PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu wujud tata kepemerintahan yang baik (good governance)
itu terdapatnya citra pemerintahan yang demokratis. Prinsip demokrasi yang
paling penting adalah meletakkan kekuasaan di tangan rakyat dimana pada
tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok
mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan pemerintah
dan negara, oleh karena kebijakan itu menentukan kehidupan rakyat.
Dalam sistem penyelenggaraan kenegaraan, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) ditetapkan sebagai salah satu unsur penyelenggara
pemerintahan Sebagaimana disebutkan pada Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 32
Tahun 2004 adalah penyelenggara urusan DPRD dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kedudukan DPRD sebagaimana yang diamanatkan oleh UU Nomor
32 Tahun 2004 implikasinya adalah antara kepala daerah dan DPRD benarbenar memiliki kesetaraan dan kesederajatan dan tidak ada dominasi salah
satu diantara keduanya .
DPRD ditempatkan kedalam susunan pemerintahan daerah bersama
kepala daerah, pola hubungan antara kepala daerah dan DPRD dilaksanakan
1
secara sub ordinat dalam arti tidak adanya posisi tawar DPRD terhadap
semua kebijakan yang diterbitkan oleh kepala daerah, sehingga eksistensi
DPRD pada masa orde baru tidak lebih hanya sebagai stempel untuk
melegalisasi setiap program dan kegiatan yang diajukan oleh kepala daerah,
apalagi harus melakukan kontrol terhadap jalannya pemerintah daerah.
Setelah runtuhnya rezim orde baru, DPRD yang ditetapkan sebagai lembaga
legislatif
fungsi kontrolnya terhadap pemerintah daerah. Hal ini terlihat dimana kepala
daerah memiliki kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban
kepada DPRD setiap akhir tahun dan akhir masa jabatan. Ketentuan tersebut
membuka peluang terjadinya penolakan oleh DPRD yang dapat berujung
pada upaya pemberhetian (impeachment) terhadap Kepala Daerah. Dalam
perkembangannya, supremasi DPRD atas Kepala Daerah tersebut ternyata
menimbulkan instabilitasi penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Melihat eksistensi lembaga DPRD di era otonomi daerah, maka sudah
sepantasnya DPRD dapat melaksanakan fungsi-fungsi yang dimilikinya
secara lebih optimal. Salah satu fungsi yang dimiliki oleh DPRD adalah fungsi
pengawasan. Fungsi pengawasan DPRD terhadap pemerintah daerah
merupakan hal yang sangat penting untuk dioptimalkan. Hal ini didasari
bahwa fungsi pengawasan DPRD terhadap pemerintah daerah memiliki
peran yang sangat penting dalam pengembangan demokrasi di Indonesia
khususnya di daerah, karena bagaimanapun juga DPRD adalah lembaga
daerah
yang
tercermin
dengan
pelaksanaan
fungsi
berbagai
kendala
terhadap
pelaksanaan
Perda.
Melalui
pemerintahan
daerah
khususnya
melakukan
fungsi
setiap tahun
Kabupaten
Sidenreng
Rappang
dalam
melaksanakan
fungsi
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka fokus penelitian ini
DPRD terhadap
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan bahan rujukan kepada masyarakat yang berminat
dalam memahami fungsi pengawasan DPRD tentang Retribusi
Pasar.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi anggota
DPRD
dalam
melaksanakan
tugasnya
sebagai
unsur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan
pustaka
merupakan
panduan
penulisan
dalam
aspek
konseptual dan teoritis. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai konsep
sasaran
dapat
dicapai
secara
dini
menghindari
terjadinya
pembangunan
sehingga
mampu
bertindak
sebagai
dan
produktivitas
optimal
dalam
penyelenggaraan
mengusahakan
agar
aparatur
pemerintah
dapat
10
dari tolak ukur ini, hasil pengawasan hanya mempunyai dua kemungkinan
yaitu : berjalan sesuai dengan standar atau terjadi penyimpangan.
