Anda di halaman 1dari 7

PELATIHAN BMP DI BPAP TAKALAR

TANGGAL 8-10 JUNI 2010

Sebelum tahun 1990-an di Indonesia udang merupakan produksi andalan karena masih
mudah untuk membudidayakan udang, namun mulai tahun 1998 produksi udang mulai
menurun dan hingga sekarang sulit untuk dibudidayakan. Hal ini dikarenakan dahulu daya
dukung lingkungan masih baik sehingga budidaya udang dapat mencapai produktifitas yang
tinggi tetapi para petambak mengabaikan lingkungan dan menggunakan bahan-bahan kimia
untuk lebih meningkatkan lagi produksi mereka, oleh sebab itu lama kelamaan daya dukung
longkungan menurun sehingga akhirnya sekarang lahan tidak lagi baik untuk budidaya
udang. Seiring dengan hal tersebut banyak penyakit yang bermunculan yang menyerang
udang dan salah satunya adalah WSSV. Untuk itu Departemen Kelautan dan Perikanan
bekerjasama dengan ACIAR untuk memperkenalkan teknologi budidaya udang yang baik
dan benar yaitu BMP (Best Management Practise) tidak hanya baik bagi lingkungan BMP
dan dapat mencegah penyebaran penyakit khususnya WSSV. Adapun tujuan dari BMP
adalah :
1. Mengendalikan virus agar tidak berkembang
2. Memberikan lingkungan yang baik bagi kultivan/udang sehingga tumbuh dengan
baik.
Penerapan BMP mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
- Seleksi lokasi
- Membatasi virus yang masuk
- Memantau/mencegah udang stress
- Menjaga disiplin antara kelompok
- Memaksimalkan biosecurity untuk mencegah penyebaran virus
Maka dari itu ACIAR dan BPAP Takalar menyelenggarakan Training BMP yang diikuti oleh
12 orang yang terdiri dari Penyuluh, Technical Extensionost dan Petambak baik dari Pinrang
maupun dari Sinjai, yang dilaksanakan pada Tanggal 8 – 10 Juni di BPAP Takalar.
Pertanyaan-pertanyaan dari para Ketua Kelompok :
1. Sehubungan dengan virus, ketika virus sudah terdeteksi pada lingkungan tambak
untuk memperkecil/mencegah penyebaran virus apa yang harus dilakukan tanpa
menggunakan bahan kimia?
2. Apakah ada perlakuan tertentu untuk membunuh virus
3. Apakah perbedaan pola BMP dan pola yang telah ditepakan oleh para petambak saat
ini?
4. Apa kegunaan pematang yang ditanami dengan mangrove?
5. Untuk komiditi yang ekspor pemakaian bagaimana dengan penggunaan pupuk SP36?
Apakah diperbolehkan?
6. Pada saat persiapan terkadang para petambak sudah membalikkan tanah dasar
tambak bahkan dengan menggunakan alat berat, tetapi terkadang masih terkendala
oleh hasil produksinya. Bagaimanakah caranya?
7. Tentang parmeter kualitas air yaitu kecerahan air. Mengapa kecerahan air tidak
disebutkan dalam parmeter yang akan diukur, karena di tmabak tradisional
mengandalkan fitoplankton yang diukur dari kecerahan air.
8. Tentang pengapuran, untuk di Sinjai sulit untuk mendaptkan kapur dolomite. Yang
ada hanya kapur bangunan seperti biasa. Bagaimana caranya pengapuran tambak
dengan kondisi seperti ini.
9. Persiapan lahan, seperti kondisi di pinrang mereka tidak mengetahui bagaimana cara
yang membenar dan pasti untuk melakukan persiapan. Karena mereka membaca
beberapa literatur semua berbeda-beda. Bagaimanakah cara persiapan lahan yang baik
dan benar serta dengan biaya yang rendah.
10. Serangan hama, pada saat ada serangan hama seperti mujair yang melimpah di
tambak mereka tidak tahu bagaimana cara membasminya selain dengan pestisida.
Adakah cara membasmi hama dengan cara yang lain dan baik bagi lingkungan.
11. Jika dalam kelompok yang termasuk dalam kelompok BMP full maka akan ada
tambak yang akan di jadikan tandon
12. Berapa lama virus WSSV bertatan di alam sebelum menemukan inang/udang untuk
diserang?
13. Bagaimana cara meminimalisir outbreak WSSV jika terjadi?
Tanggapan dari para petambak dan penyuluh tentang BMP setelah melihat VCD
tentang tambak BMP di Aceh. Menurut mereka kondisi tambak di Aceh berbeda dengan
tambak di Sinjai, salah satunya pematang yang lebih tinggi diripada di Sinjai. Dan dari 13
tahap yang ada di dalam video beberapa tahap sudah dilakukan oleh petambak di Sinjai.
Bahkan sekarang tambak intensif sudah tidak dilakukan lagi mereka lebih memilih tambak
tradisional yang memerlukan biaya tinggi sehingga mereka lebih memilih tambak
tradisional. Para petambak di Sinjai belum mencatat apa yang mereka lakukan setiap harinya
di tambak,mereka tidak menyadari arti penting hal tersebut. Sehingga tambak mereka tidak
terkontrol dan tidak mengetahui kondisi tambaknya dengan pasti. Mereka juga
menginginkan pengawasan yang berkelanjutan tidak hanya bantuan berupa fisik tapi
diperlukan juga pengawas atau penyuluh yang mengawasi bantuan tersebut. Karena
masyrakat juga tidak mau mencoba suatu teknologi jika belum terbukti bahwa teknologi
tersebut berhasil atau tidak. Jika sudah benar terbukti berhasil maka mereka baru mau
mengadopsi teknologi tersebut. Penyuluh menyadari sikap dari para kelompok masyarakat
yang membutuhkan proses untuk berubah karena mereka sudah terbuai dengan bantuan yang
diberikan oleh pemerintah sehingga mereka mengandalkan bantuan dari pemerintah. Tentang
BMP yang akan di implementasikan pada kelompok mereka maka salah satu dari kelompok
akan mengorbankan tambaknya untuk biofilter. Mereka mendefinisikan petambak sukses
atau panen sukses yaitu apabila produksi udang dengan size yang besar sehingga harga
jualnya lebih tinggi. Di Sinjai siklus yang lalu dari 1 kelompok Pak Ilham terdiri dari 25
Petambak yang berhasil 22 orang dan 3 gagal. Dan salah satunya kendala yang di hadapi
adalah banyaknya penyuluh di daerah mereka yang bukan dari jurusan Perikanan sehingga
pengetahuan mereka tentang perikanan terbatas, padahal mereka menghadapi para petambak
yang sudah berpengalaman dan berpengetahuan yang lebih luas daripada mereka.

