Anda di halaman 1dari 43

PESENTASI KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA TAHUN DENGAN


DEMAM BERDARAH DENGUE GRADE I

Oleh :
Vidi Aditya P. W. P

(G99141103)

Ikhsan Marsaid

(G99141156)

Pembimbing: dr. Noor Alifah, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015

PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An.A S

Umur

: 14 tahun

Berat badan

: 40 kg

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Nama Ayah

: Bp. R R

Pekerjaan Ayah

: Karyawan Swasta

Agama

: Islam

Nama Ibu

: Ny. T

Pekerjaan Ibu

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Singosari, RT 003, RW 002, kelurahan Singosari,


kecamatan Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah

Tanggal masuk

: 25 April 2015

Tanggal pemeriksaan

: 26 April 2015

No. RM

: 15488860

II. ANAMNESIS
A.Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang
I

II

06.00 WIB
rabu
22 April 2015

III

IV

VI

VI

18.30 WIB

kamis jumat

sabtu Minggu Senin

Selasa Rabu
24 April 2015

23 April 2015

Pasien mengeluhkan demam, sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,


demam terjadi pertama kali hari rabu 22 April 2015 saat pasien akan
1

berangkat, sekolah. Demam dirasakan mendadak tinggi dan terus-menerus,


kemudian oleh orangtua pasien dibawa ke bidan, oleh bidan diberi obat
penurun panas (paracetamol), demam turun namun naik lagi. Saat itu tidak
didapatkan sesak napas, gusi berdarah, mimisan, muntah darah dan buang
air besar berwarna hitam. Pasien mengeluhkan pusing, mual dan muntah.
Pasien masih bisa makan dan minum walaupun nafsu makannya berkurang.
Buang air kecil berwarna kuning jernih dan frekuensinya masih normal,
terakhir buang air kecil 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Muntah terjadi
sekitar 2-3 kali sebelum masuk rumah sakit, muntah tidak disertai darah,
hanya terdapat sisa makanan.
Pasien masih merasakan demam, dan kali ini tidak mereda setiap kali
diberi obat penurun panas.
Pasien dibawa ke rumah sakit Pandan Arang, saat di IGD pasien masih
demam, didapatkan nyeri kepala, nyeri perut bagian tengah, antara
umbilicus dan sternum serta nyeri sendi. Pasien tidak mengeluhkan muncul
ruam kemerahan di daerah perut, tangan dan kaki, tidak didapatkan juga
sesak napas, mimisan, muntah darah dan buang air besar berwarna hitam.
Nafsu makan pasien masih berkurang dan tapi masih mau minum. Buang air
kecil berwarna kuning jernih dan terakhir 1 jam sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan lain seperti batuk, pilek, sesak nafas tidak didapatkan.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Demam Berdarah sebelumnya

: (-)

- Riwayat alergi obat dan makanan

: (-)

-Riwayat mondok

: (-)

-Riwayat Trauma

: (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan

- Riwayat anggota keluarga Demam Berdarah : (-)


- Riwayat lingkungan Demam Berdarah

: (+), tiga orang tetangga


pasien yang tinggal satu RT,
mempunyai

gejala

sama,

di

dan

yang

diagnosis

sebagai

Dengue

Haemorhagic Fever
- Riwayat alergi obat dan makanan

: (-)

E. Riwayat Kebiasaan& Sosial Ekonomi


Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Pasien tinggal
bersama keluarganya. Anggota keluarganya terdiri dari ayah, ibu, 1 orang
adik laki-laki dan penderita sendiri. Ayah pasien bekerja sebagai
karyawan swasta, ibu pasien adalah ibu rumah tangga. Pasien berobat
dengan menggunakan Jamkesda.
.
F. Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan pertama dari dua bersaudara. Pasien merupakan
anak yang diinginkan. Selama kehamilan ibu pasien teratur periksa
kehamilan di bidan, pertama kali periksa ke bidan pada umur kehamilan
1 bulan. Pada trimester pertama dan kedua 1 kali sebulan. Pada trimester
ketiga, periksa ke bidan setiap 2 minggu sekali. Tidak pernah mengeluh
sakit selama kehamilan. Ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan atau
jamu dan hanya mengkonsumsi vitamin dari bidan.
G. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara spontan di bidan, lahir langsung menangis kuat,
dan tidak biru. Berat badan saat lahir 2700 gram, panjang badan saat lahir
45 cm. Usia ibu saat melahirkan 23 tahun. Pasien langsung menangis saat
lahir, tidak terdapat kebiruan setelah lahir maupun kekuningan setelah
lahir.

H. Riwayat Post Natal


Setelah lahir pasien oleh ibunya rutin dibawa ke posyandu setiap
bulan untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi lengkap di
puskesmas.
I. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapat imunisasi :
BCG
:1
bulan
Polio
: 0, 2, 3, 4
bulan
DPT
: 2, 3, 4
bulan
Hep-B
: 0, 2, 3, 4
bulan
Campak
:9
bulan
Kesan
: Imunisasi lengkap menurut Kemenkes.
J. Riwayat Tumbuh Kembang
Berat Badan saat lahir 2700 gram, Panjang Badan saat lahir 45 cm. Saat
ini umur pasien 14 tahun, dengan Berat Badan 40 kg dan Tinggi Badan
160 cm.
1. Senyum
2. Miring
3. Tengkurap
4. Duduk
5. Berjalan
Kesan

: (+) mulai umur 2 bulan


: (+) mulai umur 2 bulan
: (+) mulai umur 3 bulan
: (+) mulai umur 7 bulan
: (+) mulai umur 12 bulan
: Tumbuh kembang sesuai usia

K. Riwayat Nutrisi
1. Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi
menangis atau minta minum, sehari biasanya 6-8 kali dan lama
menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.
2. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil,
dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang sekali sehari
satu potong 2 x 2 cm2 siang hari.
3. Usia 8-12 bulan : nasi tim 2-3 kali sehari satu mangkok kecil dengan
sayur hijau/wortel, lauk ikan asin/tempe, dengan diselingi dengan ASI
jika bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong.
4. Usia 1-2 tahun : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur
bervariasi dan lauk ikan asin/tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari.

