TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Sindroma paraneoplastik adalah sekelompok gangguan klinis yang
berkaitan dengan penyakit keganasan yang tidak berhubungan langsung dengan
efek fisi dari tumor primer ataupun metastasis. Sindroma ini mungkin terjadi
akibat produksi subtansi oleh tumor, deplesi dari substansi normal, ataupun
respon dari host terhadap tumor yang akhirnya menyebabkan timbulnya
gejala.2
2. Patogenesis
Penyebab dari sindrom paraneoplastik belum diketahui. Tetapi secara
umum, terdapat 4 mekanisme patogenesis yaitu:
1. Sekresi hormon yang tidak wajar
Sekresi hormon yang berlebihan terjadi pada beberapa kasus seperti
hiperkalsemia dan SIADH (syndrome of inappropriate secretion of
antidiuretic hormone). Umumnya pada kedua sindroma endokrin ini
terjadiproduksi peptida hormon yang tidak wajar oleh sel tumor. Pada
SIADH terjadi produksi hormon anti-diuretik yang berlebihan. Sementara
itu pada hiperkalsemia terdapat produksi berlebihdari parathyroid hormone
(PTH)-related protein (PTHrP).
2. Konversi metabolik hormon steroid
Banyak sel normal dan nonendokrin maligna yang memproduksi
sejumlah protein hormon yang berfungsi secara autokrin atau parakrin.
Beberapa jenis kanker memproduksi hormon dalam jumlah yang banyak
atau memiliki kemampuan untuk mengubah suatu molekul menjadi bentuk
yang aktif yang pada akhirnya mengakibatkan manifestasi sistemik. Pada
androgen
menjadi
estradiol,
sehingga
menimbulkan
hiponatermia
memprediksikan
memerlukan
kadar
natrium
monitoring
secara
yang
akurat,
intensif
maka
untuk
dari
itu
pasien.
Pada
pasien
kanker
dengan
hiperkalsemia,
hasil
laboratorium menunjukkan peningkatan kadar kalsium, kadar PTH rendahnormal, dan sering kali kadar PTHrP yang tinggi.7
Sama halnya dengan SIADH, penatalaksanaan yang efektif adalah
dengan mengobati kanker yang mendasari. Penting pula untuk
menghentikan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan hiperkalsemia
seperti suplemen kalsium, vitamin D, diuretik tiazid, antasid yang
mengandung kalsium, dan litium. Terapi lini utama pada hiperkalsemia
adalah koreksi cairan dengan normal saline, yang akan meningkatkan
glomerular filtration rate (GFR) dan menghambat reabsorpsi kalsium di
ginjal. Loop diuretik juga dapat ditambahkan setelah resusitasi cairan.
Pada penatalaksanaan ini perlu diperhatikan pencegahan terjadinya
dehidrasi. Bifosfonat intravena seperti pamidronate dan zoledronate juga
dapat diberikan karena dapat menghambat resorpsi osteoklas dan memiliki
efikasi yang tinggi.8 Pemberian kortikosteroid juga dapat menurunkan
6
atau
dapat
(paraneoplastik)
dan
tumor
ekstrapankreatik.
f) Akromegali
Gambaran klinisnya berupa raut muka yang kasar, peningkatan
ukuran
kaki/tangan.
Penyebabnya
adalah
peningkatan
hormon
Sindroma
Gejala Klinis
Hasil Laboratorium
SIADH
gait disturbances,
sering terjatuh, sakit
kepala, nausea, fatigue,
keram otot, anoreksia,
konfusi, letargi, kejang,
depresi pernafasan,
koma
Hiponatremia: ringan,
sodium 130-134 mEq/L;
sedang, sodium 125-129
mEq/L, kenaikan
osmolalitas urin (>100
mOsm/kg dalam konteks
hiponatermia non
hipovolemik)
Gangguan mental,
kelemahan, ataksia,
letargi, hipertoni, gagal
ginjal, nausea, muntah,
hipertensi, bradikardi
Hiperkalsemia: ringan,
kalsium 10.5-11.9 mg/dL;
sedang, kalsium 12.0-13.9
mg/dL; berat, kalsium
14.0 mg/dL, kadar PTH
yang rendah-normal (<20
pg/mL), Kenaikan kadar
PTHrP
Hiperglikemia
Kanker yang
Berhubungan
SCLC,
mesothelioma, bulibuli, uretra,
endometrium,
prostat, orofaringeal,
timoma, limfoma,
sarkoma Ewing, otak,
GI, payudara, adrenal
Payudara, mieloma
multipel, sel renal,
squamous cell
cancers (terutama
paru), limfoma
(termasuk HTLVyang berkaitan
dengan limfoma),
ovarium,
endometrium
Pilihan Pengobatan
Sindroma
Cushing
Hipoglikemia
SCLC, bronchial
carcinoid (tumor
paru neuroendokrin
dengan 50-60%
kasus sindroma
Cushing), timoma,
medullary thyroid,
GI, pankreas,
adrenal, ovarium
Mesotelioma,
sarkoma, paru, GI
Ketoconazole 600-1200
mg/hari/po, ocreotide 600-150
g/hari SC, atau ocreotide long
acting release 20-30 mg IM
setiap bulan, aminoglutethimid
0.5-2 gram/hari/po, metyrapon
0.5-8 gr/hari/po, etonidate 0.3
mg/kg/hari/po, mifepristone 10
20 mg/kg/hari/po,
adrenalektomi
Glukosa (oral, parenteral),
deksametason 4 mg 2 atau 3x
sehari prednison 10-15 mg/har
diaxozide 3-8 mjg/kg/hari/po
dibagi dalam 2 atau 3 dosis,
infus glukagon 0.06-0.3
mg/jam/IV, octreotide ~50-150
g/hari/SC atau octreotide LAR
20-30 mg IM setiap bulan
(biasanya dengan
kortikosteroid), human growth
hormone2 U/hari/SC (biasany
dengan kortikosteroid)
3.2. Hematologi
Kelainan hematologi pada sindroma paraneoplastik jarang simptomatik.
