Anda di halaman 1dari 2

SANG DALANG

Posted by Sandal jepit.. on 9 Juli 2012


Dalam Nama Allah, Segala Puji Bagi Allah, Alam-alam ini semua adalah Nama
Allah. Dan seluruh hal dalam ribuan dunia dan akhirat ini senantiasa memuji
Allah.

Alkisah, Pak Dalang datang ke kenduri memainkan wayang Petruk, wayang


Semar dan wayang Bagong, wayang kulit-wayang kulit Mati tapi hidup Kulit-kulit
berukir yang memiliki karakter Pak Dalang memberi kehidupan pada wayang
Petruk, Pak Dalang memberi karakter pada Petruk, Kalau Semar lagi mendem,
yang mendem adalah Pak Dalang, Kalau Semar lagi prihatin, Pak Dalang lagi
prihatin, Kalau dunia perwayangan lagi wingit, yang wingit yaa Pak Dalang.

Wayang itu artinya bayangan, bahasa arab-nya al-ziil. Yang ditonton


bayangannya bukan kulitnya Bayangan Yudistira, raja kaum haq, bergerak-gerak
dan berceramah. Aku itu punya jimat Jimat Pandawa yang tak terkalahkan Jimat
kalimusada (kalimat syahadat) Pandawa manifestasi utama pesan Dalang
tenang Karena jimat ini konon tak terkalahkan Dan karena Pandawa sudah
marifat, kalau jimat yang konon tak terkalahkan itu sebenarnya bukan konon tak
terkalahkan. Tapi pandawa sampun makrifat kalau jimat ini mesti (niscaya) tak
terkalahkan Pandawa sudah tapabrata mengenai ke-bayangananya
(kewayangannya) selama diasingkan di hutan Sehingga Bima lebih sreg nyedot
karakter-karakter keperkasaan Dalang (al-qowiyyu) maupun kegagahannya (alqohhaaru). Arjuna lebih sreg diberi karakter-karakter kinasih (ar-rouf),
kecantikan (al-jamiil), kekesatriaan (futuhaaf) dan batin-batin Sirr kosmis.
Yudistira lambang kearifan puncak. Manusia yang telah tercerahkan dan
mengetahui hakikat-hakikat, tapi juga turut serta dengan aktif memimpin
negara, menyerap asma al-aruffu, al-hakimu, al-azizu, al-khobiiru dan asma apa
sak srege pak Dalang, Nakula, Sadewa disimpan khusus pak Dalang
keutamannya sebagai lambang-lambang yang tidak mudah dipahami manfaat
jelasnya dalam dunia nyata perwayangan.

Wayang-wayang yang belum dipegang Pak Dalang tergeletak. Tersimpan tapi.


wayang tersebut tidak bisa muncul dan tidak pernah akan muncul di layar
tancap. Wayang-wayang gletakan (tergeletak) seperti bakat-bakat yang
berpotensi (ayaanuts-tsabiita) yang belum diberik keberadaan. Petruk, yoo
bakate dadi. Nek moro-moro dadi Bimo yoo ora iso , Namung Petruk bisa
berbuat baik dan bisa berbuat salah dalam kePetrukannya. Dan Petruk tidak
pernah dikenal di dunia perwayangan sekiranya Pak Dalang tidak
mengangkatnya dan memainkannya. Petruk tidak ada dan tidak pernah ada
dalam dunia wayang jika tidak diangkat Pak Dalang dan dimasukan nya ke dalam
pentas. Tapi sopo sih sing sajkane pentas..? (Siapa yang sebenarnya pentas..?)
Bukan Petruk kan..? Tapi Pak Dalang. Sopo sih sing sak jane urip..? (Siapa yang
sebenarnya hidup..?) Yoo pak Dalang. Petruk tidak hidup di dunia wayang dan
sekaligus hidup dunia wayang. Petruk itu pak Dalang tapi bukan pak Dalang.
Karena pak Dalang bisa jadi Semar dan bukan Petruk. Karena juga petruk yang

ada di layar itu sebenarnya pak Dalang yang bicara, pak Dalang yang bergerak
dan hanya pak Dalang yang hidup. Jadi Petruk itu pak Dalang sekaligus bukan
pak Dalang.

Sifat Semar itu sifat pak Dalang. Wayang kulit Semar. Wayangnya mati. Tidak
mempunyai kehidupan. Apalagi mempunyai sifat. Sifat hanya dipunyai oleh
sesuatu yang hidup. Padahal wayang kulit semar mati, yang hidup hanya
bayangannya di layar. Yang hidup sebenarnya Pak Dalang. Jadi sifatnya Semar
sebenarnya sifat Pak Dalang. Dan juga laku (afal) Semar itu juga laku pak
Dalang. Tapi sekaligus sifat dan laku Semar bukan sifat dan laku pak Dalang.
Kenapa..? Karena pak Dalang itu juga Petruk, pak Dalang itu juga Bagong. Sifat
pak Dalang itu juga sifat Petruk dan sifat pak Dalang dan lakunya itu juga sifat
dan laku nya Bagong.

Pak Dalang memang berjiwa besar. Terlalu besar untuk ditampung satu wayang.
Maka ada banyak wayang. Wayang-wayang hidup sebagai bayangan di layar.
Hanya bayangan. Dunia perwayangan itu imajinasi/takhayyul. Yang sebenarnya
ditonton hanya Pak Dalang. Yang hidup sebenarnya hanya pak Dalang. Tapi Pak
Dalang berjiwa besar dan sempurna (kamal). Jadi Pak Dalang membuat dunia
perwayangan sebagai bayangan dari dirinya sendiri. Di balik layar, WayangWayang tampak hidup. Wayangwayang tampak bergerak. Wayang-wayang
berbicara. Wayang-wayang berkomunikasi. Wayang-wayang ada yang jahat, ada
yang baik, wayang-wayang ada yang diganjari surga dan neraka. Tapi wayangwayang semuanya bayangan. Bayangan pak Dalang. Sesudah semuanya mati
Pak Dalang nggrememeng, Apik tenan wayang iki, opo maneh si Yudistiro.
(bicara sendiri bagus sekali wayang ini , apalagi dia Yudistira )

Ya itu hakikat sholawat, Tuhan memuji dirinya sendiri lewat bayangan-nya


(Muhammad) di layar imajinasi. Yang dipuji sebenarnya yaa Tuhan yaa
Muhammad. Karena Seluruh alasan penciptaan adalah Muhammad. Sifat-sifat
Muhammad. Laku-laku Muhammad. Nama-nama Muhammad. Orang-orang yang
disekeliling Muhammad diciptakan untuk mengejawantahkan percikan-percikan
sifat, nama dan laku Muhammad yang terlalu besar untuk dikandung dalam diri
seorang baysar. Karena itu dibuat selain Muhammad. Yaitu Ali. Setelah itu
Fathimah. Setelah itu turunan-turunan suci Muhammad para Nabi, para malaikat
al-muqorrobiin dan para wali, semua itu hakikat penciptaan tajalliyat
perwayangan, Dunia nyata ini takhayyul, khayalan, ngimpi. Sebagaimana
dikatakan Rasulullah Manusia itu tidur, ketika mati ia terbangun .

Anda mungkin juga menyukai