PERSIAPAN DAN BUDIDAYA UDANG DI SINJAI (Pak AKBAR)


Persiapan pada bulan Juni (± 2 Minggu) :
1. Pengeringan tambak dilakukan selama 10-15 hari
2. Perbaikan pematang
3. Penaikan lumpur
4. Pemberian Saponin sebanyak 20kg/ha
5. Memasukkan air (70-80 cm)
6. Persiapan benih
Pemeliharaan pada bulan Juli-Oktober ;
1. Pemasukan benih 10.000 PL (dari Bone ± 1 jam)
2. Setelah 15 hari dimasukkan bandeng 250 ekor/ha (glondongan ± 1-2 cm)
3. 3-7 hari air dibuka
4. 15 hari setelah itu air diganti (setiap ada pasang)
5. Biasanya tidak terdapat blooming makroalgae
6. Ketika air pasang biasanya memanen udang liar yaitu udang api-api atau udang putih
(± 5kg setiap 3 hari sekali selama 15 hari harga ± Rp. 22.000,-)
7. Tambak dikontrol tiap hari
8. Panen ± 55 kg/ha dengan size 30/kg harga Rp.70.000/kg
- size 30 = Rp. 55.000 – Rp. 70.000,-
- size 10-15 = Rp. 96.000,- (grade AA)
- size 15-20 = Rp. 95.000,- (grade A)
9. Panen dilakukan selektif/dipilih dengan menggunakan bagan apung/prayon
10. Panen siklus sebelumnya hanya 7 orang.

PERSIAPAN DAN BUDIDAYA UDANG DI SINJAI (P.ILHAM)


