Anda di halaman 1dari 3

Tugas 2

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Hari/Tanggal : Jumat, 1 Mei 2015


Dosen
: Faranita Ratih L, SH, MH

HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Yohanes Pantau Gemilang

J3E113030

PROGRAM KEAHLIAN SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

Setiap insan yang terlahir dan menginjakkan kaki ke muka bumi secara otomatis memiliki hak
asasi. Hak yang pertama kali dimiliki adalah hak untuk hidup. Seiring dengan berjalannya waktu,
kehidupan manusia yang semakin disertai beban pastinya harus didukung dengan yang namanya hak.
Mulai dari hak untuk menyalurkan pendapat, hak untuk bersuara, hak untuk hidup, dan lain lain.
Seluruh hak yang telah tertuang dalam pasal 27 sampai 31 itu menandakan bahwa setiap hak yang ada
telah diatur dalam landasan Negara. Namun dewasa ini banyak sekali kita jumpai kasus-kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang sangat tidak sedikit memakan korban jiwa. Kerusuhan Mei
1998 contohnya, pada saat rezim pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh Soeharto, semua
kekuasaan terletak di tangan presiden dan presiden lah yang memiliki otoritas penuh atas rakyat.
Namun para mahasiswa yang berintelek pada saat itu tidak seerta merta menerima dan larut dalam
keadaan yang menyiksa. Mereka menaiki gedung MPR dan menguasainya untuk menuntut Soeharto
diturunkan. Saat itu rakyat berkuasa penuh atas bangku pemerintahan maka timbullah istilah people
power. Dibalik itu semua tentunya banyak menelan korban jiwa, mahasiswa ditembaki oknum aparat
kepolisian, pemerkosaan orang ras tionghoa yang tinggal di Indonesia, penjarahan barang-barang,
sampai hal yang terburuk sekalipun terjadi kala itu. Sampai detik ini, masih banyak kasus-kasus yang
terselubung dan belum terungkap dibalik kerusuhan Mei 1998. Dalang dibalik tragedi tersebut pun
belum satu pun mengetahuinya. Jauh sebelum Indonesia merdeka pun banyak sekali pelanggaranpelanggaran HAM yang timbul ke permukaan.Tragedi Jembatan bacem yang menelan korban jiwa
akibat praduga tak bersalah terhadap warga yang diduga komunis. Banyak saksi bisu yang mungkin
hanya bisa terdiam melihat tragedi semacam pelanggaran HAM. Contoh kasus-kasus di atas telah
mencerminkan bahwa Indonesia masih lemah dalam menerapkan HAM kepada seluruh lapisan
masyarakat. Dewasa ini pun timbul masalah terkait HAM yaitu kepada tersangka narkoba yang akan
dijatuhi hukuman mati oleh Negara. Padahal setiap manusia mempunyai hak untuk hidup. Akhirnya
eksekusi tetap berjalan sesuai dengan paying hukum. Seringkali paying hukum di Indonesia tajam ke
bawah dan tumpul ke atas. Hanya orang-orang yang berkuasa yang bisa mempermainkan hukum di
Indonesia ini. Mereka yang mempunyai cukup dana untuk membeli penjara dan di rombak seperti
kamar hotel berbintang lima. Ketika kita melihat ke bawah, banyak sekali rakyat yang diadili semenamena. Bahkan ganjaran yang diterimanya pun tidak sebanding dengan kejahatannya. Hal-hal inilah
yang menjadi halangan untuk kita tidak bisa maju. Padahal landasan hukum terkait kasus pelanggaran
HAM tertuang dalam Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 pelanggaran HAM yaitu, perbuatan
manusia, disengaja maupun tidak atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi / mencabut HAM seseorang yang dijamin oleh UU dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku. Kasus pelanggaran HAM ini dikategorikan dalam 2 jenis, yaitu:
1. Pelanggaran HAM bersifat berat (pembunuhan massal / sewenang-wenang, penyiksaan,
penghilangan secara paksa, perbudakan / diskriminasi).

2. Pelanggaran HAM biasa (pemukulan, penganiayaan, pencemaran nama baik, dan


menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya).
Diskriminasi terhadap derajat manusia seringkali terjadi. Bahkan kejahatan yang sekelas koruptor
memiliki masa tahanan lebih ringan dibandingkan dengan kasus pencurian batang pohon jati yang
dilakukan oleh seorang wanita paruh baya. Sungguh memilukan penderitaan yang dialami bangsa kita
ini. Semakin terpuruk dan semakin menunjukkan kelemahannya. Tidak hanya Indonesia memang
yang memiliki kasus pelanggaran HAM. Negara-negara lain pun telah ada dan pasti mengalami kasus
tersebut. Perbedaan suku, bangsa, agama, dan ras seharusnya menjadikan semua manusia ini bersatu.
Apalagi bangsa Indonesia yang memiliki pedoman Bhineka Tunggal Ika. Itu berarti disetiap
perbedaan yang kita miliki harus saling melengakapi dan bersatu sehingga akan muncul sebuah
Negara yang kuat dan tidak bisa dikalahkan oleh apapun. Tak lepas dari itu semua peran kita sebagai
warga Negara yang baik adalah menyokong pemerintahan dengan doa. Karena doa dapat mengubah
suatu hal yang tidak mungkin menjadi mungkin

Anda mungkin juga menyukai