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan guru yang
punya wawasan pedagogis kuat, serta mendesain pendidikan dasar dengan memberikan porsi pada guru
sebagai pedagog. Guru harus bisa menjadi teman uang memungkinkan murid dekat dan akrab, serta
mampu memberikan inspirasi dengan contoh-contoh konkret.
Kesimpulan tersebut menjawab perspektif bidang pendidikan yang disampaikan oleh Sunaryo
Kartadinata. Ia menilai telah terjadi pelemahan kontribusi pemikiran terutama terkait dengan
penumbuhan jiwa kompetisi yang konstruktif. Pendidikan selama ini terkesan masih normatif, belum
mengakomodasi input dari budaya lokal.
Dari segi penegakan hukum, perlu melakukan rekruitmen dengan cara baru. Selain itu, untuk
membentuk insane hukum yang baik dan professional perlu dirunut sejak menempuh pendidikan
hukum. Perlu ada masa transisi selama berbulan-bulan sebagai pendidikan perguruan tinggi hukum
untuk menempatkan mereka dalam jenjang karir yang cocok, seperti pengacara, hakim, atau jaksa.
Di bidang kebudayaan, perlu pendekatan yang lebih tepat dalam upaya untuk menanggulangi masalah
sosial politik yang berkembang saat ini. Upaya pendidikan melalui jalur budaya berupa penanaman
nilai budaya dapat disemaikan melalui karya sastra dan seni. Untuk itu, perlu difasilitasi untuk tumbuh
kembangnya kesusasteraan dan kesenian yang tidak saja memiliki nilai estetika tinggi tetapi juga etika
dan moralitas yang kontekstual.
Pandangan para pakar dari berbagai bidang ini menyiratkan pentingnya mendudukkan revolusi mental
tidak hanya pada tataran gagasan dan mentalitas semata, melainkan menurunkannya dalam praksis

nyata sehari-hari, sehingga dapat betul-betul mengubah masyarakat Indonesia menjadi lebih unggul dan
berkarakter. (Aline Rogeleonick/Sumber: Balitbang)
Foto:

Rahbar Tekankan Peran Seni dan Sastera Dalam Mengenalkan


Revolusi Islam

Penjelasan
Kategori: Berita
Tinjauan: 92

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Senin (13/5)
pagi dalam pertemuan dengan para pengurus biro-biro sastera dan seni resistensi dan sastera revolusi
Islam bagian seni, mengatakan, "Mewujudkan satu gerakan agung yang memberi ilham dan dorongan
di bisang sastera resistensi dan revolusi Islam dan mencegah tercapainya keinginan sejumlah kalangan
kontra revolusi Islam yang ingin mengetepikan ide-ide dan hakikat revolusi Islam adalah dua hal yang
penting dan menentukan di ranah seni."

Beliau menambahkan, "Gerakan yang solid dan berkesan ini akan membuat negara ini tidak lagi
memerlukan sastera yang didatangkan dari luar."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung tindakan sejumlah kalangan yang menamakan diri kaum
cendekiawan' dalam memutarbalikkan, menutup-nutupi, atau mengaburkan fakta-fakta terkait epik
besar revolusi Islam dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Beliau mengatakan, "Dengan menerangkan
kapasitas makrifat dan spiritual besar yang dihasilkan oleh revolusi Islam, para seniman loyalis bukan
hanya berhasil mengubah tradisi keliru yang ada pada karya-karya kaum cendekiawan dan kebiasaan
yang merasa puas dengan hasil penerjemahan karya orang lain, tapi juga mampu memperkaya diri

dengan karya-karya berkwalitas di berbagai bidang seni dan sastera."

Rahbar menekankan keharusan untuk meningkatkan kinerja di bidang penelitian sastera resistensi dan
revolusi Islam.

"Tentunya masalah ini bukan berarti membatasi diri dengan metode penelitian ala Barat. Selain
memanfaatkan metode-metode itu, kreativitas yang cerdas juga harus dikembangkan," ungkap beliau.

Lebih lanjut Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung pentingnya metode sejarah lewat
penyampain lisan' dalam menyusun karya-karya sastera yang terkait dengan resistensi dan revolusi
Islam. Seraya menekankan peran para penulis dan penyusun karya sastera di bidang ini, beliau
mengatakan, "Sama dengan para perawi, para penyusun karya menyampaikan kisah dengan kemasan
seni sehingga menghasilkan sebuah karya seni. Karena itu, para penyusun karya-karya seni seperti ini
harus mendapat perhatian yang semestinya."

Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan perlunya membandingkan secara praktis antara Perang
Pertahanan Suci dan perang-perang lain yang terjadi di zaman kontemporer, sebagaimana perlunya
membandingkan antara revolusi Islam dengan revolusi-revolusi besar lainnya di dunia. Beliau
menandaskan, "Dari sisi kedalaman akarnya, kekuatannya dan efisiensinya, revolusi Islam lebih besar
dibanding revolusi-revolusi lainnya di dunia. Namun demikian, berbeda dengan revolusi-revolusi besar
lainnya, revolusi ini belum dianalisa dan dibahas dengan semestinya. Untuk itu, perlu usaha yang lebih
besar dalam penulisan buku-buku sejarah, roman dan lainnya yang mengupas masalah ini."

Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar mengingatkan beberapa hal penting kepada para pengurus biro
sastera resistensi dan sastera revolusi Islam, diantaranya, perencanaan program penerbitan karya-karya
berkwalitas dalam bentuk produk seni-seni yang lain', pendistribusian karya-karya yang sudah
dihasilkan secara menyeluruh', kelaziman penerjemahan karya-karya sastera resistensi dan revolusi
yang berbobot ke berbagai bahasa asing', memasukkan sastera resistensi dan revolusi ke lingkungan
kampus', dan keharusan memberi penghargaan atas karya-karya bernilai dan para aktivis di lingkungan
sastera resistensi dan revolusi'.

Di awal pertemuan, beberapa pengurus biro seni sastera resistensi dan sastera revolusi menyampaikan
pandangan mereka.(ABNA)

TAK TERASA BEDA


Tak terasa beda
Rasa teduh pepohonan tempat kita
Udara yang kita hirup untuk pernapasan
Dingin ataupun panas yang kita rasakan Sinar mentari, bintang, dan rembulan Terlihat sama
dari tempat kita bukan ?
Tak ada yang berbeda bagi kita
Di mana rerumputan terlihat sama
Bergerak mengalun dengan indahnya
Nada dan irama kehidupan serta harmoni kita
Tidak kita dengar berbeda Sama indah sama merdunya Jadi kenapa kau terlihat sedih ?
Kita tak terlihat berbeda
Atas langit yang kita junjung
Dan bumi tempat kita berlindung Mata air kita mengalir dari gunung Jernih tak membiat
kau bingung
Mari kita cuci lumut-lumut kebodohan
Dan kenapa kita tak mencoba melestarikan ?
Warna kulit dan balutan busana kita
Yang terlihat berbeda
Anugrah dari Tuhan, adil kita terima sama
Kendati doa kita berbeda
Jadi cobalah kita untuk mensyukuri semua
a
KAPITALISME
Mereka bilang negeriku kaya
Sumber daya alam dan hutannya
Laut, samudra tempat mereka mencari ikan
Melimpah hasil sektor pertanian
Lumintu para pedagang pasar kaum pinggiran
Namun saat ini nol besar bagiku
Jika kapitalis menguasai negeriku
Nyanyian pedagang ikan tak lagi merdu
Yang ada hanya ronta anak petani
Jeritan pedagang kecil menyayat hati
Siapa yang mengatakan negeri ini merdeka ?
Terlebih kaya
Diskriminasi kasta masih jadi ukuran
Persis seperti tempo dulu

Kolonialisme membunuh harapan


Ber backingkan meriam dan senapan
Dan sekarang investor tak henti menikam
s
DIALOG PAGI INI
Surya memaksa awan menyembunyikan bintang
Mencairlah embun, menetes dari dedaunan dan ilalang
Terlihat penuh keyakinan kau melangkah datang
Dari tanganmu kau seduhkanku secangkir kopi
Serta segenggam inspirasi
Latar belakangmu bukanlah penghalang
Untuk kita berbincang-bincang
Dengan harapan pagi ini dan masa depan panjang
Menjelang hingga batas sisa tulang
Di balik mega ronta masa kecil telah pergi
Kedewasaan memekarkan melati
Semerbak harum sari-sari tanpa duri
Mari bersandarlah lelah di pohon tua ini
Hanya kita dan mentari yang membatasi
Durasi obrolan penuh harapan pagi ini Seterusnya
Biar takdir Tuhan melukis semua
s
SAJAK BIRU
Buatlah ini menjadi biru Samudra memerah
Fitnah penuh darah
Penuh tangis penuh haru
Mawar terbakar
Angin melemparnya ke segala penjuru
Cepat lempar pasir itu
Agar apinya cepat membiru
Biru.....
Ternyata lukamu membiru
Lukaku memburu haru
Dan aku tak mengharapkan seperti itu
Ku pikir kita sama-sama tahu
Hitam adalah darah kebencian
Namun biru ternyata lebih kejam
Lebih kejam daripada kebencian
Sebab dia membunuh pelan-pelan.

Anda mungkin juga menyukai