Anda di halaman 1dari 19

0

PERKEMBANGAN INVESTASI & TABUNGAN MASYARAKAT


Makalah ini ditulis dan diajukan guna untuk memenuhi salah satu syarat dari
mata kuliah PEREKONOMIAN INDONESIA

Dosen Pengampu :
Asyarurahim, SE

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

EKA RIANA W
(1362046)
HANITA YOSEPHINE DE F (1362072)
IKA RADITA L
(1362083)
MELISA ELYANAWATI (1362113)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu teori ekonomi pembangunan yang sampai sekarang masih digunakan
adalah teori Tabungan dan Investasi oleh Harrod-Domar. Dalam teori ini mencapai
kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan
investasi. Kalau tabungan dan investasi rendah maka pertumbuhan ekonomi suatu negara

juga akan rendah. Masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah


menambahkan investasi modal, masalah keterbelakangan adalah masalah kekurangan
modal. Kalau ada modal dan modal itu diinvestasikan hasilnya adalah pembangunan
ekonomi.
Dewasa ini hampir di semua negara, khususnya negara berkembang membutuhkan
modal asing. Modal asing itu merupakan suatu hal yang semakin penting bagi
pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran investor asing nampaknya tidak
mungkin dihindari. Yang menjadi permasalahan bahwa kehadiran investor asing ini
sangat dipengaruhi oleh kondisi internal suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik
negara, penegakan hukum.
Penanaman modal memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi
investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu ditanamkan serta
bagi negara asal para investor. Pemerintah menetapkan bidang-bidang usaha yang
memerlukan penanaman modal dengan berbagai peraturan. Selain itu, pemerintah juga
menentukan besarnya modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal asing.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan dan sasaran investasi secara umum di Indonesia?
2. Bagaimana pembentukan modal domestik bruto di Indonesia?
3. Apa yang dimaksud dengan PMDN dan PMA?
4. Apa saja kebijakan-kebijakan yang ada pada investasi?
5. Bagaimana determinan investasi di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan dan sasaran investasi di Indonesia
2. Untuk mengetahui pembentukan modal domestik bruto di Indonesia
3. Untuk mengetahui pengertian dari PMDN dan PMA
4. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan investasi di Indonesia
5. Untuk mengetahui determinan investasi yang ada di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1

A. Perkembangan dan Sasaran Umum Investasi


1. Investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa
yang akan datang.1
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian dari modal barang yang
tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang. Produk-produk

1 Sunariyah (2003:4)

investasi yang tersedia di pasaran antara lain tabungan, deposito, reksadana, obligasi,
saham, emas dan properti.2
Investasi adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus:
PDB = C + I + G + (X-M)
Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential
(seperti pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru).
Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan
kaitannya I = (Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi
yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat
untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan
meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan
dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan
dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.
Beberapa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga. Definisi
efek adalah suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah tangankan dalam
bentuk surat berharga, saham/obligasi, bukti hutang (Promissory Notes), bunga atau
partisipasi dalam suatu perjanjian kolektif (Reksa dana), Hak untuk membeli suatu
saham (Rights), garansi untuk membeli saham pada masa mendatang atau instrumen
yang dapat diperjual belikan. Seperti halnya;
- Invertasi Tanah : diharapkan dengan bertambahnya populasi dan penggunaan tanah;
-

harga tanah akan meningkat di masa depan.


Investasi Pendidikan : dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian, diharapkan

pencarian kerja dan pendapatan lebih besar.


Investasi Saham : diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil kerja
atau penelitian.
2

2. Perkembangan Investasi di Indonesia


Semenjak diberlakukannya Undang-undang No.1/Tahun 1967, No.11/Tahun
1997 tentang PMA dan undang-undang No.6/Tahun 1968, No.12/Tahun 1970 tentang
PMDN, investasi cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu. Walaupun
demikian, pada tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. Kecenderungan
peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi oleh kalangan masyarakat atau
sektor swasta, baik PMDN maupun PMA, namun juga penanaman modal oleh
pemerintah. Ini berarti pembetukan modal domestik bruto meningkat dari tahun ke
tahun.
Penanaman modal oleh dunia usaha meningkat pesat terutama dalam dasawarsa
1980-an sesudah pemerintah meluncurkan sebuah paket kebijksanaan deregulasi dan
2 Senduk (2004:24)

