Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KONVERSI ENERGI

ENERGI TENAGA ANGIN

OLEH :
Rr. MENNA AYU A. H1E111021
FATH MUHAMMAD

H1E111037

ANDRI SETIAWAN

H1E111202

M. ZAINI RIFANI

H1E111209

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
kebesaranNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Energi Tenaga Angin ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Dan juga kami berterima kasih
kepada Dosen mata kuliah Konversi Energi atas tugas yang di berikan kepada kami ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Energi Tenaga Angin. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Banjarbaru, April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Energi Angin

1.2

Asal Energi Angin

1.3

Proses Terjadinya Angin

1.4

Turbin Angin Sebagai Alternatif Pembangkit Listrik

1.5

Pembangkit Listrik Tenaga Angin

BAB II

ISI

2.1

Energi Tenaga Angin

2.2

Cara Kerja Kincir Angin

2.3

Merancang Generator Angin Skala Kecil

2.4

Mekanisme turbin angin

2.5

Jenis turbin angin

2.6

Alat Pengukur Kecepatan Angin.

2.7

Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin

2.8

Dampak PLT Angin Terhadap Lingkungan

2.9

Problem Teknis yang Dihadapi PLT Angin

2.10 Solusi Masalah Teknis


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 KICIR ANGIN
GAMBAR 2.2 PRINSIP KERJA TURBIN ANGIN
GAMBAR 2.3 BAGIAN-BAGIAN KICIR ANGIN

BAB I
PENDAHULUAN
Energi adalah suatu kemampuan untuk melakukan kerja atau kegiatan. Tanpa
energi, dunia ini akan diam atau beku. Dalam hidup perlu dicermati selalu terjadi kegiatan
dan untuk kegiatan otak serta otot diperlukan energi. Energi itu diperoleh melalui proses
oksidasi (pembakaran) zat makanan yang masuk ke tubuh berupa makanan. Kegiatan
manusia lainnya dalam memproduksi barang, transportasi, dan lainnya juga memerlukan
energi yang diperoleh dari bahan sumber energi atau sering disebut sumber daya alam
(natural resources).
Sumber daya alam itu dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. sumber daya alam yang dapat_diperbarui (renewable) atau hampir tidak dapat habis
misalnya: tumbuhan hewan. air, tanah, sinar matahari, angin, dan sebagainya;
2. sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (unjenewable) atau habis, misalnya:
minyak bumi atau batu bara.
Selanjutnya, secara terinci energi dibedakan atas butir-butir berikut dan perlu
diketahui
bahwa energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Misalnya, energi potensial
air (air terjun) dapat diubah menjadi energi gerak, energi listrik, dan seterusnya.
1.1 Energi Angin
Dua ribu tahun yang lalu manusia sudah dapat memanfaatkan energi angin
untuk usaha

sederhana.

Beratus-ratus

tahun

kemudian energi

angin

itu

menjadi

semakin jelas pemanfaatannya. Kapal kecil dan besar dapat mengarungi lautan luas
dengan bantuan energi angin yang meniup layar kapal. Angin merupakan udara yang
bergerak; udara yang berpindah tempat,mengalir dari tempat yang dingin ke tempat yang
panas dan dari tempat yang panas mengalir ke tempat yang dingin, demikian terusmenerus.
Angin adalah proses alam yang berlaku secara skala kecil dan skala besar,
secara lingkup daerah dan dunia. Di lapisan atmosfir bawah udara dingin mengalir

dari daerah kutub menuju daerah khatulistiwa dan di lapisan atmosfir atas udara
hangat mengalir dari khatuistiwa menuju daerah kutub.
Angin merupakan suatu energi alam yang berlimpah adanya di bumi yang
juga merupakan energi yang murah serta tak pernah habis. Energi angin telah
lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Adapun pemanfaatannya adalah antara lain :
a. Pemompaan air untuk keperluan rumah tangga dan pertanian.
b. Melaksanakan kegiatan pertanian, seperti menggiling jagung, menggiling tepung,
tebu.
c. Mengalirkan air laut untuk pembuatan garam.
d. Membangkitkan tenaga listrik khususnya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin
terutama untuk daerah yang belum terjangkau oleh PLN.
1.2 Asal energi angin
Semua energi yang dapat diperbaharui dan bahkan energi pada bahan bakar fosil
kecuali energi pasang surut dan panas bumi berasal dari Matahari. Matahari meradiasi 1,74
x 1.014 kilowatt jam energi ke Bumi setiap jam. Dengan kata lain, Bumi menerima 1,74 x
1.017 watt daya.
Sekitar 1-2 persen dari energi tersebut diubah menjadi energi angin. Jadi,
energi angin berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada energi yang diubah
menjadi biomassa oleh seluruh tumbuhan yang ada di muka Bumi. Sebagaimana diketahui,
pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan temperatur antara udara panas dan
udara dingin. Daerah sekitar khatulistiwa, yaitu pada busur 0, adalah daerah yang
mengalami pemanasan lebih banyak dari Matahari dibanding daerah lainnya di Bumi.
Daerah panas ditunjukkan dengan warna merah, oranye, dan kuning pada
gambar inframerah dari temperatur permukaan laut yang diambil dari satelit NOAA-7
pada Juli 1984. Udara panas lebih ringan daripada udara dingin dan akan naik ke
atas sampai mencapai ketinggian sekitar 10 kilometer dan akan tersebar ke arah utara
dan selatan.
Jika Bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka udara akan tiba di kutub utara
dan kutub selatan, turun ke permukaan lalu kembali ke khatulistiwa. Udara yang

