Anda di halaman 1dari 23

OSTEOARTHRITIS

Disusun oleh:
Kms. Yudha R., S. Ked
04114708019

Pembimbing:
dr. Kms H. M. Sani, Sp. Rad

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG/
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012

HALAMAN PENGESAHAN

Referat
OSTEOARTHRITIS

oleh
Kms. Yudha R., S.Ked
04114708019

sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik


di Departemen Radiologi RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang/
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Palembang, Juni 2012


Pembimbing

dr. Kms. H. M. Sani, Sp. Rad

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul Osteoarthritis sebagai salah satu
syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di Departemen Radiologi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi
bantuan, saran, serta dukungan dalam proses penyelesaian referat ini, khususnya
kepada dr. Kemas. H. M. Sani, Sp.Rad sebagai pembimbing.
Referat ini telah saya susun berdasarkan berbagai referensi kedokteran,
antara lain buku dan jurnal-jurnal kedokteran. Saya menyadari bahwa terdapat
kekurangan dalam referat ini. Oleh karena itu, saya sebagai penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun agar referat ini dapat lebih baik di masa
mendatang. Semoga referat ini bermanfaat sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi
kita semua.

Palembang, Juni 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... .. i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... . ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
Definisi ........................................................................................... 3
Etiologi ........................................................................................... 3
Klasifikasi ....................................................................................... 3
Epidemiologi ................................................................................... 3
Faktor Resiko .................................................................................. 4
Patogenesis ..................................................................................... 5
Diagnosis ........................................................................................ 7
Tatalaksana ..................................................................................... 14
BAB III KESIMPULAN ............................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis lutut................... 9


Gambar 2. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis tangan ............... 10
Gambar 3. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis panggul ............ 11
Gambar 4. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari tangan ......... 12
Gambar 5. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari kaki ............. 12
Gambar 6. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada lutut................... 13
Gambar 7. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada pinggul .............. 13
Gambar 8. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada panggul ............. 14

BAB I
PENDAHULUAN

Osteoarthritis (OA) adalah jenis arthritis yang umum dan paling


sering terjadi di antara penyakit arthritis lainnya. Penyakit ini memiliki
prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang tua. Selain itu,
osteoarthritis ini juga merupakan penyebab kecacatan paling banyak pada
orang tua. Faktor resiko utama penyakit ini adalah obesitas. Oleh sebab
itu, semakin tinggi prevalensi obesitas pada suatu populasi akan
meningkatkan angka kejadian penyakit osteoarthritis. Di Amerika Serikat,
prevalensi osteoartritis diperkirakan akan meningkat sebesar 66-100%
pada tahun 2020.1
Osteoarthritis menyerang sendi-sendi tertentu. Sendi yang sering
terkena meliputi tulang belakang pada bagian servikal dan lumbosakral,
pinggul, lutut, dan sendi phalangeal metatarsal. Di tangan, OA juga sering
terjadi pada sendi interphalangeal distal dan proksimal dan pangkal ibu
jari. Biasanya sendi-sendi yang tidak rentan terkena OA adalah
pergelangan tangan, siku, dan pergelangan kaki. Terjadinya OA pada
sendi-sendi yang telah disebutkan di atas dimungkinkan karena sendisendi tersebut mendapat beban yang cukup berat dari aktivitas sehari-hari
seperti memegang/menggenggam benda yang cukup berat (memungkinkan
OA terjadi di dasar ibu jari), berjalan (memungkinkan OA di lutut dan
pinggul), dan lain sebagainya.1
Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur
anatomis dan atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Menurut
studi kadaver pada tahun-tahun terdahulu, perubahan struktural OA
hampir universal, antara lain hilangnya tulang rawan (dilihat sebagai
berkurangnya/menyempitnya ruang sendi pada pemeriksaan radiologis
sinar-x) dan osteofit. Banyak orang yang didiagnosis mengalami OA
berdasarkan temuan radiologis tidak menunjukkan gejala pada sendi. 1

