Anda di halaman 1dari 9

Penyakit Diare Akut dengan Dehidrasi Berat

pada Anak
Angela Mamporok (10.2011.427)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi:
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
Email : angie92_john@yahoo.com
PENDAHULUAN
Diare pada anak adalah pengeluran tinja yang cair atau lunak yang tiga kali atau lebih
dalam satu hari, yaitu meningkatnya frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih lunak
sehingga dianggap abnormal oleh ibunya. Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di Negara berkembang seperti Indonesia. Diare akut adalah diare yang terjadi
secara akut, kurang dari 14 hari dan biasanya kurang dari 14 hari. Tinja bersifat lunak atau
cair, tanpa disertai darah.

PEMBAHASAN
1. Anamnesis
Anamnesis adalah proses tanya jawab untuk mendapatkan data pasien beserta keadaan
dan keluhan-keluhan yang dialami pasien. Anamnesis dapat dibagi menjadi dua, yaitu auto
anamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis adalah bila tanya jawab dilakukan dengan
pasien sendiri. Sedangkan alloanamnesis adalah bila tanya jawab dilakukan dengan orang lain
yang dianggap mengetahui keadaan penderita.
1.1

Anamnesis umum
Dalam anamnesis umum ini berisi identitas pasien, dari anamnesis ini bukan hanya

dapat diketahui siapa pasien, namun juga dapat diketahui bagaimana pasien tersebut dan
permasalahan pasien. Identitas pasien terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama dan pekerjaan pasien.
1.2

Anamnesis khusus
Anamnesis yang khusus pula adalah anamnesis untuk bertanya akan keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, dan riwayat
pengobatan.
Keluhan utama merupakan keluhan atau gejala yang mendorong atau membawa
penderita mencari pertolongan. Bagi kasus diare, yang ditanya adalah buang air besar (BAB)
seberapa sering, banyak atau sedikit, bau, ada darah, mukus atau pus dan gejala penyerta.
Bisa juga ditanya jika nafsu makan dan berat badan menurun1.
2. Pemeriksaan fisik1
Pemeriksaan awal mencakup pemeriksaan vital dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini
meliputi pengukuran tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu tubuh, tinggi badan, berat
badan. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah pasien menderita
hipertensi, takikardi, demam ataupun obesitas.
Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam keadaan berbaring dan
relaks, kedua lengan berada disamping, dan pasien bernapas melalui mulut. Pasien diminta
untuk menekukkan kedua lutut dan pinggulnya sehingga otot-otot abdomen menjadi relaks.
Tangan pemeriksa harus hangat untuk menghindari terjadinya refleks tahanan otot oleh

pasien. Kemudiaan akan dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada bagian
abdomen.
Pemeriksaan fisik yang pertama adalah inspeksi. Melakukan inspeksi menyeluruh dan
keadaan sekitar abdomen. Yang diperhatikan adalah warna kulit, permukaan kulit jika terlihat
ada lesi kulit, jaringan parut akibat operasi sebelumnya dan jika ada vena yang dilatasi. Selain
itu, di periksa juga bentuk abdomen, simetris atau tidak dan datar atau menonjol. Selanjutnya
periksa jika terlihat ada pergerakan peristalsis yang meningkat dan pulsasi yang biasanya ada
di daerah epigastrium.
Selanjutnya adalah palpasi. Saat melakukan palpasi atau meraba abdomen pasien,
tanyakan jika dia merasa ada nyeri terutama pada bagian yang diraba. Melakukan palpasi
secara acak dari atas ke bawah, kemudiaan secara terstruktur sesuai linea abdomen dari atas
ke bawah. Jika teraba kekakuan pada dinding abdomen, ini merupakan suatu refleks dari
penegangan otot-ototabdominal yang terlokalisasi yang tidak dapat dihindari oleh pasien
dengan sengaja. Ini merupakan suatu tanda inflamasi peritoneum.
Kemudiaan, lakukanlah perkusi untuk mengetahui jika ada perlebaran beberapa organ
pada abdomen. Liver dullness meningkat saat hati membesar atau adanya udara di bawah
diafragma yang berasal dari perforasi lambung. Liver dullness ini bisa bergeser ke bawah
karena diafragma terletak di bawah sedikit jika ada penyakit obtruksi paru.
Akultasi juga dilakukan untuk mendengar bising usus. Bising usus bisa berubah pada
saat diare, obstruksi usus, ileus paralitik dan peritonitis. Bising usus yang menurun atau
menghilang ditemukan pada ileus, perforasi, peritonitis generalisata. Apabila terdengar ada
bruit, sesuai distolik atau sistolik, mungkin disebabkan oleh stenosis arteri renalis atau
insufisiensi arteri karena hipertensi.
3. Gejala klinis
Anak akan mulai rewel, muntah, nafsu makan akan mulai menurun, berat badan juga
akan ikut menurun, ada peningkatan pada derajat dehidrasi dan bada terasa panas.
4. Diagnosis
Diagnosis kerja adalah diare akut dengan dehidrasi berat. Diagnosis banding adalah
diare kronis dengan dehidrasi berat dan diare akut dengan dehidrasi sedang.