Kondisi ini biasanya baru terdeteksi setelah diagnosis kanker ditegakkan dan
biasanya ditemukan pada kasus stadium lanjut. Kondisi ini jarang membutuhkan
terapi spesifik dan mungkin dapat membaik dengan mengobati penyakit kanker
yang mendasari.
a) Eosinofilia
Eosinofilia sekunder pada sindroma paraneoplastik terjadi akibat
produksi eosinophil growth factors IL-3, IL-5, dan GM-CSF. Pada pasien
mungkin ditemukan adanya kenaikan kadar serum IL-3, IL-5, dan GMCSF, sama halnya dengan kenaikan kadar IL-2, kemoatraktan eosin.
Kanker yang paling banyak berhubungan yaitu, limfoma dan leukemia.
Eosinofilia paraneoplastik biasanya asimptomatik, tetapi pada kasus
10
gastrointestinal,
otak,
payudara,
ginjal,
dan
ginekologi.
Beberapa
terapi
pilihan
yaitu,
corticosteroids,
terapi androgen. Pada kasus timoma, gejala ini mungkin hilang setelah
timektomi dan terapi imunosupresi dibutuhkan pasca operasi.1
d) Trombositosis
Sekitar 35% pasien trombositosis dengan platelet >400 109/L
menderita penyakit keganasan. Trombositosis paraneoplastik terjadi akibat
produksi IL-61 oleh tumor dan juga mungkin disebabkan karena produksi
trombopoietin yang berlebihan atau dapat disebabkan oleh kelainan
sekunder seperti inflamasi, perdarahan, dan anemia hemolitik. 3 Kanker
yang berhubungan yaitu, limfoma dan tumor padat. Tidak ada terapi
spesifik untuk trombositosis paraneoplastik. Trombositosis biasanya
dikaitkan dengan kanker stadium lanjut dengan klinis yang lebih buruk.1
e) Trombositopenia
Kadar trombosit yang menurun didapatkan karena adanya antibodi
terhadap trombosit. Kanker yang berhubungan yaitu, limfoma.3
f) Anemia
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan hemoglobin,
hematokrit, skistositosis, dan penurunan prekursor eritroid. Anemia terjadi
karena penurunan relatif eritropoietin, hemolisis autoimun, pure red cells
aplasia. Anemia dapat terjadi pada semua kanker.3
g) Eritrositosis
Pada
pemeriksaan
laboratorium
didapatkan
peningkatan
laboratorium
didapatkan
leukositosis
>20.000/mm3. Reaksi ini disebabkan oleh sitokin dan dapat terjadi pada
semua kanker.3
i) Tromboemboli
Gambaran klinisya berupa migratory thrombosis,sterile valvular
vegetations, emboli sistemik, CVA (cerebrovascular accident). Hal ini
terjadi akibat ketidakseimbangan antara koagulasi dan fibrinolisis,
peningkatan katabolisme fibrinogen dan trombosit, penurunan kadar AT
12
Eosinofilia
Granulositosis
Pure Red
Cells Aplasia
Trombositosis
Gejala Klinis
Hasil Laboratorium
Kanker yang
Berhubungan
Pilihan Pengobatan
Dispnea, wheezing
Hipereosinofilia (>0.5
109/L); peningkatan serum
IL-5, IL-3, IL-2, dan GMCSF
Limfoma Hodgkin
dan non-Hodgkin,
CML, ALL, paru,
tiroid, GI, ginjal,
payudara, ginekologi
Asimptomatik
Granulosit (neutrofil)
>8x106/L, biasanya tanpa
peningkatan neutrofil
imatur; peningkatan LAP,
G-CSF
Timoma, leukemia,
limpoma, sindroma
mielodisplastik
Dispnea, pallor,
fatigue, syncope
Asimptomatik
13
BAB III
KESIMPULAN
semakin
bertambahnya
jumlah
penderita
kanker
dan
semakin
berkembangnya terapi dari kanker tersebut sehingga penderita kanker kini dapat
hidup lebih lama. Saat ini sindroma paraneoplastik telah dapat terdiagnosis
dengan baik, memiliki patogenesis yang cukup jelas, dan memiliki berbagai
pilihan pengobatan yang efektif. Kemampuan dalam mengenali serta mengobati
sindroma paraneoplastik diharapkan dapat memberikan berbagai keuntungan
seperti deteksi dini dari kanker, meningkatnya kualitas hidup pasien, dan
meningkatnya kualitas pengobatan tumor secara langsung.
14