Osteoarthritis simptomatik (nyeri pada persendian yang didukung


gambaran radiologis OA) pada lutut terjadi sebesar 12% dari orang usia 60
di Amerika Serikat dan 6% dari seluruh orang dewasa usia 30. OA
panggul simptomatik kira-kira sepertiga dari penyakit OA pada lutut.
Sementara OA asimtomatik (tidak menimbulkan gejala namun sudah
dibuktikan dari gambaran radiologis) pada tangan seringkali terjadi pada
pasien usia lanjut. Meski begitu, OA simptomatik di tangan juga terjadi
pada 10% orang tua dan sering menghasilkan keterbatasan fungsi gerak
sendi. 1
Prevalensi OA meningkat berbanding lurus dengan usia. Terlepas
dari hal tersebut, OA jarang terjadi pada orang dewasa di bawah usia 40
tahun dan sangat lazim terjadi pada orang di atas usia 60 tahun. Penyekit
ini juga jauh lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
OA yang sudah didiagnosis berdasarkan temuan radiologis pada umumnya
terjadi di punggung bawah dan leher, namun nyeri punggung dan nyeri
leher belum tentu dapat dikatakan sebagai OA. Osteoarthritis pada
punggung bawah dan leher dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
radiologis yaitu pemeriksaan sinar-x.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai
dengan perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa
degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Hal tersebut disertai dengan
peningkatan ketebalan dan sklerosis dari subchondral yang bisa
disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, peregangan
kapsul artikular, synovitis ringan pada persendian, dan lemahnya otot-otot
yang menghubungkan persendian.1
B. Etiologi
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam
proses terjadinya osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan
mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen, otot-otot
persendian, serabut aferen, dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi
multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut.
Osteoarthritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti
gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya. 1,2
C. Klasifikasi
Secara umum, osteoarthritis dikategorikan menjadi :
1) Osteoarthritis primer (idiopatik).
2) Osteoarthritis sekunder, yaitu osteoathritis yang disebabkan trauma,
komplikasi dari penyakit lain, dan akibat deposisi kalsium pirofosfat.
D. Epidemiologi
Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada
orang tua. Prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia. Di

Amerika Serikat, prevalensi osteoartritis pada populasi dengan usia di atas


65 tahun mencapai 80% dan diperkirakan akan meningkat pada tahun
2020. 1,2
OA terjadi pada 13,9% orang dewasa berusia lebih dari 25 tahun
dan 33,6% dari mereka yang berusia lebih dari 65 tahun. Prevalensi sendi
yang terkena OA menurut temuan radiologis adalah pada tangan 7,3%,
kaki 2,3%, lutut 0,9%, dan panggul 1,5%. Prevalensi OA menurut gejala
yang ditemui yaitu pada tangan 8%, kaki 2%, lutut 12,1% pada orang
dewasa berusia lebih dari 60 tahun dan 16% pada orang dewasa berusia
45 60 tahun, dan panggul 4,4%. 3,4,5,6
Angka kematian yang diakibatkan osteoarthritis adalah sekitar 0,2
hingga 0,3 kematian per 100.000 (1979-1988). Angka kematian akibat OA
sekitar 6% dari semua kematian akibat arthritis. Hampir 500 kematian per
tahun disebabkan OA dan angka tersebut meningkat selama 10 tahun
terakhir.7
E. Faktor resiko

Faktor resiko sistemik


o Usia : merupakan faktor risiko paling umum pada OA. Proses
penuaan meningkatkan kerentanan sendi melalui berbagai
mekanisme. Kartilago pada sendi orang tua sudah kurang
responsif dalam mensintesis matriks kartilago yang distimulasi
oleh pembebanan (aktivitas) pada sendi. Akibatnya, sendi pada
orang tua memiliki kartilago yang lebih tipis. Kartilago yang
tipis ini akan mengalami gaya gesekan yang lebih tinggi pada
lapisan basal dan hal inilah yang menyebabkan peningkatan
resiko kerusakan sendi. Selain itu, otot-otot yang menunjang
sendi menjadi semakin lemah dan memiliki respon yang kurang
cepat terhadap impuls. Ligamen menjadi semakin regang,
sehingga kurang bisa mengabsorbsi impuls. Faktor-faktor ini
secara keseluruhan meningkatkan kerentanan sendi terhadap
OA.

o Jenis kelamin : masih belum banyak diketahui mengapa


prevalensi OA pada perempuan usila lebih banyak daripada
laki-laki usila. Resiko ini dikaitkan dengan berkurangnya
hormon pada perempuan pasca menopause.
o Faktor genetik dan herediter : OA merupakan penyakit
menurun, namun bervariasi tergantung sendi mana yang
terkena penyakit ini. Namun, fenotipe OA ini sangat jarang
diturunkan bahkan beberapa studi menyatakan bahwa penyakit
ini sama sekali tidak diturunkan. Bukti yang muncul
belakangan ini mengidentifikasi suatu mutasi gen yang
meningkatkan risiko tinggi terhadap OA, salah satunya adalah
polimorfisme dalam diferensiasi pertumbuhan gen faktor 5.
Polimorfisme ini mengurangi kuantitas GDF5 yang memiliki
efek anabolik pada sintesis matriks tulang rawan.