ASI masih tapi hanya kadang-kadang. Buah pepaya/pisang/jeruk


jumlah menyesuaikan.
5. 2 tahun lebih : ASI disapih, makan makanan orang dewasa tapi porsi
menyesuaikan, lauk pauk ikan asin/tahu tempe kadang telur. Buah
sudah bervariasi jumlah menyesuaikan.
Kesan: kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup.
L. Keluarga Berencana
Ibu mengikuti program keluarga berencana suntik.
M. Pohon Keluarga

II
45 thn

37 th

III

N. PEMERIKSAAN FISIK

An. A,S 14 thn

a) Keadaan Umum
-

Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Derajat kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6

Derajat gizi

Secara Klinis: Gizi kesan cukup


Secara Antropometri :
BB = 40 kg, TB = 160 cm, Usia= 14 tahun
BB/U = 40/51 x 100% = 78% (p3 < BB/U < p10) =

Underweight
TB/U = 160/164 x 100%= 97,5% (p25 < TB/U < p50) =
normoheight

BB/TB = 40/48 x 100% = 83% (p3 < BB/TB < p10) = Gizi
Kurang
Kesan : Status Gizi kurang, underweight, normoheight secara
antropometris.

b) Tanda vital
-

Laju Nadi

:84x/menit, regular, isi tegangan cukup

Laju Pernafasan :24x/ menit, kedalaman cukup, reguler,


tipe torakoabdominal.

Tekanan darah :110/70 mmHg

Suhu

:38 0C per aksila

c) Kulit
Kulit sawo matang, kelembaban baik, turgor kembali cepat, ujud
kelainan kulit (-), ikterik (-), sianosis (-)
d) Kepala
Bentuk mesosefal, rambut warna hitam, sukar dicabut, moon face (-).
e) Mata
Odema palpebra (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
mata cekung (-/-), air mata (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
cahaya (+/+).
f) Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
g) Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-/-) , mastoid pain(-/-),
tragus pain(-/-).
i) Mulut
Mukosa basah (+) , sianosis (-), gusi berdarah (-), sariawan (+)
j) Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (+), tonsil T1 - T1,
pseudomembran (-).

k) Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, JVP tidak meningkat, kaku kuduk (-).
l) Lymphonodi
Submentale

: tidak membesar

Submandibuler

: tidak membesar

Preaurikuler

: tidak membesar

Retroaurikuler

: tidak membesar

Occipitalis

: tidak membesar

Cervicalis anterior: tidak membesar


Cervicalis posterior: tidak membesar
Supraclavicula

: tidak membesar

m) Toraks
Bentuk

: normochest, retraksi (-)

Cor

Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar


batas kiri atas

: SIC II LPSS

batas kiri bawah

: SIC IV LMCS

batas kanan atas

: SIC II LPSD

batas kanan bawah

: SIC IV LPSD

Auskultasi

: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo

Inspeksi

: pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)

Palpasi

: fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi

: sonor /sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+)


suara tambahan (-/-)

n) Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

:timpani, undulasi (-), pekak beralih (-),

Palpasi

: supel, hepar teraba 1 cm di bawah arcus costae


dextra, lien tidak teraba membesar, nyeri tekan
(+) diregio epigastrium, undulasi (-), pekak alih
(-), ren tidak teraba

o) Ekstremitas
Akral dingin

Oedem

Sianosis

Capillary refill time < 2 detik


Arteri dorsalis pedis teraba cukup
Rumple leed tes : (+)
O. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah tanggal 25 April 2015 jam 14.11, di laboratorium Sarana
Medika
Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

g/dl

12-15,6

Hct

33-45

AL

1.700

106 /L

4,5-14,5

AT

136

103 /L

150-450

AE

103/L

3.80-5.80

MCV

/um

80,0-96,0

MCH

Pg

28,0-33,0

Index Eritrosit

MCHC

g/dl

33,0-36,0

RDW

11.6-14.5

MPV

Fl

7.2-11.1

PDW

25-65

Eosinofil

0,00-4,00

Basofil

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

%
%
%

18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00

Laboratorium darah tanggal 26 April 2015 jam 07.17


Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

13.0

g/dl

12-15,6

Hct

37,6

33-45

PP

g/dl

6-8

AT

69

103 /L

150-450

AE

4.74

103/L

3.80-5.80

MCV

79,3

/um

80,0-96,0

MCH

27.4

Pg

28,0-33,0

MCHC

34.6

g/dl

33,0-36,0

RDW

14.5

11.6-14.5

MPV

7.5

Fl

7.2-11.1

PDW

25-65

Eosinofil

0,00-4,00

Basofil

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

%
%
%

18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00

Index Eritrosit

Laboratorium darah tanggal 27 April 2015 jam 07.15


Pemeriksaan

Hasil

Hemoglobin

Satuan

Rujukan

g/dl

12-15,6

Hct

38.2

33-45

AL

106 /L

4,5-14,5

AT

64

103 /L

150-450

PP

6.0

g/dl

6-8

MCV

79.3

/um

80,0-96,0

MCH

27.4

Pg

28,0-33,0

MCHC

36.6

g/dl

33,0-36,0

RDW

14.5

11.6-14.5

MPV

Fl

7.2-11.1

PDW

25-65

Index Eritrosit

Hasil pemeriksaan immunoserologi Dengue :


