Anda di halaman 1dari 9

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tingkat pertumbuhan penduduk suatu negara selalu diikuti dengan kegiatan ekonomi yang
di dalamnya berupa produksi, distribusi dan konsumsi. Kegiatan ekonomi sebagai pemenuh
kebutuhan manusia memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi yakni dengan
munculnya berbagai macam aktivitas pendukung yang secara langsung maupun tidak langsung
memberikan dampak terhadap lingkungan. Aktivitas pendukung kegiatan perekonomian ini
paling besar berada pada sektor perindustrian, dimana mayoritas industri di Indonesia hasil
produksinya menggunakan bahan yang sifatnya tidak dapat diuraikan oleh alam dan hasil olahan
dari pembuatan barang tersebut seringkali berupa limbah yang dapat mempengaruhi ekosistem
lingkungan apabila dalam pengelolaannya tidak sesuai dengan sistem dan peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
Manusia dapat dikatakan sebagai penghasil utama sampah, karena dalam aktivitasnya
manusia berkontribusi besar terhadap permasalahan yang terkait dengan sampah. Sampah
dikatakan sebagai masalah karena pada kenyataannya sampah dianggap tidak memiliki
fungsi/manfaat (merugikan), oleh karena itu persoalan mengenai sampah apabila tidak mendapat
penanganan yang tepat akan memberikan beban terhadap kehidupan manusia dan lingkungan
yang akan terus menumpuk.
Pada setiap kota di Indonesia dapat dipastikan memiliki permasalahn yang terkait dengan
sampah. Dengan jumlah penduduk yang terus menerus meningkat sangat berpengaruh pada
jumlah volume sampah yang dihasilkan. Apabila peningkatan jumlah volume sampah tersebut
tidak segera diimbangin dengan kesadaran masyarakat, maka pengaruh sampah terhadap
lingkungan akan semakin membahayakan. Sudrajat (2006), mengatakan bahwa sampah menjadi
masalah penting untuk kota yang padat penduduknya karena beberapa faktor berikut: 1) Volume
sampah yang sangat besar, sehingga melebihi kapasitas data tampung Tempat Pembuangan
Akhir/TPA, 2) Lahan TPA semakin sempit karena tergeser oleh tujuan penggunaan lain, 3)
Teknologi pengelolaan sampah tidak optimal, sehingga sampah lambat membusuknya dan hal ini
menyebabkan peningkatan volume sampah semakin meningkat tetapi tidak disertai dengan
tingkat pembusukannya, 4) sampah yang sudah matang dan telah berubah menjadi kompos tidak
segera dikeluarkan dari TPA karena berbagai pertimbangan, 5) Manajemen pengelolaan sampah
1

yang tidak efektif, sehingga seringkali menjadi penyebab distorsi dengan masyarakat setempat,
5) Pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif terhadap lingkungan, 6)
Kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan
dari sampah yang akhirnya menyebabkan penumpukan produk tersebut di TPA.
Di Kota Semarang sendiri, seolah-olah permasalahan mengenai sampah ini juga tak
kunjung selesai. Keberadaan sampah yang semakin menumpuk dapat kita jumpai di setiap sudut
Kota Semarang tidak hanya di lingkungan permukiman namun juga di pinggir jalan, bahkan di
sekitaran sungai pun sampah masih banyak dijumpai. Hal ini menunjukkan bahwa sikap
masyarakat yang sudah tidak memiliki kepedulian untuk menjaga lingkungan tempat tinggal
mereka dan berbagai macam peraturan dari pemerintah untuk tidak membuang sampah dan
menjaga kelestarian lingkungan khususnya tidak membuang sampah ke sungai maupun
memilahkan sampah berdasarkan jenis sampah dan membuangnya pada tempat sampah dengan
label khusus pun diabaikan oleh masyarakat.
Pemerintah dengan berbagai cara telah melakukan tindakan dengan memberlakukan
peraturan-peraturan terkait sampah/limbah dan disertai dengan sosialisasi kepada masyarakat
sebagai tindakan pencegahan dari dampak-dampak yang dihasilkan oleh adanya sampah yang
tidak terkelola dengan baik yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, munculnya berbagai
macam penyakit dll. Perhatian pemerintah yang paling mendalam adalah terkait sampah plastik
yang keberadaanya tidak dapat terurai secara alami dan membutuhkan waktu yang sangat lama
dalam mencapai tingkat penguraian yang tinggi.
Keberadaan bahan plastik dapat dikatakan sangat akrab dengan kehidupan manusia dan
kemajuan teknologi dan inovasi plastik menjadikan peningkatan dalam proses produksi plastik.
Dapat kita temui hampir setiap kemasan/produk menggunakan bahan dasar plastik. Penggunaan
plastik dikarenakan karakteristiknya yang lebih ringan, praktis, tahan air dan dari segi harga lebih
murah. Dengan tingkat produksi plastik yang semakin hari semakin meningkat, maka volume
limbah hasil produksi dan sampah juga akan terus bertambah. Seperti contoh limbah/sampah
bungkus botol minuman, bungkus deterjen/sabun, kantong plastik dll semakin menumpuk karena
dari segi ekonomi sudah tidak memiliki harga jual dan dalam penguraiannya juga tergolong
membutuhkan waktu yang relatif sangat lama dibandingkan sampah organik. Penumpukan
sampah plastik ini menyebabkan kerusakan lingkungan karena dalam proses produksi hingga
pembuangannya, sampah plastik juga ikut menyumbang emisi gas rumah kaca ke atmosfer.
Dalam proses produksinya sendiri, plastik membutuhkan sekitra 12 juta barel minyak dan 14 juta
2