debirokratisasi. Dalam dasawarsa 1970-an bagian terbesar penanaman modal negeri


berasal dari sektor pemerintah. Keadaan tersebut sekarang terbalik. Selama paruh
pertawa dasawarsa 1990-an sebagian besar investasi domestik berasal dari dunia usaha
dan masyarakat. Investasi oleh pemerintah sendiri juga tetap bertambah sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan akan sarana dan prasarana serta pelayanan dan dasar lainnya.
Dalam pembiayaan pembangunan sepanjang PJP 1 telah terjadi peningkatan
pesat investasi. Apabila pada awal PJP 1 nilai investasi total (diukur dengan harga
konstan tahun 1983) baru mencapai angka Rp 3,7 Triliun, pada tahun 1992 nilai itu
sudah mencapai bilangan Rp 34,7 Triliun. Itu berarti setiap tahun investasi naik
dengan laju rata-rata sekitar 10%.Sepanjang kurun waktu itu peranan sektor swasta
dalam keseluruhan investasi nasional sangat fluktuatif. Pada masa 10 tahun pertama,
maksudnya tahun 1970-an, peranan investasi swasta mengalami penurunan seiring
dengan meningkatnya pesat investasi pemerintah. Pada masa sewindu berikutnya,
periode awal 1980-an hingga tahun1987, sejalan dengan merosotnya

penerimaan

pemerintah dari sektor minyak bumi serta membekaknya pembayaran utang luar
negeri, peranan investasi pemerintah menurun.
Sebaliknya, peranan investasi swasta meningkat, kemudian sejajar dengan
membaiknya lagi penerimaan pemerintah namun kali ini berkat kenaikan pesat
penerimaan pajak, peranan investasi pemerintah pun meningkat kembali sehingga
kontribusi relatif investasi swasta sedikit menurun.
Perkembangan investasi sepanjang PJP I bahkan melebihi pertumbuhan produk
nasional. Rasio investasi terhadap produksi nasional melonjak cukup berarti, dari
semula 18% kemudian 30,5%. Lonjakan rasio ini merupakan pertanda kenaikan
kapasitas produksi nasional. Semua itu dimungkinkan berkat kenaikan dalam sumber
pembiayaannya, baik dari tabungan dalam negeri maupun dari dana luar negeri.
Tabungan domestik meningkat dengan laju rata rata 12,6% per tahun. Peranan
tabungan domestik dalam pembiayaan investasi telah meningkat dari 82% pada Pelita
I Menjadi sekitar 91% pada pelita V.
Disektor investasi swasta, selama periode 1 januari 1967 hingga 15 juli 1994
secara kumulatif telah disetujui sebanyak 8703 proyek PMDN dengan nilai total
Rp275.413,7 Miliar. Dalam kurun waktu yang sama jumlah PMA yang disetujui
sebanyak 2.907 proyek dengan nilai total US$83.945,6 juta. Namun dari jumlah
jumlah yang disetujui itu,realisasi kumulatif hanya 5649 proyek PMDN dengan nilai
total 82,949 persen. Sedangkan realisasi kumulatif PMA hana 1649 proyek (56,72%)
dengan nilai total US$26.742 juta (31,86%). Mayoritas Investasi oleh pihak swasta
tertanam disektor sekunder atau sektor industri pengolahan (manufacturing), baik

PMDN maupun PMA, baik dilihat berdasarkan jumlah proyek maupun berdasarkan
nilai investasinya.
Dilihat secara regional,sebagian besar proyek-proyek PMDN dan PMA berlokasi
di wilayah Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta, baik tatkalah persetujuannya
diterbitkan maupun sesudah proyek proyek itu diwujudkan. Dalam perbandingan antar
pulau, 63,3% nilai MDN terkonsentrasi di Pulau Jawa. Proporsi nilai PMA yang
menumpuk dipulau ini lebih besar lagi, 67,5% (Angka-angka dihitung berdasarkan
data persetujuan kumulatif sampai dengan 15 juli 1994). Khusus mengenai PMA,nilai
investasi terbesar berasal dari Jepang. Para investor dari negeri matahari terbit ini
menguasai sekitar se-per-lima nilai PMA di Indonesia, termasuk nilai proyek-proyek
patungannya dengan beberapa negara.
Indonesia menghadapi berbagai

tantangan

dalam

mencerahkan

iklim

investasinya di masa datang, baik secara internal di dalam negeri sendiri maupun
secara eksternal dari negara lain. Di dalam negeri, tantangan itu antara lain masih
belum memadainya ketersedian sarana dan prasarana perekonomian yang berupa
barang-barang publik. Sementara keuangan pemerintah justru harus dikelola lebih
efisien, kalangan swasta biasanya enggan atau tidak tertarik untuk menanam modal
bagi penyediaan barang publik.
Berdampingan dengan tantangan-tantangan yang dihadapi,tentu saja terdapat
berbagai peluang yang kita miliki. Peluang tersebut misalnya kemantapan situasi
politik di tanah air, perkembangan mengesankan dalam kualitas sumber daya manusia,
keterbukaan perekonimian kita serta keberhasilan pembangunan selama ini yang tentu
saja merupakan kredibilitas tersendiri. Di tengah tantangan dan peluang-peluang itulah
pemerintah mencanagkan target-target tertentu untuk investasi di masa datang.3
Berikut adalah Tabel Investasi Dari tahun 1990 s/d 2007:

3 http://irfan-nurdnsyah.blogspot.com/2011/02/perkembangan-dan-sasaran-umum-investasi.html
diakses tanggal 16 Maret 2015

Perkembangan

investasi

di

Indonesia

menunjukkan

keadaan

yang

menggembirakan. Pada tahun 2007, total investasi di Indonesia mencapai Rp 983,9


triliun (atas dasar harga berlaku). Angka ini hampir tujuh belas kali lipat dibandingkan
investasi pada tahun 1990 yang sebesar Rp 58,9 triliun. Investasi tersebut dilakukan
baik oleh pemerintah maupun masyarakat/swasta. Meskipun demikian, peranan
investasi pemerintah relatif kecil. Dari total investasi pada tahun 2007, hanya 12,75
persen (Rp 125,4 triliun) yang merupakan investasi pemerintah, sedangkan sebagian
besar lainnya (87,25 persen atau Rp 858,5 triliun) merupakan investasi masyarakat.
Pengaturan tentang kegiatan penanaman modal di Indonesia diatur dalamUU
No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a,
disebutkan bahwa kegiatan penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas
kepastian hukum. Sementara itu yang dimaksud dengan asas kepastian hukum
adalah asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang
penanaman modal.
Dalam konteks ini yang dimaksud dengan kepastian hukum adalah adanya
konsistensi peraturan dan penegakan hukum di Indonesia. Konsistensi peraturan
ditunjukkan dengan adanya peraturan yang tidak saling bertentangan antara satu
peraturan dengan peraturan yang lain, dan dapat dijadikan pedoman untuk suatu
jangka waktu yang cukup, sehingga tidak terkesan setiap pergantian pejabat selalu
diikuti pergantian peraturan yang bisa saling bertentangan.
3. Sasaran Umum Investasi di Indonesia
Sebagai contoh sasaran investasi di bidang properti di beberapa kota di
Indonesia di luar Jakarta dan Surabaya mengalami laju pertumbuhan properti

mengesankan. Mereka adalah Medan, Bandung, Balikpapan, Pekanbaru, Solo dan


Yogyakarta.4
Colliers International Indonesia menilai, secara umum, bergairahnya properti
enam kota tersebut didorong perekonomian yang terus bertumbuh. Hal ini
mengundang minat para pengembang membangun dengan nilai investasi lumayan
besar. Nama-nama besar seperti Lippo Group, Ciputra Group, Agung Podomoro
Group, Sahid Group pun kepincut membagi kue investasinya ke kota-kota tersebut.
Investasi properti di Pekanbaru, Bandung, Balikpapan, Solo, serta Yogyakarta
berpotensi meningkat, tapi tergantung karakternya. Misalnya: Yogyakarta tidak cocok
bagi apartemen. Sebab, wilayah ini rawan gempa ujar Ferry Salanto, Associate
Director Colliers International.
Medan contohnya: Tak dimungkiri bila ibukota Sumatera Utara ini masih
merupakan commercial and business hub untuk Pulau Sumatera. Saat ini, terdapat
delapan proyek berskala multifungsi yang sedang dalam konstruksi. Proyek-proyek
tersebut memiliki varian berbeda, mulai dari pusat belanja, hotel, apartemen, trade
center, ruko, hingga kondominium-hotel.
Berbeda dengan Bandung yang memiliki 11 mixed use project. Jenis proyek
yang tengah dalam proses pembangunan, lebih didominasi oleh apartemen dan hotel.
Ini disebabkan karena tipikal investasi yang diminati pengembang adalah sesuai
dengan karakter Bandung sebagai kota destinasi wisata belanja dan kuliner. Jadi,
kebutuhan hunian dan fasilitas akomodasi lebih tinggi dibanding pusat belanja.
Pekanbaru, Balikpapan, Solo dan Yogyakarta juga tak mau ketinggalan.
Keempatnya berpacu menjadi yang paling menarik dan menjanjikan untuk investasi
properti. Saat ini, terdapat 4 pengembangan multifungsi yang tengah berlangsung di
Pekanbaru. Demikian halnya dengan Balikpapan yang diramaikan oleh tiga proyek
berskala mixed use.
Ketiga proyek tersebut terkonsnetrasi di pusat kota. Sementara Sahid Yogyakarta
Lifestyle Center, Mataram City dan Malioboro City mengisi laju pertumbuhan properti
di Yogyakarta. Solo sendiri saat ini tengah disibukkan dengan pembangunan The Park
Solo dan Solo Center Point.
B. Pembentukan Modal Domestik Bruto
Untuk mendapatkan gambaran mengenai perkembangan investasi dari waktu ke
waktu, ada tiga macam cara (berdasarkan tiga gugus data) yang bias dilakukan. Pertama,
dengan menyoroti kontribusi pembentukan modal domestic bruto dalam konteks
4 http://properti.kompas.com/read/2013/05/27/1711091/Enam.Kota.Sasaran.Investasi.Properti
diakses tanggal 16 Maret 2015

