Anda di halaman 1dari 55

GAMBARAN BUDAYA PENANGANAN DEMAM ANAK USIA

PRASEKOLAH PADA MASYARAKAT MELAYU DAN


MASYARAKAT MADURA DI DESA SUNGAI
KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai prasyarat untuk


Menyelesaikan Pendidikan S1 Keperawatan

OLEH :
OKTA NURMAYANTI
S11131

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK
2015

Di terima dan di setujui untuk dipertahankan proposal penelitian dengan judul:


Gambaran Budaya Penanganan Demam Anak Usia Prasekolah
pada Masyarakat Melayu dan Masyarakat Madura
di Desa Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya

Pembimbing I

Ns.Deisy Sri Hardini, M.Kep,. Sp.Kep.An


NIDN. 1129068603

Pembimbing II

Ns. Septina Boru Saragih, S.Kep


NIK.83130312.2.123

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah SWT, Tuhan pemilik alam semesta serta
dengan limpahan rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan kesehatan dan
keselamatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian ini dengan
judul Gambaran Budaya Penanganan Demam Anak Usia Prasekolah pada
Masyarakat Melayu dan Masyarakat Madura di Desa Sungai Kakap Kabupaten
Kubu Raya sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan dikampus
STIKes YARSI Pontianak.
Shalawat dan salam tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, sebagai
tauladan kita semua. Teriring ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orangorang yang telah memberikan bantuan, dukungan serta kritik dan saran kepada
penulis. Semoga Allah SWT, senantiasa membimbing kita dalam usaha serta niat
dalam rangka menjadi hamba yang berlomba-lomba dalam kebaikan. Terima kasih
penulis sampaikan kepada:
1 Ibu Wahyu Kirana,M.Kep.Sp.Jiwa selaku Ketua STIKes YARSI Pontianak.
2

Ibu Lintang Sari, M.Kep. selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes YARSI
Pontianak.

Ibu Ns.Deisy Sri Hardini, M.Kep,. Sp.Kep.An selaku pembimbing 1 yang telah
membimbing penulis dengan penuh sabar, bijaksana dan sangat cermat
memberikan masukan dan motivasi dalam penyelesaian proposal ini.

Ibu Ns. Septina Boru Saragih, S.Kep selaku pembimbing 2 yang telah
membimbing penulis dengan penuh sabar, bijaksana dan sangat cermat
memberikan masukan dan motivasi dalam penyelesaian proposal ini.

5 Ibu Hj. Kamariyah, SKM selaku Kepala Puskesmas Sungai Kakap.


6

Bapak Kusdi, Amd selaku Kepala Desa Sungai Kakap

Keluarga tercinta (Bapak H. Husein, Mama Hj. Martini, adik tersayang Reni
Maulida) yang telah banyak membantu dengan kasih sayang, doa, materiil dan
didikan merekalah yang memberikan dorongan dan motivasi sehingga membuat
penulis terus semangat dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Teman-teman seperjuangan Prodi S1 angakatan ketiga serta adik-adik tingkat baik


Prodi S1 dan D3 di STIKes YARSI Pontianak yang berkat semangat, doa dan
dukungannya membuat penulis terus mampu menyelesaikan proposal penelitian
ini.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga dukungan
dan motivasi kalian. Allah SWT balas dengan kasih sayangnya.
Proposal penelitian ini penulis sadari masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal
penelitian ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan yang berarti bagi perkembangan
ilmu keperawatan.
Pontianak, April 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul

.........................................................................................

Lembar Persetujuan .........................................................................................

ii

Kata Pengantar

.........................................................................................

iii

Daftar Isi

.........................................................................................

Daftar Skema

......................................................................................... viii

Daftar Tabel

.........................................................................................

ix

Daftar Lampiran

.........................................................................................

BAB I

: PENDAHULUAN

BAB II

A. Latar Belakang Penelitian .......................................

B. Rumusan Masalah Penelitian....................................

C. Tujuan Penelitian......................................................

D. Manfaat Penelitian....................................................

: TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keperawatan Transkultural.........................

1. Pengertian ............................................................

2. Tujuan ..................................................................

3. Paradigma Keperawatan Transkultural ................

B. Konsep Budaya.........................................................

10

1. Pengertian Etnik dan Budaya...............................

10

2. Unsur Kebudayaan...............................................

12

3. Wujud dan Komponen Budaya.............................

12

BAB III

4. Masyarakat Melayu..............................................

14

5. Masyarakat Madura..............................................

15

C. Konsep Dasar Anak Usia Pra Sekolah......................

16

1.Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik.................

16

2. Perkembangan Motorik........................................

19

3. Perkembangan Psikososial...................................

19

4. Perkembangan Psikoseksual.................................

21

5. Perkembangan Kognitif........................................

22

6. Penyakit dan Hospitalisasi....................................

24

D. Konsep Demam........................................................

25

1. Definisi.................................................................

25

2. Etiologi.................................................................

25

3. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis.....................

27

4. Penatalaksanaan Keperawatan..............................

27

E. Kerangka Teori Penelitian.........................................

29

: KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN


DEFINISI
A

BAB IV

OPERATIONAL

Kerangka Konsep Penelitian...................................

30

B. Definisi Operasional................................................

31

: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.........................................................

32

B. Waktu Dan Tempat Penelitian..................................

32

C. Populasi Dan Sampel................................................

33

1. Populasi................................................................

33

2. Sampel..................................................................

33

3. Kriteria Sampel.....................................................

34

D. Jenis Data.................................................................

35

E. Teknik Pengumpulan Data........................................

35

F. Instrumen Penelitian..................................................

37

G. Uji Validitas dan reabilitas Instrumen......................

38

H. Pengolahan Data.......................................................

39

I. Analisa Data...............................................................

40

J. Etika Penelitian..........................................................

41

Daftar Pustaka................................................................................................

43

Lampiran

DAFTAR SKEMA

Halaman
Skema 2.1 Kerangka Teori................................................................................

29

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ..........................................................

30

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................

31

Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner..........................................................................

38

Tabel 4.2 Rencana Analisis...............................................................................

41

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Rencana Kerja Penelitian


Lampiran 2: Penjelasan Penelitian
Lampiran 3: Persetujuan Sebagai Responden (Informed Consent)
Lampiran 4: Data Demografi Responden
Lampiran 5: Kuesioner Budaya Penanganan Demam

BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang
berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya
(Leininger, 1978). Keperawatan transkultural merupakan ilmu dan kiat yang
humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses
untuk mempertahan atau meningkatkan perilaku sakit secara fisik dan
psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leininger, 1978). Pelayanan
keperawatan transkulturan diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya (Efendi & Makhfudli. 2013:16).
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakan dengan belajar, besrta keseluruhan hasil budi dan karyanya.
E.B. Tylor (1974) mengemukakan, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat (Efendi & Makhfudli, 2013:13).
Indonesia sebagai negara agraris, sebagian besar penduduknya
bermukim di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas sekolah
dasar dan belum memiliki budaya hidup sehat. Indonesia juga merupakan
negara yang terdiri dari bermacam-macam etnik yang tersebar diseluruh

daerah. Di setiap etnik yang ada memiliki budaya tersendiri yang berbeda
antara satu dan lainnya.
Hasil studi pendahuluan oleh peneliti ke Kantor Desa Sungai Kakap
didapatkan hasil masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Sungai Kakap,
Kabupaten Kubu Raya, terdiri1 dari berbagai macam suku yaitu, Melayu,
Dayak, Jawa, China, Madura, dan lain-lain. Jumlah masyarakat Melayu
sebanyak 8.669 jiwa dan jumlah masyarakat Madura sebanyak 389 jiwa.
Konsep kebudayaan umum terakhir secara lebih spesifik berhubungan
dengan praktik perawatan kesehatan. Setiap kebudayaan sudah dilengkapi
dengan tradisi mereka sendiri atau sistem perawatan kesehatan awam yang
bertentangan dengan sistem perawatan kesehatan profesional (Friedman, 2013
: 206).
Para ahli kesehatan memandang antropologi kesehatan sebagai disiplin
biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial
budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini
karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat
menjalankan peran normalnya secara wajar. Cara hidup dan gaya hidup
manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya

berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit (Sunanti, 2005).
Demam adalah tanda umum yang bisa muncul dari banyak penyakit.
Oleh karena itu kelainan ini dapat mengenai hampir setiap sistem tubuh,
dmam pada keadaan tidak ada tanda-tanda lain biasanya kurang memiliki
magna diagnostik. Demam tinggi yang tidak kunjung hilang, mewakili adanya
kedaruratan (Lippincott, 2008).s
Hasil wawancara dengan petugas puskesmas Sungai Kakap, pada
puskesmas Sungai Kakap tidak mengklasifikasikan angka kejadian demam
secara signifikan. Karna menurut petugas puskesmas Di Desa Sungai Kakap
mengganggap bahwa penyakit demam salah satu manifestasi klinis yang
timbul dari berbagai penyakit yang biasanya dialami oleh anak anak di daerah
tersebut. Demam pada anak biasanya disertai dengan penyakit lainnya seperti
flu dan diare (Puskesmas Sungai Kakap).
Berdasarkan peran perawat sebagai edukator yaitu membantu klien
meningkatkan pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan. Di Desa Sungai Kakap memiliki penduduk
yang terdiri dari berbagai etnik, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang gambaran budaya yang muncul dari masyarakat Melayu


dan masyarakat Madura terhadap prilaku penanganan demam pada anak .
B Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terkait respon dari
masyarakat yang berasal dari etnik yang berbeda terhadap penyakit demam
pada anak, maka muncul pertanyaan sebagai berikut: Gambaran budaya
penanganan demam anak pada masyarakat Melayu dan masyarakat Madura?
C Tujuan Penelitian
1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran budaya yang muncul dari masyarakat
Melayu dan masyarakat Madura terhadap prilaku penanganan demam
2

pada anak
Tujuan Khusus
a Untuk mengetahui gambaran budaya yang muncul dari masyarakat
b

Melayu terhadap prilaku penanganan demam pada anak


Untuk mengetahui gambaran budaya yang muncul dari masyarakat
Madura terhadap prilaku penanganan demam pada anak

D Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan dapat memberi
manfaat sebagai berikut:
1

Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dalam kegiatan
belajar mahasiswa terkait cara menangani perbedaan respon yang timbul
dari etnik yang berbeda terhadap penyakit demam pada anak

Bagi Praktisi Kesehatan


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
praktisi kesehatan, khususnya perawat pediatric dalam merencanakan dan
menentukan program terkait penyakit demam pada anak

Bagi Peneliti Lain


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi
peneliti lain, yang ingin melanjutkan penelitian serupa.

Bagi Penulis
Setelah melakukan penelitian ini, penulis diharapkan dapat lebih
mengetahui tentang hubungan perbedaan suku dengan perilaku yang
diberikan terhadap penyakit demam pada anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Transkultural


1. Pengertian

Leininger 1978 berpendapat keperawatan transkultural adalah


suatu pelayanan keperawatan yang befokus pada analisis dan studi
perbandingan tentang budaya. Keperawatan transkultural adalah ilmu dan
kiat yang humanis, yang berfokus pada perilaku individu atau kelompok,
serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau
perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.
Pelayanan keperawatan diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya.
Keperawatan transkultural, istilah yang kadang digunakan secara
bergantian dengan antar-kultural, interkultural, atau multikultural,
mengacu pada suatu area formal disiplin ilmu dan praktik yang dipusatkan
pada nilai, kepercayaan dan praktik asuhan kultural untuk individu dan
kelompok dengan kultur tertentu (Brunner and Suddarth, 2002:158).
2. Tujuan
Tujuan
penggunaan
keperawatan
transkultural
adalah
mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga
tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan (kultur-culture) yang
spesifik dan universal (Leininger,1978). Kebudayaan yang spesifik adalah
6

kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh
kelompok lain seperti pada suku osing, Tengger, ataupun Dayak.
Sedangkan, kebudayaan yang universal adalah kebudayaan dengan nilai
dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kebudayaan
seperti budaya olahraga untuk mempertahan kesehatan (Effendi, 2013:16).

Pelaksanaaan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat


perlu memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan
budaya. Keberhasilan seorang perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan

bergantung

pada

kemampuan

menyintesis

konsep

antropologi, sosiologi, dan biologi dengan konsep caring , proses


keperawatan, dan komunikasi interpersonal kedalam konsep asuhan
keperawatan transkultural (Andrew & Boyle, 1995). Budaya yang telah
menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan
transkultural,

melalui

tiga

startegi

utama

intervensi,

yaitu

mempertahankan, menegoisasi, dan merestrukturisasi budaya (Sudiharto,


2012:5).
3. Paradigma Keperawatan Transkultural
Paradigma keperawatan transkultural adalah cara pandang,
persepsi, keyakinan, nilai-nilai, dan konsep-konsep dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap
empat konsep sentral, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan
lingkungan (Leininger, 1984, Andrew & Boyle, 1995 & Branim,1998
dalam Sudiharto 2012:6).
a. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini berguna untuk
menetapkan pilihan dan melakukan tindakan. Menurut Leininger
(1984), manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya setiap saat dan dimana pun berada.

b. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien
dalam mengisi kehidupannya, yang terletak pada rentang sehatsakit (Leininger,1978). Kesehatan merupakan suatu keyakinan,
nilai, pola kegiatan yang dalam konteks budaya digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat, yang dapat
diamati dalam aktivitas sehari-hari (Andrew&Boyle, 1995).
Kesehatan menjadi fokus dalam interaksi antara perawat dan klien
(Sudiharto, 2012).
Depkes (1999, dalam Sudiharto, 2012) menyatakan, sehat
adalah suatu keadaan yang memungkinkan seseorang produktif.
Klien yang sehat adalah yang sejahtera dan seimbang secara
berlanjut dan produktif. Produktif bermakna dapat menumbuhkan
dan mengembangkan kualitas hidup seoptimal mungkin. Klien
memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memfungsikan diri
sebaik mungkin di tempat ia berada.
c. Lingkungan
Andrew & Boyle (1995 dalam Sudiharto, 2012:7)
mengemukakan bahwa lingkungan adalah keseluruhan fenomena
yang memengaruhi perkembangan, keyakinan, dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan klien
dengan budayanya. Ada tiga bentuk lingkungan, yaitu lingkungan
fisik, sosial, dan simbolik.