1. IgG : Positif
2. IgM : Positif
Laboratorium darah tanggal 28 April 2015 jam 07.46
Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

g/dl

12-15,6

Hct

42

33-45

AL

106 /L

4,5-14,5

AT

65

103 /L

150-450

PP

5.8

g/dl

6-8

MCV

/um

80,0-96,0

MCH

Pg

28,0-33,0

MCHC

g/dl

33,0-36,0

Index Eritrosit

10

RDW

11.6-14.5

MPV

Fl

7.2-11.1

PDW

25-65

Eosinofil

0,00-4,00

Basofil

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

%
%
%

18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00

Laboratorium darah tanggal 29 April 2015 jam 07.00


Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

g/dl

12-15,6

Hct

40.5

33-45

AL

106 /L

4,5-14,5

AT

93

103 /L

150-450

PP

6.0

g/dl

6-8

MCV

/um

80,0-96,0

MCH

Pg

28,0-33,0

MCHC

g/dl

33,0-36,0

RDW

11.6-14.5

MPV

Fl

7.2-11.1

PDW

25-65

Eosinofil

0,00-4,00

Basofil

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

40.50
15.40

%
%
%

18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00

Index Eritrosit

11

P. RESUME
Sejak 3 hari SMRS pasien demam tinggi, timbul mendadak, dan terus
menerus. Panas menurun setelah minum obat penurun panas akan tetapi
suhu kembali naik, nyeri kepala (+),nyeri otot atau sendi (+), mual (+),
muntah (+) 2-3 kali gelas belimbing dalam 3 hari sebelum masuk
rumah sakit, nyeri perut di bagian ulu hati (+).
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, gizi kesan baik. Tanda vital: S = 38,oC saat datang,
petechie (-) pada abdomen dan ekstremitas, hepar teraba 1 cm dibawah
arcus costae dextra, nyeri tekan perut di regio epigastrium, rumple leed
(+).
Q. DAFTAR MASALAH
1. Demam mendadak tinggikurang dari 7 hari
2. Mual (+)Muntah (-)
3. Nyeri di regio epigastrica
4. Trombositopeni
5. Hepatomegali
6. Sariawan
R. DIAGNOSIS BANDING
1. DHF
2. DF
3. Demam Chikungunya
4. Morbili
S. DIAGNOSIS KERJA
1. DHF grade I
2. Stomatitis
3. Gizi Kurang (antropometris)
12

T. PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Rawat bangsal bagian anak (edelweiss)


Diet nasi lauk 2000 kkal/hari
Infus RL 160 cc/jam (4cc/kgBB/jam)
Paracetamol 3x 500 mg peroral (jika demam)
Inj Ranitidin 1 ampul / 12 jam IV
Inj Ceftriaxon 1g / 12 jam
Candistatin oral drop 2 x 1 cc
Inj Antrasin 400 mg / 8 jam IV

Monitoring
1.

KUVS dan TD per 8 jam

2.

Awasi tanda-tanda syok dan perdarahan GIT, dan saluran nafas.


Planning

1.

Cek Lab Darah (trombosit, Hct, PP)/ 24 jam

2.

Foto Thoraks RLD

3.

Edukasi

4.

Motivasi keluarga tentang penatalaksanaan penyakitnya

5.

Kompres hangat bila panas

6.

Istirahat

7.

Banyak minum
U. PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad sanam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

V. PROGRESS REPORT
DPH

Tanggal

Keluhan/KU/VS

Pemeriksaan / Diagnosis

13

Terapi

25/04/15

Panas (+),
pusing (+),
mimisan(-),
mual (+)
muntah (+),
makan (+),
minum (+),
batuk(-),
pilek(-),
BAB(+),
BAK (+),
konsistensi
normal
KU : sakit
sedang, CM,gizi
kesan baik
VS :
T: 110/70 mmHg
HR=108x/1
RR=24x/1
S=380C

PF Abdomen dan ext: petechie


(-,) pada abdomen dan
ekstremitas, hepar teraba 1 cm
dibawah arcus costae dextra,
nyeri tekan perut di regio
epigastrium, oedem palpebra
(+).

Lab Darah:
AT :136 ribu
AL : 1.7 x 106
Kesan :trombositopenia
namun belum menyongkong
DHF grade II
Ass :
1.
2.
3.

26/04/15

Panas (+),
pusing (+),
mimisan (-),
mual muntah (+),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 110/60mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=37,50C

Obs Febris hari 3-4 ec dd


df, dhf, isk.
Stomatitis
Gizi kurang (antropometri)

Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus RL 160
cc/jam
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Inj Ranitidin
1 ampul / 12 jam IV
Inj
Ceftriaxon 1g / 12
jam
Candistatin
oral drop 2 x 1 cc
Inj Antrasin
400 mg / 8 jam IV

Planning:

Cek darah/
24 jam

Cek IgG dan


IgM

KUVS/TD/8
PF Abdomen dan ext: petechie
Jam
(-) pada abdomen dan

Awasi tandaekstremitas, hepar teraba 1 cm


tanda perdarahan
dibawah arcus costae dextra,
nyeri tekan perut di regio

Diet
nasi
epigastrium, oedem palpebra
lauk 2000 kkal/hari
(+).

Infus Asering
167 cc/jam
Lab Darah:

Paracetamol
Hb : 13.0
3x 500 mg peroral
Ht : 37.6%
(jika demam)
AT :69 ribu
Kesan : trombositopenia
Ass :

14

Planning:

Cek Darah/

1.
2.
3.

Obs febris 5-6DHF grade I


(demam hari 4)
Stomatitis
Gizi kurang
(antropometris)

24 jam
KUVS/TD/8

Jam

Awasi tandatanda perdarahan

Infus RL 160
cc/jam
(4cc/kgBB/jam)

II

27/04/15

Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)

Inj Ranitidin
1 ampul / 12 jam IV

Inj
Ceftriaxon 1g / 12
jam

Panas (-),
pusing (+),
mimisan (-),
mual (+),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)

PF Abdomen dan ext: hepar


teraba 1 cm dibawah arcus
costae dextra, nyeri tekan
perut di regio epigastrium,

oedem palpebra (-/-).

KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 100/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C

Lab Darah:
Ht : 38.2%
AT :64 ribu
IgG (+) dan IgM (+) dengue.
Kesan : Menyongkong infeksi
dengue
Ass :
1.
2.
3.

DHF grade I (demam hari


5)
Stomatitis
Gizi Kurang
(antropometris)

III

28/04/15

Panas (-),
mual muntah (-),

15

Candistatin
oral drop 2 x 1 cc
Inj Antrasin
400 mg / 8 jam IV

Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus RL 160
cc/jam
(4cc/kgBB/jam)
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Inj Ranitidin
1 ampul / 12 jam IV
Inj
Ceftriaxon 1g / 12
jam
Candistatin
oral drop 2 x 1 cc
Inj Antrasin
400 mg / 8 jam IV

makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 100/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C
Status hidrasi
baik

PF Abdomen dan ext: hepar


teraba 1 cm dibawah arcus
costae dextra, nyeri tekan
perut di regio epigastrium
sudah
mulai
mereda,
convalesence rush (+) di
keempat ekstremitas
Lab Darah:
Ht : 42%
AT :65 ribu
PP :5.6
Ass :
1.
2.
3.

DHF grade I
Stomatitis
Gizi kurang
(antropometris)

Planning:

Cek darah/
24 jam

KUVS/TD/8
Jam

Awasi tandatanda perdarahan

Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus RL 160
cc/jam
(4cc/kgBB/jam)
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Inj Ranitidin
1 ampul / 12 jam IV
Inj
Ceftriaxon 1g / 12
jam
Candistatin
oral drop 2 x 1 cc
Inj Antrasin
400 mg / 8 jam IV

IV

19/1/15
Panas (+),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 110/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C

PF Abdomen dan ext: hepar


teraba 1 cm dibawah arcus
costae dextra, nyeri tekan
perut di regio epigastrium,
convalesence rush (+) di Planning:

Cek darah/
keempat ekstremitas.
24 jam

KUVS/TD/8
Lab Darah:
Ht : 40.3%
Jam
AT :93 ribu

Awasi tandapp :6 g/dl


tanda perdarahan
Ass :
1.
2.
3.

DHF grade I
Stomatitis
Gizi Kurang
(antropometris)

16

Diet

nasi

lauk 2000 kkal/hari


Infus Asering
135 cc/jam
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)

Planning:

17

BLPL

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam tinggi
mendadak 2-7 hari, nyeri otot, dan atau nyeri sendi disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi atau
penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue adalah DBD
yang ditandai oleh renjatan/syok.3
B. Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik
Barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di
seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per
100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat
kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada
tahun 1999.
Gambar 1. Epidemiologi infeksi dengue di kawasan Asia Tenggara

Dikutip dari : WHO-SEAR. Dengue In South-East Asia: An Appraisal Of Chase


Management And Vector Control. Dengue Buletin Volume 36. Desember 2012: 6-7

18

Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus


Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tersedianya tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak
mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi
virus dengue yaitu 1) Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit,
kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor di lingkungan, transportasi
vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2) Pejamu: terdapatnya penderita di
lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis
kelamin; 3) Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
C. Etiologi
Etiologi penyakit demam berdarah dangue adalah virus dangue
termasuk family flaviviridae genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe,
yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ke empat serotip ini ada di
Indonesia. Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang relative labil
terhadap suhu dan faktor kimiawai lain serta masa viremia yang pendek. Virus
DEN virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid,
ditutupi oleh suatu selubung dari lipid yang mengandung 2 protein yaitu
selubung protein E dan protein membrane M.
Jika seseorang ternfeksi dengan satu serotipe akan mendapatkan
kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut, tetapi hanya 2-3 bulan
kekebalan untuk serotipe lain. Apabila terinfeksi dengan serotipe lain atau
beberapa serotipe akan mengakibatkan DHF / DSS.3
D. Patofisiologi / patogenesis3
Hipotesis infeksi heterolog sekunder ( the secondary heterologous
Infection hyphotesis atau the sequential infection hypothesis) sampai saat ini
masih dianut sebagai konsep patogenesis terjadinya DHF. Berdasarkan
hipotesis ini seseorang akan menderita DHF apabila mendapatkan infeksi
19

berulang oleh serotipe virus dengue yang berbeda dalam jangka waktu
tertentu, yang berkisar antara 6 bulan sampai 5 tahun. Hipotesis lain yang
menentangnya adalah hipotesis virulensi virus, menurut hipotesis ini
perbedaan virulensi serotipe virus dengue adalah penyebab terjadinya DHF.
Kelemahan hipotesis pertama adalah ketika dilaporkan adanya kasus
DSS pada seorang anak wanita berusia 3 tahun di jakarta yang mengalami
infeksi primer. Kelemahan hipotesis kedua adalah tidak adanya bukti
eksperimental, baik percobaan binatang maupun kultur jaringan yang dapat
membuktikan perbedaan virulensi keempat serotiope virus dengue tersebut.
Hipotesis teori infeksi sekunder menyatakan secara tidak langsung bahwa
penderita yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus
dengue yang heterolog mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita
DBD berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai
virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen
antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel
leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak
dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam
sel makrofag.
Dihipotesiskan juga mengenai antibodi dependent enhancement
(ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus
dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi
tersebut, terjadi sekresi mediator inflamasi seperti TNF , IL-1,PAF, IL-6 dan
histamine

menyebabkanpeningkatan

permeabilitas

vaskuler

dan

mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma, protein dan elektrolit. Keadaan


ini dapat berkembang menjadi hipovolemia dan syok.
E. Klasifikasi.
Dalam kriteria WHO tahun 1997 klasifikasi dengue dibagi menjadi 3
besar yaitu demam yang tidak terklasifikasikan, demam dengue dan demam
berdarah dengue dimana demam berdarah dengue di bagi lagi menjadi 4