permintaan agregat, yakni melihat sumbangan dan perkembangan variable I dalam


identitas pendapatan nasional Y = C + G + X M. data I merupakan data keseluruhan
investasi domestic secara bruto, meliputi baik investasi oleh swasta (PMDN dan PMA)
maupun oleh pemerintah. Cara kedua ialah dengan mengamati data-data PMDN dan
PMA dengan cara ini berarti kita hanya mengamati investasi oleh kalangan dunia usaha
swasta saja. Adapun cara ketiga adalah dengan menelaah perkembangan dana investasi
yang disalurkan oleh dunia perbankan. Cakupan data dengan cara ini tentu saja relatif
lebih terbatas karena belum memperhitungkan modal sendiri yang ditanamkan oleh
investor. Namun demikian, sebagai salah satu pendekatan untuk memperoleh gambaran
perihal perkembangan investasi, cara terakhir ini sama sahihnya dengan kedua cara
sebelumnya.
Data pembentukan modal domestic bruto (I) dalam konteks identitas pendapatan
nasional (Y = C + G + X M) Indonesia dihitung dan disajikan oleh Biro Pusat Statistik.
BPS menyajikannya secara kuartalan dan tahunan, diterbitkan melalui seri publikasi
mereka berjudul Pendapatan Nasional Indonesia. Data pembentukan modal domestic
bruto mempunyai dua unsur, yaitu pembentukan modal tetap domestic bruto dan
ditambah perubahan stok.
Pengeluaran investasi yang dimaksud disini adalah pembentukan modal domestik
mencakup pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru dari dalam negeri dan
barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri. Barang modal adalah peralatan yang
digunakan untuk berproduksi atau menghasilkan barang baru dimasa mendatang dan
biasanya mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih. Pembentukan modal
domestik bruto dibedakan atas pembentukan modal tetap berupa bangunan/konstruksi dan
pembentukan modal tetap berupa mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan.5
C. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Pengertian
Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Ketentuan
mengenai Penanaman Modal diatur didalam Undang-undang No. 25 Tahun 2005
tentang Penanaman Modal.

5 http://karyatulisilmiah.com/konsep-pendapatan-nasional/ diakses tanggal 17


Maret 2015

Penanam modal Dalam Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan WNI,


badan usaha Negeri, dan/atau pemerintah Negeri yang melakukan penanaman
modal di wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha
terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha
yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan
modal Negeri atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No.
36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang
Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Latar Belakang PMDN

Penyelenggaraan pembangunan ekonomi nasional adalah untuk mempertinggi


kemakmuran rakyat, modal merupakan factor yang sangat penting dan

menentukan.
Perlu diselenggarakan pemupukan dan pemanfaatan modal dalam negeri dengan
cara rehabilitasi pembaharuan, perluasan, pembangunan dalam bidang produksi

barang dan jasa.


Perlu diciptakan iklim yang baik, dan ditetapkan ketentuan-ketentuan yang

mendorong investor dalam negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia.


Dibukanya bidang-bidang usaha yang diperuntukan bagi sektor swasta.
Pembangunan ekonomi selayaknya disandarkan pada kemampuan rakyat

Indonesia sendiri.
Untuk memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki oleh orang asing.
Penanaman modal (investment), penanaman uang atau modal dalam suatu usaha
dengan tujuan memperoleh keuntungan dari usaha tersebut. Investasi sebagai
wahana dimana dana ditempatkan dengan harapan untuk dapat memelihara atau

menaikkan nilai atau memberikan hasil yang positif.


Pasal 1 angka 2 UUPM menyebutkan bahwa PMDN adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara RI yang dilakukan oleh

penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.


Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal dalam negeri adalah
perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Negara RI, atau daerah yang

melakukan penanaman modal di wilayah Negara RI (Pasal 1 angka 5 UUPM).


Bidang usaha yang dapat menjadi garapan PMDN adalah semua bidang usaha

yang ada di Indonesia.


Namun ada bidang-bidang yang perlu dipelopori oleh pemerintah dan wajib
dilaksanakan oleh pemerintah, misal: yang berkaitan dengan rahasia dan
pertahanan Negara.

PMDN di luar bidang-bidang tersebut dapat diselenggarakan oleh swasta


nasional. Misal : perikanan, perkebunan, pertanian, telekomunikasi, jasa umum,

perdaganagan umum.
PMDN dapat merupakan sinergi bisnis antara modal Negara dan modal swasta
nasional. Misal: di bidang telekomunikasi, perkebunan.