pohon setiap tahunnya dan sangat menguras energi dalam proses produksinya hingga tahap
pembuangan sampah plastik yang ditimbun di TPA juga mengeluarkan emisi gas rumah kaca
(Hapsari, 2010). Jadi, keberadaan sampah plastik yang menyebabkan emisi gas rumah kaca
tersebut berpengaruh juga terhadap iklim lingkungan dimana temperatur bumi semakin
meningkat yang dapat digambarkan sebagai berikut: pembakaran 1 ton sampah akan
menghasilkan 30 kg gas CO2, gas yang jika dihirup akan berikatan sangat kuat dengan
hemoglobin darah, sehingga dapat menyebabkan tubuh manusia yang menghirupnya akan
mengalami kekurangan O2 dan dapat menyebabkan kematian. Karena dalam pemanasan global
terjadi akibat peningkatan gas-gas rumah kaca yakni: uap air, karbondioksida (CO 2), metana
(CH4), dan dinitroksida (N2O) yang juga dihasilkan oleh tumpukan sampah maupun dari hasil
pembakaran sampah terutama sampah plastik.
Dengan mengetahui dampak yang disebabkan oleh keberadaan sampah plastik, dibutuhkan
suatu pengelolaan sampah yang efektif dan efisien. Beberapa penanganan sampah yang sudah
dilakukan secara umum pada sektor hulu adalah reuse, reduce, and recycle (3R) sebagai bentuk
pembatasan debit sampah yang akan terbuang ke hilir. Reuse merupakan aktivitas mengelola atau
memanfaatkan kembali sampah yang masih dapat dipergunakan contoh: menggunakan kembali
tas plastik atau botol plastik yang masih bersih untuk keperluan lain, sehingga mengurangi
sampah. Reduce adalah mengurangi jumlah sampah yang dibuang dengan memilah barang yang
dapat menimbulkan sampah, contoh penggunaan gelas dengan bahan kaca untuk minum dari
pada menggunakan botol kemasan. Sedangkan, recycle adalah mengolah sampah yang sudah
tidak dapat digunakan menjadi sesuatu yang bermanfaat atau sering juga kita sebut sebagai
kegiatan mendaur ulang sampah, contoh: mengolah sampah menjadi kompos, mengolah kertas
menjadi karton. Kegiatan 3R tersebut dilakukan di sektor hulu dengan harapan dapat mengurangi
volume sampah yang saat ini menjadi permasalahan di kota-kota besar termasuk Kota Semarang.
Beberapa permasalahan dan penanganan yang sudah disebutkan diatas dapat menjadi
masukan dalam pengelolaan sampah terutama sampah an-organik yakni plasti agar lebih efektif
dan efisien. Oleh karena itu, butuh pengenalan lebih mengenai jenis-jenis plastik beserta sifat
masing-masing plastik juga bahan dasar pembentuknya dan cara pengelolaannya yang akan
dilakukan pengkajian dalam penyusunan penelitian mengenai klasifikasi sampah plastik dan
pengelolaannya di Kota Semarang.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3

