Tetanus
Tetanus
BATASAN :
Tetanus adalah suatu keadaan
intoksikasi susunan saraf pusat oleh
endotoksin bakteri Clostridium Tetani,
dengan gejala karakteristik rigiditas otot
yang berkembang progresif disertai
eksaserbasi paroksismal.
PATOFISIOLOGI :
GEJALA KLINIS :
Masa inkubasi antara terjadinya luka
sampai timbul gejala antara 5 8
hari, biasanya tidak lebih dari 15
hari, dan periode onset adalah masa
timbulnya gejala ( trismus ) sampai
terjadi spasme otot biasanya 2-3
hari.
KLASIFIKASI
Ada 4 bentuk klinis tetanus yaitu :
Tetanus local
Tetanus sephalik
Tetanus umum
Tetanus neonatorum
Tetanus local :
plg ringan, berupa nyeri dan kekakuan otot
sekitar luka diikuti spasme singkat pada otot yg
terkena, kemudian spasme involunter menjadi
menetap disebut rigiditas atau spastisitas
tetanik.
Tetanus sephalik :
terjadi pd luka di wajah atau kepala, masa inkubasi
1-2 hari; terjadi kelumpuhan yg terbatas pd otot
wajah
dan kepala berupa trismus dan
blepharospasme.
Tetanus umum
yg paling banyak
dikenal, biasanya diawali tetanus local atau
menyebar difus sejak awal.
Gambaran klinis yg ditemukan antara lain :
1. Trismus, kaku dan nyeri pada rahang
2. Risus sardonikus, disfagi, spasme laring
3. Spasme otot leher,badan, perut papan, opistotonus
4. Tungkai ekstensi, lengan fleksi, tangan terkepal
5. Spasme / bangkitan tetanik : kontraksi dan
spasme tonik paroksismal otot-otot
baik spontan
atau akibat stimuli eksternal ( cahaya, raba, suara)
atau oleh emosi,menimbulkan rasa nyeri hebat dan
pasien tetap sadar
6. Hiperaktifitas system saraf simpatis.
Tingkat Ringan ( I ) :
- trismus ringan dan sedang, kekakuan umum
tidak disertai
kejang, gangguan respirasi dg
sedikit / tanpa gangguan menelan.
Tingkat Sedang ( II ) :
- trismus sedang, kaku disertai spasme kejang
CARA PEMERIKSAAN :
a. Anamnese : adanya luka kotor
b. Gejala klinis :
- Trismus, disfagi, opistotonus,
gangguan pernafasan
berat
c. Tidak ada pemeriksaan penunjang
diagnostic yang spesifik
DIAGNOSIS :
Ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis
Gejala klinis
PENYULIT
a. Kegagalan respirasi / hipoksia
Penderita tetanus sedang, mengalami hipoksia
dan hipokapnia akibat kerusakan ventilasi-perfusi
paru, walaupun secara klinis dan radiologist
normal. Sedang tetanus berat dg spasme otot yg
berat dan lama yang tidak terkontrol dg relaksan
dan sedative dapat mengarah ke henti jantung
dan kematian atau kerusakan otak dg akibat
koma. Komplikasi lain thd paru adalah atelektasi,
bronkopneumoni, aspirasi pneumoni.
b.
TERAPI :
I. UMUM
II. KHUSUS
Pasien tingkat II, III, IV sebaiknya dirawat di ruang
khusus dg peralatan intensif dan memadai, dan bila perlu
dilakukan trakheotomi. Stimulasi cahaya, taktil dan
auditori sedapat mungkin dikurangi.
ATS 10.000 U im satu kali @ Tetagam 12 amp / hr ( 5 hr )
-- Deltoid ka& ki, Paha ka & ki, Bokong ka & ki.
Pen.Proc 2 jt U tiap 6 jam atau Tetrasiklin 2 gram / hari
Metronidazol 3 X 5000 mg
Sedativa : Diazepam 10 mg iv sesuai kebutuhan, sampai
500 mg / hari
ICU atas indikasi
Trakheotomi ; mutlak pd tetanus tingkat III dan IV.
PROGNOSA :
Faktor-faktor yg mempengaruhi angka
kematian :
Masa inkubasi dan waktu onset, semakin pendek
prognosa makin buruk
Beratnya gejala klinik, ( spasme dan dis otonomi )
makin berat makin buruk
Usia, neonatus dan usia tua prognosa makin buruk
Gizi buruk, prognosa buruk
Penanganan komplikasi, bila ditangani secara
optimal maka prognosa baik.