Lingkungan fisik adalah alam atau lingkungan yang


diciptakan oleh manusia, seperti daerah khatulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat, dan iklim tropis. Lingkungan fisik dapat
membentuk budaya tertentu, misalnya bentuk rumah di daerah
panas yang mempunyai banyak lubang, berbeda dengan bentuk
rumah orang Eskimo yang hampir tertutup rapat.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu atau kelompok dalam
masyarakat yang lebih luas seperti keluarga, komunitas, dan
masjid atau gereja. Di dalam lingkungan sosial, individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk atau simbol
yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu, seperti
musik, seni, riwayat hidup, bahasa, atau atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
keseatan, didasarkan pada kiat keperawatan berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Sudiharti, 2012:7).
B. Konsep Budaya
1. Pengertian Etnik dan Budaya
Budaya adalah suatu pola asumsi, keyakinan, dan praktik yang
secara tidak sadar membentuk atau membimbing pandangan dan

keputusan suatu kelompok masyarakat (Buchwald dkk,1994). Budaya


berbeda dengan ras dan etnisitas. Ras didefinisikan sebagai suatu
pembagian sifat yang dimiliki makhluk hidup yang dapat diwariskan
melalui keturunan dan yang cukup untuk mencirikannya sebagai tipe
manusia yang berbeda. Sebuah klasifikasi ras, berdasarkan warna kulit,
adalah kaukasia (putih), Negro (hitam), dan Mongol (kuning). Etnisitas
adalah afiliasi dari sekelompok individu yang mempunyai keturunan
budaya, sosial, dan bahasa yang unik. Sosialosasi adalah proses ketika
anak mendapatkan keyakinan, nilai, dan perilaku masyarakat tertentu
untuk dapat berfungsi dalam kelompok tersebut (Wong, 2009:68).
Leininger (1991, dalam Sudiharto, 2012:3) berpendapat budaya
merupakan sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu. Dengan
kata lain budaya adalah nilai-nilai-nilai dan norma-norma yang diyaiini
oleh perawat untuk melakukan asuhan keperawatan. Menurut konsep
budaya Leinger, karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga ridak ada
dua budaya yang sama persis
b. Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut
diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan
c. Budaya diisi dan ditemukan oleh kehidupan manusia sendiri tanpa
disadari
Berbagai definisi diatas, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan. Yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan


sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan, perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, kepercayaan dan religi, seni, dan lain-lain, yang seluruhnya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
2. Unsur Kebudayaan
Melville (2002,

dalam

Effendi,

2013:13)

menyebutkan

kebudayaan memiliki empat unsur pokok, yaitu alat-alat teknologi, sistem


ekonomi,

keluarga,

dan

kekuasaan

politik.

Sedangkan

menurut

M.Brownislaw (2007) mengatakan ada empat unsur pokok meliputi :


a. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
b. Organisasi ekonomi
c. Alat dan lembaga (petugas) untuk pendidikan (keluarga merupakan
lembaga pendidikan utama)
d. Organisasi kekuatan (politik)
3. Wujud dan Komponen Budaya
Oneil (2006, dalam Effendi, 2013:14) mengemukakan, wujud kebudayaan
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Gagasan atau wujud ideal
Merupakan wujud kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan
sebagainya yang bersifat abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh.

Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala atau di alam pemikiran


warga masyarakat. Jika masyarakat terbebut menyatakan gaagsan
mereka dalam bentukan tulisan, maka lokasi tersebut dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para
penulis tersebut
b. Aktivitas atau tindakan
Merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut sebagai
sistem sosial. Sistem sosial ini teridri atas aktivitas-aktivitas manusia
yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, serta
dapat diamati dan didokumentasikan.
c. Artefak atau karya
Merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa bendabenda atau hal-hal yang dapat diraba. Dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.
Berdasarkan wujudnya Oneil (2006, dalam Effendi, 2013)
mengemukakan, kebudayaan dapat digolongkan menjadi dua komponen
utama sebagai berikut :

a. Kebudayaan material

Mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata atau konkret.


Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan
yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi seperti mangkuk
tanah liat, perhiasan, senjata, dan sejenisnya. Kebudayaan material
juga mencakup barang-barang seperti televisi, pesawat terbang,
stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar alngit, dan mesin cuci.
b. Kebudayaan nonmaterial
Merupakan ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi seperti dongeng, cerita rakyat, cerita lagu atau tarian
tradisional.
4. Masyarakat Melayu
Koharuddin

mengemukakan

masyarakat

Melayu

memiliki

pengetahuan yang mendalam dalam usaha pemulihan daripada sakit


demam. Sebelum kedatangan pengobatan modern, Masyarakat Melayu
bergantung sepenuhnya kepada pengobatan tradisional. Pada saat ini,
apabila pengobatan modern gagal mengobati penyakit maka masyarakat
Melayu akan kembali kepada pengobatan tradisional. Terdapat dua
penyebab sakit dalam masyarakat Melayu, pertama diakibatkan oleh
faktor fisik seperti keadaan lingkungan dan fisiologi manusia itu sendiri,
dan kedua disebabkan faktor-faktor supernatural seperti pengaruh ilmu
sihir dan makhluk halus.
5. Masyarakat Madura
Etnis Madura merupakan etnis dengan populasi besar di
Indonesia. Mereka berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya.

Masyarakat Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain


terutama ke Kalimantan Barat.
Masyarakat Madura kelas sosial menengah kebawah mempunyai
pola mencari bantuan pertolongan kesehatan keluarga yang sederhana.
Bila anak sakit, mereka akan memborehi brambang (bawang merah
digeprek agak halus ditambah beberapa ramuan) di ubun-ubun si anak.
Bila belum sembuh dengan upaya sendiri, anak akan dibawa ke mantra
atau puskesmas. Bila orang dewasa yang sakit, mereka biasanya istirahat,
minum ramuan-ramuan sambil dipijat atau sekaligus minum onat yang
dibeli di warung. Bila belum sembuh, keputusan selanjutnya bergantung
kondisi ekonomi mereka, ke dukun atau ke mantra. Risiko yang dapat
terjadi dengan budaya mencari bantuan seperti ini adalah mereka akan
datang ke petugas kesehatan atau kerumah sakit dalam keadaan
komplikasi (Sudiharto, 2012:161)
Sudiharto (2012) menyebutkan
masyarakat

Madura

sebaiknya

asuhan

dilakukan

keperawatan

dengan

pada

menggunakan

pendekatan budaya (transcultural nursing). Pendekatan budaya dilakukan


karena dipandang lebih sensitif. Pendekatan budaya bermakna asuhan
keperawatan keluarga dimulai dari keinginan keluarga, sesuai dengan
kebiasaan keluarga, sesuai sumber daya keluarga, sesuai dengan
kemampuan keluarga, sesuai dengan struktur dan nilai-nilai yang dianut
keluarga, serta melibatkan kyai sebagai pemimpin spiritual mereka.
C. Konsep Dasar Anak Usia Pra Sekolah