bergerak inilah yang merupakan energi yang dapat diperbaharui, yang dapat digunakan
untuk memutar turbin dan akhirnya dapat menghasilkan listrik.
1.3 Proses Terjadinya Angin
Angin terjadi bila terdapat pemanasan permukaan bumi yang tak sama oleh
sinar matahari. Disiang hari udara di atas lautan relati lebih dingin daripada daratan.
Sinar matahari menguapkan air lautan dan diserap lautan. Penguapan dan obsorsi
sinar matahari di daratan kurang sehingga udara di atas daratan lebih panas.
Dengan demikian udara di atas mengembang,jadi ringan dan naik ke atas.
Udara dingin yang lebih berat turun mengisi kekurangan udara di daratan,
maka terjadilah aliran udara yang disebit angin dari lautan ke daratan tepi pantai. Di
malam hari peristiwa yang sebaliknya terjadi, angin di permukaan laut mengalir dari
pantai ke tengah lautan dan peristiwa inilah yang dimanfaatkan oleh para nelayan
untuk mencari ikan di lautan. Angin di lereng gunung juga terjadi demikian. Pada
sekitar puncak pegunungan lebih dulu panas dibandingkan dengan daerah lembah.
Karena perbedaan panas ini sehingga menimbulkan perbedaan tekanan yang akhirnya
timbul angin biasa yang disebut angin lembah dan angin gunung.
1.4 Turbin Angin sebagai Alternatif Pembangkit Listrik
Menurunnya

tinggi

muka

air

di

berbagai bendungan

terutama yang

dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA)-telah menurunkan


pasokan listrik di Jawa hingga 500 megawatt. Sebagai salah satu sumber pemasok
listrik, PLTA bersama pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik
tenaga gas (PLTG) memang memegang peran penting terhadap ketersediaan listrik
terutama di Jawa, Madura, dan Bali. Energi angin yang sebenarnya berlimpah di
Indonesia ternyata belum dimanfaatkan sebagai alternatif penghasil listrik. Padahal, di
berbagai

negara,

pemanfaatan energi

angin

sebagai

sumber

energi alternatif

nonkonvensional sudah semakin mendapatkan perhatian.


Hal ini tentu saja didorong oleh kesadaran terhadap timbulnya krisis energi dengan
kenyataan bahwa kebutuhan energi terus meningkat sedemikian besarnya. Di samping itu,

angin

merupakan

sumber energi

yang

tak

ada

habisnya

sehingga pemanfaatan

sistem konversi energi angin akan berdampak positif terhadap lingkungan.


1.5 Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Pembangkit listrik tenaga angin, biasa dikenal dengan nama Wind Power
System memanfaatkan angin melalui kincir, untuk menghasilkan energi listrik. Alat ini
sangat cocok sekali digunakan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil. Secara
umum, sistem alat ini memanfaatkan tiupan angin untuk memutar motor. Hembusan
angin ditangkap

baling-baling,

dan

dari

putaran

baling-baling

tersebut

akan

yaitu

rotor,

dihasilkan putaran motor yang selanjutnya diubah menjadi energi listrik.


Wind

Power

System ini

terdiri

dari empat

bagian

utama,

transmisi, elektrikal dan, tower. Bagian rotor terdiri dari baling-baling dengan empat
daun, bentuknya seperti baling-baling pesawat. Dengan bentuk seperti ini diharapkan
energi angin yang tertangkap bisa maksimal agar bobotnya lebih ringan. Baling-baling
ini dibuat dengan diameter 3,5 dan bahannya dibuat dari fiberglass.
Untuk

mendapat

hembusan

angin,

baling-baling

diletakkan

pada

tower

setinggi delapan meter. Sedangkan pada bagian transmisi digunakan sistem kerekan dan
tali, sistem transmisi ini digunakan untuk menyiasati kekuatan angin yang kecil.
Karena kecepatan angin di Indonesia relatif kecil, transmisi ini sangat menguntungkan
untuk meningkatkan putaran sebagai pengubah energi digunakan alternator dua fase 12
volt, energi listrik yang dihasilkan oleh alternator dapat disimpan dalam aki. Sementara
kapasitas daya yang didapat sebesar 1,5 KW. Wind Power System telah diuji coba oleh para
mahasiswa di pantai kenjeran, kurang dari satu jam hasil dari percobaan tersebut sudah
dapat menghasilkan energi listrik untuk menyalakan TV dan lampu sampai 100 watt.
Karya

yang

bagi masyarakat.