20

derajat menurut keparahan penyakitnya, derajat 3 dan 4 merupakan dengue


shock syndrom.
Tabel 1. Derajat penyakit (WHO,1997)

Dikutip dari : World health Organization. Dengue hemorrhagic fever: diagnosis,


treatment, Prevention and control. 2nd ed. Geneva: WHO, 1997
Adanya kesulitan dalam pengklasifikasian dengue menurut WHO 1997
yang ditandai dengan semakin meningkatnya kasus dengue berat diklinis
yang tidak sesuai dengan kriteria WHO 1997 seperti ensefalopati. Hal ini
disebabkan karena klasifikasi ini terlalu luas sehingga menurut WHO, perlu
diadakannya pembaharuan, agar memudahkan diagnosis dan identifikasi
penggolongan tingkat derajat dengue untuk triase dan penanganan awal di
rumah sakit, sehingga penanganan pasien menjadi lebih cepat dan terarah.

21

Gambar dibawah ini merupakan kriteria WHO 2009.


Gambar 2. Pembagian klasifikasi kasus infeksi dengue menurut WHO
2009

Pada tahun 2011 SEARO menambahkan adanya kriteria expand karena


pada beberapa penyakit tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kriteria WHO
2009, SEARO juga memperbaharui dalam mengklasifikasikan infeksi
dengue, klasifikasi tersebut berupa demam yang tidak terklasifikasikan,
demam dengue tanpa manifestasi perdarahan, demam dengue dengan
manifestasi perdarahan, demamberdarah dengue dengan kebocoran plasma,
demam berdarah dengue tanpa adanya tanda-tanda syok, demam berdarah
dengue diikuti syok, demam dengue dengan perluasan dari sindroma dengue.

22

Tabel 2. Pembagian klasifikasi infeksi dengue berdasarkan WHO-SEARO


dibandingkan dengan WHO 2009

23

24

Dikutip dari : WHO-SEAR. Dengue In South-East Asia: An Appraisal Of


Chase Management And Vector Control. Dengue Buletin Volume 36. Desember
2012: 6-7

F. Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatis. Pada umumnya pasien
mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti fase kritis selama 2-3
hari. pada fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi memiliki risiko
untuk terjadi syok jika tidak mendapatkan terapi yang adekuat.3

Secara garis besar infeksi dengue dibagi menjadi 3 fase


1. Fase febris
Pasien tiba-tiba mengalami demam tinggi, dalam fase demam akut biasanya
sekitar 2-7 hari dengan diikuti wajah kemerahan, eritema pada kulit, pegal
pada seluruh tubuh, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri retro orbital, fotofobia, ruam
makulopapular yang timbul pada 1-2 hari dan kemudian menghilang tanpa
bekas, serta nyeri kepala. Pada beberapa pasien terdapat nyeritenggorokan,
faringitis, injeksi konjungtiva. Diikuti dengan anoreksia mual serta muntah
yang umumnya selalu diderita pasien. Pada fase ini bila didapatkan tes
torniquet (+) meningkatkan kemungkinan infeksi dengue.
2. Fase kritis
Terjadi ketika terjadi penurunan suhu badan sampai normal, biasanya hari ke
3-7 penyakit, akan terjadi peningkatan permeabilitas kapiler bersamaan
dengan peningkaya kadar hematokrit, hal ini merupakan tanda awal dari fase
kritis, periode kebocoran plasma biasanya berlangsung 24-48 jam yang
25

ditandai dengan peningkatan hematokrit, diikuti dengan leukopenia, dapat


pula terjadi efusi pleura dap asites. Syok terjadi ketika terjadi kehilangan
banyak plasma, nantinya dapat menyebabkan asidosis metabolik, DIC.
3. Fase penyembuhan
Apabila pasien bertahan dalam 24-48 jam di dalam fase kritis, akan terjadi
perbaikan bertahap dari cairan ekstravaskular.
Gambar 3. Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue

Dikutip dari :WHO-TDR. Handbook for clinical management of dengue.


Geneva: WHO, 2012
G. Pendekatan Diagnostik1

26

Gambar 4. Skema kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO


2011 Sumber:World Health Organization-South East Asia Regional Office.
Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever. India: WHO; 2011dengan modifikasi
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi
dengue dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik
terbagi menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus) dan demam
dengue (DD) sebagai infeksi dengue ringan; sedangkan infeksi dengue berat
terdiri dari demam berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue syndrome
atau isolated organopathy. Perembesan plasma sebagai akibat plasma leakage
merupakan tanda patognomonik DBD, sedangkan kelainan organ lain serta
manifestasi yang tidak lazim dikelompokkan ke dalam expanded dengue
syndrome atau isolated organopathy. Secara klinis, DD dapat disertai dengan
perdarahan atau tidak; sedangkan DBD dapat disertai syok atau tidak (Gambar
4).
Tabel 3. Derajat DBD berdasarkan klasifikasi WHO 2011
DD/DBD
Derajat
Tanda dan gejala
Laboratorium
DD
Demam disertai minimal dengan 2 gejala

Leukopenia (jumlah

Nyeri kepala
leukosit 4000 sel/mm3)

Nyeri retro-orbital

27


Trombositopenia (jumlah

Nyeri otot
trombosit <100.000

Nyeri sendi/ tulang


sel/mm3)

Ruam kulit makulopapular

Peningkatan hematokrit

Manifestasi perdarahan
(5%-10%)