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik


Muscari (2005) menyebutkan anak usia prasekolah yang sehat adalah
yang ramping, periang, dan cekatan serta memiliki sikap tubuh yang baik.
a. Parameter umum
1) Tinggi badan
a) Pertambahan tinggi rata-rata adalah 6,25-7,5 cm per tahun.
b) Tinggi rata-rata anak usia 4 tahun adalah 101,25 cm .
2) Berat Badan
a) Pertambahan berat badan rata-rata adalah 2,3 kg per tahun.
b) Berat badan rata-rata anak usia 4 tahun adalah 16,8 kg.
b. Nutrisi
1) Kebutuhan nutrisi
a) Kebutuhan nutrisi anak usia prasekolah hampir sama dengan
todler, meskipun kebutuhan kalori menurun sampai 90
kkal/kg/hari.
b) Kebutuhan protein tetap 1,2 g/kg/hari.
c) Kebutuhan cairan adalah 100 ml/kg/hari, bergantung pada
tingkat aktivitas anak.
2) Pola dan pilihan makanan
a) Anak usia prasekolah mungkin menolak sayuran, makanan
kombinasi, dan hati.
b) Makanan yang disukai antara lain seral, daging, kentang bakar,
buah-buahan, dan permen.
c) Banyak anak yang berusia 3 dan 4 tahun tidak dapat diam atau
cerewet selama makan dengan keluarga, dan dapat tetap
berjuang dengan penggunaan peralatan makan(mis.,sendok,
piring, dan
d) Kebiasaan makan orang lain mempengaruhi anak usia 5 tahun.
c. Pola Tidur
1) Rata-rata anak usia prasekolah tidur 11 sampai 13 jam sehari.

2) Sebagian besar anak usia prasekolah memerlukan tidur siang


sampai usia 5 tahun, yaitu saat sebagian besar memasuki taman
kanak-kanak.
3) Ritual yang menentramkan dan relaksasi sebelum tidur harus
membantu menenangkan anak. Ritual sebelum tidur dapat
memakan waktu 30 menit atau lebih.
4) Masalah tidur yang umum terjadi adalah mimpi buruk, teror di
malam hari, sulit tidur setelah sibuk seharian, aktivitas pengantar
tidur terlalu lama sehingga menunda tidur, terbangun di malam
hari
5) Untuk sebagian besar anak usia prasekolah, objek yang
menimbulkan rasa aman dan lampu tetap menyala saat tidur dapat
membantu tidur.
d. Kesehatan Gigi
1) Selutuh gigi desidua yang berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3
tahun.
2) Perkembangan motorik halus pada usia prasekolah memungkinkan
anak mampu menggunakan sikat gigi dengan baik, anak harus
menggosok giginya dua kali sehari.
3) Orang tua harus mengawasi anak

menggosok

gigi

dan

membersihkan sela-sela gigi.


4) Untuk sebagian besar anak usia prasekolah, objek yang
menimbulkan rasa aman dan lampu tetap menyala saat tidur dapat
membantu tidur.
e. Eliminasi
1) Sebagian besar anak mampu melakukan toilet trannning dengan
mandiri pada akhir periode prasekolah. Beberapa anak mungkin

masih mengompol di celana. Sebagian besar lupa untuk mencuci


tangannya dan untuk membilas (cebok).
2) Anak-anak berkemih rata-rata 500 sampai 1000 mL/ hari.
2. Perkembangan Motorik
a. Keterampilan motorik kasar bertambah baik. Anak usia prasekolah
dapat melompat dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancar.
Anak dapat mengembangkan kemampuan olahraga, seperti meluncur
dan berenang.
b. Keterampilan motorik halus menunjukan perkembangan utama yang
ditunjukan dengan menignkatkan kemampuan menggambar.
3. Perkembangan Psikososial
a. Tinjauan (Erikson)
1) Erikson meyatakan krisi yang dihadapi anak pada usia antara 3 dan
6 disebut inisiatif versus rasa bersalah
2) Anak usia prasekolah adalah pelajar yang enerjik, antusias dan
pengganggu dengan imajinasi yang aktif. Anak menggali dunia
fisik dengan semua indra dan kekuatannya.
3) Kesadaran moral (suara dari dalam hari yang meningkatkan dan
mengancam) mulai berkembang.
4) Anak usia prasekolah mulai untuk menggunakan alasan sederhana
dan dapat menoleransi penundaan kepuasan dalam perode yang
lama.

b. Rasa Takut
1) Pengalaman anak selama periode usia prasekolah umumnya lebih
menakutkan dibandingkan dengan periode usia lainnya.

2) Rasa takut yang umumnya terjadi seperti kegelapan, ditinggal


sendiri, binatang, hantu, nyeri, dan objek serta orang-orang yang
berhubungan dengan pengalaman yang menyakitkan.
3) Perasaan takut anak usia prasekolah mudah muncul dan berasal
dari tindakan dan penilaian orang tua.
4) Membiarkan anak tidur dengan lampu tetap menhyala dan
menganjurkan bermain untuk menghalau rasa takut dengan boneka
atau mainan lain yang dapat membantu mengembangkan kendali
terhadap rasa takut.
5) Menghadapkan anak dengan objek yang membuatnya takut dalam
lingkungan yang terkndali, memberikan anak kesempatan untuk
menurunkan sensasi dan mengurangi rasa takut.
c. Sosialisasi
1) Hubungan anak dengan orang lain, selain orang tua meluas
termasuk kakek-nenek, saudara kandung, dan guru-guru di
sekolah.
2) Anak memerlukan interaksi yang teratur dengan teman sebaya
untuk membantu mengembanganka keterampilan sosial.

d. Bermain dan mainan


1) Perimainan anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif
(interaktif dan kooperatif).
2) Anak usia prasekolah memerlukan hubungan dengan teman sebaya
3) Aktivitas harus meningkatkan pertumbuhan dan keterampilan
motorik, seperti melompat, berlari, dan memanjat. Orang tua dapat

menganjurkan

mainan

dan

permainan

yang

menigkatkan

perkembangan motorik kasar dan halus.


4) Permainan imitatif, imajinatif dan dramatis adalah penting. Usia
prasekolah merupakan tahap khas untuk bermain dengan
imajinatif.
5) TV dan bermain video game seharusnya hanya merupakan bagian
permainan anak dan orang tua harus memantau isi serta jumlah
waktu yang dihabiskan untuk kedua aktivitas ini.
6) Anak usia prasekolah yang aktif dan ingin tahu memerlukan
pengawasan orang dewasa, terutama di dekat air, peralatan senam,
dan bahaya potensial lainnya.
4. Perkembangan Psikoseksual
a. Tinjuan (Freud)
1) Tahap falik berlangsung dari usia 3 sampai 5 tahun
2) Kepuasan anak berpusat pada genetalia dan mastrubasi
3) Anak mengalami apa yang oleh Freud disebut sebagai konflik
Odipus. Fase ini ditandai dengan kecemburuan dan persaingan
terhadap orang tua sejenis dan cints terhadap orang tua lain jenis.
Tahap odipus biasanya berakhir pada akhir periode usia prasekolah
dengan identifikasi kuat pada orang tua sejenis.
b. Perkembangan Seksual
1) Banyak anak usia prasekolah melakukan masturbasi utnuk
kesenangan fisiologis.
2) Anak usia prasekolah membentuk hubungan dekat yang kuat
dengan orang tua lain jenis, tetapi mengidentifikasi orang tua
sejenis.
3) Ketika identitas seksual berkembang, kesopanan mungkin menjadi
perhatian. Demikian halnya dengan ketakutan terhadap kastrasi.