Pengawasan dalam organisasi pemerintah diperlukan agar organisasi
pemerintahan
dapat
Pengawasan
disini
bekerja
secara
merupakan
unsur
efisien,
efektif
penting
untuk
dan
ekonomis.
meningkatkan
11
Dari berbagai definisi dan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengawasan pada dasarnya
adalah suatu kegiatan yang dilakukan agar pekerjaan dapat berjalan sesuai
dengan rencana sehinga tujuan dapat tercapai. Dalam penggunaan
pengawasan terdapat beberapa metode antara lain:
a. Metode Pengawasan Preventif
Pengawasan yang dilakukan pada tahap persiapan dan perencanaan
suatu kegiatan terhadap sebuah lembaga. Pengawasan ini bertujuan pada
aspek pencegahan dan perbaikan, termasuk pula pengusulan perbaikan atau
pembentukan regulasi baru untuk berbaikan standar kualitas terhadap
layanan publik. Pengawasan preventif dilakukan melalui pra audit sebelum
pekerjaan dimulai. Misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap
persiapan-persiapan kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga,
dan sumber-sumber lain.
b. Metode Pengawasan Refresif
Pengawasan terhadap proses-proses aktivitas pada sebuah lembaga.
Pengawasan bertujuan menghentikan pelanggaran dan mengembalikan pada
keadaan semula, baik disertai atau tanpa sanksi. Bentuk pengawasan yang
dilakukan melalui post-audit dengan melakukan pemeriksaan terhadap
pelaksanaan ditempat (inspeksi), meminta laporan pelaksanaan, dan
sebagainya.
12
pengawasan
langsung
maksudnya
pengawasan
yang
berwenang
baik
bersifat
ekstern
maupun
intern.
Sedangkan
dilakukan
oleh
BPK
dan
BPKP
sebagai
Negara,
pemerintah
provinsi,
Badan
Pengawasan
kabupaten/kota,
Daerah
serta
Satuan
feedforward
(pengawasan
umpan
di
depan).
menjamin
memadai,
kejelasan
ketersediaan
sasaran,
sumber
tersedianya
daya
yang
arahan
dibutuhkan
yang
dan
15
16
atau
kegagalan-kegagalan
ke
arah
perbaikan.
Sementara itu, dalam Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
disebutkan bahwa tujuan pengawasan adalah mencegah sedini mungkin
terjadinya
penyimpangan,pemborosan,kegagalan-kegagalan
dalam
pelaksanaan
17
bertujuan
untuk mendukung
kelancaran
dan
ketepatan
18
dari
rumusan-rumusan
ataupun
falsafah-falsafah
pengawasan yang telah dikemukakan tadi mau tidak mau harus dipahami
oleh semua pihak, baik pihak atau unsur pelaksana pengawasan maupun
pihak yang diawasi, sehingga proses-proses pembangunan atau yang terkait
dapat berjalan secara maksimal.
19
B. Konsep DPRD
Pada Pasal 40 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan
bahwa
DPRD
merupakan
lembaga
perwakilan
rakyat
daerah
dan
DPRD
provinsi
maka
disebut
DPRD
provinsi
dan
untuk
wilayah
terhadap
pelaksanaan
undang-undang,
peraturan
21
dalam
22
penyelesaiannya
atau
sebagai
tindak
lanjut
pelaksanaan
hak
23
kebijakan
pemerintah
daerah
dalam
melaksanakan
program
24
dapat
memberikan
perhatian
khususnya
dalam
mengawasi
b. Interim Control,
Interim control yaitu untuk memastikan layanan publik berjalan sesuai
standar yang ditetapkan dan memenuhi harapan masyarakat selama
pelayanan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Pengawasan juga bisa
25
c. Post Control,
Post Control memastikan layanan publik berjalan sesuai harapan, juga
diperuntukkan
atas
evaluasi
terhadap
target
yang
direncanakan.
DPRD
berdasarkan
hasil-hasil
pengawasan:
26
C.