Faktor Faktor yang Mempengaruhi PMDN

Potensi dan karakteristik suatu daerah


Budaya masyarakat
Pemanfaatan era otonomi daerah secara proposional
Peta politik daerah dan nasional
Kecermatan pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan local dan peraturan
daerah yang menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia bisnis dan investasi

10

Syarat-syarat PMDN

Permodalan: menggunakan modal yang merupakan kekayaan masyarakat

Indonesia (Ps 1:1 UU No. 6/1968) baik langsung maupun tidak langsung.
Pelaku Investasi : Negara dan swasta. Pihak swasta dapat terdiri dari orang dan

atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum di Indonesia.


Bidang usaha : semua bidang yang terbuka bagi swasta, yang dibina, dipelopori

atau dirintis oleh pemerintah.


Perizinan dan perpajakan : memenuhi perizinan yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah. Antara lain : izin usaha, lokasi, pertanahan, perairan, eksplorasi, hak-hak

khusus, dll.
Batas waktu berusaha : merujuk kepada peraturan dan kebijakan masing-masing

daerah.
Tenaga kerja: wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali apabila
jabatan-jabatan tertentu belum dapat diisi dengan tenaga bangsa Indonesia.
Mematuhi ketentuan UU ketenagakerjaan (merupakan hak dari karyawan).

Tata Cara PMDN

Keppres No. 29/2004 tentang penyelenggaraan penanam modal dalam rangka

PMA dan PMDN melalui sistem pelayanan satu atap.


Meningkatkan efektivitas dalam menarik investor, maka perlu menyederhanakan
sistem pelayanan penyelenggaraan penanaman modal dengan metode pelayanan

satu atap.
Diundangkan peraturan perundang-undnagan yang berkaitan dengan otonomi

daerah, maka perlu ada kejelasan prosedur pelayanan PMA dan PMDN.
BKPM. Instansi pemerintah yang menangani kegiatan penanaman modal dalam

rangka PMA dan PMDN.


Pelayanan persetujuan, perizinan, fasilitas penanaman modal dalam rangka PMA
dan PMDN dilaksanakan oleh BKPM berdasarkan pelimpahan kewenangan dari
Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Dept yang membina bidang-bidang

usaha investasi melalui pelayanan satu atap.


Gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangannya

dapat

melimpahkan

kewenangan pelayanan persetujuan, perizinan dan fasilitas penanaman modal

kepada BKPM melalui sistem pelayanan satu atap.


Kepala BKPM dalam melaksanakan sistem pelayanan satu atap berkoordinasi

dengan instansi yang membina bidang usaha penanaman modal.


Segala penerimaan yang timbul dari pemberian pelayanan persetujuan, perizinan
dan fasilitas penanaman modal oleh BKPM diserahkan kepada isntansi yang
membidangi usaha penanaman modal.

11

2. Penanaman Modal Asing (PMA)


Pengertian
Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan
membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan.
Penanaman Modal di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 25
tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
dengan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (Pasal 1 Undang-Undang Nomor
25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal).
Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak mempunyai kelebihan
diantaranya sifatnya jangka panjang, banyak memberikan andil dalam alih
teknologi, alih keterampilan manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan
kerja ini, sangat penting bagi negara sedang berkembang mengingat terbatasnya
kemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan kerja.
Fungsi Penanaman Modal Asing bagi Indonesia
1) Sumber dana modal asing dapat dimanfaatkan untuk mempercepat investasi
dan pertumbuhan ekonomi.
2) Modal asing dapat berperan penting dalam penggunaan dana untuk perbaikan
struktural agar menjadi lebih baik lagi.
3) Membantu dalam proses industrilialisasi yang sedang dilaksanakan.
4) Membantu dalam penyerapan tenaga kerja lebih banyak sehingga mampu
mengurangi pengangguran.
5) Mampu meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat.
6) Menjadi acuan agar ekonomi Indonesia semakin lebih baik lagi dari
sebelumnya.
7) Menambah cadangan devisa negara dengan pajak yang diberikan oleh
penanam modal.
Tujuan Penanaman Modal Asing
1) Untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang rendah, manfaat
pajak lokal dan lain-lain.
2) Untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan-perusahaan lain.
3) Untuk mendapatkan return yang lebih tinggi daripada di negara sendiri
melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sistem perpajakkan
yang lebih menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik.
4) Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu Negara.

12

Faktor yang Mempengaruhi Berkurangnya PMA


1) Instabilitas Politik dan Keamanan.
2) Banyaknya kasus demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan.
3) Pemahaman yang keliru terhadap pelaksanaan Undang-Undang Otonomi
Daerah serta belum lengkap dan jelasnya pedoman menyangkut tata cara
4)
5)
6)
7)
8)
9)

pelaksanaan otonomi daerah.


Kurangnya jaminan kepastian hukum.
Lemahnya penegakkan hukum.
Kurangnya jaminan/ perlindungan Investasi.
Dicabutnya berbagai insentif di bidang perpajakkan.
Masih maraknya praktek KKN.
Citra buruk Indonesia sebagai negara yang bangkrut, diambang disintegrasi dan
tidak berjalannya hukum secara efektif makin memerosotkan daya saing

Indonesia dalam menarik investor untuk melakukan kegiatannya di Indonesia.


10) Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia.
Hal Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam PMA
a) Bagi Investor
Adanya kepastian hukum.
Fasilitas yang memudahkan transfer keuntungan ke negara asal.
Prospek rentabilitas, tak ada beban pajak yang berlebihan.
Adanya kemungkinan repatriasi modal (pengambilalihan modal oleh
pemerintah pusat dan daerah) atau kompensasi lain apabila keadaan

memaksa.
Adanya jaminan hukum yang mencegah kesewenang-wenangan.

b) Bagi Penerima Investasi


Pihak penerima investasi harus sadar bahwa kondisi sosial, politik, ekonomi

negaranya menjadi pusat perhatian investor.


Dicegah tindakan yang merugikan negara penerima investasi dalam segi

ekonomis jangka panjang dan pendek.


Transfer teknologi dari para investor.
Pelaksanaan investasi langsung atau investasi tidak langsung betul-betul
dilakukan dengan prinsip saling menguntungkan (mutual benefit) dan
terutama pembangunan bagi negara/ daerah penerima.

Faktor Penarik Investor Asing


Transparansi pasar keuangan dalam informasi yang terpercaya yang mengalir
dalam suatu aliran yang stabil. Tidak adanya transparansi selama proses investasi
dapat sangat membatasi rentang perhatian para investor asing. Pasar finansial yang
terbuka harus dibebaskan dari kendali pemerintah langsung dan perdagangan
bawah tangan (insider trading). Adanya aturan hukum para ahli ekonomi yang telah

13

disepakati. Nilai tukar yang fleksibel. Sehingga memudahkan para investor untuk
berinvestasi.
3. Perbedaan PMA dan PMDN
Modal Asing :
1. waktu pemakaiannya terbatas
2. merupakan beban tetap, baik perusahaan dalam keadaan untung maupun rugi.
3. pemilik modal asing tidak berhak ikut campur dalam pengurusan perusahaan.
4. resiko yang ditanggung lebih besar.
5. untuk memperolehnya, harus dengan borg (jaminan).
Modal Sendiri :
1. waktu pemakaiannya tidak terbatas.
2. tidak merupakan beban tetap, tapi tergantung pada pendapatan perusahaan dan
kalau perusahaan rugi tidak merupakan beban.
3. bagi pemilik modal sendiri pada umumnya dapat menjadi pengelola perusahaan.
4. resiko yang ditanggung lebih kecil.
5. untuk memperolehnya tidak diperlukan borg (jaminan).
D. KEBIJAKAN INVESTASI INDONESIA
Salah satu ciri umum negara terbelakang adalah kelangkaan modal. Sebab utama
kelangkaan modal adalah kecilnya tabungan atau lebih tepat kurangnya investasi di dalam
sarana produksi yang mampu menaikkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Maka bila
dibandingkan dengan Indonesia, keadaan tersebutlah yang terjadi saat ini, hal ini dapat
dilihat dari sejumlah fakta seperti tertundanya keinginan pemerintah untuk membangun
sejumlah infrastruktur akibat kurangnya dana yang dimiliki oleh pemerintah, tingkat
produktivitas dan kemampuan individual masyarakat juga rendah, ketergantungan
masyarakat terhadap bantuan pemerintah, serta kurangnya sarana produksi yang dimiliki
masyarakat dan sektor swasta. Akibatnya adalah derajat ekonomi, kesehatan, serta tingkat
pengganguran yang tinggi.
Keadaan tersebut bisa dikurangi jika pemerintah bisa membangun dan menciptakan
sarana produksi tadi. Pembangunan dan penciptaan sarana produksi tersebut adalah
dengan membangun infrastruktur yang mendukung program tersebut, permasalahannya
adalah dana untuk merealisasikannya tidak mencukupi. Dalam hal ini sebenarnya sektor
swasta dalam negeri mempunyai peran yang strategis yaitu dengan membantu pemerintah
dalam mengumpulkan dana tersebut. Namun kondisi sektor swasta pun tidak mampu
untuk memikul tanggung jawab itu. Sehingga kebutuhan akan penyediaan dana dari luar
menjadi pilihan utama kebijakan pembangunan ekonomi.
Kebijakan tersebut cukup realities mengingat pemerintah tidak lagi mempunyai
pilihan lain yang mendukung. Oleh karena itu, pemerintah dengan segala daya upaya

14

mencoba untuk menegaskannya dalam sebuah kebijakan, yang salah satunya dengan
mengeluarkan Inpres Nomor 3 tahun 2006 tentang paket kebijakan perbaikan iklim
investasi. Selain itu sejumlah pertemuan baik bilateral maupun multilateral juga sudah
dilaksanakan, salah satunya dengan menyelenggarakan Infrastructure Summit for
Indonesia, ditambah dengan serangkaian promosi ke berbagai negara investor.
1. Kebijakan Dasar Penanaman Modal
Pemerintah memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri
dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional (Pasal 4
ayat 2). Perlakuan terhadap penanaman modal :
Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang
berasal dari negara manapun yang melakukan kegiatan penanaman modal di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 6 ayat 1).
Namun demikian, perlakuan ini tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu
negara yang memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.