dibuat

Untuk

dan penggunaannya

bisa

selama bulan

ini

menyimpan

energi

digunakan

instalasi

sudah
listrik

dapat
bisa

pembagi.

langsung
digunakan

Sedangkan

diterapkan
aki

besar,

biaya

yang

dikeluarkan untuk pembuatan Win Power System relatif murah, sekitar Rp 16 juta. Tapi, itu
belum termasuk bahan dan pembuatan towernya.

BAB II
ISI
2.1 Energi Tenaga Angin
Energi angin juga menjadi pilihan alternatif sebagai energi pengganti bahan bakar
fosil, yang disediakan alam secara gratis. Energi angin tersedia dalam jumlah tidak terbatas,
selama bumi masih memiliki cadangan udara. Energi tersebut dihasilkan oleh angin yang
menggerakkan kincir angin ukuran raksasa. Biasanya kincir angin sebagai penghasil energi
diletakkan pada wilayah tertentu dengan tingkat intensitas angin yang tinggi.
Untuk menggerakan blade / baling-baling agar bisa berputar saja harus memiliki
kecepatan angin 2 meter/detik dan untuk menghasilkan listrik yang stabil sesuai kapasitas
generatornya rata-rata 6 s/d 10 meter/detik.

Gambar 2.1 Kicir angin


Pembangkit ini bisa digunakan untuk skala kecil, menengah dan besar karena arus
yang dihasilkan dalam 1 jam lebih besar serta membutuhkan investasi yang lebih murah
ketimbang PLTS .Daerah yang cocok digunakan pembangkit ini adalah daerah pantai,
pesisir, pegunungan. Kincir angin merupakan sumber energi alternatif yang ramah
lingkungan. Awal mulanya kincir angin digunakan pada zaman babilonia untuk

penggilingan padi. Penggunaan teknologi modern dimulai sekitar tahun 1930, diperkirakan
ada sekitar 600.000 buah kincir angin untuk berbagai keperluan. Saat ini kapasitas daya
yang dihasilkan kincir angin skala industri antara 1 4 mw.
Prinsip kerja Turbin Angin adalah mengubah energi kinetik angin menjadi energi
mekanik

putaran

poros.

Energi

mekanik

poros

biasanya

dimanfaatkan

untuk

membangkitkan listrik menggunakan suatu generator. Energi listrik sifatnya sangat


fleksibel. Energi ini dapat digunakan untuk penerangan, menggerakkan mesin-mesin
industri, transportasi, dan masih banyak lagi.

Gambar 2.2 Prinsip kerja turbin angin


Perangkat pembangkit dari angin juga jauh lebih murah dibandingkan perangkat
pembangkit dari energi matahari. Padahal jumlah energi yang dihasilkan oleh 1.000 buah
sel fotovoltaik relatif setara dengan belasan kincir angin. Bahkan sejumlah sistem kincir
angin yang dipasang di Denmark bahkan menghasilkan energi hingga 3.000 megawatt atau
sekitar 20 persen kebutuhan energi di seluruh Eropa.
Kini, Eropa menghasilkan energi angin dengan jumlah energi sekitar 35.000
megawatt atau setara dengan tiga puluh lima pembangkit listrik tenaga batu bara (National
Geographic, Agustus 2005: 65). Hal ini jelas menjadi sebuah keuntungan besar bagi
masyarakat luas. Karena keuntungannya yang sedemikian besar, maka beberapa negara, di
wilayah Eropa dan Amerika Serikat, menggunakan teknologi ini.
Potensi energi angin untuk kebutuhan energi masa depan sangat menjanjikan.
Ketika sel fotovoltaik tidak mendapatkan sinar matahari, maka pasokan listrik akan