Faktor intrinsik
o Kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus.
o Cedera pada sendi seperti trauma, fraktur, atau nekrosis.

Faktor beban pada persendian


o Obesitas : beban berlebihan pada sendi dapat mempercepat
kerusakan pada sendi.
o Penggunaan sendi yang sering : aktivitas yang sering dan
berulang pada sendi dapat menyebabkan lelahnya otot-otot
yang membantu pergerakan sendi.

F. Patogenesis
Sebuah sendi disusun atas kartilago artikular (tersusun atas
kondrosit) yang dikelilingi matriks ekstraseluler yang mengandung dua
makromolekul utama yaitu kolagen tipe 2 dan aggrecan. Kolagen tipe 2
merupakan molekul yang menentukan kekakuan kartilago, sedangkan
aggrecan merupakan proteoglikan yang berikatan dengan asam hyaluronat
yang terdiri dari glikosaminoglikan bermuatan negatif.

10

Pada kartilago yang normal, kolagen tipe 2 berikatan erat membuat


molekul-molekul aggrecan berada dalam jarak yang dekat satu sama lain.
Molekul aggrecan ini melalui tolakan elektrostatis dari muatan negatifnya
memberikan kekakuan pada kartilago. Kondrosit mensintesis elemenelemen pada matriks, enzim yang menghancurkan matriks, sitokin dan
growth factor. Sitokin dan growth factor inilah yang mengatur
keseimbangan yang mengatur sintesis dan katabolisme matriks-matriks
kartilago. Stres mekanik dan osmotik pada kondrosit menginduksi sel-sel
untuk mengubah ekspresi gen dan meningkatkan produksi sitokin
inflamasi dan enzim penghancur matriks.
Pada orang normal, metabolisme dari kartilago berjalan lambat,
sintesis dan katabolisme kartilago seimbang. Pada osteoarthritis,
metabolisme kartilago berjalan sangat aktif. Kondrosit mensintesis enzim
penghancur matriks. Enzim ini menyebabkan degradasi dari molekul
kolagen tipe 2 dan aggrecan, dimana perubahan ini akan menyebabkan
ketidakseimbangan antara pembentukan dan penghancuran matriksmatriks kartilago, menyebabkan hilangnya kekakuan dari tulang rawan
sehingga lebih mudah rusak dan terkena osteoarthritis.1
Osteoarthritis

(OA)

merupakan

penyakit

melibatkan faktor biomekanik dan metabolisme

kompleks
yang

yang

mengubah

homeostasis jaringan tulang rawan artikular dan tulang subchondral


sehingga proses destruktif lebih mendominasi daripada proses produktif.
Kunci utama dalam patofisiologi kartilago artikular adalah interaksi
ekstraseluler matriks (ECM) yang dimediasi oleh integrin permukaan sel.
Dalam pengaturan fisiologis, integrin memodulasi ECM untuk mengatur
dalam pertumbuhan, diferensiasi dan mempertahankan homeostasis tulang
rawan. Pada OA, ekspresi integrin abnormal mengubah ECM dan
memodifikasi sintesis kondrosit, menyebabkan ketidakseimbangan sitokin
melebihi faktor regulasi. IL-1, TNF-alpha dan sitokin pro-katabolik
mengaktifkan degradasi enzimatik dari matriks tulang rawan dan tidak
diimbangi dengan sintesis inhibitor yang memadai. Enzim utama yang
terlibat dalam gangguan ECM adalah metalloproteinase (MMP). Aktivitas

