Dosen Pengampu :
Asyarurahim, SE
Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
EKA RIANA W
(1362046)
HANITA YOSEPHINE DE F (1362072)
IKA RADITA L
(1362083)
MELISA ELYANAWATI (1362113)
1 Sunariyah (2003:4)
investasi yang tersedia di pasaran antara lain tabungan, deposito, reksadana, obligasi,
saham, emas dan properti.2
Investasi adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus:
PDB = C + I + G + (X-M)
Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential
(seperti pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru).
Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan
kaitannya I = (Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi
yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat
untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan
meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan
dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan
dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.
Beberapa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga. Definisi
efek adalah suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah tangankan dalam
bentuk surat berharga, saham/obligasi, bukti hutang (Promissory Notes), bunga atau
partisipasi dalam suatu perjanjian kolektif (Reksa dana), Hak untuk membeli suatu
saham (Rights), garansi untuk membeli saham pada masa mendatang atau instrumen
yang dapat diperjual belikan. Seperti halnya;
- Invertasi Tanah : diharapkan dengan bertambahnya populasi dan penggunaan tanah;
-
penerimaan
pemerintah dari sektor minyak bumi serta membekaknya pembayaran utang luar
negeri, peranan investasi pemerintah menurun.
Sebaliknya, peranan investasi swasta meningkat, kemudian sejajar dengan
membaiknya lagi penerimaan pemerintah namun kali ini berkat kenaikan pesat
penerimaan pajak, peranan investasi pemerintah pun meningkat kembali sehingga
kontribusi relatif investasi swasta sedikit menurun.
Perkembangan investasi sepanjang PJP I bahkan melebihi pertumbuhan produk
nasional. Rasio investasi terhadap produksi nasional melonjak cukup berarti, dari
semula 18% kemudian 30,5%. Lonjakan rasio ini merupakan pertanda kenaikan
kapasitas produksi nasional. Semua itu dimungkinkan berkat kenaikan dalam sumber
pembiayaannya, baik dari tabungan dalam negeri maupun dari dana luar negeri.
Tabungan domestik meningkat dengan laju rata rata 12,6% per tahun. Peranan
tabungan domestik dalam pembiayaan investasi telah meningkat dari 82% pada Pelita
I Menjadi sekitar 91% pada pelita V.
Disektor investasi swasta, selama periode 1 januari 1967 hingga 15 juli 1994
secara kumulatif telah disetujui sebanyak 8703 proyek PMDN dengan nilai total
Rp275.413,7 Miliar. Dalam kurun waktu yang sama jumlah PMA yang disetujui
sebanyak 2.907 proyek dengan nilai total US$83.945,6 juta. Namun dari jumlah
jumlah yang disetujui itu,realisasi kumulatif hanya 5649 proyek PMDN dengan nilai
total 82,949 persen. Sedangkan realisasi kumulatif PMA hana 1649 proyek (56,72%)
dengan nilai total US$26.742 juta (31,86%). Mayoritas Investasi oleh pihak swasta
tertanam disektor sekunder atau sektor industri pengolahan (manufacturing), baik
PMDN maupun PMA, baik dilihat berdasarkan jumlah proyek maupun berdasarkan
nilai investasinya.
Dilihat secara regional,sebagian besar proyek-proyek PMDN dan PMA berlokasi
di wilayah Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta, baik tatkalah persetujuannya
diterbitkan maupun sesudah proyek proyek itu diwujudkan. Dalam perbandingan antar
pulau, 63,3% nilai MDN terkonsentrasi di Pulau Jawa. Proporsi nilai PMA yang
menumpuk dipulau ini lebih besar lagi, 67,5% (Angka-angka dihitung berdasarkan
data persetujuan kumulatif sampai dengan 15 juli 1994). Khusus mengenai PMA,nilai
investasi terbesar berasal dari Jepang. Para investor dari negeri matahari terbit ini
menguasai sekitar se-per-lima nilai PMA di Indonesia, termasuk nilai proyek-proyek
patungannya dengan beberapa negara.
Indonesia menghadapi berbagai
tantangan
dalam
mencerahkan
iklim
investasinya di masa datang, baik secara internal di dalam negeri sendiri maupun
secara eksternal dari negara lain. Di dalam negeri, tantangan itu antara lain masih
belum memadainya ketersedian sarana dan prasarana perekonomian yang berupa
barang-barang publik. Sementara keuangan pemerintah justru harus dikelola lebih
efisien, kalangan swasta biasanya enggan atau tidak tertarik untuk menanam modal
bagi penyediaan barang publik.