Otonomi Daerah
Secara etimologi, istilah otonomi berasal dari bahasa latin, yaitu
autus yang artinya sendiri dan nomos yang artinya aturan. Dari sudut ini
kemudian beberapa ahli
berpendapat
bahwa
istilah
otonomi
mempunyai
makna
27
peraturan
perundang-undangan. 3
Sedangkan
Undang-undang
Haw Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom (Jakarta: Grafindo Persada, 2004),
28
Proses dari sentralisasi ke desentralisasi ini pada dasarnya tidak sematamata desentralisasi administratif, tetapi juga bidang politik dan sosial budaya.
Melaui otonomi diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan
seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif
mengatur daerah.
meningkatkan
kinerja,
mempertanggung-jawabkan
kepada
yang
nyata,
dan
bertanggung
jawab
kepada
daerah
merupakan langkah strategis dalam dua hal. Pertama, otonomi daerah dan
desentralisasi
Indonesia
merupakan
berupa
pembangunan,
jawaban
ancaman
rendahnya
bangsa,
kualitas
pembangunan
sumber daya
desentralisasi
merupakan langkah
menyongsong
era
globalisasi
atas
hidup
permasalahan
kemiskinan,
ekonomi
dengan
bangsa
ketidakmerataan
masyarakat,
strategis bangsa
lokal
dan
masalah
daerah
dan
Indonesia
untuk
memperkuat
basis
perekonomian daerah.5
29
mendorong
pembangunan
daerah
menggantikan
sistem
pemberian
otonomi
seluas-luasnya,
daerah
diberikan
sendiri,
yang
tujuannya
antara
lain
adalah
untuk
lebih
Mardiasmo, Otonomi dan manajemen keuangan daerah (Yogyakarta: ANDI offset, 2004),
hal. 96
30
utama
dari
desentralisasi.
Apabila
pemerintah
daerah
31
E. Peraturan Daerah
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang dimaksud
dengan Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan
bersama Kepala Daerah.
Definisi lain tentang Perda berdasarkan ketentuan Undang-Undang
tentang Pemerintah Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan Kepala
Daerah baik di Propinsi maupun di Kabupaten/Kota.
Menurut Sadu Wasisitiono dan Yonatan Wiyoso (2009 : 59), peranan
dari Perda meliputi:
1. Perda menentukan arah pembangunan dan pemerintahan di daerah.
Sebagai kebijakan publik tertinggi di daerah, Perda harus menjadi
acuan seluruh kebijakan publik yang dibuat termasuk di dalamnya
sebagai acuan daerah dalam menyusun program pembangunan
daerah.
Contoh
konkritnya
adalah
Perda
tentang
Rancangan
32
33
ketentuan-ketentuan
tertentu
yang
ditetapkan
dalam
peraturan daerah.
3. Memberikan beban kepada rakyat, misalnya pajak atau retribusi daerah.
4. Menetapkan segala sesuatu yang perlu diketahui oleh umum karena
menyangkut kepentingan rakyat, misalnya : mengadakan hutang-piutang,
menanggung pinjaman, mengadakan perusahaan daerah, meletakkan
dan mengubah anggaran pendapatan dan belanja daerah, mengatur gaji
pegawai dan lain-lain.
1. Mekanisme Pembentukan Perda
Rancangan peraturan daerah (Raperda) dapat berasal dari DPRD
atau kepala daerah (gubernur, bupati, atau walikota). Raperda yang
disiapkan oleh Kepala Daerah disampaikan kepada DPRD. Sedangkan
Raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD
kepada Kepala Daerah. Pembahasan Raperda di DPRD dilakukan oleh
DPRD bersama gubernur atau bupati/walikota. Pembahasan bersama
tersebut melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat komisi/panitia/alat
34
disetujui
bersama
tidak
ditandangani
oleh
Gubernur
atau
dengan
demikian
sangat
dibutuhkan
adanya
peningkatan
penerimaan dari sektor pendapatan asli daerah ini. Salah satu sektor yang
menjadi sumber pemasukan terhadap pendapatan asli daerah adalah berasal
dari pemungutan retribusi daerah, dimana dalam pelaksanaannya ditetapkan
melalui peraturan daerah.
Dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, dijelaskan bahwa apa
yang dimaksud dengan Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi,
35
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Selanjutnya Perda Retribusi dibagi atas tiga golongan :
a.
b.
oleh
melindungi
kepentingan
umum
dan
menjaga
kelestarian
lingkungan.
E. Retribusi Pasar
Pasar dalam pengertian sehari - hari yang kita kenal sesbagai tempat
jual beli barang-barang kehidupan sehari-hari. Ada pula yang mengartikan
sebagai tempat terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual, namun
pengertian pasar disini adalah pengertian pasar secara umum.
36
37
38
asli
daerahnya
dengan
berusaha
menciptakan
sumber
karena
dapat
penciptaan
membebani
pendapatan
masyarakat
asli
daerah
dengan
yang
baru
bertambahnya
pungutan.
Berdasarkan hal tersebut, maka peran retribusi pasar haruslah
berorientasi pada pelayanan yang baik dalam memuaskan pengguna fasilitas
pasar, baik dad segi aksesbilitas penjual dan pembeli, diperlukan penataan
pasar yang memadai dan ditunjang oleh tingkat keamanan dan kenyamanan
39
Pengawasan Politik
DPRD Kabupaten
Sidenreng Rappang
Preliminary Control
Interm Control
Post Cntrol
PERDA
RETRIBUSI
PASAR
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksananakan di wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang
(Sidrap) dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan penghasilan
masyarakat dari sektor hasil bumi dimana pusat penjualan terutama pada
produksi hasil bumi dan juga produksi hasil ternak terdapat pada semua
pasar khususnya
PAD.
B. Tipe dan Dasar Penelitian
Dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metodologi kualitatif untuk menghasilkan temuan atau kebenaran yang
didalam
penelitian
kualitatif
disebut
kebenaran
intersubjektif,
yakni
kebenaran yang dibangun dari jalinan berbagai faktor yang bekerja bersamasama, seperti budaya dan sifat unik manusia, maka realitas kebenaran
adalah sesuatu yang dipresepsikan oleh yang melihat bukan sekedar fakta
41
42
Data sekunder
43
44
wawancara yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal
ini adalah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi
pedoman wawancara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari
pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan
mempersiapkan
diri
untuk
melakukan
wawancara.
Tahap
persiapan
45
46
dianalisa
secara
kuantitatif,
akan
tetapi
hanya
sebagai
pelengkap
1. Reduksi Data
Pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan data mentah, dengan
menggunakan alat-alat yang perlu seperti rekaman MP3, field note, serta
observasi yang dilakukan penulis selama berada dilokasi penelitian. Pada
tahap ini sekaligus dilakukan proses penyeleksian, penyederhanaan,
pemfokuskan, dan pengabstraksian data dari field note dan transkrip hasil
wawancara. Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan dengan
membuat singkatan, kategorisasi, memusatkan tema, menentukan batasbatas permasalahan. Reduksi data sperti ini diperlukan sebagai analisis yang
akan menyeleksi, mempertegas, membuat fokus dan membuang hal yang
tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah
kesimpulan.
Pada tahap selanjutnya, setelah memperoleh data hasil wawancara
yang berupa rekaman MP3, catatan lapangan, dan pengamatan lainnya,
47
48
Sajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan mudah memahami dan
mengerti.
3. Penyimpulan Data
Dari hasil pengumpulan data yang telah diperoleh peneliti menemukan
berbagai hal-hal penting yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pada
saat mengolah data peneliti sudah mendapat kesimpulan sementara,
kesimpulan sementara yang masih berdasarkan data akan dipahami dan
dikomentari oleh peneliti yang pada akhirnya akan mendeskripsikan atau
menarik suatu kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang telah diperoleh.