11

MMP sebagian dihambat oleh inhibitor jaringan MMP (TIMP). Pada


tulang rawan dengan osteoarthritis, TIMP ini sintesisnya lebih rendah
dibandingkan dengan produksi MMP.8
G. Diagnosis
Gejala yang sering muncul pada osteoarthritis adalah nyeri sendi
yang diperburuk oleh aktivitas dan gejala mereda setelah istirahat. 2 Nyeri
sendi dari OA berhubungan dengan aktivitas sendi tersebut. Nyeri dapat
terjadi selama atau setelah aktivitas dan kemudian secara bertahap hilang. 1
Contohnya nyeri lutut atau pinggul pada aktivitas naik atau turun tangga,
nyeri sendi karena menahan beban saat berjalan. Pada tahap awal penyakit,
nyeri episodik sering dipicu setelah satu atau dua hari penggunaan yang
terlalu aktif dari sendi yang sakit, misalnya orang dengan OA lutut yang
melakukan olahraga lari jarak jauh dan beberapa hari kemudian timbul
rasa nyeri pada sendi. Seiring proses berjalannya penyakit, rasa nyeri
menjadi terus menerus dan bahkan mengganggu di malam hari. 1 Gejala
kaku sendi pada pagi hari cukup umum dijumpai, durasinya berkaitan
dengan keparahan penyakit. Kekakuan sendi bisa terjadi setelah tidak
melakukan

aktivitas

selama

beberapa

jam. 2

Pada

pemeriksaan

muskuloskeletal mungkin ditemukan edema, deformitas, krepitasi, dan


terbatasnya pergerakan sendi. Nyeri tekan pada umumnya ditemukan di
sekitar persendian.2
OA adalah penyebab paling umum nyeri lutut kronis pada orang di
atas usia 45 tahun, tetapi banyak terdapat diagnosis banding. Arthritis
inflamasi dimungkinan jika terdapat kekakuan sendi pada pagi hari. 1 Pada
bursitis biasanya nyeri meningkat saat bergerak terutama pada malam
hari.2 Pemeriksaan fisik harus dititikberatkan pada apakah nyeri tekan
terdapat tepat pada sendi atau di luar sendi.
Tidak ada tes darah rutin diindikasikan untuk pemeriksaan pasien
dengan OA kecuali terdapar gejala dan tanda arthritis inflamasi.
Pemeriksaan cairan sinovial sering lebih membantu diagnosis daripada
foto sinar-x. Jika jumlah cairan sinovial putih adalah> 1000 per L,

12

inflamasi arthritis atau gout atau pseudogout mungkin terjadi, dimana gout
dan pseudogout juga dapat diidentifikasi dengan adanya kristal.1
Diagnosis OA seringkali bisa didasarkan pada pemeriksaan fisik,
namun bisa dilakukan pemeriksaan radiologis berupa foto sinar-x untuk
memastikan diagnosis. MRI dapat mengungkapkan tingkat patologi pada
sendi osteoarthritis, namun tidak diindikasikan sebagai bagian dari
pemeriksaan diagnostik.1
Temuan radiologis dari osteoarthritis antara lain menyempitnya
celah antar sendi, terbentuknya osteofit, terbentuknya kista, dan sklerosis
subchondral.2

13

Gambar 1. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis lutut.


Sumber : LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment
of Osteoarthritis. American Family Physician. 64 (2) : 279-286
Keterangan :
Gambar atas kiri : pandangan anteroposterior menunjukkan menyempitnya
celah sendi (tanda panah)
Gambar bawah kiri : pandangan lateral menunjukkan sklerosis yang
ditandai terbentuknya osteofit (tanda panah)
Gambar atas kanan : menyempitnya celah sendi (tanda panah putih)
menyebabkan destruksi padapada kartilago dan sunchondral (tanda panah
terbuka)
Gambar bawah kanan : ditemukan kista subchondral (tanda panah)

14

Gambar 2. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis tangan.


Sumber : LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment
of Osteoarthritis. American Family Physician. 64 (2) : 279-286
Keterangan :
Gambaran anteroposterior dari foto sinar-x di atas menunjukkan
menyempitnya celah sendi dan sklerosis subchondral pada sendi
metacarpal pertama (tanda panah putih). Pembentukan osteofit dengan
pembengkakan jaringan lunak dan sklerosis subchondral dijumpai pada
sendi interphalangeal distal kedua dan ketiga (tanda panah transparan)

15

Gambar 3. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis panggul.


Sumber : LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment
of Osteoarthritis. American Family Physician. 64 (2) : 279-286
Keterangan :
Gambar atas : gambar pertama menunjukkan penyempitan celah sendi
pada panggul (tanda panah putih), sklerosis subchondral (kepala panah
putih), dan terbentuknya kista (kepala panah transparan).
Gambar bawah : gambar kedua diambil 2 tahun setelah gambar pertama
yang menunjukkan semakin menyempitnya celah sendi (tanda panah
putih) dan sklerosis (kepala panah putih).