4) Anak usia prasekolah merupakan pengawas yang cermat tetapi


kemampuan interpretasinya buruk sehingga anak dapat mengenali,
tetapi kemampuan tidak memahami aktivitas seksual.
5. Perkembangan Kognitif
a. Tinjauan (Piaget)
Tahap berpikir praoperasional pada perkembangan kognitif, dari usia 2
sampai 7 tahun, memiliki dua fase prakonseptual dan intuitif.
1) Fase prakonseptual (usia 2-4 tahun)
Anak membentuk konsep yang kurang lengkap dan logis
dibandingkan dengan konsep dewasa. Anak membaut klasifikasi
yang sederhana. Anak menghubungkan satu kejadian dengan
kejadian

yang

simultan

(penalaran

transduktif).

Anak

menampilkan pemikiran egosentrik.


2) Fase intuitif (usia 4-7 tahun)
Anak menjadi mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan, dan
menghubungkan objek-objek, tetapi tetap tidak menyadari prinsipprinsip di balik operasi tersebut. Anak menunjukan proses berpikir
intuitif (anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar, tetapi ia tidak
dapat mengatakan alasannya). Anak tidak mampu untuk melihat
sudut pandang orang lain. Anak menggunakan banyak data yang
susai, tetapi kurang memahami makna sebenarnya.
b. Bahasa
1) Rata-rata anak usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara
kalimat dengan tiga atau empat kata, dan berbicara terus menerus.

2) Rata-rata anak usia 4 tahun mengucapkan 1500 kata, mengatakan


cerita yang dilebih-lebihkan, dan bernyanyi lagu yang sederhana.
Usia 4 tahun merupakan usia puncak untuk pertanyaanmengapa.
3) Rata-rata usia 5 tahun dapat mengucapkan 2100 kata, mengetahui
empat warna atau lebih, dan menamakan hari-hari dalam satu
minggu dan bulan.

6. Penyakit dan Hospitalisasi


a. Reaksi terhadap penyakit
Anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak berhubungan
sebagai penyebab penyakit. Cara berpikir magis menyebabkan anak
usia prasekolah memandang penyakit sebagai suatu hukuman. Selain
itu, anak usia prasekolah mengalami konflik psikoseksual dan takut
terhadap mutilasi, menyebabkan anak terutama takut terhadap
pengukuran suhu rektal dan kateterisasi urine.
b. Reaksi terhadap hospitalisasi
1) Mekanisme pertahanan utama anak usia prasekolah adalah regresi.
2) Mereka akan beraksi terhadap perpisahan dengan regresi dan
menolak untuk bekerja sama.
3) Anak usia prasekolah merasa kehilangan kekuatan mereka sendiri.
4) Takut terhadap cedera tubuh dan nyeri mengarah kepada rasa takut
terhadap mutilasi dan prosedur yang menyakitkan.
5) Keterbatasan pengetahuan mengenai tubuh meningkatkan rasa takut
yang khas, sebagai contoh takut terhadap kastrasi (dicetuskan oleh
enema, pengukuran suhu rektal, dan kateter) dan takut bahwa

kerusakan kulit (mis, jalur intravena dan prosedur pengambilan


darah) akan menyebabkan bagian dalam tubuhnya menjadi bocor.
6) Anak usia prasekolah menginterpretasikan hospitalisasi sebagai
hukuman dan perpisahan dengan orang tua sebagai kehilangan
kasih sayang.
D. Konsep Demam
1. Definisi
Demam didefinisikan sebagai keadaan kenaikan suhu tubuh. Batas
kenaikan suhu adalah 100F(37,8C) bila diukur secara oral atau di atas
101F(38,4C) pada pengukuran di rektal. Suhu tubuh normal pada anak
berkisar antara 36,1-37,8C (97-100F) atau (371-1,5)C.
Demam adalah peninglatan abnormal suhu badan rektal minimal
38C. Demam merupakan tanda adanya masalh yang menjadi penyebab,
bukan suatu penyakit, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Data klinis
terkait menemukan tanda yang menunjukan keseriusan demam (mis., anak
yang aktif dan sadar memiliki suhu 40C secara umum kurang
mengkhawatirkan dibandingkan dengan bayi yang lesu dan letargik
dengan suhu 39C). (Muscari, 2005:184)
2. Etiologi
Penyakit yang paling sering menyebabkan demam tanpa kausa
jelas pada anak, ialah penyakit infeksi (50%) diikuti penyakit vaskulerkolagen (15%), neoplasma (7%), inflamasi usus besar (4%) dan penyakit
lain (12%). Penyakit infeksi meliputi sindrom virus, infeksi meliputi
sindrom virus, infeksi saluran nafas, saluran nafas bawah, traktus
urinarius, gastrointestinal, osteomielitis, infeksi susunan saraf pusat,

tuberkulosis, bakteremia, endokarditis bakterialis subakut, mononukleosis,


abses, bruselosis, dan malaria, seangkan penyakit vaskular-kolagen
meliputi artritis reumatoid, SLE dan vaskulitis.
Keganasan yang sering menimbulkan demam tanpa kausa jelas
adalah leukemia, limfoma dan neuroblastoma. Bannister mengelompokan
penyebab demam berkepanjangan dalam 6 kelompok, yaitu infeksi (4555%), keganasan (12-20%), gangguan jaringan ikat (10-15%), gangguan
hipersensitivitas, kelainan metabolik yang jarang terjadi, dan factitious
fever (Sumarmo, 2012:48).
Demam umumnya

terjadi akibat adanya

gangguan

pada

hipotalamus, atau sebaliknya dapat disebabkan oleh setiap gangguan


berikut :
a. Penyebab umum demam pada bayi antara lain infeksi saluran
pernapasan atas dan bawah, faringitis, otitis media, dan infeksi
virus umum dan enterik. Reaksi vkasinasi dan pakaian yang terlalu
tebal juga sering menjadi penyebab demam pada bayi.
b. Penyebab demam yang lebih serius antara lain infeksi saluran
kemih, pneumonia, bakteremia, meningitis, osteomielitis, artritis
septik, kanker, gangguan imunologik, keracunan atau overdosis
obat, dan dehidrasi (Muscari, 2005:184).
3. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Termolegulator yang terganggu menyebabkan peningkatan produksi
panas dan penurunan pengeluaran panas. Manifestasi klinis terdiri dari
suhu di atas 38C, biasanya 38,9C-40,6C, yang diukur melalui aksila,
kulit kemerahan, diaforesis, menggigil, gelisah atau letargi.