(Pasal 6 ayat 2).


Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambil alihan hak

kepemilikan penanam modal, kecuali dengan undang-undang (Pasal 7).


Dalam hal Pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambil alihan hak
kepemilikan. Pemerintah akan memberikan kompensasi yang jumlahnya ditetapkan
berdasarkan harga pasar).

2. Hak-Hak Penanam Modal (Investor)


Penanam modal diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta
asing, antara lain terhadap :
modal;
keuntungan;
bunga bank;
deviden, dan pendapatan lain;
dana yang diperlukan untuk pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah
jadi, atau barang jadi; atau penggantian barang modal dalam rangka melindungi

kelangsungan hidup penanaman modal;


tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal;
dana untuk pembayaran kembali pinjaman;
royalti atau biaya yang harus dibayar;
pendapatan dari perseorangan warga negara asing yang bekerja dalam perusahaan

penanaman modal;
hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal;
kompensasi atas kerugian;
kompensasi atas pengambil alihan;

15

pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus dibayar
untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang dilakukan di bawah kontrak

proyek, dan pembayaran hak atas kekayaan intelektual; dan


hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan.6

E. DETERMINAN INVESTASI INDONESIA


Investasi merupakan komponen yang penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Meskipun sumbangan investasi dalam PDB Indonesia masih relatif kecil, namun investasi
masih memiliki peran penting dalam penentuan permintaan agregat. Hal ini disebabkan
oleh investasi cenderung relatif tidak stabil (volatile) apabila dibandingkan dengan
pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan resesi dan boom
dalam perekonomian. Selain itu, investasi sangat penting bagi pertumbuhan stock kapital
dan produktivitas tenaga kerja guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penelitian ini mencoba membuat model dalam menganalisis determinan investasi swasta
dengan memasukkan berbagai variabel yang secara teoretis diduga berpengaruh kuat,
yaitu suku bunga, pengeluaran investasi pemerintah, produk domestik bruto (PDB), kurs,
dan inflasi.
Dengan teknik error correction methode (ECM) akan diputuskan model terbaik
sehingga interpretasi hasil tidaklah menyesatkan dengan interpretasi terbaik. Hasil ini
merupakan bentuk keseimbangan independen variabel dengan dependen variabel, baik
pada jangka panjang maupun jangka pendek. Perbandingan model menunjukkan bahwa
model transformasi natural logaritma mendatangkan hasil yang lebih baik dibandingan
dengan model regresi biasa, baik dalam nilai F-test, R2, maupun signifikansi parsial.
Melihat hasil penelitian, dapat disarankan bahwa apa pun kebijakan dan deregulasi yang
dilakukan pemerintah, yang terpenting adalah implementasi di lapangan. Dengan
mempertimbangkan berbagai faktor, ekonomi dan nonekonomi, iklim investasi di
Indonesia haruslah diakui sangat potensial, namun juga rentan. Beberapa faktor
penunjang, seperti penyediaan infrastruktur melalui model public private partnership,
mencari sumber pembiayaan selain pinjaman, kebijakan stabilisasi yang konsisten dan
menumbuhkan kepercayaan, baik dari masyarakat maupun investor swasta asing dan
domestik sangat dibutuhkan.
Investasi yang dilakukan di Indonesia belum mencapai tingkat optimal ditunjukkan
oleh beberapa faktor sebagai berikut :
6 http://www.lpdp.depkeu.go.id/pengelolaan-dana/kebijakan-investasi/ diakses tanggal 16
Maret 2015

16

1. Tingkat pengembalian investasi yang tercermin dari trend Incremental Capital Output
Ratio (ICOR) yang mengalami penurunan. Penurunan ICOR ini menunjukkan adanya
indikasi produktifitas kapital yang mengalami penurunan.
2. Rata-rata prosentase realisasi PMA terhadap permohonan yang diajukan hanya
berkisar 50 % sejak tahun 1990an. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar
rencana proyek asing yang sudah mendapat izin dari pemerintah tidak jadi
dilaksanakan.
3. Dari sisi ketersediaan infrastruktur, Indonesia boleh dikatakan masih terbelakang
dibandingkan beberapa negara tetangga.
4. Produktifitas tenaga kerja pada periode setelah krisis menunjukkan penurunan, dan
masih lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga.
5. Pembangunan sumber daya manusia belum menunjukkan kemajuan yang signifikan
dibandingkan dengan negara tetangga yang ditunjukkan dengan pengeluaran
pendidikan terhadap total pengeluaran pemerintah.
6. Tingginya risiko baik di tingkat makro maupun tingkat mikro.
7. Menurut survei yang dilakukan oleh World Bank menunjukkan dari sisi jumlah
prosedur, waktu dan biaya untuk memulai usaha, proses memulai usaha di Indonesia
termasuk yang mempunyai hambatan besar dibandingkan dengan negara lain.
8. Sementara itu, dari sisi governance, tingkat korupsi Indonesia masih belum
menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal tersebut merupakan penyebab micro risk
dalam melakukan aktifitas ekonomi di Indonesia masih tinggi.7