terhambat, sedangkan kincir angin relatif stabil pada semua cuaca karena tidak
membutuhkan sinar matahari untuk menghasilkan energi. Hal itu membuat kincir angin
unggul satu langkah di depan sel fotovoltaik dalam menghasilkan energi.
Para ilmuwan di Eropa dan Amerika Serikat menaruh harapan besar kepada sumber
energi angin sebagai sebuah cara menghadapi krisis energi di masa depan. Namun demikian
tidak semua masyarakat setuju dengan kincir angin sebagai sebuah penghasil energi
alternatif, ukuran kincir yang terlalu besar dan suara desing yang berisik membuat
masyarakat di sekitar proyek kincir angin cenderung menolaknya, padahal banyak sisi
positif yang dapat dipetik dari pemanfaatan energi ini.
Jika kita bisa membuat simulasi numerik aliran udara melintasi turbin angin dengan
rancangan tertentu misalnya aerofoil, jumlah blade (bilah), panjang chord, diameter dan
lain sebagainya, maka dengan menentukan kecepatan aliran udara di depan dan belakang
turbin akan dapat ditentukan berapa Thrust yang dihasilkan dan Daya Angin yang berhasil
diserap Turbin Angin. Thrust bersifat merugikan karena thrust yang mendorong menara
penyangga turbin, semakin besar trhust, maka menara penyangga juga harus kuat, sehingga
biaya pembuatannya akan mahal. Semakin besar Daya (Power) yang diserap oleh turbin,
maka efisiensi konversi energi turbin akan semakin besar, artinya turbin yang dirancang
sangat menguntungkan.
2.2 Cara Kerja Kincir Angin
Cara kincir angin bekerja sangat sederhana yaitu:
a.
b.
c.

Angin akan meniup bilah kincir angin sehingga bilah bergerak


bilah kincir angin akan memutar poros didalam nacelle
Poros dihubungkan ke gearbox, di gearbox kecepatan perputaran poros

ditingkatakan dengan cara mengatur perbandingan roda gigi dalam gearbox


d. gearbox dihubungkan ke generator. generator merubah energi mekanik menjadi
energi listrik
e. dari generator energi listrik menuju transformer untuk menaikan tegangannya
kemudian baru didistribusikan ke konsumen

Gambar 2.3 Bagian-bagian kicir angin


2.3 Merancang Generator Angin Skala Kecil
Generator bekerja dengan menggunakan prinsip magnetic induction dan bekerja
dengan prinsip left-hand rule , yaitu:
1.
2.
3.

Thumb Finger determine the direction of motion of inductor


Fore Finger determine the direction of flux
Other Finger determine the direction of current flow

Generator diklasifikasikan menjadi 2:


1.
2.

Generator AC
Generator DC
Untuk membuat generator dengan tenaga angin sebagai sumber energinya.

Prinsipnya sederhana, 3 bilah kincir angin dibuat dengan sudut 120 derajat satu sama lain
dan kemiringan kurang lebih 12.75 derajat. Di titik pangkalnya, dipasang poros generator
yang kemudian terhubung dengan slip rings, stator, sikat, komutator, dan armature.
Angin yang berhembus akan memutar kincir sehingga poros akan ikut berputar dan
menyebabkan garis-garis fluks terpotong dan menimbulkan tegangan induksi. Tegangan ini

menyebabkan arus mengalir. Namun,tegangan yang dihasilkan adalah tegangan AC,


sehingga dibutuhkan komutator untuk membuat arus yang mengalir adalah arus searah.
Besarnya daya yang dihasilkan sangat tergantung dari kecepatan putaran kincir, yang
artinya sangat tergantung dari kecepatan hembusan angin
2.4 Mekanisme turbin angin
Sebuah pembangkit listrik tenaga angin dapat dibuat dengan menggabungkan beberapa turbin angin sehingga menghasilkan listrik ke unit penyalur listrik.
Listrik dialirkan melalui

kabel

transmisi

dan

didistribusikan

ke

rumah-rumah,

kantor, sekolah, dan sebagainya. Turbin angin dapat memiliki tiga buah bilah turbin. Jenis
lain yang umum adalah jenis turbin dua bilah.
Turbin

angin

bekerja

sebagai

kebalikan dari

kipas

angin.

Bukannya

menggunakan listrik untuk membuat angin, seperti pada kipas angin, turbin angin
menggunakan angin untuk membuat listrik. Angin akan memutar sudut turbin, kemudian
memutar sebuah poros yang dihubungkan dengan generator, lalu menghasilkan listrik.
Turbin untuk pemakaian umum berukuran 50-750 kilowatt. Sebuah turbin kecil, kapasitas
50 kilowatt, digunakan untuk perumahan, piringan parabola, atau pemompaan air.
2.5 Jenis turbin angin
Dalam perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi jenis turbin angin
propeler dan turbin angin Darrieus. Kedua jenis turbin inilah yang kini memperoleh
perhatian besar untuk dikembangkan. Pemanfaatannya yang umum sekarang sudah
digunakan adalah untuk memompa air dan pembangkit tenaga listrik. Turbin angin propeler
adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal seperti baling-baling pesawat terbang
pada umumnya. Turbin angin ini harus diarahkan sesuai dengan arah angin yang paling
tinggi kecepatannya.
Kecepatan angin diukur dengan alat yang disebut anemometer. Anemometer
jenis mangkok

adalah

yang

paling

banyak

digunakan.

Anemometer

mangkok

mempunyai sumbu vertikal dan tiga buah mangkok yang berfungsi menangkap angin.
Jumlah putaran per menit dari poros anemometer dihitung secara elektronik. Biasanya,
anemometer dilengkapi dengan sudut angin untuk mendeteksi arah angin. Jenis

anemometer lain adalah anemometer ultrasonik atau jenis laser yang mendeteksi perbedaan
fase dari suara atau cahaya koheren yang dipantulkan dari molekul-molekul udara.
Turbin

angin

Darrieus

merupakan

suatu

sistem konversi

energi

angin

yang digolongkan dalam jenis turbin angin berporos tegak. Turbin angin ini pertama
kali ditemukan oleh GJM Darrieus tahun 1920. Keuntungan dari turbin angin jenis Darrieus
adalah tidak memerlukan mekanisme orientasi pada arah angin (tidak perlu mendeteksi
arah angin yang paling tinggi kecepatannya) seperti pada turbin angin propeler.
Di Indonesia telah mulai dikembangkan proyek percontohan baik oleh
lembaga penelitian maupun oleh pusat studi beberapa perguruan tinggi. Proyek ini
perlu memperoleh

perhatian

dari

pihak

yang

terkait

seperti

pemerintah

untuk

dikembangkan karena membutuhkan riset yang cukup intensif dan sangat teliti mengenai
kecepatan angin, lokasi penempatan turbin angin, serta cara untuk mengatur pembebanan
turbin yang tidak merata.
Misalnya pada malam hari angin cukup kencang, sedangkan pada pagi dan siang
hari kecepatan angin turun sehingga harus ada mekanisme penyimpanan energi serta
mekanisme untuk menstabilkan fluktuasi tegangan listrik yang dihasilkan. Dalam situasi
yang serba kekurangan pasokan listrik seperti sekarang, tampaknya alternatif energi angin
perlu dikaji ulang. Selain hasilnya selalu berkelanjutan, harganya pun kompetitif dibanding
pembangkit listrik lainnya.
2.6 Alat Pengukur Kecepatan Angin.
Dalam mengetahui seberapa besar kecepatan hembusan suatu angin maka
perlu suatu alat/parameter pengukur kecepatan angin itu. Alat yang sering digunakan
dalam mengukur kecepatan angin biasa disebut anemometer.
2.7 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik
Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan
turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar
turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin
angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan

kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Angin kelas 3 adalah batas minimum dan
angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi listrik. Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi
terbarukan yang paling berkembang saat ini.
Berdasarkan data dari WWEA (World Wind Energy Association), sampai dengan
tahun 2007 perkiraan energi listrik yang dihasilkan oleh turbin angin mencapai 93.85
GigaWatts, menghasilkan lebih dari 1% dari total kelistrikan secara global. Amerika,
Spanyol dan China merupakan negara terdepan dalam pemanfaatan energi angin.
Diharapkan pada tahun 2010 total kapasitas pembangkit listrik tenaga angin secara glogal
mencapai 170 GigaWatt.
Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas
terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Di seluruh
Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW)
sudah dibangun. Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun di
empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit, dan Nusa
Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Mengacu pada kebijakan
energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250
megawatt (MW) pada tahun 2025.
Tenaga angin telah lama dimanfaatkan di tanah air kita sejak ratusan mungkin
ribuan tahun yang lalu, khususnya untuk menggerakkan kapal layar sampai sekarang, dan
yang banyak kita lihat sekarang digunakan dalam tambak-tambak ikan di tepi pantai untuk
menggerakkan baling-baling (atau turbin angin) untuk menjalankan memompaan air.
Namun baiklah kalau kita di Indonesia mulai mempopulerkan PTLTA, khususnya ukuran
kecil. PTLTA ukuran kecil adalah istilah yang biasanya diberikan kepada unit 50 KW atau
lebih kecil. Tempat-tempat terpencil yang biasanya menggunakan diesel-generator dapat
menggantikannya atau menambahkannya dengan PTLTA ukuran kecil ini.

2.8 Dampak PLT Angin Terhadap Lingkungan

Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara


prinsipnya adalah disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti eksploitasi
sumber energi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang berkurang seperti halnya
penggunaan bahan bakar fosil.Oleh karenanya tenaga angin dapat berkontribusi dalam
ketahanan energi dunia di masa depan. Tenaga angin juga merupakan sumber energi yang
ramah lingkungan, dimana penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas buang atau
polusi yang berarti ke lingkungan. Penetapan sumber daya angin dan persetujuan untuk
pengadaan ladang angin merupakan proses yang paling lama untuk pengembangan proyek
energi angin.
Hal ini dapat memakan waktu hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin yang besar
yang membutuhkan studi dampak lingkungan yang luas. Emisi karbon ke lingkungan dalam
sumber listrik tenaga angin diperoleh dari proses manufaktur komponen serta proses
pengerjaannya di tempat yang akan didirikan pembangkit listrik tenaga angin. Namun
dalam operasinya membangkitkan listrik, secara praktis pembangkit listrik tenaga angin ini
tidak menghasilkan emisi yang berarti. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik
dengan batubara, emisi karbon dioksida pembangkit listrik tenaga angin ini hanya
seperseratusnya saja.
Disamping karbon dioksida, pembangkit listrik tenaga angin menghasilkan sulfur
dioksida, nitrogen oksida, polutan atmosfir yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan
pembangkit listrik dengan menggunakan batubara ataupun gas. Namun begitu, pembangkit
listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan, terdapat beberapa masalah
yang terjadi akibat penggunaan sumber energi angin sebagai pembangkit listrik,
diantaranya adalah dampak visual , derau suara, beberapa masalah ekologi, dan keindahan.
Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik. Penggunaan
ladang angin sebagai pembangkit listrik membutuhkan luas lahan yang tidak sedikit dan
tidak mungkin untuk disembunyikan. Penempatan ladang angin pada lahan yang masih
dapat digunakan untuk keperluan yang lain dapat menjadi persoalan tersendiri bagi
penduduk setempat. Selain mengganggu pandangan akibat pemasangan barisan pembangkit
angin, penggunaan lahan untuk pembangkit angin dapat mengurangi lahan pertanian serta
pemukiman.

Hal ini yang membuat pembangkitan tenaga angin di daratan menjadi terbatas.
Beberapa aturan mengenai tinggi bangunan juga telah membuat pembangunan pembangkit
listrik tenaga angin dapat terhambat. Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin angin juga
dapat menyebabkan terganggunya cahaya matahari yang masuk ke rumah-rumah penduduk.
Perputaran sudu-sudu menyebabkan cahaya matahari yang berkelap-kelip dan dapat
mengganggu pandangan penduduk setempat.
Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi rendah.
Putaran dari sudu-sudu turbin angin dengan frekuensi konstan lebih mengganggu daripada
suara angin pada ranting pohon. Selain derau dari sudu-sudu turbin, penggunaan gearbox
serta generator dapat menyebabkan derau suara mekanis dan juga derau suara listrik.
Derau mekanik yang terjadi disebabkan oleh operasi mekanis elemen-elemen yang
berada dalam nacelle atau rumah pembangkit listrik tenaga angin. Dalam keadaan tertentu
turbin angin dapat juga menyebabkan interferensi elektromagnetik, mengganggu
penerimaan sinyal televisi atau transmisi gelombang mikro untuk perkomunikasian.
Penentuan ketinggian dari turbin angin dilakukan dengan menganalisa data turbulensi angin
dan kekuatan angin. Derau aerodinamis merupakan fungsi dari banyak faktor seperti desain
sudu, kecepatan perputaran, kecepatan angin, turbulensi aliran masuk.
Derau aerodinamis merupakan masalah lingkungan, oleh karena itu kecepatan
perputaran rotor perlu dibatasi di bawah 70m/s. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa
penggunaan skala besar dari pembangkit listrik tenaga angin dapat merubah iklim lokal
maupun global karena menggunakan energi kinetik angin dan mengubah turbulensi udara
pada daerah atmosfir. Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit tenaga
angin adalah terhadap populasi burung dan kelelawar. Burung dan kelelawar dapat terluka
atau bahkan mati akibat terbang melewati sudu-sudu yang sedang berputar.
Namun dampak ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kematian burungburung akibat kendaraan, saluran transmisi listrik dan aktivitas manusia lainnya yang
melibatkan pembakaran bahan bakar fosil. Dalam beberapa studi yang telah dilakukan,
adanya pembangkit listrik tenaga angin ini dapat mengganggu migrasi populasi burung dan
kelelawar. Pembangunan pembangkit angin pada lahan yang bertanah kurang bagus juga