Penelitian berakhir ketika peneliti sudah merasa bahwa data sudah jenuh dan
setiap penambahan data baru hanya berarti ketumpang tindihan
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
49
51
Daerah
Tingkat
II
Sidenreng
Rappang
dengan
pusat
Seiring dengan itu pula, terbit pula Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor U.P.7/73-374 tanggal 28 Januari 1960 yang menetapkan Andi Sapada
Mappangile sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sidenreng Rappang
yang Pertama. Pada 18 Peberuari 1960, Andi Sapada Mappangile kemudian
10
52
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
11
53
Timur Indonesia. Saat ini tercatat sebanyak dua juta ekor lebih Unggas yang
dikembangbiakkan di Sidenreng Rappang atau yang biasa juga disingkat
SIDRAP adalah Daerah yang berlokasi di Propinsi Sulawesi Selatan, sekitar
185 km ke arah Utara Makassar. Luas wilayahnya 2.506,19 km2 atau sekitar
3% dari total luas wilayah Sulawesi Selatan dengan ketinggian antara 10 m
1500 m dari permukaan laut.
Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang memiliki dua jenis musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan AprilSeptember dan musim kemarau terjadi pada bulan Oktober-Maret. Suhu
Udara mencapai 250 270 C, dan Altitude mencapai 100 150 m dpl.
Peruntukan lahan di SIDRAP didominasi oleh 37.212 ha Sawah Irigasi,
19.162 ha Padang Rumput, dan 15.326 ha Kerkebunan Kelapa. Peruntukan
lahan lainnya termasuk Sawah Tanah Kering (8.987 ha), Cokelat (6.765 ha),
Buah Kemiri (6.398 ha), Cengkeh (4.064 ha), Kacang Mente (2.304 ha), Lada
Hitam (210 ha), Kopi (172 ha), dan Pohon Kapuk (141 ha) (BPS Sidrap
2004). Sidrap dianggap sebagai Produsen Utama Komoditas Pertanian.
Kabupaten ini merupakan Produsen/Pengekspor BERAS paling besar, juga
Pengekspor Daging Sapi/Ternak di Sulawesi Selatan. Beras di Ekspor ke
Negara-Negara Timur Tengah, sedangkan Daging Sapi/Ternak di Ekspor ke
Jakarta dan Kalimantan.
Jumlah penduduknya sebanyak kurang lebih 250.000 jiwa dengan
kepadatan penduduk 126 jiwa/km2, dan pertumbuhan penduduk pertahun
54
sebesar 0,25%. Masyarakat SIDRAP sangat Rajin dan Pekerja Keras, serta
Berpegang Teguh pada Prinsip Lokal Resopa Temmangingngi Namalomo
Naletei Pammase Dewata (Hanya Dengan Kerja Keraslah Rahmat Tuhan
Bisa Diperoleh). Kebanyakan keluarga bergantung pada sektor pertanian
sebagai sumber mata pencaharian mereka. Kondisi ekonomi makro yang
positif mampu menutupi rendahnya kondisi ekonomi sebagian besar
masyarakatnya. Data Daerah mengindikasikan bahwa pada tahun 2003 65%
Penduduknya mampu Hidup Layak, dan 8% Hidup dibawah Garis
Kemiskinan
Nama
Masa Jabatan
H. Andi Sapada
(1960 1966)
Mappangile
H. Arifin Numang
(1966 1978)
H. Opu Sidik
(1978 1988)
H. M. Yunus Bandu
(1988 1993)
Drs. A. Salipolo Palalloi
(1993 1998)
H. S. Parawansa, S.H
(1998 2003)
H. Andi Ranggong
(2003 2008)
H. Rusdi Masse
(2008 sekarang)
Sumber BPS Kabupaten Sidenreng Rappang
Desa
7
3
5
4
4
6
5
5
10
7
11
56
Bidang
Perekonomian
dan
Pemerintahan,
Keuangan,
dan
Komisi
Komisi
II
merupakan
Bidang
III
merupakan
Bidang
13
dan masa
57
14
58
internasional
dan
antar
daerah,
pendidikan,
kesehatan,
peternakan,
perkebunan,
kehutanan,
pengadaan
dan
59
pemerintah
dan
pemerintah daerah,
d. Menyiapkan masukan tentang bahan-bahan temuan kepada pansus
LKPJ-KDH untuk dipertimbangkan sebagai bahan masukan dalam
penyusunana dan catatan rekomendasi DPRD terhadap LKPJ-KDH
tahun anggaran sebelumnya.