Tidak ada tanda perembesan plasma

Tidak ada bukti

perembesan plasma
DBD
I
Demam dan manifestasi perdarahan (uji
Trombositopenia <100.000

bendung positif) dan tanda perembesan


sel/mm3; peningkatan hematokrit

plasma

28

20%
DBD
II
Seperti derajat I ditambah perdarahan
Trombositopenia <100.000

spontan
sel/mm3; peningkatan hematokrit

20%
DBD*
III
Seperti derajat I atau II ditambah kegagalan
Trombositopenia <100.000

sirkulasi (nadi lemah, tekanan nadi 20


sel/mm3; peningkatan hematokrit

mmHg, hipotensi, gelisah, diuresis menurun


20%
DBD*
IV
Syok hebat dengan tekanan darah dan nadi
Trombositopenia <100.000

yang tidak terdeteksi


sel/mm3; peningkatan hematokrit

20%

Diagnosis infeksi dengue:


Gejala klinis + trombositopenia + hemokonsentrasi, dikonfirmasi dengan
deteksi antigen virus dengue (NS-1) atau dan uji serologi anti dengue positif

29

(IgM anti dengue atau IgM/IgG anti dengue positif)

Diagnosis DBD/DSS ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium


(WHO, 2011).
Kriteria klinis
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus
selama 2-7 hari
Manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petekie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan/melena
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (20 mmHg),
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
Kriteria laboratorium
Trombositopenia (100.000/mikroliter)
Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit > 20% dari nilai dasar /
menurut standar umur dan jenis kelamin
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan,
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi/
peningkatan hematokrit > 20%.
Dijumpai hepatomegali sebelum terjadi perembesan plasma
Dijumpai tanda perembesan plasma
o Efusi pleura (foto toraks RLD / ultrasonografi)
Hipoalbuminemia
Perhatian
Pada kasus syok, hematokrit yang tinggi dan trombositopenia yang jelas,
mendukung diagnosis DSS.
o Nilai LED rendah (<10mm/jam) saat syok membedakan DSS dari
syok sepsis
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan febris kurang dari 6 hari,
dapat mendiagnosis infeksi dengue, berupa :
30

a. Isolasi virus;
b. Deteksi asam nukleus virus dengan menggunakan RT-PCR ;
c. Deteksi antigen virus.
Sedangkan apabila datang dengan febris > 6 hari pilihan metode
diagnosis dengan imunoserologi, yaitu :
a. Hemaglutinasi Inhibisi ( HI);
b. Fiksasi komplemen ( CF);
c. Neutralization Test (NT);
d. MAC-ELISA;
e. Indirect IgG ELISA.
Tabel 4. Pemilihan metode diagnostik infeksi dengue

Dikutip dari : WHO-TDR. Handbook for clinical management of dengue.


Geneva: WHO, 2012

31

Tiga aspek utama yang harus dipertimbangkan untuk diagnosis dengue


secara adekuat :
a) virologi dan serologi yang berhubungan dengan waktu infeksi dengue
masa inkubasi adalah 4-10 hari setelah digit oleh nyamuk, pada infeksi
primer viremia terjadi 1-2 hari sebelum mulainya demam sampai hari ke
4-5. Antibodi spesifik Anti-dengue IgM dapat ditemukan saat hari ke 36, kemudian akan menetap dengan kadar yang rendah sampai 3 bulan
setelah demam. IgG akan meningkat pada hari ke 9-10 yang kemudian
akan bertahan dengan kadar rendah sampai 1 dekade dan hal ini dapat
mengetahui

kemungkinan

seseorang

pernah

terinfeksi

dengue

sebelumnya.
Tabel 5. Pemilihan metode diagnostik infeksi dengue disesuaikan dengan
sarana kesehatan

Dikutip dari :WHO-TDR. Handbook for clinical management of dengue.


Geneva: WHO, 2012
b) jenis metode diagnostik dalam kaitannya dengan manifestasi klinis klinis
pada saat fase demam menunjukan sedang terjadinya viremia, beberapa
komponen virus terdapat dalam darah sehingga pilihan yang tepat adalah
RT-PCR, NS-1 Ag. Saat fase kritis dan penyembuhan dapat kita lihat
32

IgM spesifik bisa dengan menggunakan rapid Test, ELISA maupun


haemagglutination inhibition assay (HIA).
c) karakteristik sampel klinis
Virus dengue yang labil mudah dinonaktifkan pada suhu di atas 30 C,
sehingga harus berhati-hati selama transportasi dan penyimpanan
sampel. Sampel serum yang dikumpulkan selama 4 hari pertama demam
berguna untuk virus, genom dan deteksi antigen dengue. Sampel harus
cepat diangkut pada suhu 4 C ke laboratorium dan diproses secepat
mungkin. Serum steril tanpa antikoagulan berguna. Jika spesimen
pengiriman tidak dapat dilakukan dalam 24-48 jam pertama, pembekuan
pada -70 C dianjurkan.
H. Diagnosis Banding1
Beberapa panyakit infeksi maupun non-infeksi memiliki gejala
mirip demam dengue maupun severe dengue.
a. Influenza
b. Cikungunya
c. Infeksi primer HIV
d. SARS
e. Malaria
f. Demam tiroid
g. Hepatitis
h. Leptospirosis
I. Penatalaksanaan1
Diagnosis yang tepat harus dapat ditegakkan oleh tenaga kesehatan
yang bekerja pada fasilitas kesehatan primer. Protokol WHO untuk
manajemen infeksi dengue dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Step I Overall assessmen
1.1 History, including symptoms, past medical and family history
1.2 Physical examination, including full physical and mental assessment
1.3 Investigation, including routine laboratory tests and dengue-specific laboratory
Test
Step II Diagnosis, assessment of disease phase and severity
33

Step III Management


III. Disease notification
1
I Management decisions. Depending on the clinical manifestations and other
II.2 circumstances, patients
may (1):
- be sent home (Group A)
- be referred for in-hospital management (Group B)
- require emergency treatment and urgent referral (Group C)
Tabel 6. Manajemen infeksi dengue
Dalam menanyakan riwayat penyakit sekarang harus terkandung :
a. Onset dari demam/ penyakit
b. Banyaknya cairan yang diminum
c. Diare
d. Urine output ( frekuensi, volume, BAK terakhir)
e. Gejala-gejala dari warning sign
f. Perubahan status mental/ adanya kejang/
g. Riwayat perjalanan ke daerah endemik dengue, riwayat keluarga/ tetangga
yang menderita dengue, kondisi kesehatan ataupun penyakit yang dimiliki
pasien (ibu menyusui, ibu hamil, obesitas, diabetes melitus, hipertensi,
HIV)
Pemeriksaan fisik yang dilakukan :
a. Status mental
b. Status hidrasi
c. Tanda-tanda vital
d. Pemeriksaan adanya takipneu/ pernapasan kusmaul/ efusi pleura
34

e. Pemeriksaan abdomen berupa adanya nyeri tekan/ hepatomegali/ asites


f. Periksa adakah kemerahan atau manifestasi perdarahan
g. Periksa Rumplee Leed
Pemeriksaan darah lengkap dapat normal pada pemeriksaan pertama kali
datang ke tenaga kesehatan, sehingga harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap
tiap hari sampai melewati fase kritis. Apabila tidak tersedia pemeriksaan darah
lengkap atau dalam keadaan epidemi, pemeriksaan darah lengkap dapat diperiksa
3 hari kemudian. Beberapa tes tambahan perlu diperiksa pada pasien yang memili
faktor risiko, berupa tes fungsi hati, GDS, elektrolit, ureum, kreatinin, AGD,
urinalisis serta EKG. Manajemen dari infeksi dengue dapat dilihat pada gambar
dibawah ini,
Penatalaksanaan Dengue menurut WHO 2012, membagi pasien menjadi 3
kriteria :
1. Kriteria A
Pasien dapat dipulangkan, dengan catatan mendapatkan cairan yang
adekuat dan BAK minimal 1x/6 jam, dan tidak ada tanda-tanda dari
warning sign. Pasien diharuskan bed rest, pasien yang datang pada
demam >3 hari diharuskan setiap hari ke sarana kesehatan untuk
diperiksa darah lengkap dan monitoring adanya gejala-gejala dari
warning sign, hal ini dilakukan sampai fase kritis terlewati. Berikan
pasien paracetamol untuk demamnya, dengan dosis 10 mg/kgbb/x,
kompres air hangat apibila demam tidak turun, dilarang memberikan
aspirin, ibuprufen atau NSAID lainnya maupun injeksi intramuskular, hal
ini dapat menyebabkan gastritis atau perdarahan. Apabila tidak ada
perbaikan maupun timbul gejala tambahan seperti nyeri perut, muntahmuntah, ekstremitas dingin, sesak napas, tidak BAK dalam 6 jam,
maupun perdarahan segera ke fasilitas kesehatan terdekat. Indikasi rawat
inap pada pasien dengan manifestasi demam bila tidak mendapatkan
35

rehidrasi oral yang tidak adekuat, adanya anak kecil dirumah, serta pasien
dengan co-morbid.

2. Kriteria B
Pasien yang diharuskan untuk rawat inap untuk observasi lebih lanjut.
Dalam kriteria ini pasien dengan warning sign, pasien risiko tinggi,
pasien yang menunjukan gejala komplikasi, pasien yang tinggal sendiri,
serta pasien yang tempat tinggalnya jauh dari fasilitas kesehatan. Terapi
yang diberikan
Cek hematokrit sebelum diberikan cairan infus. Cairan infus yang
digunakan hanya yang bersifat isotonik seperti NaCl 0,9%, Ringer laktat
atau cairan Hartmanns. Mulai dengan 5-7 ml/kgbb/jam untuk 1-2 jam
pertama, kemudian kurangi menjadi 3-5ml/kgbb/jam untuk 2-4 jam
selanjutnya, kemudian kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kgbb/jam atau
maintenan cairan sesuai manifestasi klinis yang didapat. Periksa kembali
hematrokit, jika tidak ada perbaikan atau terjadi peningkatan sedikit,
ulangi pemberian cairan 2-3 ml/kgbb/jam selama 2-4 jam. Jika tanda vital
menurun dan terjadi peningkatan hematrokrit yang cepat, segera naikan
cairan 5-10ml/kgbb/jam selam 1-2 jam. Apabila perfusi jaringan dan
urine output baik ( 0,5ml/kg/jam) berikan cairan maintenance untuk 2448 jam. Monitor vital sign, balance cairan, hematrokit sebelum dan
sesudah pemberian cairan infus, atau setiap 6-12 jam sekali. Cek GDS,
profil ginjal, profil liver, profil koagulasi sesuai indikasi.
3. Kriteria C
Pasien dengan dengue berat, pasien dalam kriteria ini harus mendapat
pengobatan segera karena berada dalam fase kritis, berupa

Kebocoran plasma yang berat, mulai masuk ke dalam keadaan syok


dengan adanya ARDS
36

Perdarahan hebat

Multi organ failure


Pasien harus segera dipindahkan ke fasilitas kesehatan yang memiliki

fasilitas transfusi darah. Segera ganti cairan isotonik dengan cairan kristaloid,
pada keadaan hipotensi syok boleh diberikan cairan koloid. Transfusi darah hanya
diberikan apabila adanya perdarahan hebat.
Penatalaksanaan syok
Gambar 5. Algoritma Penatalaksanaan Syok pada infeksi Dengue

Dikutip dari :WHO-TDR. Handbook for clinical management of dengue.


Geneva: WHO, 2012

37

Tujuan dari resusitasi cairan meliputi:

Meningkatkan sirkulasi pusat dan perifer - yaitu penurunan takikardia,


meningkatkan TD dan denyut nadi, ekstremitas hangat dan merah muda,
waktu pengisian kapiler <2 detik

Meningkatkan perfusi end-organ yaitu mencapai tingkat kesadaran stabil


dan output urine 0,5 ml / kg / jam atau penurunan asidosis metabolik.
Kapan harus menghentikan infus
Observasi tanda-tanda berhentinya kebocoran plasma yang dilihat dari :

TD, nadi dan perfusi perifer stabil

hematokrit menurun dengan denyut nadi yang baik

apyrexia (tanpa menggunakan antipiretik) selama lebih dari 24-48 jam;

gejala usus / gejala yang berhubungan dengan abdomen teratasi

peningkatan produksi urine.