dapat menyebabkan rusaknya lahan di daerah tersebut. Ladang angin lepas pantai memiliki
masalah tersendiri yang dapat mengganggu pelaut dan kapal-kapal yang berlayar.
Konstruksi tiang pembangkit listrik tenaga angin dapat mengganggu permukaan
dasar laut. Hal lain yang terjadi dengan konstruksi di lepas pantai adalah terganggunya
kehidupan bawah laut. Efek negatifnya dapat terjadi seperti di Irlandia, dimana terjadinya
polusi yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok ikan di daerah pemasangan turbin
angin. Studi baru-baru ini menemukan bahwa ladang pembangkit listrik tenaga angin lepas
pantai menambah 80 110 dB kepada noise frekuensi rendah yang dapat mengganggu
komunikasi ikan paus dan kemungkinan distribusi predator laut.
Namun begitu, ladang angin lepas pantai diharapkan dapat menjadi tempat
pertumbuhan bibit-bibit ikan yang baru. Karena memancing dan berlayar di daerah sekitar
ladang angin dilarang, maka spesies ikan dapat terjaga akibat adanya pemancingan berlebih
di laut. Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan dan
kecelakaan. Kegagalan operasi sudu-sudu dan juga jatuhnya es akibat perputaran telah
menyebabkan beberapa kecalakaan dan kematian.
Kematian juga terjadi kepada beberapa penerjun dan pesawat terbang kecil yang
melewati turbin angin. Reruntuhan puing-puing berat yang dapat terjadi merupakan bahaya
yang perlu diwaspadai, terutama di daerah padat penduduk dan jalan raya. Kebakaran pada
turbin angin dapat terjadi dan akan sangat sulit untuk dipadamkan akibat tingginya posisi
api sehingga dibiarkan begitu saja hingga terbakar habis. Hal ini dapat menyebarkan asap
beracun dan juga dapat menyebabkan kebakaran berantai yang membakar habis ratusan
acre lahan pertanian.
Hal ini pernah terjadi pada Taman Nasional Australia dimana 800 km2 tanah
terbakar. Kebocoran minyak pelumas juga dapat teradi dan dapat menyebabkan terjadinya
polusi daerah setempat, dalam beberapa kasus dapat mengkontaminasi air minum.
Meskipun dampak-dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam pembangunan
pembangkit listrik tenaga angin, namun jika dibandingkan dengan penggunaan energi fosil,
dampaknya masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan energi angin dalam kelistrikan
telah turut serta dalam mengurangi emisi gas buang.

2.9 Problem Teknis yang Dihadapi PLT Angin


1.

Kecepatan Angin
Variable angin menimbulkan masalah manajemen sistem jaringan listrik lebih

sedikit daripada yang diharapkan oleh pihak-pihak yang skeptis. Ketidakstabilan


permintaan energi dan kebutuhan untuk melindungi gagalnya pembangkit listrik
konvensional memenuhi kebutuhan tersebut, sesungguhnya membutuhkan sistem jaringan
listrik yang lebih fleksibel daripada tenaga angin, dan pengalaman dunia nyata telah
menunjukan bahwa sistem pembangkit listrik nasional mampu menjalankan tugas tersebut.
Pada malam berangin, sebagai contoh, turbin angin 50% pembangkit listrik di
bagian barat Denmark, tapi kekuatannya telah terbukti dapat diatur. PLTB (pembangkit
listrik tenaga bayu/angin) saat ini cukup menjadi primadona di dunia barat dikarenakan
potensi angin yang mereka miliki (daerah sub tropis) sangat besar. Berangsur-angsur tapi
pasti, PLTN mulai diganti dengan penggunaan PLTB ataupun pembangkit renewable
lainnya. Perlu diingat di lokasi-lokasi tersebut size kapasitas PLTB mereka sudah besar
besar (Min 1 MW). PLTB ukuran kecil seperti di Nusa penida dengan kapasitas 80 kW
sangat teramat jarang sekarang ini.
Untuk di Indonesia, dengan iklim tropisnya mungkin akan cukup sulit untuk
menemukan daerah dengan potensi angin (distribusi anginnya) yang konstan/baik. Ada
beberapa daerah di Indonesia yang katanya memiliki kecepatan angin cukup tinggi (gust
wind) berdasarkan survei yang dilakukan selama 3 bulan, tapi hal ini tidak berguna bagi
PLTB bila kecepatan angin itu hanya cuma bertahan beberapa menit/detik saja dan
kemudian hilang. Perlu adanya survei/studi berkesinambungan yang memerlukan data
selama minimal satu tahun untuk mevalidasi potensi angin didaerah tersebut.
Rata-rata PLTB yang dijual di pasaran untuk kapasitas kecil (kurang dari 100 kW),
cut in dan cut out mereka adalah 3 dan 25 m/s dengan kecepatan optimumnya adalah 12
m/s. Di dunia saat ini banyak ditemukan PLTB stand alone yang beredar dipasaran (untuk
ukuran 10 kW). Penggunanya adalah daerah-daerah terpencil yang tidak tersentuh oleh
ataupun terlalu mahal untuk dihubungkan oleh grid. Kebanyakan dari mereka tidak pure
hanya menggunakan PLTB tapi juga menggunakan PV. Selain karena disebabkan

kebutuhan listrik yang cukup besar juga disertai dengan diversikasi energi apabila tiba-tiba
tidak terdapat anginya yang cukup.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia saat ini untuk daerah-daerah
terpecil seperti di kepulauan-kepulauan, diperlukan hybrid system antara potensi renewable
energy yang ada di lokasi (seperti PLTB-PLTsurya-baterai, PLTB-PLTMH-Fuel Cell, dll).
Akan tetapi perlu menjadi catatan, semua teknologi untuk penggunaan energi-energi
tersebut masih cukup mahal bila dilihat dari kelayakan ekonominya terutama FC dan
PLTSurya.
2.