a. Bagaimana pengelolaan sampah plastik yang tepat, efisien dan efektif berdasarkan
kategori jenis sampah plastik di Kota Semarang?
b. Bagaimana dampak sampah plastik terhadap kesehatan dan lingkungan di Kota
Semarang?
c. Sejauh mana peran pemerintah serta masyarakat di Kota Semarang terkait pengelolaan
sampah plastik?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah, adalah:
a. Mengkaji pengelolaan sampah plastik hasil rumah tangga berdasarkan kategorisasi
jenis dan fungsinya
b. Mengidentifikasi peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah plastik di Kota
Semarang
c. Mengidentifikasi penggunaan bahan plastik dalam aktivitas masyarakat khususnya
rumah tangga
1.4 Tinjauan Pustaka
1.4.1. Pengertian Sampah
Sampah dapat diartikan sebagai material yang tidak berfungsi/tidak terpakai lagi. Dalam
Kamus Istilah Lingkungan (1994), sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
dibuang. Sedangkan dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
pengertian sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat. Basriyanta dalam Harini (2010), sampah disebutkan sebagai bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomis.
1.4.2.
Jenis-Jenis Sampah
Sampah secara garis besar berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan sifat (organik/degradable, anorganik/undegradable dan bahan berbahaya dan
beracun/B3), berdasarkan sumber (alam, manusia, rumah tangga, konsumsi, perkantoran, industri
dan nuklir) dan berdasarkan bentuk (padat dan cair).
Berdasarkan sifat sampah organik merupakan sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang
bisa terurai secara alamiah/biologis, seperti sisa makanan dan guguran daun. Sampah jenis ini
juga biasa disebut sampah basah. Sampah anorganik adalah sampah yang terdiri dari bahanbahan yang sulit terurai secara biologis. Proses penghancurannya membutuhkan penanganan

lebih lanjut di tempat khusus, misalnya plastik, kaleng dan styrofoam. Sampah jenis ini juga
biasa disebut sampah kering. Sedangkan, sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan
limbah dari bahan-bahan berbahaya dan beracun seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik dan
lain-lain. (Daniel, 2009)
Sampah berdasarkan sumber menurut Alex (2012) dibagi menjadi tujuh yakni sebagai
berikut:
a. Sampah alam: sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses
daur ulang alami, seperti daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah.
b. Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
c. Sampah rumah tangga: sampah dari kegiatan di dalam rumah tangga, sampah yang
dihasilkan oleh kebanyakan rumah tangga adalah kertas dan plastik.
d. Sampah konsumsi: sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses penggunaan
barang seperti kulit makanan dan sisa makanan.
e. Sampah perkantoran: sampah yang berasal dari lingkungan perkantoran dan pusat
perbelanjaan seperti sampah organik, kertas, tekstil, plastik dan logam.
f. Sampah industri: sampah yang berasal dari daerah industri yang terdiri dari sampah
umum dan limbah berbahaya cair atau padat.
g. Sampah nuklir: sampah yang dihasilkan dari fusi dan fisi nuklir yang menghasilkan
uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia
Berdasarkan bentuknya, sampah padat dan cair. Sampah padat adalah segala jenis sampah
hasil selain pembuangan manusia (urine, kotoran manusia) dan sampah cair. Sampah cair adalah
bahan cairan yang telah digunakan lalu tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat
pembuangan sampah.
1.4.3.
Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Dalam kehidupan manusia selalu berkaitan dengan lingkungan, karena keduanya saling
menopang satu sama lain. Dengan menjaga lingkungan, maka manusia akan memiliki kualitas
hidup yang baik. Namun, pada kenyataannya manusia sering kali tidak memperhatikan
kelestarian lingkungan tempat tinggal mereka dan hal ini dapat dilihat dengan keberadaan
sampah yang menumpuk setiap harinya tanpa ada pengelolaan yang tepat. Pada faktanya tingkat
pendidikan, ekonomi maupun sosial mampu mempengaruhi tingkat kesadaran manusia terhadap
kebersihan dan kesehatan lingkungannya karena tiga hal tersebut mempengaruhi pola pikir
manusia dan berimbas pada jumlah dan jenis sampah yang dihasilkannya.
Sampah yang menumpuk pada tempat penampungan sampah merupakan tempat yang
sangat baik bagi perkembangbiakan mikroorganisme. Dari sini dapat diketahui bahwa sampah

yang berikutnya berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan terutama bagi kesehatan
manusia.
a. Dampak bagi lingkungan
Sampah yang tidak terkolola dengan baik akan mencemari lingkungan berikut:
1) Udara
Pencemaran udara sangat berdampak terhadap kesehatan manusia dan makhluk
hidup lainnya karena dapat menimbulkan kematian dalam dampak yang tinggi.
Berbagai macam gas maupun emisi hasil pembakaran yang mencemari udara
khususnya di perkotaan.
Tabel 1.1
Unsur Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap Kesehatan Manusia
No.
1

Unsur Pencemar
Karbon Monoksida

Dampak Terhadap Manusia


Pusing, sakit kepala, mual, serangan jantung,

(CO)
Sulfur Oksida (SO)

penglihatan kabur, lemas, pingsan , kematian


Iritasi mata, infeksi saluran pernafasan, pandangan

Nitrogen Oksida

kabur, penyakit jantung


Iritasi mata, kejang-kejang, kelumpuhan, sesak

(NO)
Hidrokarbon (HC)

nafas, radang ginjal, kanker paru-paru


Iritasi mata, hidung , tenggorokan, pusing dan

Timbal (Pb)

Partikulat

mual
Kekurangan

darah,

gangguan

fungsi

ginjal,

kejang-kejang, gangguna sistem syaraf dan otak


Infeksi saluran pernafasan

2) Air
Pencemaran sampah terhadap air sangat fatal bagi lingkungan dan manusia. Air
sebagai sumber kehidupan makhluk hidup sangat vital karena dalam aktivitas
sehari-hari manusia selalu menggunakan air baik untuk konsumsi, keperluan
rumah tangga, industri maupun pertanian. Efek air yang tercemar dapat
menimbulkan berbagai jenis penyakit baik yang menular maupun tidak menular
seperti penyakit kulit, hepatitis, typhus, dysenteri, trachoma, cholera, dll
Tabel 1.2
Unsur Pencemar Air, Sumber dan Dampaknya terhadap Kesehatan Manusia
No.
1.
2.

Unsur Pencemar
Cadmium

Sumber Pencemar Dampak Terhadap Manusia


Pabrik
PVC, Gagal ginjal, sakit pinggang

Kobalt

Pertambangan
dan sakit pada tulang punggung
Industri elektronik Kekurangan hormon kelenjar,
6

dan kimia
3.

Mercuri

jantung
Industri kosmetik, Infeksi tenggorokan,
plastik

4.