4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pertahankan suhu tubuh yang stabil
b. Berikan obat-obatan sesuai indikasi,

antara

lain

antipiretik,

asetaminofen, atau ibuprofen.


c. Ajarkan orang tua cara mengukur suhu anak dan implementasikan
tindakan pengendalian demam.
Suharmiati (2005:21) menyebutkan penanganan demam yang dapat
dilakukan sebagai berikut :
a. Demam menyebabkan tubuh menjadi kehilangan lebih banyak cairan,
karenanya penderita demam dianjurkan untuk minum air lebih banyak
dan beristirahat (tidur).
b. Demam ringan bisa dicoba diatasi dengan cara di atas dan tidak harus
menggunakan obat. Namun, bila demam semakin tinggi, baik yang
sudah diketahui penyebabnya atau belum, sebaiknya diberi ramuan
demam.
c. Berikan sari buah dan makanan bergizi. Pada bayi yang masih minum
air susu ibu, sebaiknya makanan ini tetap diberikan.
d. Pada anak yang menderita demam tinggi, sebaiknya tidak ditutup
selimut atau memakai baju tebal, cukup ditutup dengan sehelai kain.
e. Apabila anak menggigil atau kedinginan, dekap atau selimut. Selimut
dibuka jika suhu tubuh telah kembali normal.
f. Usahakan supaya kamar tidak pengap.
g. Keluhan lain, berikan obat sesuai keluhan misalnya obat batuk atau
pilek.
h. Untuk

mempercepat

turunnya

panas

dikombinasikan antara kompres dan ramuan

pada

anak-anak,

dapat

Salah satu ramuan yang dapat digunakan bila anak anak


terserang penyakit panas atau demam, bawang merah dapat digunakan
sebagai obatnya. Campuran parutan bawang merah dengan minyak kelapa
dan sedikit asam dapat menurunkan pana tubuh. Caranya, campuran
tersebut dilulurkan merata ke seluruh tubuh, terutama punggung dan bagian
perut (Rahayu, 2004:48).

Kebudayaan
:
E. Unsur
Kerangka
Teoritis
Wujud Kebudayaan :
tinjauan pustaka yang telah
diuraikan diatas,Ideal
maka dapat
SistemBerdasarkan
norma
Gagasan/Wujud
Organisasi Ekonomi
Aktivitas/tindakan
digambarkan
kerangka(petugas)
teori sebagai berikut :
Alat
dan Lembaga
Artefak/karya
Organisasi Kekuatan (politik)

Paradigma Keperawatan :
Manusia
Kesehatan
Lingkungan
Keperawatan

Penanganan Demam

Budaya Penanganan Demam pada Masyarakat Berdasarkan Masyarakat Di Kalimantan

Melayu

Madura

Cina

Jawa

Lain-lain

Skema 2.1
Kerangka Teori
(Sumber : Brunner and Suddarth,2002: Leininger,1978: Effendi, 2013 Sudiharto,
2012: Wong, 2009: Muscari, 2005)

Keterangan :

Diteliti
Tidak Diteliti

BAB III
KERANGKA KONSEP
A Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara
panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas.(Setiadi,2013)

Masyarakat Melayu
Skema 3.1
Budaya Penanganan Demam
Kerangka Konsep Penelitian
Masyarakat Madura
B Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah


yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Pada definisi
operasional akan dijelaskan secara pada mengenai unsur penelitian yang
meliputi bagaimana caranya menentukan variable dan mengukur suatu
variabel. (Setiadi,2013)
Tabel 3.1
Definisi Operasional
N
o
1

Variabel
Penelitian
Independen
Budaya
penanganan
demam anak
pada
masyarakat
Melayu

Budaya
penanganan
demam anak
pada
masyarakat
Madura

Definisi
Operasio
nal
Budaya
pada
masyarak
at Melayu
yang
masih
dilakukan
untuk
menanga
ni demam
anak

Budaya
pada
masyarak
at
Madura
yang

3
Alat Ukur
0dan Cara

Hasil Ukur

Skala

Ukur
Alat
Ukur
berupa
kuesioner
Yang terdiri
dari
15
pertanyaan
Cara
ukur
memberikan
kuesioner
kepada
1
responden,
pada orang
tua anak usia 2
prasekolah
yang
mengalami
demam.
Alat
Ukur
berupa
kuesioner
Yang terdiri
dari
15
pertanyaan

Berupa
nilai Nominal
kebudayaan
penanganan
dema
yang
terdiri dari 15
sampai 45 skor
yang
terbagi
menjadi
2
kategori.
Budaya
tidak
mempengaruhi
15 - 30.
Budaya
mempengaruhi
30 45
Berupa
nilai Nominal
kebudayaan
penanganan
dema
yang
terdiri dari 15
sampai 45 skor

masih
dilakukan
untuk
menanga
ni demam
anak

Cara
ukur
memberikan
kuesioner
kepada
responden,
pada orang
tua anak usia
prasekolah
yang
mengalami
demam.

yang
terbagi
menjadi
2
kategori.
1 Budaya
tidak
mempengar
uhi 15 - 30.
2 Budaya
mempengar
uhi 30 45

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan
untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan.
(Setiadi, 2013: 64)
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang dilaksanakan
dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari
unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berari satu orang, kelompok penduduk
yang terkena suatu masalah atau kelompok masyarakat disuatu daerah. Dalam
penelitian ini unit tunggal merupakan masyarakat Melayu dan masyarakat
Madura yang bertempat tinggal di Desa Sungai Kakap.

B Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Kakap. Alasan pemilihan
lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan peneliti bahwa di sini belum pernah
diadakan penelitian tentang gambaran budaya pada masyarakat Melayu dan
masyarakat Madura terhadap prilaku penanganan demam pada anak. Waktu
32

pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan April 2015 sampai Mei 2015.
C Populasi dan Sampel Penelitian
1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek
atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan

oleh

peneliti

untuk

dipelajari

dan

kemudian

ditarik

kesimpulannya. Populasi bukan hanya manusia, tetapi juga objek dan


benda-benda dialam yang lain (Sugiyono, 2007: 61). Populasi dapat
dibedakan menjadi populasi target dan populasi terjangkau. Populasi
target adalah sasaran akhir penerapan hasil penelitian. Sedangkan,
populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang dapat
dijangkau oleh peneliti dan telah dibatasi tempat dan waktu (Saryono,
2013: 165).
Populasi target dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah
yang mengalami demam dan populasi terjangkau dalam penelitian ini
adalah anak usia prasekolah yang mengalami demam di Desa Sungai
Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Populasi anak usia pra sekolah di wilayah

Desa Sungai Kakap sebanyak 56 orang dalam kurun waktu 6 bulan


2

terakhir.
Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2012: 104).
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat
Melayu dan masyarakat Madura di Desa Sungai Kakap yang memiliki
usia anak prasekolah dengan jumlah 56 orang.
Metode pengambilan sampel (tehnik sampling) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode total sampling yaitu teknik penentuan
sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden

atau sampel.
Kriteria sampel
Untuk memudahkan peneliti dalam menentukan populasi yang
akan dijadikan sampel, maka dalam pengambilan sampel, peneliti harus
menentukan kriteria inklusi sampel. Kriteria inklusi adalah kriteria yang
harus dimiliki oleh individu dalam populasi untuk dapat dijadikan sampel
dalam penelitian (Dharma, 2011: 106). Kriteria inklusi populasi yang
dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut.
a Masyarakat Melayu dan Madura yang tertempat tinggal di Desa
b
c

Sungai Kakap
Pasangan suami istri yang mempunyai anak usia prasekolah
Pasangan suami istri yang memiliki anak dengan lama usia pernikahan

> 5 tahun
Anak usia prasekolah yang mengalami gejala demam dalam kurun
waktu 6 bulan terakhir

e
f

Anak usia prasekolah yang tidak memiliki penyakit penyerta


Pasangan suami istri yang bersedia menjadi responden

D Jenis Data
1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan menggunakan lembar kuesioner yang
2

diberikan kepada responden


Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang terkait dengan masalah kebudayaan
masayarakat Melayu dan masyarakat Madura dalam menangani demam
pada anak yang didapatkan dari petugas kesehatan di puskesmas yang ada
di Desa Sungai Kakap.

E Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan
data dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara retrospektif,
yaitu data yang dikumpulkan berasal dari data kejadian yang telah berlalu.
Cara ini disebut juga dengan metode documentary-historycal, yaitu
mengumpulkan data dari berbagai catatan keperawatan pasien yang telah lalu
(Putra,2012: 203). Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat
ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian. Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui (Arikunto, 2010:194).

Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner untuk


menentukan gambaran penanganan demam pada masyarakat Melayu dan
masyarakat Madura. Tahap persiapan dan pelaksanaan terdiri dari :
a Setelah proposal di setujui dosen pembimbing, maka penelitian
dilanjutkan dengan mengajukan surah permohonan izin di Desa Sungai
b

Kakap.
Dalam pengumpulan data peneliti di bantu oleh tim peneliti, sebelum
menunjungi responden peneliti menyamakan persepsi pengisian kuesioner

terhadap tim peneliti.


Setelah mendapatkan izin, peneliti mengunjungi responden dan
memberikan penjelasan tentang penelitian serta meminta persetujuan

untuk menjadi responden dengan menandatangani surat persetujuan.


Responden diberikan penjelasan cara pengisian kuesioner dan
memberikan kesempatan responden untuk bertanya apabila ada yang

kurang dipahami.
Responden diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan saat itu juga.
Peneliti mengingatkan responden untuk menjawab seluruh pertanyaan

dengan lengkap.
Responden diminta memberikan secara langsung kuesioner yang telah
diisi kepada peneliti. Kemudian peneliti memeriksa kelengkapannya dan
apabila belum lengkap maka peneliti meminta respoden untuk

melengkapi kembali saat itu juga.


Peneliti mengakhiri pertemuan dengan responden setelah kuesioner
lengkap. Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan responden
atas partisipasinya dalam penelitian.

F Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan peneliti untuk
mengobservasi, mengukur, atau , menilai suatu fenomena (Dharma, 2011).
Instrumen penelitian ini adalah berupa lembar kuesioner yang nantinya akan
dibagikan kepada masyarakat Melayu dan masyarakat Madura.
Kuesioner budaya penanganan demam pada masyarakat Melayu dan
Madura terdiri dari 15 pertanyaan dan disusun dalam bentuk pertanyaan
positif dan negatif dengan tiga pilihan jawaban yang terdiri dari tidak pernah,
jarang, sering. Bobot nilai yang diberikan untuk setiap jawaban adalah 1
sampai 3, dimana untuk setiap pertanyaan positif dengan jawaban tidak
pernah bernilai 1, jarang bernilai 2, sering bernilai 3 dan sebaliknya untuk
pertanyaan negatif dengan jawaban tidak pernah bernilai 3, jarang bernilai 2,
dan jarang bernilai 1.

Tabel 4.1
Kisi Kisi Kuesioner
Variabel
Budaya
penanganan

Jenis
Pertanyaan
Tidak pernah,
jarang, sering

Jumlah
Pertanyaan
Positif
1,4,6,7,8,14,15
(7 pertanyaan)

Jumlah
Pertanyaan
Negatif
2,3,5,9,10,11,12,
13,

demam masyarakat
Melayu
dan
masyarakat
Madura

pertanyaan)

G Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen


Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran.
Reliabilitas menunjukan apakan pengukuran menghasilkan data yang
konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang. Untuk dapat
digunakan dalam suatu penelitian setidaknya instrumen penelitian memiliki
nilai reliabilitas (aplha cronbach) diatas 0,08 bahkan jika digunakan untuk uji
diagnostik nilai reliabilitas sebaiknya diatas 0,90 (Dharma, 2011 :167)
Uji validitas dan reliabilitas yang bertujuan untuk menguji instrumen
tentang gambaran budaya penanganan demam pada masyarakat Melayu dan
masyarakat Madura yang peneliti gunakan. Uji validitas dan reabilitas
instrumen akan dilakukan terhadap 30 orang responden di Desa Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya.

H Pengolahan Data
Setiadi (2013:139) mengemukakan pengolahan data pada dasarnya
merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data ringkasan
berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus
tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan.
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan
data dibagi menjadi 5 tahap, yaitu :
1 Editing

Memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para


pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai
ini dilakukan terhadap kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan,
relevansi jawaban. Peneliti memeriksa daftar pertanyaan yang
telah diserahkan oleh para responden, mencakup tentang kualitas
isian dalam alat pengumpulan data dan memeriksa kelengkapan
2

isian dari lembar kuesioner.


Coding
Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke
dalam bentuk angka/bilangan. Biasanya klasifikasi dilakukan
dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masingmasing

jawaban.

Kegunaan

dari

coding

adalah

untuk

mempermudah pada saat analisi data dan juga mempercepat pada


entri data.
3

Processing
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah
melewati

pengkodean,

maka

langkah

selanjutnya

adalah

memproses data agar data yang sudah di-entri dapat dianalisis.


Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entri data dari
4

kuesioner ke paket program komputer.


Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entri
apakah ada kesalahan atau tidak

Analisa Data

Analisis

univariat

dalam

penelitian

ini

digunakan

untuk

menggambarkan kebudayaan penangan demam pada masyarakat Melayu dan


masyarakat Madura. Analisis univariat digunakan agar data dapat disajikan
dengan cara pendeskripsian frekuensi seluruh data sampel yang diteliti, yang
artinya pada analisis ini data akan dideskripsikan untuk dapat disajikan.
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa untuk
dilakukan pengolahan data tentang masalah kebudayaan masyarakat Melayu
dan masyarakat Madura dalam menangani demam anak. Data akan bermakna
dan mudah untuk dipahami bila data telah dianalisis, untuk itu perlu
perhitungan statistik yang didasarkan pada tujuan penelitian. Sehingga pada
penelitian ini digunakan analisis univariat.
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase
untuk mendekripsikan data demografi dan data kuesioner tentang gambaran
budaya penanganan demam anak usia prasekolah pada masyarakat Melayu
dan masyarakat Madura di Desa Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
Tabel 4.2
Rencana Analisis
Variabel
Karakteristik Demografi Responden
1 Usia
2 Lama sakit anak
3 Jenis kelamin
4 Pekerjaan
5 Pendidikan terakhir
6 Status perkawinan
7 Sakit fisik
Kebudayaan Masyarakat Melayu
Kebudayaan Masyarakat Madura

Rencana Analisis
Deskriptif
Deskriptif
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi

Etika Penelitian
Peneliti harus memperhatikan masalah etika

dalam melakukan

penelitian. Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian
keperawatan (Milton, 1999; Loiiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, 2004,
dalam Dharma, 2011 : 237) adalah sebagai berikut:
1

Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).


Peneliti memberikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian, jika respoden menolak untuk diteliti maka

peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak-haknya.


Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and
confidentiality). Dalam menjaga rahasia responden, peneliti tidak
mencantumkan nama responden, hanya memberikan insial pada masing-

masing lembar tersebut.


Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness).
Peneliti mengambil responden yang sesuai dengan kriteria inklusi

penelitian.
Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefits). Sebelum responden menyetujui untuk diteliti,
peneliti menjelaskan manfaat dan kerugian kepada responden.

Lampiran 1

Rencana Kerja Penelitian (Planning Of Action)


Des-JanApril

Rencana kegiatan
1

Feb-Mar
2 3 4

Mei
4

Juni
4

Juli
4

Pembuatan Bab I-IV


Ujian Proposal
Perbaikan Proposal
Uji Etik Proposal
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penulisan Laporan
Uji Hasil Penelitian
Perbaikan Skripsi
Jilid Hard Cover
Pengumpulan Skripsi

Lampiran 2
PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

: Okta Nurmayanti

NIM

: S1.11.31

No HP : 085750207875
Saya mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes YARSI Pontianak
akan melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Penanganan Demam pada
Masyarakat Melayu dan Masyarakat Madura di Desa Sungai Kakap.
Sebelum memulai penelitian, berikut ini saya menjelaskan beberapa hal terkait
dengan penelitian yang akan saya lakukan :
1

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang Gambaran


Penanganan Demam pada Masyarakat Melayu dan Masyarakat Madura di Desa

Sungai Kakap
Manfaat penelitian ini secara garis besar adalah untuk mengetahui gambaran
budaya yang terdapat pada masyarakat melayu dan masyarakat madura terhapa

demam pada anak


Responden dalam penelitian ini adalah orang tua dari anak usia pra sekolah yang

tinggal di Desa Sungai Kakap


Pengambilan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan memberikan
kuesioner kepada responden, kemudian dilakukan sesuai tahapan yang telah

ditentukan.
Waktu dan tempat pelaksanaan disesuaikan dengan kesepakatan antara peneliti dan

reponden.
Proses penelitian dihentikan jika responden mengalami kelelahan, atau
ketidaknyamanan dan akan dilanjutkan lagi jika responden sudah merasa nyaman

7
8

pada waktu yang sama atau hari yang lain.


Penelitian ini tidak berdampak negatif pada responden.
Semua catatan dan data yang berhubungan dengan penelitian ini akan disimpan

dan dijaga kerahasiaannya.


Pelaporan hasil penelitian akan mengunakan kode, bukan nama sebenarnya dari

responden.
10 Responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak untuk
mengajukan keberatan pada peneliti jika terdapat hal-hal yang tidak berkenan dan

selanjutnya akan dicari penyelesaian masalahnya berdasarkan kesepakatan antara


penliti dengan responden.

Pontianak, April 2015


Peneliti ,

Okta Nurmayanti

Lampiran 3
PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN
(Informed Consent)
Judul Penelitian : Gambaran Penanganan Demam pada Masyarakat Melayu dan
Masyarakat Madura di Desa Sungai Kakap
Peneliti

: Okta Nurmayanti

NIM

: S1.11.31

Setelah membaca penjelasan di atas dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan


terhadap penjelasan yang telah dijelaskan mengenai penelitian ini, saya yang bertanda
tangan dibawah ini:
No Responden

Jenis Kelamin

: L/P (*dilingkari)

Usia

:
Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya

mengetahui bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran penanganan demam pada masyarakat melayu dan masyarakat
madura di Desa Sungai Kakap .
Saya mengetahui bahwa tidak ada resiko yang akan saya alami dan saya
diberitahukan tentang adanya jaminan kerahasiaan informasi yang diberikan serta
saya juga memahami bahwa penelitian ini bermanfaat bagi layanan keperawatan.
Pontianak, Mei 2015
Tanda Tangan Responden

(___________________)
Lampiran 4
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
No Responden :
Petunjuk Pengisian :
1

Isilah lembar wawancara ini dengan memberikan tanda lingkaran pada pertanyaan

yang telah disiapkan.


Isilah pertanyaan pada tempat yang telah disediakan.

Apabila pertanyaan berupa pilihan, cukup di lingkari/dijawab sesuai dengan


petunjuk diatasnya.

Data Demografi Responden:


1 Inisial Nama Responden
: .................................................................
2 Usia
: .................tahun
3 Jenis kelamin
:
1 Laki-laki
2 Perempuan
4 Suku bangsa
:
1 Melayu
2 Madura
5 Pekerjaan
:
1 PNS
3. Petani
5. Buruh
2 Swasta
4. Nelayan
6. Wiraswasta
6 Pendidikan terakhir
:
1 Tidak Sekolah
2 SD
3 SLTP
4 SMU
5 Perguruan Tinggi
6. Status perkawinan
:
1 Kawin
2 Tidak Kawin (Janda/duda/belum kawin)
7. Sakit Fisik
:
1 Sakit fisik
2 Tidak sakit fisik
8. Lama anak sakit (jika ada) : .................hari/bulan/tahun
Lampiran 5
Kuesioner Budaya Penanganan Demam
Petunjuk pengisian :
a

Bacalah item pertanyaan kuesioner di bawah ini dengan seksama sebelum


menentukan jawaban saudara.

Berilah tanda silang (X) pada kotak disebelah kanan pertanyaan sesuai dengan

pilihan/kondisi sesungguhnya yang saudara alami.


Untuk setiap item pertanyaan, pilihan jawaban saudara adalah:
Tidak pernah (1), jarang (2), kadang-kadang(3), sering(4), selalu(5),
dengan petunjuk sebagai berikut :
Tidak pernah : tidak pernah melakukan tindakan sesuai dengan item

pertanyaan
Jarang : lebih banyak tidak melakukan dibandingkan dengan

melakukan
Sering : lebih banyak melakukan dari pada tidak melakukan

Saya membawa anak saya ke puskesmas/bidan/dokter jika mengalami demam

Tidak Pernah

Jarang

Sering

Saya
Tidak Pernah

Jarang

Sering

membawa

anak saya ke dukun jika mengalami demam


3

Saya menggunakan obat tradisional untuk mengobati demam anak


Tidak Pernah

Jarang

Sering

Saya
membeli obat di apotik/warung untuk mengobati demam anak
Tidak Pernah

Jarang

Sering

Anak saya
Tidak Pernah

Jarang

Sering

akan sembuh
dari demam

jika berobat ke dukun

Anak saya akan sembuh jika berobat ke puskesmas/bidan/dokter

Dalam kebudayaan saya menangani demam dengan cara mengoleskan


Tidak Pernah

Jarang

Sering

bawang

merah keseluruh tubuh anak


Tidak Pernah
8

Jarang

Sering

Anak saya mengalami demam karena kesambaian


Tidak Pernah

10

Sering

Anak saya mengalami demam karena proses penyakit


Tidak Pernah

Jarang

Jarang

Sering

Saya lebih
memilih membawa anak saya berobat ke dukun dibandingkan berobat ke
Tidak Pernah

Jarang

Sering

puskesmas/dokter

11 Apakah anda tidak memandikan anak anda pada saat demam


Tidak Pernah

Jarang

Sering

12 Apakah tidak dipotong kuku pada saat demam


Tidak Pernah
13

Jarang

Sering

Apakah anak
anda tidak boleh keluar rumah atau bermain keluar rumah pada saat demam
Tidak Pernah

Jarang

Sering

14 Dalam kebudayaan saya menangani demam dengan cara mengoleskan kunyit


keseluruh tubuh anak
Tidak Pernah

Jarang

Sering

15
Tidak Pernah
air putih

Jarang

Sering

Pada saat anak


demam
dianjurkan
banyak minum

Anda mungkin juga menyukai