Resiko Kincir
Kelemahan listrik tenaga angin pada bunyi bising kincir dan resiko tersambar petir

serta tidak cocok untuk daerah jalur penerbangan. Apalagi kalau banyak yang bermain
layang-layang atau banyak burung terbang jadi mudah tersangkut.Hal ini juga berpengaruh
pada dampak lingkungan yang disebabkan pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Angin
skala besar.
2.10 Solusi Masalah Teknis
Karena kecepatan angin yang diperlukan untuk memutar kincir sangat bergantung
pada alam maka pada pembangkit listrik tenaga angin ini dilengkapi dengan charger
baterai/aki, sehingga pada saat kecepatan angin cukup untuk menghasilkan listrik, listrik
yang dihasilkan disimpan dalam baterai/aki dan dapat digunakan saat turbin angin tidak
beroperasi. Kombinasi dari penggunaan listrik tenaga angin, tenaga surya, dan tenaga micro
hidro mampu mengatasi krisis energi dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Untuk tenaga angin selama kincir berputar maka suplai listrik terus terpenuhi walau
hari sudah gelap. Ingatlah bahwa matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi ke
bumi setiap jam. Jadi bumi menerima 1,74 x 1.017 watt daya. Dengan menggabungkan dua
atau lebih energy konvensional maka hal ini dapat menutupi kekurangan energy yang
diakibatkan kelemahan-kelemahan dari pembangkit listrik tenaga angin tersebut.
Penciptaan jaringan listrik yang super mengurangi masalah ketidakstabilan angin.
Caranya dengan membiarkan perubahan pada kecepatan di wilayah-wilayah
berbeda untuk diseimbangkan satu sama lain. Perkembangan tenaga angin berkembang

dengan pesat saat ini, namun demikian masa depan tenaga ini belum terjamin. Saat ini
tenaga angin telah dimanfaatkan oleh sekitar 50 negara di dunia. Namun sejauh ini
kemajuan itu disebabkan oleh usaha segelintir pihak, yang dipimpin oleh Jerman, Spanyol
dan Denmark. Negara - negara lain perlu untuk memperbaiki industri tenaga angin secara
dramastis jika target global ingin dicapai. Oleh karena itu prediksi untuk menjadikan tenaga
angin dapat memasok energi dunia sebesar 12 persen pada tahun 2020 sebaiknya tidak
dilihat sebagai hal yang pasti, tapi sebagai tujuan satu kemungkinan masa depan yang kita
bisa pilih jika kita mau.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara prinsipnya
adalah disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti eksploitasi sumber
energi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang berkurang seperti halnya
penggunaan bahan bakar fosil.
Pembangkit Listrik Tenaga Angin juga berdampak terhadap lingkungan sekitar,
dampak yang paling jelas adalah dambak visual, karena pembangkit istrik ini
membutuhkan tempat yang luas untuk skala besar.
Ramah lingkungan- keuntungan terpenting dari tenaga angin adalah berkurangnya
level emisi karbon dioksida penyebab perubahan ikilm. Tenaga ini juga bebas dari
polusi yang sering diasosiasikan dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan
nuklir.
Penggunaan energi konvensional tenaga angin merupakan alternatif sumber energi
yang efektif apabila digunakan ditempat yang mempunyai sumber daya angin tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Prinsip Kerja Turbin Angin http://elektrojiwaku.blogspot.com/


Diakses pada tanggal 15 April 2015
Artikel. Energi listrik tenaga angin.
http://www.alpensteel.com/article/47-103-energi-angin--wind-turbine--windmill/2272-pembangkit-listrik-tenaga-angin-wind-power.html
Diakses pada tanggal 15 April 2015
Bambang, 2014. Kicir angin sebagai konversi energi www.kincirangin.info
Diakses pada tanggal 15 April 2015
IPTEK. Konversi energi angin www.beritaiptek.com
Diakses pada tanggal 15 April 2015
Mulyana, 2015. Pembangkit Listrik Tenaga Angin
http://afrizalmulyana.blogspot.com/2015/15/pembangkit-listrik-tenaga-angin.html
Diakses paada tanggal 15 April 2015

Anda mungkin juga menyukai