Persiapan pada bulan Juni (± 2 Minggu) :
1. Pengeringan tambak (7-10hr) sudah kering sempurna karena tanah dasar
agak berpasir
2. Pengangkatan lumpur, dipindahkan ke pematang
3. Memperbaiki pematang
4. Pengapuran (200-300kg/ha)
5. Memasukkan air setelah 3 hari dikeluarkan kembali
6. Pemupukan (TSV 100 kg/ha, Urea 50kg/ha)
7. Memasukkan air (dicheck plankton sudah tumbuh atau belum)
8. Persiapan benih
Pemeliharaan pada bulan Juli-Oktober :
1. Benih berasal dari hatchery Barru/Pangkep (± 5 jam perjalanan)
2. PL 14-15, 15000/ha dan bandeng 1500/ha
3. Pemupukan susulan (TSV 50 kg, Urea 50 kg)
4. Terdapat ikan dan rumput laut di tandon
5. Gantia air tiap pasang (15 hari sekali)
6. Panen 275kg/ha dengan ukuran 20-30
Kesan dan kesan serta saran peserta training selama mengikuti training BMP di Takalar 8-10
Juni 2010 adalah :sebagai berikut :
- Muhammad Saleh (TE) : kelengkapan materi di lapangan diberikan secara detail dan
terperinci agar TE dapat mengetahui dengan jelas apa dan bagaimana cara bertugas di
lapangan.
- Purwamangsa (Penyuluh Sinjai) : untuk masalah penyuluhan sudah cukup jelas, tetapi
tengtang tehnik di lapangan harus lebih lengkap dan detail
- Abdul Aziz (Penyuluh Pinrang) : sebelumnya pengeahuan tentang penyulahan
terbatas tetapi dengan mengikuti training ini dapat mengetahui apa saja yang akan
dilakukan di lapangan di dalam kelompok petambak. Selama ini lebih cenderung tidak
mengetahui apa yang akan dilakukan di lapangan. Berharap diikut sertakan kembali
dalam acara training berikutnya. Dan juga sangat berharap proyek implementasi BMP
ini dapat dilakukan.
- Nurrohman (Penyuluh) : memperoleh tambahan ilmu yang lebih karena merasa masih
pemula dalam melakukan penyuluhan. Merasa jika berhadapan dengan petambak
yang lebih tua meraka agak tidak percaya oleh perkataannya. Bagaimana cara
menghadi situasi tersebut?
- Akbar (Petambak Sinjai) : setelah 2 tahun baru kali ini ada proyek bantuan kepada
mereka. Karena mereka juga ingin bangkit kembali dan ingin berptisipasi aktif dalam
proyek BMP ini.
- Sultan (Penyuluh Sinjai) : mersa beruntung dengan akan adanya implementasi BMP
ini, walaupun di Sinjai sudah ada proyek bantuan tetapi berharap dengan adanya BMP
ini dapat lebih meningkatkan produksi para petambak di Sinjai. Agar mereka dapat
mengetahui bagaimana cara berbudidaya yang baik dan benar dan menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang BMP ini, diharapkan dapat meningkatkan
90% keberhasilan para petambak agar menyongsong masa depan yang lebih baik.
Berharap agar materi bisa ditambahkan lagi dengan fieldtrip agar dapat dilihat dengan
jelasgambaran konsep BMP. Agar training berikutnya diadakan fieldtrip agar menjasi
lebih jelas, dan trainign ini supaya berkelanjutan sehingga penerapan BMP agar lebih
jelas lagi.
- Abdul Salam (Penyuluh Pinrang) : berharap dengan adanya training ini, akan ada juga
Implementasi BMP di Pinrang karena masih banyak lokasi yang baik. Penglolahan
tambak juga sudah bagus, tetapi masalah petambak kurang berkelompok dan kurang
kompak. Berharap akna diadakan training yang serupa tetapi diikuti dengan fieldtrip
untuk langsung proses di lapangan.
- Yusuf (Penyuluh Pinrang) : Di Pinrang siap menunggu kegiatan ACIAR karena di
sana kurang pengetahuan mengenai : 1. Masalah tambak (kawasan)
2. Disiplin kelompok
3. Benih
4. Biosecurity
Akan berusaha menerapkan BMP sedikit demi sedikit. Materi sebaiknya diperbanyak
sebelun training dimulai agar lebih fokus. Berharap adanya training lanjutan yang
melibatkan daerah-daerah di Sulawesi lainnya. Meskipun Pinrang tidak dilibatkan
secara langsung tetapi berharap ada pemetaan yang seperti di Sinjai supaya diketahui
dengan jelas kondisi Pinrang yang sebenarnya.
- Karim (Penyuluh Sinjai) : senang dengan adanya training seperti ini. Materi cukup
bagus untuk digunakan di lapangan nanti, merupakan pengetahuan yang detail dan
simpel untuk digunakan di lapangan.
- Razak (Penyuluh Sinjai) : sangat banyak manfaat, karena ini merupakan hal baru bagi
mereka. Sebelumnya mereka kurang mengetahui budidaya dengan konsep BMP, dan
berharap dapat mengimplementasikan dengan benar dan baik. Apabila ada training
lagi sebaiknya diselenggarakan di Makassar, karena di Takalar di malam hari listrik
terbatas padahal ingin melanjutkan diskusi training dan belajar.
- Iqbal () : dari 3 hari training yang diselenggarakan banyak yang di dapatkan tetapi
banyak pula yang menjadi pertanyaan. Berharap training ini dapat segera diterapkan
di lapangan.
- Imam Efendi () : Berharap dengan adanya training ini dapat memberikan pembinaan
kepada para petambak di lapangan.
- M. Iqbal (TE) : pelatihan/training ini sangat berarti tetapi belum bisa mengetahui
perbedaan secara pasti antara BMP Basic, BMP Full, dan kontrol. Menambah
pengalamna dan pengetahuan secara langsung di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai