Akne
Akne
PENDAHULUAN
Akne vulgaris adalah penyakit radang menahun folikel pilosebasea dengan
gejala klinik : komedo, papul, pustul, kista dan nodus dengan tempat predileksi di
muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan atas. Banyak penelitian
yang dilakukan untuk menyingkap tabir etiologi, patogenesis dan terapi akne
vulgaris.
Akne vulgaris menjadi masalah pada hampir semua remaja. Akne minor
adalah suatu bentuk akne yang ringan, dan dialami oleh 85% para remaja.
Gangguan ini masih dapat dianggap sebagai proses fisiologik. Lima belas persen
remaja menderita akne major, yang cukup hebat sehingga mendorong mereka
untuk berobat ke dokter.
Biasanya akne vulgaris mulai timbul pada masa pubertas. Pada wanita,
insidens terbanyak terdapat pada usia 14-17 tahun, sedangkan pada laki-laki 16-19
tahun. Pada waktu pubertas terdapat kenaikan dari hormon androgen yang beredar
dalam darah yang dapat menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi dari glandula
sebasea.
Glandula sebasea atau kelenjar palit terdapat di seluruh permukaan kulit
manusia, kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit atau glandula sebasea
ini disebut juga kelenjar holokrin. Glandula sebasea ini biasanya terdapat
disamping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel
rambut). Sebum yang dihasilkan oleh kelenjar palit atau glandula sebasea
merupakan faktor penting untuk terjadinya akne vulgaris. Pada anak-anak jumlah
kelenjar palit sedikit sedangkan pada pubertas kelenjar palit menjadi lebih besar
dan banyak serta berfungsi secara aktif oleh karena adanya hormon androgen.
Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang pasti
belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat
menyebabkan antara lain; genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic
factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktro psikis,
pemgaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes, Corynebacterium
acnes, Pityrosporum ovale dan Staphylococcus epidemidis), kosmetika dan bahan
kimia lainya.
Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan tes laboratorium.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai
dengan adanya komedo, papul, pustul dan kista. Predileksi akne vulgaris pada
daerah-daerah wajah, bahu bagian atas, dada dan punggung.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap
sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Baru pada masa remajalah
akne vulgaris menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi pasa umur
14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan masa itu lesi yang
pradominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Diketahui
pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne
vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika), dan lebih sering
terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro (Wasiaatmadja, 2007).
2.3 ETIOLOGI
Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang pasti
belum diketahui secara jelas, namun terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan, antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic
factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis, musim,
infeksi bakteri (Propionibacterium acnes, Corynebacterium acnes, Pityrosporum
ovale dan Staphylococcus epidemidis ), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
1. Sebum
Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Pada akne
terjadi peningkatan sebum. Sebum yang meningkat tidak hanya terjadi
pada akne, tetapi dapat juga pada penyakit parkinson dan akromegali.
2. Bakteri
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah . Propionibacterium
acnes, Corynebacterium acnes, Pityrosporum ovale dan Staphylococcus
epidemidis.
Dari
ketiga
mikroba
ini
yang
terpenting
P
a
2. Keratinisasi folikel
Hiperproliferasi epidermis follikular menyebabkan pembentukan
lesi primer akne yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut paling atas,
yaitu infundibulum menjadi hiperkeratosis dengan meningkatnya kohesi
dari keratinosit. Kelebihan sel dan kekuatan kohesinya menyebabkan
pembentukan
plug
pada
ostium
follikular.
Plug
ini
kemudian
menyebabkan
hiperproliferasi.
Dihidrotestosteron
(DHT)
follikular
menunjukkan
peningkatan
aktifitas
17-
Pasien secara umum akan memiliki lesi yang bervariasi. Pada pasien
dengan kulit yang lebih terang, lesi biasanya pecah dengan makula kemerahan
sampai keunguan yang memiliki umur yang lebih pendek. Pada pasien dengan
warna kulit yang lebih gelap, makula hiperpigmentasi akan terlihat dan bertahan
sampai beberapa bulan. Skar dari akne memiliki penampakan yang heterogen.
Morofologi yang dibentuk termasuk skar yang dalam, narrow ice-pick yang
terlihat kebanyakan pada dahi dan pipi, lesi canyon-type atrophic pada wajah, skar
papular putih kekuningan pada badan dan dagu, skar tipe anetoderma pada badan,
serta skar hipertrofik dan keloidal yang meninggi pada badan dan leher.
Predileksi akne umunya pada wajah, leher, badan bagian atas, dan lengan
atas. Pada wajah hal tersebut paling sering terjadi pada pipi, dan sebagian kecil
pada hidung, dahi, dan dagu. Telinga dapat terlibat, dengan komedo yang besar
pada concha, kista pada lobus, dan kadang-kadang komedo dan kista pre dan
retro-aurikuler. Pada leher khususnya pada daerah nuchae, lesi kistik yang besar
dapat mendominasi.
Akne umumnya muncul pada saat pubertas dan seringkali merupakan
tanda awal dari produksi hormon seks yang meningkat. Ketika akne muncul pada
usia 8-12 tahun, yang tampak biasanya berupak komedo yang utamanya muncul
pada dahi dan pipi. Hal tersebut dapat tetap menjadi ringan dalam ekspresinya
dengan papul inflamasi yang kadang-kadang terjadi. Bagaiman pun, sebagaimana
kadar hormon meningkat pada usia-usia pertengahan remaja, pustul dan nodul
inflamasi yang lebih berat dapat terjadi yang dapat menyebar pada tempat lainnya.
Laki-laki muda cenderung memiliki kompleks yang lebih berminyak dan
penyebaran penyakit yang lebih berat dibanding perempuan usia muda.
(komedoal/papular,pustular/noduokisitk)
dan/atau
beratnya
penyakit
100) dan kadang-kadang terdapat lesi nodular dalam yang besar dan
terinflamasi ( mencapai 5 ). Area yang luas biasanya melibatkan wajah,
dada, dan punggung.
Akne sangat berat (Very severe akne ) : Akne nodulokistik dan akne
konglobata dengan lesi yang parah; banyak lesi nodular/pustular yan besar
dan nyeri bersama dengan banyak komdeon, papul, pustul, dan komedo
yang lebih kecil.
2. FDA global grade
Grade 0 : Kulit yang bersih tanpa lesi inflamasi atau non-inflamasi
Grade 1 : Hampir bersih dengan lesi inflamasi atau non-inflamasi
Grade 2 : Ringan, grade 1 ditambah dengan beberapa lesi non-inflamasi
dengan sangat sedikit lesi inflamasi yang ada ( papul/pustul, tidak ada lesi
nodular )
Grade 3 :Sedang, grade 2 ditambah dengan banyak lesi non-inflamasi dan
mungkin terdapat beberapa lesi inflamasi, tetapi tidak lebih dari satu lesi
nodular
Grade 4 : Berat, grade 3 ditambah dengan banyak lesi non-inflamasi dan
inflamasi, dengna sedikit lesi nodular.
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis, dan tes laboratorium. Berdasarkan anamnesis, akne vulgaris
biasanya terjadi pada saat pubertas, tetapi gejala klinis yang muncul sangatlah
bervariasi. Perempuan mungkin memperhatikan bentuk yang berfluktuasi
berdasarkan siklus mensturasinya. Akne fulminan merupakan subtipe akne yang
jarang dan terjadi pada berbagai manifestasi sistemik, termasuk demam,
arthralgia, myalgia, hepatosplenomegaly, dan lesi tulang osteolitik.
Pada pemeriksaan fisis akne non-inflamasi tampak sebagai komedo
terbuka dan tertutup. Lesi inflamasi dimulai dengan adanya mikrokomedo tetapi
dapat berkembang menjadi papul, pustul, nodul, atau kista. Kedua tipe lesi
ditemukan pada area dengan glandula sebacea yang banyak.
Tes fungsi endokrin rutin tidak diindikasikan pada sebagian besar pasien
dengan akne. Pada pasien dengan akne dan terdapat bukti hiperandrogenisme,
3.Dermatitis perioral
Dermatitis perional adalah penyakit kulit dengan karakteristik papul dan pustul
kecil yang terdistribusi pada daerah perioral, dengan predominan di sekitar mulut.
Dermatitis perioral biasanya pada wanita muda, sering ditemukan di sekitar mulut,
namun dapat pula di sekitar hidung dan mata. Etiologinya belum diketahui secara
pasti, namun diduga penyebabnya oleh karena: candida, iritasi pasta gigi
berflouride, dan kontrasepsi oral. Dermatitis perioral erpsi simetris yang terbatas
pada area hidung, mult, dan dagu, yang terdiri atas mikropapul, mikrovesikel, atau
papulopustulosa dengan diameter kurang dari 2 mm. Penyebab pasti belum
diketahui, namun terdapat beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab
antara lain faktor hormonal, emosional, sensitif terhadap kosmetik, pasta gigi
berfluoride, agen infektif, dan kortikosteroid topikal.
2.9 PENATALAKSANAAN
Terapi akne vulgaris terdiri atas terapi sistemik, topikal, fisik, operasi dan
diet.
1.Terapi Sistemik
Antibiotik oral
Antibiotik oral diindikasikan untuk pasien dengan akne yang
meradang.
Antibiotik
yang
diberikan
adalah
Tetrasiklin
mansih
(tetrasiklin,
diberikan dalam 2 kali), setelah beberapa bulan dapat diturunkan 500 mg/hari.
Karena absorbsinya dihambat oleh makanan, maka obat ini diberika 1 jam
sebelum makan dengan air untuk absorbs yang optimal.
Alternatif lain, tetrasiklin generasi kedua (doksisiklin) diberikan 100mg200mg/ hari dan 50 mg/hari sebagai maintainance dose, (minosiklin) biasanya
diberikan 100mg/hari. Golongan obat ini lebih mahal akan tetapi larut lemak dan
diabsorbsi lebih baik di saluran pencernaan.
Eritromisin 1g/hari dapat diberikan sebagai regimen alternative. Obat ini
sama efektifnya dengan tetrasiklin, tapi menimbulkan resistensi yang tinggi
terhadap P.aknes dan sering dikaitkan dengan kegagalan terapi.
Klindamisin merupakan jenis obta yang sangat efektif, akan tetapi tidak
baik digunakan untuk jangka panjang karena dapat menimbulkan perimembranous
colitis. Kotrimoksasole (sulfometoksasol/trimetoprim, 160/800mg, dua kali
sehari) direkomendasikan untuk pasien dengan inadequate respon dengan
antibiotik yang lain dan untuk pasien dengan gram negative folikulitis.
Isotretionoin oral
Isotretinoin oral merupakan obat sebosupressive paling efektif dan
diberikan untuk akne yang berat. Seperti retinoid lainnya, isotretinoin mngurangi
komedogenesis, mengecilkan ukuran glandula sabaseus hingga 90% dengan
menurunkan proliferasi dari basal sebocyte, menekan produksi sebum invivo dan
menghambat diferensiasi termina sebocyte. Walaupun tidak berefek langsung
terhadap P.aknes, ini menghambat efek dari produksi sebum dan menurunkan
jumlah P.Aknes yang mengakibatkan inflamasi.
Masih terjadi perdebatan untuk dosis pemeberian (1gram/kgBB/hari atau
50mg/kgBB/hari), walaupun hasil yang ditunjukkan kedua dosis untuk
pengobatan jangka panjang adalah sama, tapi angka kejadian kambuh dan
spironolakton. Terapi hormonal harus diberikan selama 6-12 bulan dan penderita
harus melanjutkan terapi topikal. Seperti halnya antibiotik, tingkat respon obatobat hormonal juga lambat, dalam bulan pertama terapi tidak didapatkan
perubahan dan perubahan kadang-kadang baru dapat terlihat pada bulan ke enam
pemakaian. Terapi setelah itu akan terlihat perubahan yang nyata. Perubahan yang
dihasilkan pada penggunaan diane hampir mirip dengan tetrasiklin 1 g/hari. Diane
merupakan kombinasi antara 50 g ethinylestradiol dan 2 mg cyproterone acetate.
Pada wanita usia tua (> 30 tahun) dengan kontraindikasi relatif terhadap pil
kontrasepsi yang mengandung estrogen, salah satu terapi pilihan adalah dengan
penggunaan spironolakton. Dosis efektif yang diberikan antara 100-200 mg.
eritromisin
kombinasi
dengan
benzoil
peroksida
lebih
direkomendasikan.
Keefektifan antibiotik topikal pada akne terbatas karena mekanisme kerja
dalam mengeliminasi bakteri membutuhkan jangka waktu yang panjang. Bakteri
dapat timbul di mana-mana dan tidak secara langsung menyebabkan akne. Pada
keadaan di mana kelenjar sebasea memproduksi sebum berlebihan, pori-pori kulit
juga akan lebih mudah terbuka sehingga banyak bakteri yang akan masuk dan
berkembang. Adanya sel kulit mati juga bisa memperburuk keadaan. Bila kelenjar
sebasea tidak memproduksi sebum berlebihan, maka bakteri tidak mudah masuk
ke dalam kulit. Dengan kata lain, jumlah produksi sebum menjadi masalah utama
dalam akne. Antibiotik topikal kerjanya terbatas, karena tidak mengatasi masalah
dalam jumlah produksi sebum.
Asam Salisilat
Asam salisilat efek utamanya adalah keratolitik, meningkatkan konsentrasi
dari substansi lain, selain itu juga mempunyai efek bakteriostatik dan
bakteriosidal.
Anti-androgen
Sejak diketahui bahwa akne merupakan salah satu penyakit yang berhubungan
dengan aktivitas hormon androgen, beberapa dermatologis dan industri
farmakologi mengembangkan anti androgen topikal sebagai salah satu terapi akne
yang tidak mempunyai efek sistemik. Studi yang dikembangkan adalah tentang
penggunaan topikal dari 17-propylmesterolone, akan tetapi preparat ini belum
tersedia secara komersial.
2.10 PROGNOSIS
Onset dari akne vulgaris sangat bervariasi, dimulai dari 6 hingga 8 tahun
dan kemudian tidak timbul lagi hingga umur 20 atau lebih.Kejadian akne ini
biasanya diikuti oleh remisi yang terjadi secara spontan. Walaupun rata-rata
pasien akan mengalami penyembuhan pada usia awal 20an tapi ada juga yang
masih menderita akne hingga decade ketiga sampai decade keempat.
Pada umumnya prognosis dari akne ini cukup baik, pengobatan sebaiknya
dimulai pada awal onset munculnya akne. Pada kebanyakan kasus, akne biasanya
sembuh secara spontan ketika melewati usia remaja dan memasuki usia 20an.
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Kelvin
Umur
: 15 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Pemeriksaan
3.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan dengan pasien pada tanggal, Selasa, 7 April 2015.
Jam 10.35 WIB di Poliklinik Umum Kulit dan Kelamin, Unit Rawat Jalan RSUD
Gambiran Kediri.
Keluhan Utama
Bentol Kemerahan pada wajah dan gatal
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin dengan keluhan muncul bentol
kemerahan diwajah dan terasa gatal, pasien mengatakan seperti jerawat, awalnya
pasien bilang seperti merintis kecil-kecil terus seperti bentol, muncul tiba-tiba
diwajah sekitar 1 bulanan dan bertambah banyak. Keluhan serupa juga dirasakan
di daerah dada dan punggung, namun merintis hanya beberapa tidak sebanyak
diwajah. Kalau ada yang muncul kadang dipencet karena merasa risih, dan
menjadi hitam. Pasien juga sering menggaruk bentolan itu bila terasa gatal dan
semakin meluas di daerah pipi dan wajah. Sebelumnya pasien sering gonta ganti
sabun wajah, keluhan ini belum pernah diobati sama sekali. Pasien tidak sedang
dalam masalah atau stress. tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan. Pasien juga
mengaku senang mengkonsumsi gorengan dan pedas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Psikososial
3.5 RESUME
Laki-laki, 15 tahun, seorang pelajar kelas 2 SMP datang ke Poli Kulit dan
Kelamin dengan keluhan muncul bentol kemerahan diwajah dan terasa gatal,
pasien mengatakan seperti jerawat, awalnya pasien bilang seperti merintis kecilkecil terus seperti bentol, muncul tiba-tiba diwajah sekitar 1 bulanan dan
bertambah banyak. Keluhan serupa juga dirasakan di daerah dada dan punggung,
namun merintis hanya beberapa tidak sebanyak diwajah. Kalau ada yang muncul
kadang dipencet karena merasa risih, dan menjadi hitam. Pasien juga sering
menggaruk bentolan itu bila terasa gatal dan semakin meluas di daerah pipi dan
wajah. Sebelumnya pasien sering gonta ganti sabun wajah, keluhan ini belum
pernah diobati sama sekali. Pasien tidak sedang dalam masalah atau stress. tidak
sedang mengkonsumsi obat-obatan. Pasien juga mengaku senang mengkonsumsi
gorengan dan pedas.
3.6 DIAGNOSIS
Akne vulgaris tipe papulopustular
3.7 DIAGNOSIS BANDING
- Erupsi akneiformis
- Folikulitis
- Akne venenata
- Rosasea
3.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
3.9 PENATALAKSANAAN
a. NONMEDIKAMENTOSA
1. Tetap menjaga kebersihan wajah (rajin membersihkan wajah/cuci
wajah)
2. Jangan gonta-ganti sabun wajah, pilih yang sesuai jenis kulit untuk
jerawat..
3. Hindari
berlemak.
makan
kacang-kacangan,
gorengan,
dan
makanan
2.
3.10 PROGNOSIS
Quo ad Vitam
Quo ad Sanam
Quo ad Fuctionam
Quo ad Kosmetika
: Bonam
: Bonam
: Bonam
: Dubia ad bonam
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada kasus ini Kelvi, 15 tahun, pelajar kelas 2 SMP datang ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUD Gambiran Kediri pada tanggal, Senin, 7 April 2015
dengan keluhan timbul bentol kemerahan diwajah dan terasa gatal.
Diagnosis akne vulgaris pada pasien ditegakan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada anamnesis dijumpai keluhan utama berupa bentol
kemerahan yang disertai dengan rasa gatal sekitar 1 bulanan minggu, dan bentol
timbul akibat pasien sering gonta-ganti sabun wajah dan senang mengkonsumsi
makanan yang berminyak dan pedas. Pada anamnesis kemungkinan timbulnya
keluhan disebabkan oleh faktor etiologi salah satunya kosmetika dan higien
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andrianto, P., dan Sukardi, E., 1988, Kapita Selekta Dermato-Venerologi, Akne
Vulgaris, EGC, Jakarta, Hal : 132-135.
2. Strauss, J. S., 1991, Acne & Rosacea, Dermathology, Ed. Milton Orkin, dkk.,
firs edition, Alarge Medical Book, Hall International Inc., Minnesota, Hal :
332-339.
3. Wasitaatmadja, S., 2002, Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofema, Ilmu
Penyakit kulit Dan Kelamin, Ed. Adhi Djuanda, Edisi ke-3, Cetak ulang 2002
dengan perbaikan, FKUI, Hal :235-241.
4. Widjaja, E., 2000, Rosasea dan Akne Vulgaris, Ilmu Penyakit Kulit, Ed.
Marwali Harahap, Cetakan 1, Hipokrates, Jakarta, Hal :31 45.
5. Siregar , R. S., Akne Vulgaris, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Ed.
Carolin wijaya & Peter Anugrerah, Cetakan III, EGC, Jakarta, Hal : 209 214.
6. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne Vulgaris and
Acneiform Eruptions. In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A,
Leffell D, eds. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7 th ed. New
York: McGraw-Hill; 2008. p: 690-703.
7. James WD, Berger TG, Eston DM, Acne. In: James WD Berger TG, Eston DM.
Andrews diseases of the skin, 10th ed. WB Saunders Company, Canada.2011;
231-39.