Berdampingan dengan tantangan-tantangan yang dihadapi,tentu saja terdapat
berbagai peluang yang kita miliki. Peluang tersebut misalnya kemantapan situasi
politik di tanah air, perkembangan mengesankan dalam kualitas sumber daya manusia,
keterbukaan perekonimian kita serta keberhasilan pembangunan selama ini yang tentu
saja merupakan kredibilitas tersendiri. Di tengah tantangan dan peluang-peluang itulah
pemerintah mencanagkan target-target tertentu untuk investasi di masa datang.3
Berikut adalah Tabel Investasi Dari tahun 1990 s/d 2007:
3 http://irfan-nurdnsyah.blogspot.com/2011/02/perkembangan-dan-sasaran-umum-investasi.html
diakses tanggal 16 Maret 2015
Perkembangan
investasi
di
Indonesia
menunjukkan
keadaan
yang
menentukan.
Perlu diselenggarakan pemupukan dan pemanfaatan modal dalam negeri dengan
cara rehabilitasi pembaharuan, perluasan, pembangunan dalam bidang produksi
Indonesia sendiri.
Untuk memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki oleh orang asing.
Penanaman modal (investment), penanaman uang atau modal dalam suatu usaha
dengan tujuan memperoleh keuntungan dari usaha tersebut. Investasi sebagai
wahana dimana dana ditempatkan dengan harapan untuk dapat memelihara atau
perdaganagan umum.
PMDN dapat merupakan sinergi bisnis antara modal Negara dan modal swasta
nasional. Misal: di bidang telekomunikasi, perkebunan.
10
Syarat-syarat PMDN
Indonesia (Ps 1:1 UU No. 6/1968) baik langsung maupun tidak langsung.
Pelaku Investasi : Negara dan swasta. Pihak swasta dapat terdiri dari orang dan
khusus, dll.
Batas waktu berusaha : merujuk kepada peraturan dan kebijakan masing-masing
daerah.
Tenaga kerja: wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali apabila
jabatan-jabatan tertentu belum dapat diisi dengan tenaga bangsa Indonesia.
Mematuhi ketentuan UU ketenagakerjaan (merupakan hak dari karyawan).
satu atap.
Diundangkan peraturan perundang-undnagan yang berkaitan dengan otonomi
daerah, maka perlu ada kejelasan prosedur pelayanan PMA dan PMDN.
BKPM. Instansi pemerintah yang menangani kegiatan penanaman modal dalam
dapat
melimpahkan
11
12
memaksa.
Adanya jaminan hukum yang mencegah kesewenang-wenangan.
13
disepakati. Nilai tukar yang fleksibel. Sehingga memudahkan para investor untuk
berinvestasi.
3. Perbedaan PMA dan PMDN
Modal Asing :
1. waktu pemakaiannya terbatas
2. merupakan beban tetap, baik perusahaan dalam keadaan untung maupun rugi.
3. pemilik modal asing tidak berhak ikut campur dalam pengurusan perusahaan.
4. resiko yang ditanggung lebih besar.
5. untuk memperolehnya, harus dengan borg (jaminan).
Modal Sendiri :
1. waktu pemakaiannya tidak terbatas.
2. tidak merupakan beban tetap, tapi tergantung pada pendapatan perusahaan dan
kalau perusahaan rugi tidak merupakan beban.
3. bagi pemilik modal sendiri pada umumnya dapat menjadi pengelola perusahaan.
4. resiko yang ditanggung lebih kecil.
5. untuk memperolehnya tidak diperlukan borg (jaminan).
D. KEBIJAKAN INVESTASI INDONESIA
Salah satu ciri umum negara terbelakang adalah kelangkaan modal. Sebab utama
kelangkaan modal adalah kecilnya tabungan atau lebih tepat kurangnya investasi di dalam
sarana produksi yang mampu menaikkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Maka bila
dibandingkan dengan Indonesia, keadaan tersebutlah yang terjadi saat ini, hal ini dapat
dilihat dari sejumlah fakta seperti tertundanya keinginan pemerintah untuk membangun
sejumlah infrastruktur akibat kurangnya dana yang dimiliki oleh pemerintah, tingkat
produktivitas dan kemampuan individual masyarakat juga rendah, ketergantungan
masyarakat terhadap bantuan pemerintah, serta kurangnya sarana produksi yang dimiliki
masyarakat dan sektor swasta. Akibatnya adalah derajat ekonomi, kesehatan, serta tingkat
pengganguran yang tinggi.
Keadaan tersebut bisa dikurangi jika pemerintah bisa membangun dan menciptakan
sarana produksi tadi. Pembangunan dan penciptaan sarana produksi tersebut adalah
dengan membangun infrastruktur yang mendukung program tersebut, permasalahannya
adalah dana untuk merealisasikannya tidak mencukupi. Dalam hal ini sebenarnya sektor
swasta dalam negeri mempunyai peran yang strategis yaitu dengan membantu pemerintah
dalam mengumpulkan dana tersebut. Namun kondisi sektor swasta pun tidak mampu
untuk memikul tanggung jawab itu. Sehingga kebutuhan akan penyediaan dana dari luar
menjadi pilihan utama kebijakan pembangunan ekonomi.
Kebijakan tersebut cukup realities mengingat pemerintah tidak lagi mempunyai
pilihan lain yang mendukung. Oleh karena itu, pemerintah dengan segala daya upaya
14
mencoba untuk menegaskannya dalam sebuah kebijakan, yang salah satunya dengan
mengeluarkan Inpres Nomor 3 tahun 2006 tentang paket kebijakan perbaikan iklim
investasi. Selain itu sejumlah pertemuan baik bilateral maupun multilateral juga sudah
dilaksanakan, salah satunya dengan menyelenggarakan Infrastructure Summit for
Indonesia, ditambah dengan serangkaian promosi ke berbagai negara investor.
1. Kebijakan Dasar Penanaman Modal
Pemerintah memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri
dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional (Pasal 4
ayat 2). Perlakuan terhadap penanaman modal :
Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang
berasal dari negara manapun yang melakukan kegiatan penanaman modal di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 6 ayat 1).
Namun demikian, perlakuan ini tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu
negara yang memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.
penanaman modal;
hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal;
kompensasi atas kerugian;
kompensasi atas pengambil alihan;
15
pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus dibayar
untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang dilakukan di bawah kontrak
16
1. Tingkat pengembalian investasi yang tercermin dari trend Incremental Capital Output
Ratio (ICOR) yang mengalami penurunan. Penurunan ICOR ini menunjukkan adanya
indikasi produktifitas kapital yang mengalami penurunan.
2. Rata-rata prosentase realisasi PMA terhadap permohonan yang diajukan hanya
berkisar 50 % sejak tahun 1990an. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar
rencana proyek asing yang sudah mendapat izin dari pemerintah tidak jadi
dilaksanakan.
3. Dari sisi ketersediaan infrastruktur, Indonesia boleh dikatakan masih terbelakang
dibandingkan beberapa negara tetangga.
4. Produktifitas tenaga kerja pada periode setelah krisis menunjukkan penurunan, dan
masih lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga.
5. Pembangunan sumber daya manusia belum menunjukkan kemajuan yang signifikan
dibandingkan dengan negara tetangga yang ditunjukkan dengan pengeluaran
pendidikan terhadap total pengeluaran pemerintah.
6. Tingginya risiko baik di tingkat makro maupun tingkat mikro.
7. Menurut survei yang dilakukan oleh World Bank menunjukkan dari sisi jumlah
prosedur, waktu dan biaya untuk memulai usaha, proses memulai usaha di Indonesia
termasuk yang mempunyai hambatan besar dibandingkan dengan negara lain.
8. Sementara itu, dari sisi governance, tingkat korupsi Indonesia masih belum
menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal tersebut merupakan penyebab micro risk
dalam melakukan aktifitas ekonomi di Indonesia masih tinggi.7
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi pada zaman sekarang ini berdampak pada kehidupan penduduk
suatu negara. Semuanya ini berpengaruh pada kesejahteran rakyat banyak. Penguatan peran
dan kelembagaan pemerintah sangat penting untuk mendukung keberhasilan kebijakan
investasi. Daya tarik investasi bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain meningkatkan
pelayanan perijinan, meningkatkan kepastian hukum,meningkatkan diversifikasi pasar dan
mendorong komoditi lokal yang bernilai tambah tinggi. Investasi didorong dengan
meningkatkan akses UKM pada sumberdaya produktivitas. Tanpa lembaga dan kapasitas yang
siap maka kebijakan tidak bisa terealisasi secara maksimal. Tujuan dan prospek yang ingin
dicapai sulit untuk dicapai dan kemungkinannya malah akan hilang. Pemerintah perlu menata
kembali fungsi organisasi dan manajemen yang ada saat ini.
Perkembangan investasi di Indonesia menunjukkan keadaan yang menggembirakan.
Pada tahun 2007, total investasi di Indonesia mencapai Rp 983,9 triliun (atas dasar harga
berlaku). Angka ini hampir tujuh belas kali lipat dibandingkan investasi pada tahun 1990 yang
sebesar Rp 58,9 triliun.Investasi tersebut dilakukan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat/swasta. Meskipun demikian, peranan investasi pemerintah relatif kecil. Dari total
investasi pada tahun 2007, hanya 12,75 persen (Rp 125,4 triliun) yang merupakan investasi
pemerintah, sedangkan sebagian besar lainnya (87,25 persen atau Rp 858,5 triliun) merupakan
investasi masyarakat.
Pengaturan tentang kegiatan penanaman modal di Indonesia diatur dalamUU No. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, disebutkan bahwa
kegiatan penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas kepastian hukum. Sementara itu
yang dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang
meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap
kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.
18
18
DAFTAR PUSTAKA