16

Gambar 4. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari tangan


Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :
Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
Keterangan

gambaran

radiologis

posteroanterior

menunjukkan

penyempitan ruang sendi interphalangeal, sklerosis subchondral, dan


pembentukan osteofit (panah)

Gambar 5. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari kaki.


Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :
Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.

17

Keterangan : gambaran radiologis anteroposterior kaki menunjukkan


menyempitnya celah sendi metatarsophalangeal pertama, sklerosis, dan
pembentukan osteofit (panah).

Gambar 6. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada lutut.


Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :
Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
Keterangan : gambaran radiologis anteroposterior lutut menunjukkan
penyempitan ruang sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit (panah).

Gambar 7. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada pinggul.


18

Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :


Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
Keterangan : (a) anteroposterior dan (b) kaki katak pinggul. Kedua gambar
di atas menunjukkan penyempitan ruang superolateral sendi, sklerosis,
kista subkondral, dan pembentukan osteofit (panah).

Gambar 8. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada panggul.


Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :
Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
Keterangan : Rheumatoid arthritis dengan osteoartritis sekunder.
Gambaran radiologis panggul anteroposterior menunjukkan penyempitan
ruang sendi setiap sendi panggul. Perhatikan erosi (anak panah) dan
osteofit (panah).

H. Tatalaksana
Samapai saat ini tidak ada terapi yang bisa mengobati
osteoarthritis. Tujuan terapi osteoarthritis adalah untuk mengurangi rasa
nyeri dan meminimalisasi hilangnya fungsi fisik. Pengobatan OA
dilakukan secara komprehensif yaitu menangani semua gangguan yang
dialami dan meningkatkan fungsi. Pengobatan komprehensif tersebut
19

dapat

dilakukan

dengan

terapi

farmakologis

dan

atau

terapi

nonfarmakologis. Pasien dengan gejala ringan yang hilang timbul


mungkin perlu perawatan nonfarmakologis saja. Namun, pasien dengan
nyeri hebat yang mengganggu aktivitas sehari-hari mungkin membutuhkan
terapi komprehensif, baik terapi nonfarmakologis maupun terapi
farmakologis.
a) Farmakoterapi
Paracetamol merupakan analgesik yang dapat dipilih dalam
terapi OA. Untuk sebagian pasien, efek obat ini sudah adekuat
dalam menghilangkan nyeri sehingga penggunaan OAINS yang
memiliki efek lebih toksik terhadap tubuh dapat dihindari.
OAINS merupakan obat paling populer untuk mengobati
osteoarthritis. Obat ini dapat diberikan secara topikal atau oral.
Dalam uji klinis, OAINS oral menghasilkan efek analgesik 30%
lebih besar daripada paracetamol dosis tinggi. Sebagian pasien
yang diobati dengan OAINS mengalami efek yang signifikan,
sedangkan sebagian lain mengalami sedikit perbaikan. OAINS
harus diberikan secara topikal atau per oral sesuai kebutuhan
karena efek samping akan berkurang jika obat digunakan dosis
intermiten rendah. Jika penggunaan obat sesekali adalah kurang
efektif, maka pengobatan setiap hari dapat diindikasikan. OAINS
peroral sering menimbulkan efek samping, yang paling banyak
adalah efek toksisitas pada saluran cerna, termasuk dispepsia,
mual,

kembung,

gastrointestinal.

perdarahan

gastrointestinal,

dan

tukak

b) Nonfarmakoterapi
Tujuan utama dari terapi nonfarmakologis berkaitan dengan
mengurangi beban pada sendi yang sakit dan meningkatkan fungsi
mekanisme

protektif

sendi

sehingga

dapat

mengurangi

pembebanan pada sendi. Beberapa cara yang dilakukan untuk


mengurangi pembebanan sendi antara lain :