7 http://downloadskripsigratis.blogspot.com/2009/07/determinan-investasi-diindonesia.html diakses tanggal 16 Maret 2015

17

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi pada zaman sekarang ini berdampak pada kehidupan penduduk
suatu negara. Semuanya ini berpengaruh pada kesejahteran rakyat banyak. Penguatan peran
dan kelembagaan pemerintah sangat penting untuk mendukung keberhasilan kebijakan
investasi. Daya tarik investasi bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain meningkatkan
pelayanan perijinan, meningkatkan kepastian hukum,meningkatkan diversifikasi pasar dan
mendorong komoditi lokal yang bernilai tambah tinggi. Investasi didorong dengan
meningkatkan akses UKM pada sumberdaya produktivitas. Tanpa lembaga dan kapasitas yang
siap maka kebijakan tidak bisa terealisasi secara maksimal. Tujuan dan prospek yang ingin
dicapai sulit untuk dicapai dan kemungkinannya malah akan hilang. Pemerintah perlu menata
kembali fungsi organisasi dan manajemen yang ada saat ini.
Perkembangan investasi di Indonesia menunjukkan keadaan yang menggembirakan.
Pada tahun 2007, total investasi di Indonesia mencapai Rp 983,9 triliun (atas dasar harga
berlaku). Angka ini hampir tujuh belas kali lipat dibandingkan investasi pada tahun 1990 yang
sebesar Rp 58,9 triliun.Investasi tersebut dilakukan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat/swasta. Meskipun demikian, peranan investasi pemerintah relatif kecil. Dari total
investasi pada tahun 2007, hanya 12,75 persen (Rp 125,4 triliun) yang merupakan investasi
pemerintah, sedangkan sebagian besar lainnya (87,25 persen atau Rp 858,5 triliun) merupakan
investasi masyarakat.
Pengaturan tentang kegiatan penanaman modal di Indonesia diatur dalamUU No. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, disebutkan bahwa
kegiatan penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas kepastian hukum. Sementara itu
yang dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang
meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap
kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

18

18

DAFTAR PUSTAKA

Dumairy. 1999. Perekonomian Indonesia. Penerbit : Erlangga.


Isna Irawan, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan dan Investasi Swasta Di
Indonesia Periode 1984-2003.
Ismail Suny dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman
Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradjna Paramita, 1998), hal 108.
M. Dawam Rahardjo, Perekonomian Indonesia dan Pertumbuhan Krisis, (LP3ES 1987).
https://angelinasinaga.wordpress.com/2013/05/31/penanaman-modal-asing-dan-penanamanmodal-dalam-negeri/
http://alvincr7.blogspot.com/2013/06/penanaman-modal-dalam-negeri-pmdn-a.html
http://catatanyogakwok.blogspot.com/2013/09/pengaruh-investasi-tabungan-terhadap.html
http://yuyunchelsea.wordpress.com/2011/03/02/pengertian-dan-ekonomi-dan-perekonomianindonesia/
http://www.indietours.com/component/content/article/57-penanaman-modal/551-2-pmdnpenananaman-modal-dalam-negeri-.html
http://www.jbs.co.id/penanaman-modal-dalam-negeri-pmdn-menuperijinan-96.html
http://kuliahade.wordpress.com/2010/11/16/hukum-penanaman-modal penanaman-modaldalam-negeri/
http://irfan-nurdnsyah.blogspot.com/2011/02/perkembangan-dan-sasaran-umuminvestasi.html
http://www.academia.edu/7172927/Perkembangan_Investasi_Indonesia_Lima_Tahun_Terakhi
r
http://zempat.blogspot.com/2013/01/makalah-perkembangan-investasi-di-indonesia-byfhawzhand.html
http://budionline.blogdetik.com/index.php/2013/11/01/mencermati-perkembangan-investasi/
http://daryonodsb.blogspot.com/2012/11/perkembangan-investasi-di-indonesia.html
http://afandi-unmuhgres.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-investasi_22.html
https://ardana45.wordpress.com/2013/05/14/peranan-investasi-dalam-pembangunan-ekonomidi-indonesia-olehi-ketut/
http://properti.kompas.com/read/2013/05/27/1711091/Enam.Kota.Sasaran.Investasi.Properti
http://denitriblog.blogspot.com/2012/01/perkembangan-investasi-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai