Preskes DHF Vidi Feliz
Preskes DHF Vidi Feliz
Oleh :
Vidi Aditya P. W. P
(G99141103)
Ikhsan Marsaid
(G99141156)
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An.A S
Umur
: 14 tahun
Berat badan
: 40 kg
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Nama Ayah
: Bp. R R
Pekerjaan Ayah
: Karyawan Swasta
Agama
: Islam
Nama Ibu
: Ny. T
Pekerjaan Ibu
Alamat
Tanggal masuk
: 25 April 2015
Tanggal pemeriksaan
: 26 April 2015
No. RM
: 15488860
II. ANAMNESIS
A.Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang
I
II
06.00 WIB
rabu
22 April 2015
III
IV
VI
VI
18.30 WIB
kamis jumat
Selasa Rabu
24 April 2015
23 April 2015
: (-)
: (-)
-Riwayat mondok
: (-)
-Riwayat Trauma
: (-)
gejala
sama,
di
dan
yang
diagnosis
sebagai
Dengue
Haemorhagic Fever
- Riwayat alergi obat dan makanan
: (-)
K. Riwayat Nutrisi
1. Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi
menangis atau minta minum, sehari biasanya 6-8 kali dan lama
menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.
2. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil,
dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang sekali sehari
satu potong 2 x 2 cm2 siang hari.
3. Usia 8-12 bulan : nasi tim 2-3 kali sehari satu mangkok kecil dengan
sayur hijau/wortel, lauk ikan asin/tempe, dengan diselingi dengan ASI
jika bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong.
4. Usia 1-2 tahun : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur
bervariasi dan lauk ikan asin/tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari.
II
45 thn
37 th
III
N. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum
-
Keadaan umum
Derajat gizi
Underweight
TB/U = 160/164 x 100%= 97,5% (p25 < TB/U < p50) =
normoheight
BB/TB = 40/48 x 100% = 83% (p3 < BB/TB < p10) = Gizi
Kurang
Kesan : Status Gizi kurang, underweight, normoheight secara
antropometris.
b) Tanda vital
-
Laju Nadi
Suhu
c) Kulit
Kulit sawo matang, kelembaban baik, turgor kembali cepat, ujud
kelainan kulit (-), ikterik (-), sianosis (-)
d) Kepala
Bentuk mesosefal, rambut warna hitam, sukar dicabut, moon face (-).
e) Mata
Odema palpebra (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
mata cekung (-/-), air mata (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
cahaya (+/+).
f) Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
g) Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-/-) , mastoid pain(-/-),
tragus pain(-/-).
i) Mulut
Mukosa basah (+) , sianosis (-), gusi berdarah (-), sariawan (+)
j) Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (+), tonsil T1 - T1,
pseudomembran (-).
k) Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, JVP tidak meningkat, kaku kuduk (-).
l) Lymphonodi
Submentale
: tidak membesar
Submandibuler
: tidak membesar
Preaurikuler
: tidak membesar
Retroaurikuler
: tidak membesar
Occipitalis
: tidak membesar
: tidak membesar
m) Toraks
Bentuk
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: SIC II LPSS
: SIC IV LMCS
: SIC II LPSD
: SIC IV LPSD
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
n) Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
o) Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
Sianosis
Hasil
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
g/dl
12-15,6
Hct
33-45
AL
1.700
106 /L
4,5-14,5
AT
136
103 /L
150-450
AE
103/L
3.80-5.80
MCV
/um
80,0-96,0
MCH
Pg
28,0-33,0
Index Eritrosit
MCHC
g/dl
33,0-36,0
RDW
11.6-14.5
MPV
Fl
7.2-11.1
PDW
25-65
Eosinofil
0,00-4,00
Basofil
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
%
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00
Hasil
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
13.0
g/dl
12-15,6
Hct
37,6
33-45
PP
g/dl
6-8
AT
69
103 /L
150-450
AE
4.74
103/L
3.80-5.80
MCV
79,3
/um
80,0-96,0
MCH
27.4
Pg
28,0-33,0
MCHC
34.6
g/dl
33,0-36,0
RDW
14.5
11.6-14.5
MPV
7.5
Fl
7.2-11.1
PDW
25-65
Eosinofil
0,00-4,00
Basofil
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
%
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00
Index Eritrosit
Hasil
Hemoglobin
Satuan
Rujukan
g/dl
12-15,6
Hct
38.2
33-45
AL
106 /L
4,5-14,5
AT
64
103 /L
150-450
PP
6.0
g/dl
6-8
MCV
79.3
/um
80,0-96,0
MCH
27.4
Pg
28,0-33,0
MCHC
36.6
g/dl
33,0-36,0
RDW
14.5
11.6-14.5
MPV
Fl
7.2-11.1
PDW
25-65
Index Eritrosit
Hasil
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
g/dl
12-15,6
Hct
42
33-45
AL
106 /L
4,5-14,5
AT
65
103 /L
150-450
PP
5.8
g/dl
6-8
MCV
/um
80,0-96,0
MCH
Pg
28,0-33,0
MCHC
g/dl
33,0-36,0
Index Eritrosit
10
RDW
11.6-14.5
MPV
Fl
7.2-11.1
PDW
25-65
Eosinofil
0,00-4,00
Basofil
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
%
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
g/dl
12-15,6
Hct
40.5
33-45
AL
106 /L
4,5-14,5
AT
93
103 /L
150-450
PP
6.0
g/dl
6-8
MCV
/um
80,0-96,0
MCH
Pg
28,0-33,0
MCHC
g/dl
33,0-36,0
RDW
11.6-14.5
MPV
Fl
7.2-11.1
PDW
25-65
Eosinofil
0,00-4,00
Basofil
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
40.50
15.40
%
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00
Index Eritrosit
11
P. RESUME
Sejak 3 hari SMRS pasien demam tinggi, timbul mendadak, dan terus
menerus. Panas menurun setelah minum obat penurun panas akan tetapi
suhu kembali naik, nyeri kepala (+),nyeri otot atau sendi (+), mual (+),
muntah (+) 2-3 kali gelas belimbing dalam 3 hari sebelum masuk
rumah sakit, nyeri perut di bagian ulu hati (+).
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, gizi kesan baik. Tanda vital: S = 38,oC saat datang,
petechie (-) pada abdomen dan ekstremitas, hepar teraba 1 cm dibawah
arcus costae dextra, nyeri tekan perut di regio epigastrium, rumple leed
(+).
Q. DAFTAR MASALAH
1. Demam mendadak tinggikurang dari 7 hari
2. Mual (+)Muntah (-)
3. Nyeri di regio epigastrica
4. Trombositopeni
5. Hepatomegali
6. Sariawan
R. DIAGNOSIS BANDING
1. DHF
2. DF
3. Demam Chikungunya
4. Morbili
S. DIAGNOSIS KERJA
1. DHF grade I
2. Stomatitis
3. Gizi Kurang (antropometris)
12
T. PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Monitoring
1.
2.
1.
2.
3.
Edukasi
4.
5.
6.
Istirahat
7.
Banyak minum
U. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
V. PROGRESS REPORT
DPH
Tanggal
Keluhan/KU/VS
Pemeriksaan / Diagnosis
13
Terapi
25/04/15
Panas (+),
pusing (+),
mimisan(-),
mual (+)
muntah (+),
makan (+),
minum (+),
batuk(-),
pilek(-),
BAB(+),
BAK (+),
konsistensi
normal
KU : sakit
sedang, CM,gizi
kesan baik
VS :
T: 110/70 mmHg
HR=108x/1
RR=24x/1
S=380C
Lab Darah:
AT :136 ribu
AL : 1.7 x 106
Kesan :trombositopenia
namun belum menyongkong
DHF grade II
Ass :
1.
2.
3.
26/04/15
Panas (+),
pusing (+),
mimisan (-),
mual muntah (+),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 110/60mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=37,50C
Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus RL 160
cc/jam
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Inj Ranitidin
1 ampul / 12 jam IV
Inj
Ceftriaxon 1g / 12
jam
Candistatin
oral drop 2 x 1 cc
Inj Antrasin
400 mg / 8 jam IV
Planning:
Cek darah/
24 jam
KUVS/TD/8
PF Abdomen dan ext: petechie
Jam
(-) pada abdomen dan
Diet
nasi
epigastrium, oedem palpebra
lauk 2000 kkal/hari
(+).
Infus Asering
167 cc/jam
Lab Darah:
Paracetamol
Hb : 13.0
3x 500 mg peroral
Ht : 37.6%
(jika demam)
AT :69 ribu
Kesan : trombositopenia
Ass :
14
Planning:
Cek Darah/
1.
2.
3.
24 jam
KUVS/TD/8
Jam
Infus RL 160
cc/jam
(4cc/kgBB/jam)
II
27/04/15
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Inj Ranitidin
1 ampul / 12 jam IV
Inj
Ceftriaxon 1g / 12
jam
Panas (-),
pusing (+),
mimisan (-),
mual (+),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 100/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C
Lab Darah:
Ht : 38.2%
AT :64 ribu
IgG (+) dan IgM (+) dengue.
Kesan : Menyongkong infeksi
dengue
Ass :
1.
2.
3.
III
28/04/15
Panas (-),
mual muntah (-),
15
Candistatin
oral drop 2 x 1 cc
Inj Antrasin
400 mg / 8 jam IV
Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus RL 160
cc/jam
(4cc/kgBB/jam)
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Inj Ranitidin
1 ampul / 12 jam IV
Inj
Ceftriaxon 1g / 12
jam
Candistatin
oral drop 2 x 1 cc
Inj Antrasin
400 mg / 8 jam IV
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 100/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C
Status hidrasi
baik
DHF grade I
Stomatitis
Gizi kurang
(antropometris)
Planning:
Cek darah/
24 jam
KUVS/TD/8
Jam
Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus RL 160
cc/jam
(4cc/kgBB/jam)
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Inj Ranitidin
1 ampul / 12 jam IV
Inj
Ceftriaxon 1g / 12
jam
Candistatin
oral drop 2 x 1 cc
Inj Antrasin
400 mg / 8 jam IV
IV
19/1/15
Panas (+),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 110/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C
Cek darah/
keempat ekstremitas.
24 jam
KUVS/TD/8
Lab Darah:
Ht : 40.3%
Jam
AT :93 ribu
DHF grade I
Stomatitis
Gizi Kurang
(antropometris)
16
Diet
nasi
Planning:
17
BLPL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam tinggi
mendadak 2-7 hari, nyeri otot, dan atau nyeri sendi disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi atau
penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue adalah DBD
yang ditandai oleh renjatan/syok.3
B. Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik
Barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di
seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per
100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat
kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada
tahun 1999.
Gambar 1. Epidemiologi infeksi dengue di kawasan Asia Tenggara
18
berulang oleh serotipe virus dengue yang berbeda dalam jangka waktu
tertentu, yang berkisar antara 6 bulan sampai 5 tahun. Hipotesis lain yang
menentangnya adalah hipotesis virulensi virus, menurut hipotesis ini
perbedaan virulensi serotipe virus dengue adalah penyebab terjadinya DHF.
Kelemahan hipotesis pertama adalah ketika dilaporkan adanya kasus
DSS pada seorang anak wanita berusia 3 tahun di jakarta yang mengalami
infeksi primer. Kelemahan hipotesis kedua adalah tidak adanya bukti
eksperimental, baik percobaan binatang maupun kultur jaringan yang dapat
membuktikan perbedaan virulensi keempat serotiope virus dengue tersebut.
Hipotesis teori infeksi sekunder menyatakan secara tidak langsung bahwa
penderita yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus
dengue yang heterolog mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita
DBD berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai
virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen
antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel
leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak
dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam
sel makrofag.
Dihipotesiskan juga mengenai antibodi dependent enhancement
(ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus
dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi
tersebut, terjadi sekresi mediator inflamasi seperti TNF , IL-1,PAF, IL-6 dan
histamine
menyebabkanpeningkatan
permeabilitas
vaskuler
dan
20
21
22
23
24
F. Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatis. Pada umumnya pasien
mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti fase kritis selama 2-3
hari. pada fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi memiliki risiko
untuk terjadi syok jika tidak mendapatkan terapi yang adekuat.3
26
Leukopenia (jumlah
Nyeri kepala
leukosit 4000 sel/mm3)
Nyeri retro-orbital
27
Trombositopenia (jumlah
Nyeri otot
trombosit <100.000
Peningkatan hematokrit
Manifestasi perdarahan
(5%-10%)
perembesan plasma
DBD
I
Demam dan manifestasi perdarahan (uji
Trombositopenia <100.000
plasma
28
20%
DBD
II
Seperti derajat I ditambah perdarahan
Trombositopenia <100.000
spontan
sel/mm3; peningkatan hematokrit
20%
DBD*
III
Seperti derajat I atau II ditambah kegagalan
Trombositopenia <100.000
20%
29
a. Isolasi virus;
b. Deteksi asam nukleus virus dengan menggunakan RT-PCR ;
c. Deteksi antigen virus.
Sedangkan apabila datang dengan febris > 6 hari pilihan metode
diagnosis dengan imunoserologi, yaitu :
a. Hemaglutinasi Inhibisi ( HI);
b. Fiksasi komplemen ( CF);
c. Neutralization Test (NT);
d. MAC-ELISA;
e. Indirect IgG ELISA.
Tabel 4. Pemilihan metode diagnostik infeksi dengue
31
kemungkinan
seseorang
pernah
terinfeksi
dengue
sebelumnya.
Tabel 5. Pemilihan metode diagnostik infeksi dengue disesuaikan dengan
sarana kesehatan
rehidrasi oral yang tidak adekuat, adanya anak kecil dirumah, serta pasien
dengan co-morbid.
2. Kriteria B
Pasien yang diharuskan untuk rawat inap untuk observasi lebih lanjut.
Dalam kriteria ini pasien dengan warning sign, pasien risiko tinggi,
pasien yang menunjukan gejala komplikasi, pasien yang tinggal sendiri,
serta pasien yang tempat tinggalnya jauh dari fasilitas kesehatan. Terapi
yang diberikan
Cek hematokrit sebelum diberikan cairan infus. Cairan infus yang
digunakan hanya yang bersifat isotonik seperti NaCl 0,9%, Ringer laktat
atau cairan Hartmanns. Mulai dengan 5-7 ml/kgbb/jam untuk 1-2 jam
pertama, kemudian kurangi menjadi 3-5ml/kgbb/jam untuk 2-4 jam
selanjutnya, kemudian kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kgbb/jam atau
maintenan cairan sesuai manifestasi klinis yang didapat. Periksa kembali
hematrokit, jika tidak ada perbaikan atau terjadi peningkatan sedikit,
ulangi pemberian cairan 2-3 ml/kgbb/jam selama 2-4 jam. Jika tanda vital
menurun dan terjadi peningkatan hematrokrit yang cepat, segera naikan
cairan 5-10ml/kgbb/jam selam 1-2 jam. Apabila perfusi jaringan dan
urine output baik ( 0,5ml/kg/jam) berikan cairan maintenance untuk 2448 jam. Monitor vital sign, balance cairan, hematrokit sebelum dan
sesudah pemberian cairan infus, atau setiap 6-12 jam sekali. Cek GDS,
profil ginjal, profil liver, profil koagulasi sesuai indikasi.
3. Kriteria C
Pasien dengan dengue berat, pasien dalam kriteria ini harus mendapat
pengobatan segera karena berada dalam fase kritis, berupa
Perdarahan hebat
fasilitas transfusi darah. Segera ganti cairan isotonik dengan cairan kristaloid,
pada keadaan hipotensi syok boleh diberikan cairan koloid. Transfusi darah hanya
diberikan apabila adanya perdarahan hebat.
Penatalaksanaan syok
Gambar 5. Algoritma Penatalaksanaan Syok pada infeksi Dengue
37
38
Peningkatan trombosit
39
L. Komplikasi3
Penyebab komplikasi pada infeksi dengue adalah :
a) Kesalahan diagnosis pada primary Care sebagai pengobatan lini pertama
b) Ketidaktepatan monitoring dan misinterpretasi tanda-tanda vital
c) Kesalahan dalam monitoring terapi carang dan urine yang keluar
d) Keterlambatan dalam pengenalan tanda-tanda syok sehingga jatuh dalam
keadaan syok atau memperpanjang syok yang sudah terjadi
e) Keterlambatan dalam mengenal adanya perdarahan hebat
f) Terlalu sedikit atau terlalu banyak terapi cairan infus
g) Ketidakpedulian dalam tehnik aseptic dalam menangani pasien
Komplikasi dari infeksi dengue berupa :
1) Asidosis metabolik
2) Imbalance elektrolit
3) Efusi pleura dan asites
4) Edema pulmonal
5) ARDS
6) Ko-infeksi dan infeksi nasokomial
7) Sindrom hemofagositik
40
M. Prognosis
Prognosis DBD ditentukan oleh derajat penyakitnya, cepat tidaknya
penanganan diberikan, umur, jenis kelamin, dan keadaan nutrisi penderita.
Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila
dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian pada
syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50%. Tanda- tanda prognosis yang baik
pada DSS adalah pengeluaran urine yang cukup serta kembalinya nafsu
makan.
41
DAFTAR PUSTAKA
42