5. Etiologi
Diare akut merupakan diare yang terjadi kurang dari 14 hari dan biasanya kurang dari 7
hari. Tinja selalunya bersifat cair atau lunak, tanpa darah. Diare akan menyebabkan dehidrasi
pada anak. Derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan melihat persentase penurunan ceiran
tubuh daripada seluruh cairan dari tubuh. Penyebab diare akut yang sering pada anak adalah
Rotavirus, E.coli dan juga kolera2.
6. Epidemiologi
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan
anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar di antara 150-430 perseribu
penduduk setahunnya. Dengan upaya yang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit
dapat ditekan menjadi kurang 3%. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang
termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali berbanding Negara maju2.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan diare pada anak. Terjadi penyebaran
kuman secara orofaecal dan juga kontak langsung. Penyebaran ini bisa terjadi karena
beberapa perilaku yang kurang baik, seperti memberi makanan pengganti ASI terlalu dini
terutama pada anak yang kurang dari 4 bulan. Selain itu, memakai botol susu yang tidak
dicuci dengan bersih, menyimpan makanan pada suhu kamar bisa meningkatkan
pertumbuhan bakteri pada kuman, tidak mencuci tangan saat memberi anak makan dan
memberi anak minum air yang tercemar2.
Selanjutnya, ada faktor alami seperti peningkatan kerentanan diare pada anak, jika anak
tidak diberi ASI sampai umur 2 tahun, mengalami kurang gizi, campak dan anaknya
imunodefisiensi. Diare akan menular pada anak saat meningkatnya penyebaran Rotavirus dan
musim hujan, karena infeksi dari kuman.
7. Patofisiologi2
Mekanisme dasar yang bisa mnyebabkan diare adalah gangguan osmotik pada bagian
usus, gangguan sekresi pada usus, gangguan motilitas usus dan diare yang disebabkan oleh
infeksi.
Gangguan osmotik atau diare osmotik pada bagian usus bisa terjadi akibat daripada
makanan yang tidak dapat diserap dan menyebabkan tekanan osmotic pada rongga usus
meninggi. Hal ini menyebabkan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.

Apabila isi rongga usus sudah berlebihan maka otot pada usus akan dirangsang untuk
mengeluarkan isi usus sehingga timbul diare. Sering disebabkan oleh adanya bahan dalam
lumen usus yang bersifat osmotik, yang menarik cairan ke lumen sehingga sulit untuk
diserap. Contohnya, defisiensi laktase, laktosa tidak dapat dipecah menjadi glukosa dan
galaktosa. Laktosa merupakan bahan yang bersifat osmotik.
Selanjutnya adalah gangguan sekresi atau diare sekretorik. Sering terjadi akibat dari
rangsangan seperti toksin pada dinding usus dan akan meningkatkan sekresi air dan elektrolit
ke dalam rongga usus. Diare terjadi karena terdapat peningkatan isi rongga usus dan
penyebab yang sering adalah efek enterotoksin pada infeksi bacteria. Contohnya toksin dari
Escherichia coli, Vibrio cholera dan Rotavirus.
Pada gangguan motilitas usus, aktivitas peristaltik yang meningkat atau hiperperistaltik
akan mengakibatkan aktivitas penyerapan nutrisi pada usus berkurang dan menyebabkan
diare. Sebaliknya, saat peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
dan bisa menimbulkan diare juga.
Diare yang disebabkan oleh infeksi lebih sering pada anak-anak yang disebabkan oleh
beberapa virus dan kuman. Namun, prinsip diarenya hampir sama yaitu terjadi infeksi pada
dinding usus dan infeksi bisa terjadi karena faktor kausal(agent) atau pejamu(host). Faktor
kausal merupakan kemampuan tubuh untuk mempertahan diri terhadap organisme yang
dapat menimbulkan diare akut. Terdiri dari keasaman lambung, motilitas usus, imunitas tubuh
dan lingkungan flora normal usus. Faktor pejamu pula adalah daya penetrasi yang dapat
merusak sel mukosa usus, menghasilkan toksin yang bisa mempengaruhi sekresi cairan usus
halus serta daya lekat kuman.
8. Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat dari diare pada anak-anak.
Komplikasi tersebut adalah dehidrasi, asidosis metabolik, hipokalemia, hipoglikemia,
gangguan gizi, gangguan sirkulasi dan kejang.
Penilaian dehidrasi tergantung kepada tanda-tanda klinis yang bisa menyebabkan
terjadinya gangguan pada sirkulasi dan fungsi tubuh. Berat badan merupakan salah satu cara
untuk menentukan jumlah kehilangan cairan pada tubuh. Dehidrasi bisa dibagi menjadi
beberapa menurut derajatnya3. Derajat dehidrasi terdiri dari ringan, sedang dan berat.

Dehidrasi ringan saat ada deficit cairan sebanyak 5-6%, sedang jika deficit cairan sebanyak 510%, berat saat lebih dari 10% dan tidak ada dehidrasi saat deficit cairan kurang dari 5%.
Tabel 1: Derajat dehidrasi dan gejala klinisnya2
Ringan
( penurunan BB 5% )
Mukosa membran kering

Sedang

Berat

( penurunan BB 6-9% )
Keadaan umum buruk

( penurunan BB 10% )
Anak kecil : mengantuk,

berbanding gejala ringan

lemas, keringat dingin,


sianosis tungkai, koma

Penurunan perfusi perifer


Haus ,lesu
Peka dengan sekeliling

Lesu,mudah tersinggung

Anak lebih tua : keringat

Nadi cepat,tekanan darah

dingin, sianosis tungkai


Denyut nadi cepat dan

normal
Mata dan ubun-ubun cekung
Oliguria
Turgor kulit menurun (1-2s)

lemah,tekanan darah menurun


Mata dan ubun-ubun cekung
Turgor kulit buruk (>2s)

Pengeluaran bikarbonat bersama tinja saat diare nisa menaikkan kadar ion H+ sehingga
pH tubuh menurun. Selain itu, dehidrasi yang terjadi bisa menyebabkan syok sehingga
aktivitas filtrasi pada glomeruli berkurang, akibatnya konsentrasi asam berkurang pH
menurun.
Dehidrasi yang terjadi akan menyebabkan tubuh, termasuk otot polos menjadi lemah.
Hal ini akan menimbulkan gangguan pada metabolisme dan gangguan absorpsi. Kalsium
tidak bisa diserap ke dalam darah, akibatnya, kadar kalsium darah menurun atau hipokalemia.
Gejalanya adalah lemah otot, aritmia dan ileus paralitik.
Selain itu, bisa terjadi juga hipoglikemia yaitu kurangnya kadar glukosa dalam darah.
Hal ini bisa timbul akibat dari gangguan absorpsi glukosa atau gizi yang buruk karena
cadangan glikogen yang kurang.
Gangguan gizi bisa terjadi akibat dari kurangnya makanan yang masuk ke dalam tubuh,
yang disebabkan oleh faktor seperti anoreksia, muntah dan mengkosumsi makanan yang
encer. Bagi kasus diare, terjadi pengurangan pada penyerapan makanan yang bisa disebabkan
oleh kerusakan vili usus, malabsorbsi laktosa, transit makanan di usus meningkat dan sering
pada anak yang gizi buruk dan diare persisten.

Selanjutnya adalah gangguan sirkulasi yang bisa terjadi karena syok hipovolemik
dengan gejala akral dingin, kesadaran menurun, nadi sulit teraba, tekanan darah menurun dan
kulit mulai lembab dan keringat dingin.
9. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan yang utama pada pasien yang diare adalah mengganti cairan tubuh
yang hilang lewat tinja, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa. Bagi
dehidrasi yang ringan dan sedang, tidak harus ke rumah sakit. Cukup diberi cairan rehidrasi
oral yaitu cairan dengan formula lengkap NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa. Namun, pada
anak yang dehidrasi berat, harus segera diobati. Bisa langsung diberi cairan untuk rehidrasi
secara intravena.
Selain itu, diet anak juga harus dijaga. Anak-anak tidak boleh berpuasa, tidak meminum
minuman yang bergas, hindari kafein dan alkohol karena bisa meningkatkan motilitas
peristaltik, mengambil makanan yang mudah untuk dicernah dan hindari susu sapi terutama
pada anak yang intoleransi laktosa4.
Pengobatan dengan obat antidiare juga bisa diberikan. Contoh obat adalah Loperamid
yaitu obat yang meningkatkan waktu transit usus halus, meningkatkan tonus sfinghter ani dan
antisekresi. Pada anak berusia 2-5 tahun, dosis adalah maksimum 3mg, 6-8 tahun adalah 4mg
dan 8-12 tahun adalah 6mg. Selain itu, bisa digunakan juga attapulgit yang bekerja untuk
mengikat cairan dan endotoksin dan membantu untuk mengeraskan tinja. Obat antidiare
seperti agonis 2-andrenergik yang berfungsi untuk stimulasi absorpsi cairan dengan
menghambat sekresi cairan dan elektrolit melalui peningkatan waktu transit usus. Contoh
obat adalah klonidin5.
Jika diare disebabkan oleh mikroba, bisa diberi obat antimikroba seperi amoksisilin,
eritromisin, tinidazol, tetrasiklin dan albendazol, tergantung dengan mikroba penyebab
infeksi.

10. Prognosis

Diare akut dengan dehidrasi berat prognosisnya bisa baik jika diatasi atau diobati
dengan cepat. Namun, jika terlambat, bisa mengakibatkan kematian akibat kekurangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh anak sehingga mengganggu fungsi dan sirkulasi tubuh.
11. Pencegahan
Terdapat beberapa langkah pencegahan yang bisa diambil. Antaranya adalah menjaga
faktor kebersihan. Mulai dari kebersihan alat makan anak sampai kebersihan setelah buang
air besar atau kecil. Semua perilaku anak jika boleh harus diawasi terutama tangan anak yang
sering langsung dimasukkan ke dalam mulut. Mengajar anak untuk sentiasa mencuci tangan
dengan sabun, penyiapan makanan harus bersih, menjaga kebersihan perorangan, tempat
buang sampai yang memadai dan makanan tidak boleh dibiarkan terdedah dengan kotoran
atau serangga seperti lalat2.
Selain itu, bisa dicegah dengan memberi usapan gizi yang baik pada anak-anak. Anakanak yang membesar membutuhkan nutrisi yang banyak terutama protein dan karbohidrat
untuk pembesaran dan energi. Nutrisi juga diperlukan untuk membina ketahanan imun yang
kuat agar bisa mempertahankan diri dari serangan virus, bakteri atau parasit.
KESIMPULAN
Diare akut dengan dehidrasi berat amat bahaya pada anak-anak karena bisa
mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan segera. Hal ini karena, dehidrasi berat
terjadi karena pengeluaran cairan dan elektrolit dari tubuh melalui tinja, dalam jumlah yang
banyak dan tidak normal.
Oleh itu, untuk mencegah anak daripada mengalami diare, orang tua atau penjaga
anak-anak harus sentiasa mengambil langkah pencegahan terutama menjaga kebersihan
perorangan, anak dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

1. P.D Welsby. Abdomen symptoms. Clinical History Taking and Examination. 2nd ed.
London: Churchill Livingstone;2010.
2. Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Marcellus S.K., Setiati S. Diare akut.
Gastroenterologi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jilid 1. Interna
Publishing;2009
3. Hull D. Johnston D.I. Essential paediatrics. 3rd ed. London: Churchill
Livingstone;2008.p.157-9. (Diterjemah oleh: Gunadi H. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3.
Jakarta: EGC;2008.h.157-9)
4. Chen Y.A., Christopher T. Acute diarrhea. Gastroenterology in Pediatrics. The Toronto
Notes. 27th ed. Canada:Toronto Notes for Medical Students, Inc. Toronto;2011.
5. Diagnosis dan penatalaksanaan pada penyakit diare akut. InfoKedokteran.com.
Diunduh: http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaanpada-penyakit-diare-akut.html (19 Mei 2013)

Anda mungkin juga menyukai