60
penyelesaian
badan musyawarah.
Badan Legislasi Daerah merupakan alat kelengkapan DPRD bersifat
tetap, dibentuk dalam rapat paripurna DPRD,memiliki tugas: 16
a. Menginterventaris seluruh perda yang ada untuk dibuat klasifikasinya
kedalam tiga kelompok:
1. Perda yang sudah tidak berfungsi sebagai instrumen hukum untuk
perda semacam ini diusulkan dan diganti dengan perda yang baru.
2. Perda yang sebagian materinya sudah tidak sesuai dengan kondisi
sosiologis masyarakat atau bertentangan dengan peraturan
15
16
61
pembulatan
dan
pemantapan
perkembangan
dan
melaukan
evaluasi
terhadap
62
saran
dan
pendapat
kepada
bupati
dalam
63
penyelidikan,
verifikasi
dan
klarifikasi
19
64
65
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
66
dengan Hamka, SP
: memberikan
bahwa
21
pengawasan
DPRD
terhadap
Peraturan
daerah
68
Andi Fahcry, A. B. S.Pi selaku Seketaris Komisi II DPRD Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap),Rabu
tanggal 8 februari 2012 pukul 10.00 Wita di Kantor DPRD Kabupaten Sidenreng Rappang
69
maupun kebijakan dan program lainnya yang dilahirkan DPRD. Oleh karena
itu, setiap komisi akan melakukan pengawasan terhadap Peraturan daerah
yang berada pada ranah tugas dan wewenang bidang masing-masing.
Komisi 1 akan melakukan pengawasan di bidang Pemerintahan, Hukum dan
Politik. Komisi II melakukan pengawasan di bidang Ekonomi Keuangan.
Komisi
III
melakukan
pengawasan
di
bidang
Pembangunan
dan
Sidenreng
Rappang
(Sidrap).
yaitu
Andi
Fachry A.
B.
70
pengaturan yang telah dihasilkan, dan aspek yang kedua adalah DPRD
mengawasi lembaga/instansi yang terkait atas suatu Peraturan daerah. Oleh
karena itu tindak lanjut hasil pengawasan yang dilakukan DPRD Kabupaten
Sidenreng Rappang akan berujung pada ke dua aspek tesebut dimana dapat
berupa perbaikan regulasi yang ada maupun penyempurnaan kebijakan yang
telah
di
hasilkan
dan
pencegahan
tindakan
penyelewengan
atau
71
temuan-temuan
hasil
pengawasan
yang
diperoleh
dilapangan,
1. Preliminary Control
Preliminary Control merupakan pengawasan awal anggota DPRD
pada saat pembahasan anggaran. Dalam pengawasan pendahuluan ini
anggota DPRD sangat diharapkan perannya dalam meneliti setiap usulan
khususnya anggaran dari penyedia layanan masyarakat menyangkut tentang
perda retribusi pasar ini diharapkan DPRD Kabupaten Sidenreng Rappang
lebih melihat kesesuaian dengan tingkat pendapatan pedagang khususnya
dari sisi biaya retribusi
Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
daerah disebutkan bahwa DPRD memiliki fungsi pengawasan, fungsi
pengawasan
tersebut
dilakukan
terhadap
beberapa
hal
antara
lain
setelah
menerima
usulan
atau
Kabupaten Sidenreng
rancangan
perda
maka
Wawancara dengan Ahmad D. SP. Msi selaku kepala bidang retribusi ,tanggal 13
februari 2012 pukul 13.45. Wita di Kantor Dispenda Kabipaten Sidenreng
Rappang
74
berkaitan
dengan
kebijakan
pemerintah
merupakan
bentuk
pleno
dengan mendengarkan
Gerindra
yang
merupakan
misi
perjuangan
partai
yaitu
28
75
hasil
survey
pemerintah
para
pedagang
terlalu
rendah
dan
kios-kios
tertentu
banyak
memberikan