20

1. Menghindari/mengurangi aktivitas yang

menyebabkan

kerja berlebihan pada sendi dan terbukti mengakibatkan


nyeri pada sendi tersebut.
2. Meningkatkan kekuatan otot penunjang kerja sendi untuk
mengoptimalkan fungsinya sebagai faktor protektif sendi.
Mengurangi

beban

yang

diperoleh

sendi

dengan

menggunakan alat bantu seperti memasang splint pada sendi yang


sakit, menggunakan tongkat untuk berjalan pada pasien OA lutut,
dan sebagainya.1
c) Tindakan operatif
Ketika pasien dengan OA lutut atau pinggul telah gagal
menjalani

pengobatan

medis

dan tetap

kesakitan

dengan

keterbatasan fungsi fisik yang menurunkan kualitas hidup, pasien


harus dirujuk untuk artroplasti total. Ini adalah operasi yang sangat
efektif dalam menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan fungsi
pada sebagian besar pasien. Saat ini tingkat kegagalan 1% per
tahun. Kemungkinan keberhasilan operasi ini lebih besar di pusatpusat kesehatan dimana sedikitnya 25 operasi tersebut dilakukan
setiap tahun atau dengan ahli bedah yang berpengalaman dalam
melakukan operasi tersebut. Waktu penggantian lutut atau pinggul
sangat penting. Jika pasien menderita selama bertahun-tahun
hingga status fungsional mereka telah menurun secara substansial
dengan otot-otot yang sudah cenderung melemah, status fungsional
pasca operasi tidak dapat meningkat setara dengan yang dicapai
oleh orang lain yang menjalani operasi pada tahapan awal dalam
perjalanan penyakitnya.1

21

BAB III
KESIMPULAN

Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan


perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang
rawan/kartilago hialin. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi,
terutama pada orang tua. Selain itu, osteoarthritis ini juga merupakan penyebab
kecacatan paling banyak pada orang tua. Etiologi osteoarthritis belum diketahui
secara pasti, namun faktor biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor
terpenting dalam proses terjadinya osteoarthritis. Ketidakseimbangan antara
pembentukan dan penghancuran matriks-matriks kartilago merupakan kata kunci
dalam perjalanan penyakit ini. Osteoarthritis menyerang sendi-sendi tertentu
terutama sendi-sendi yang mendapat beban cukup berat dari aktivitas sehari-hari.
Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis
dan atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Gejala yang sering muncul
pada osteoarthritis adalah nyeri sendi yang diperburuk oleh aktivitas dan gejala
akan mereda setelah istirahat.
Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan dilakukan
pemeriksaan radiologis berupa foto sinar-x sebagai penunjang/pemastian
diagnosis. Gambaran yang ditemukan pada foto sinar-x pasien dengan
osteoarthritis adalah menyempitnya celah antar sendi, terbentuknya osteofit,
terbentuknya kista, dan sklerosis subchondral. Pemeriksaan tambahan lain yang
dapat dilakukan adalah MRI yaitu untuk mengetahui derajat patologisnya, namun
pemeriksaan ini jarang dilakukan sebagai penunjang diagnostik dalam
osteoarthritis, karena sebagian besar gambaran penyakit ini sudah bisa dinilai
berdasarkan pemeriksaan sinar-x.
Sampai saat ini belum ada terapi definitif untuk mengobati osteoarthritis.
Terapi yang sudah ada bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi
hilangnya fungsi fisik. Hal ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan cara membantu pasien agar tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Fauci, Anthony S, et al. 2012. Osteoarthritis. Dalam : Harrisons


Principles Of Internal Medicine Eighteenth Edition. The McGraw-Hill
Companies.
2. LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment of
Osteoarthritis. American Family Physician. 64(2):279286
3. Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, et al. 2008. Estimates of the
prevalence of arthritis and other rheumatic conditions in the United States.
Part II. Arthritis Rheum. 58(1):2635.
4. Dillon CF, Rasch EK, et al. 2006. Prevalence of knee osteoarthritis in the
United States: arthritis data from the Third National Health and Nutrition
Examination Survey 19911994. J Rheumatol. 33(11):22712279.
5. Jordan JM, Helmick CG, Renner JB, et al. 2007. Prevalence of knee
symptoms and radiographic and symptomatic knee osteoarthritis in
African Americans and Caucasians: The Johnston County Osteoarthritis
Project. J Rheumatol. 34(1):172180.
6. Dillon CF, Hirsch R, et al. 2007. Symptomatic hand osteoarthritis in the
United States: prevalence and functional impairment estimates from the
third U.S. National Health and Nutrition Examination Survey, 19911994.
Am J Phys Med Rehabil. 86(1):1221.
7. Sacks JJ, Helmick CG, Langmaid G. 2004. Deaths from arthritis and other
rheumatic conditions, United States, 19791998. J Rheumatol. 31:1823
1828.
8. Iannone F, Lapadula G. 2003. The pathophysiology of osteoarthritis.
Aging Clin Exp Res. 15(5):364372.
9. Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :
Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3):737747.

23

Anda mungkin juga menyukai