Insektisida

tekanan darah tinggi, penyakit

dan penglihatan kabur, pembekakan

aktivitas pertanian
Aktivitas

gusi diare, kecacatan pada bayi


Pusing, mual, kerusakan ginjal

pertanian

dan hati, kanker paru-paru dan

hati
Sampah juga ditemukan pada air laut dimana laut sekarang ini lebih banyak
ditemukan sampah-sampah yang dibuang oleh manusia yang tidak memiliki
kepedulian akan ekosistem laut. Sampah yang ditemukan di laut ini tidak hanya
sampah padat (plastik, barang elektronik, peralatan rumah tangga, dll) namun juga
sampah cair limbah buangan hasil produksi yang tidak menggunakan sistem
pengelolaan limbah yang benar.
3) Darat
Dampak penumpukan sampah di darat antara lain: bau tidak sedap karena adanya
proses penguraian mikroorganisme terutama pada sampah organik, berbagai
macam penyakit akibat perkembangbiakan bakteri yang juga disebarkan oleh
organisme pembawa penyakit seperti tikus, lalat, nyamuk, dan lain-lain pada
sampah yang menumpuk dan juga pemandangan yang menimbulkan kesan kotor
dan kumuh.
1.4.4.
Sampah Plastik
Plastik pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Parkes pada tahun 1862 di sebuah
ekshibisi internasional di London, Inggris. Plastik temuan Parkes disebut Parkesine ini dibuat
dari bahan organik dari selulosa. Parkes mengatakan bahwa temuannya ini mempunyai
karakteristik mirip karet, namun dengan harga yang lebih murah. Ia juga menemukan bahwa
parkesine ini bisa dibuat transparan dan mampu dibuat dalam berbagai bentuk. Namun,
parkesine ini tidak bisa dimasyarakatkan karena mahalnya bahan baku yang digunakan. Pada
tahun 1940 penggunaan polyethylene sebagai bahan isolasi mampu mengurangi berat radar
sebesar 600 pounds atau sekitar 270 kg. Setelah perang berakhir, plastik ini menjadi semakin
populer. Saat ini bahan polyethylene digunakan untuk membuat botol minuman, gentong,
kantong plastik, dan kontainer untuk menyimpan makanan. Kejadian tersebut merupakan awal
dari penggunaan plastik sebagai sebagian besar bahan baku industri, dan pada era modern
7

penggunaan plastik semakin meningkat dan cenderung tidak bertanggung jawab ditambah lagi
dengan pola hidup manusia yang semakin menuntut keefisienan dan daya tahan produk yang
lama membuat penggunaan plastik sebagai bahan produk industri menjadi semakin meningkat
(www.ilmukesmas.com)

a. Jenis Plastik
Plastik dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan sifat, berdasarkan
penggunaan dan berdasarkan aplikasi. Plastik berdasarkan sifat ada 2 jenis antara
lain: 1) Termoplastik yang merupakan jenis plastik yang dapat di daur ulang/dicetak
kembali dengan proses pemanasan ulang (polietilen, polistiren, ABS, polikarbonat).
2) Termoset, merupakan jenis plastik yang tidak dapat didaur ulang dan proses
pemanasan hanya akan menyebabkan kerusakan molekulnya (resin, epoksi, resin
melamin). Berdasarkan penggunaan yang umum kita kenal adalah plastik komoditas
yang memiliki sifat kurang baik dan tidak tahan terhadap panas (PE, PS, ABS,
PMMA, SAN). Berdasarkan aplikasi, yang disebut dengan 1) Plastik teknik biasanya
digunkan untuk membuat barang-barang elektronik, pembungkus makanan dan
minuman. Bahan plastik teknik ini bersifat tahan panas hingga 1000C dan memiliki
sifat mekanik yang bagus. 2) Plastik teknik khusus, memiliki ketahanan terhadap
panas hingga diatas 1500, dan sifat mekanik yang bagus (PSF, PES, PAI, PAR)
biasanya untuk komponen pesawat (Harini, 2010).
b. Klasifikasi Plastik
Plastik diklasifikasikan menjadi 7 kelompok berikut penjelasanya:
Tabel 1.3
Klasifikasi Plastik
Resin Code

Karakteristik
Plastik yang paling umum
digunakan di seluruh dunia. PET
lahir pada tahun 1973, dan
pertama kali di daur-ulang tahun
1977.
Dapat
didaur-ulang,
memiliki sifat tidak tahan panas
dan hanya digunakan sekali saja

lalu dibuang.

Salah satu tipe plastik yang


umum digunakan setelah
PETE.
Bersifat
tembus
cahaya, kaku dan cocok
untuk mengemas produk
yang memiliki umur pendek
8

Contoh

Kemasan botol minuman


Kemasan makan, dll

seperti produk susu, sabun


dan minuman ringan dan
bahan plastik jenis HDPE ini
memiliki sifat yang kuat

Sumber: http://www.gogreencharleston.org/

1.5 Hipotesis
Sampah plastik yang menjadi persalah global dibalik pengelolaannya yang belum
optimal, namun dalam perkembangan jaman manusia mampu melakakuan perubahan
dengan melakukan gerakan 3R (reuse, reduce, recycle) dan inovasi ide kreatif manusia
untuk mengurangi potensi penumpukan sampah plastik dengan berbagai cara yang
tergolong ramah lingkungan berdasarkan klasifikasi jenis plastik dan sifatnya.

Anda mungkin juga menyukai