Melanjutkan terapi cairan intravena melewati 48 jam dari fase kritis akan

menyebabkan pasien berisiko edema paru dan komplikasi lain seperti


tromboflebitis.
J. Penatalaksanaan dengue pada kelompok risiko
a) Dengue pada lansia
Sebuah penelitian surveilans menunjukan bahwa manifestasi klinis dari
dengue pada lansia mirip dengan dewasa muda, namun gejala yang lebih
sering timbul adalah perdarahan saluran cerna dan mikrohematuri. Insiden
demam, atralgia serta ruam lebih rendah pada orang tua. Gagal ginjal akut,
perdarahan gastrointestinal, efusi pleura, serta CHF dan edema pulmonal
lebih sering terjadi pada orang tua. kadar hemoglobin juga lebih rendah
dibandingkan dewasa.

38

b) Dengue dengan co-morbid


Pasien dengan penyakit diabetes melitus, hipertensi dan renal insufisiensi
berhubungan erat dengan angka kejadian severe dengue. Pada pasien
hipertensi terkadang tidak menunjukan adanya hipotensi jika mengalami
syok sehingga yang perlu diperhatikan adalah angka MAP, Jika terjadi
penurunan MAP 40% dari baseline perlu dicurigai adanya tanda-tanda
syok, jika pasien mengalami takikardia dapat diberikan - bloker,
sedangkan bila pasien mengalami takikardia perlu ditanyakan riwayat
pemberian Ca chanel bloker, karena efek sampingnya berakibat takikardia,
jangan salah mengangap sebagai satu respons dari keadaan syok
hipovelemik, harus diawasi secara ketat pemberian antihipertensi terutama
bila terdapat kebocoran plasma, juga perlu monitoring urine output. Pasien
dengan DM, infeksi dengue dapat mencetuskan KAD atau hiperglikemik
hiperosmolar, dimana manifestasi KAD mirip dengan warning sign pada
demam dengue yang berat, sehingga dapat terjadi kesalahan diagnostik,
pemberian ADO harus dihentikan terutama obat golongan metformin,
karena dapat memperburuk asidosis laktat dan syok dengue sehingga perlu
dipertimbangkan pemakain Short-acting insulin, monitor gula darah setiap
1-2 jam sampai mencapai target gula darah < 150 mg/dl kemudian
dilanjutkan setiap 4jam. Pasien yang memiliki penyakit CKD tetap
dilakukan terapi cairan yang adekuat sekaligus menstabilkan hemodinamik
setelah itu perlu dilakukan dialisis segera untuk mencegah terjadinya
asidosis metabolik dan elektrolit imbalance. Pada pasien yang memiliki
riwayat anemia hemolitik perlu dilakukan transfusi PRC atau whole blood.
K.

Kriteria pemulangan pasien3

Bebas demam dalam 48 jam

Peningkatan keadaan umum dan hemodinamik stabil

Peningkatan trombosit
39

Nilai hematokrit yang stabil tanpa pemberian cairan infus

Tidak ada distres respirasi

L. Komplikasi3
Penyebab komplikasi pada infeksi dengue adalah :
a) Kesalahan diagnosis pada primary Care sebagai pengobatan lini pertama
b) Ketidaktepatan monitoring dan misinterpretasi tanda-tanda vital
c) Kesalahan dalam monitoring terapi carang dan urine yang keluar
d) Keterlambatan dalam pengenalan tanda-tanda syok sehingga jatuh dalam
keadaan syok atau memperpanjang syok yang sudah terjadi
e) Keterlambatan dalam mengenal adanya perdarahan hebat
f) Terlalu sedikit atau terlalu banyak terapi cairan infus
g) Ketidakpedulian dalam tehnik aseptic dalam menangani pasien
Komplikasi dari infeksi dengue berupa :
1) Asidosis metabolik
2) Imbalance elektrolit
3) Efusi pleura dan asites
4) Edema pulmonal
5) ARDS
6) Ko-infeksi dan infeksi nasokomial
7) Sindrom hemofagositik

40

M. Prognosis
Prognosis DBD ditentukan oleh derajat penyakitnya, cepat tidaknya
penanganan diberikan, umur, jenis kelamin, dan keadaan nutrisi penderita.
Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila
dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian pada
syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50%. Tanda- tanda prognosis yang baik
pada DSS adalah pengeluaran urine yang cukup serta kembalinya nafsu
makan.

41

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO-TDR. Handbook for clinical management of dengue. Geneva: WHO,


2012.
2. World health Organization. Dengue hemorrhagic fever: diagnosis, treatment,
Prevention and control. 2nd ed. Geneva: WHO, 1997
3. Suhendro, et al. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed
5, jilid III. Jakarta: Internal Publishing; 2006: 1732-1735
4. World Health Organization, Regional Office for South-East Asia.
Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and
dengue haemorrhagic fever. Revised and expanded edition. New Delhi:
WHO-SEARO, 2011. SEARO Technical Publication Series No. 60
5. Srikiatkhachorn Anon et al. DengueHow Best do Classify It. Clinical
Infectious Disease, 2011, 53(6):563567
6. Member of The Technical Working Group On The 2012 PPS. Revised
Guidelines on Fluid Management of DF/DHF
7. WHO-SEAR. Dengue In South-East Asia: An Appraisal Of Chase Management
And Vector Control. Dengue Buletin Volume 36. Desember 2012: 6-7

42

Anda mungkin juga menyukai