keuntungan
dalam
76
untuk dievalusai kembali jika disetujui baru diundangkan yang tidak sama
dengan perda lainnya yang nonretribusi. 29
77
meliputi
biaya
investasi,
penyusutan,
kebersihan,
2. Interim Control
30
Wawancara dengan Ahmad D. SP. Msi selaku kepala bidang retribusi ,tanggal
21 februari 2012 pukul 13.45. Wita
78
79
`
Dalam pengawasan dewan pada perda ini sangat serius oleh karena
merupakan
tanggunjawab
bersama
dengan
pemerintah
Kabupaten
80
dilakukan tindakan
33
81
dilihat dari segi jumlahnya cukup besar yang menyediakan kebutuhan seharihari. Penjalasan ini diberikan pada Dispenda
Peninjauan lapangan atas pelaksanaan perda tersebut merupakan
pengawasan politik dalam pelaksnaan suatu kebijkan pemerintah sebagai
tindak lanjut bentuk pengawasan yang sering dilakukan oleh
DPRD
Kabupaten Sidenreng Rappang , dalam hal ini Komisi II, adalah dengan
melakukan kunjungan lapangan. Sebagaimana yang dipaparkan Andi Fachry
A. B. S.Pi:
.Naa jadi setiap tahun kita berkunjung ke pasar-pasar, kadang kita
bagi dua umpamanya ada yang ke timur ada yang ke barat, masuk ke
pasar-pasar, kita mencoba sharing dengan pedagang-pedagang disitu
tentang bagaimana pelaksanaan Retribusi yang berjalan selama ini. 34
Dalam kesempatan wawancara lainnya, juga memberikan informasi
mengenai pengawasan yang dilakukan terhadap Perda Retribusi Pasar
Muhammad Ali Hafid :
.Kalau Perda Tentang Retribusi pasar saja contoh, nah implementasi dari
Perda ini kita juga langsung turun ke lapangan melihat sinkronisasi dengan
fakta-fakta yang ada dilapangan, disini kita juga melihat landasan dalam
mengevaluasi awal apakah Perda Retribusi Pasar ini masih relevan dan
kondisi sosial ekonomi masyarakat, ini kita lihat. 35
34
82
83
36
Wawancara dengan Ahmad D. SP. Msi selaku kepala bidang retribusi ,tanggal 21
februari 2012 pukul 13.45. Wita
84
penyelewengan
anggaran
retribusi
pasar
terhadap
pemerintah
penentuan
tarif
bagi
pedagang
disemua
kalangan
yang
Andi Fahcry, A. B. S.Pi selaku Seketaris Komisi II DPRD Kab. Sidenreng rappang,
tanggal 8 februari 2012 pukul 10.00 Wita di Kantor II DPRD Kabupaten Sidenreng
Rappang
86
yang berupa kios, menjadi obyek dari retribusi pasar yang tergolong dalam
retribusi jasa umum, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
2001 tentang Retribusi Daerah bahwa fasilitas pasar yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah yang dikontrakkan kepada pengguna jasa pasar
termasuk jenis retribusi pasar.
Retribusi pasar berada dibawah tanggung jawab Dinas Pendapatan
daerah, dimana dalam penarikan retribusinya dilakukan oleh pihak Pengelola
pasar yang yang telah dibentuk dan bertanggung jawab. DPRD Kabupaten
Sidenreng Rappang dalam mengawasi jalannya Peraturan daerah dapat
mengetahui
hasil
atas
Peraturan
daerah
ketika
Perda
tersebut
87
pula pada aparatur pelaksana dari instansi pemerintah daerah yang terkait
dalam sebuah Peraturan daerah dilakukan untuk meminta keterangan atau
untuk mengkonsultasikan maupun mengkoordinasikan atas permasalahanpermasalahan yang dihadapi dalam implementasi Peraturan daerah.
Secara garis besar Dinas Pendapatan Daerah Sidenreng Rappang
secara
panjang
lebar
menjelasakan
bahwa
retribusi
daerah
dapat
Catatan Sipil;
Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
Retribusi Pelayanan Pasar;
Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
88
BAB IV
PE N U T U P
Pada bab ini, penulis akan menarik beberapa kesimpulan berdasarkan
dari pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya. Sebagai bahan masukan dari penulis maka akan dikemukakan
pula beberapa saran demi penyempurnaan pelaksanaan tugas-tugas
pengawasan DPRD di masa yang akan datang.
A. Kesimpulan
Secara garis besar pengawasan DPRD Kabupaten Sidrap terhadap
Peraturan Daerah dapat dilakukan oleh suluruh alat kelengkapan yang ada di
DPRD Kabupaten Sidenreng Rappang baik Pimpinan, Panitia Musyawarah,
Panitia Anggaran, Komisi-komisi, dan Fraksi. Namun dalam pelaksanaan
pengawasan terhadap peraturan daerah khusus retribusi Pasar lebih intens
89
pemerintah
dilakukan
program
peningkatan
pembangunan
yang
dengan
kebijakan
pemerintah
merupakan
bentuk
90
sedangkan
gardu
dan
pelataran
ini
yang
banyak
91
92
a. Perlunya diperhatikan aspirasi rakyat dalam mentukan isi satu perda yang
akan dikeluarkan sehingga dalam penerapannya dapat berjalan dengan
baik begitupula pengawasan jelas dilakukan oleh DPRD.
b. Perlu disusun pedoman pengawasan baik itu agenda pengawasan serta
metodologi pengawasan yang akan dilakukan oleh DPRD Kabupaten
Sidenreng Rappang(Sidrap), sehingga fungsi pengawasan tersebut dapat
berjalan lebih terarah.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Miriam, 1981. Dasar-dasar Ilmu Politik. Gramedia, Jakarta.
FORMAPPI, 2005. Lembaga Perwakilan Rakyat Indonesia, Studi, dan
Analisis Sebelum dan Setelah Perubahan UUD 1945 (Kritik, Masalah
dan Solusi). Formappi dan AusAid.
Haris, Syamsudin, 2007. Desentralisasi & OtonomiDaerah:Desentralisasi,
Demokrasi, dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah. UPI Press, Jakarta.
Husen, La Ode, 2005. Hubungan Fungsi Pengawasan DPR Dengan BPK
Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. CV. Utomo, Bandung.
Idrus, Muhammad, 2007. Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif). UII Press, Yogyakarta.
Komisi Pemberantasan Korupsi, 2005. Telaah Peran Anggota DPRD. Jakarta.
Kurnia, Muhammad, 2001. Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD
Terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah Di Kabupaten Selayar.
Sebuah Skripsi.
LGSP, 2009. Pengawasan DPRD Terhadap Pelayanan Publik Panduan
Untuk DPRD. LGSP, Jakarta.
Marbun, BN, 2006. DPRD Pertumbuhan dan Cara Kerjanya. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
93
1. Peraturan-peraturan
Undang-undang Dasar 1945
94
2. Internet
http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/PDF/Sutaat.pdf
http://www.slideshare.net/DadangSolihin/peran-dprd-dalam-pembuatanperda-dan-pengawasannya
http://blogger.kebumen.info/docs/konsep-pengawasan-dprd.php
http://www.slideshare.net/DadangSolihin/konsep-dan-teoripengawasan/download
http://konsepnegaraideal.blogspot.com/2009/05/fungsi-pengawasan-dalammewujudkan.html
http://cetak.bangkapos.com/opini/read/187/Fungsi+Pengawasan+DPRD.html
http://www.docstoc.com/docs/25394264/Fungsi-DPRD-dalam-PengawasanKinerja-Pemerintahan-Daerah
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4731/1/067005057.pdf
http://intanghina.wordpress.com/2008/05/30/mekanisme-pengawasan-dprdterhadap-penyelenggaraan-retribusi-pasar-di-kecamatan-babakanciparay-kota-bandung/
95
96