Anda di halaman 1dari 7

Persepsi Dan Kecitraan

2.1 Pengertian persepsi


Persepsi merupakan proses bagaimana individu dapat mengenali diri dan sekitarnya,
melalui stimulus yang diterimanya, dan individu akan mengalami persepsi, menjelaskan bahwa
persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu proses yang berwujud
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya, kemudian stimulus diteruskan ke
pusat susunan syaraf yaitu otak, dan otak merupakan proses psikologisnya sehingga individu bisa
mempersepsi stimulus yang diterimanya (Walgito, 2002).
Setiap orang yang diberi stimuli atau memandang suatu benda yang sama pasti akan
mempersepsinya secara berbeda. Sejumlah faktor membentuk dan kadang memutarbalik
persepsi. Faktor-faktor ini dapat berada pada pihak pelaku persepsi (perceiver), dalam obyek
yang dipersepsikan, atau dalam konteks situasi dimana persepsi itu dilakukan.
1. Pelaku persepsi
Bila seseorang individu memandang pada suatu obyek dan mencoba mengartikannya, maka
penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karateristik pribadi termasuk pengalaman, harapan dan
cita-cita yang terdapat dalam diri individu tersebut.
2. Target / obyek
Karateristik target/obyek yang kita amati tentunya dapat mempengaruhi apa yang kita
persepsikan. Gerakan, bunyi, ukuran, atau atribut-atribut dari target/obyek membentuk cara
kita memandangnya. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan
suatu target/obyek dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi.
3. Situasi
Unsur-unsur lingkungan di sekitar kita misalnya lokasi, cuaca, keadaan dan sejumlah faktor
situasional lainnya dapat mempengaruhi persepsi individu.
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan,
dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku
kita. Untuk lebih memahami persepsi, berikut adalah beberapa definisi persepsi lainnya
sebagaimana yang dikutip oleh Deddy Mulyana:
Menurut Brian Fellows adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima
dan menganalisis informasi. Sedangkan menurut Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken

persepsi adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan
lingkungan kita. Adapun pengertian persepsi dari Philip Geoodacre dan Jennifer Foller yakni
persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan.

Kemudian

menurut Joseph A. Devito persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan
banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita.(Mulyana, 2003:168).
Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (yakni indra peraba,
indra penglihat, indra pencium, indra pengucap dan indra pendengar) atensi, dan interpretasi.
Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan. Pendengaran, sentuhan,
penciuman, dan pengucapan. Reseptor indrawi-mata, telinga, kulit dan otot, hidung, dan lidahadalah penghubung antara otak manusia dan lingkungan sekitar mata bereaksi terhadap
gelombang cahaya, telinga terhadap gelombang suara, kulit terhap temperatur dan tekanan,
hidung terhadap bau-bauan dan lidah terhadap rasa. Lalu rangsangan-rangsangan ini dikirimkan
ke otak (Sarwono, 2009:86).
Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh
melalui salah satu atau lebih indera kita. Namun kita tidak bias menginterpretasikan makna
setiap objek secara langsung, melainkan menginterprestasikan makna informasi yang kita
percayai mewakili objek tersebut. Jadi pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi bukan
pengetahuan mengenai objek sebenarnya, melainkan pengetahuan

mengenai bagaimana

tampaknya objek tersebut.


Menurut Mulyana (2005; 171-175), persepsi manusia dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik, dan persepsi terhadap manusia (persepsi
sosial). Persepsi terhadap objek atau lingkungan fisik adalah persepsi yang telah ditanggap oleh
kesemua alat indera. Persepsi yang diterima oleh setiap individu akan berbeda-beda satu dengan
yang lainnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh latar belakang pengalaman, sosial budaya, dan
suasana psikologis yang berbeda akan membuat persepsi yang berbeda atas suatu objek. Persepsi
terhadap manusia (persepsi sosial) ialah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadiankejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. persepsi sosial ialah persepsi mengenai orang
tertentu atau orang lain, dan untuk memahami orang dan oran lain. Ada dua hal yang ingin
diketahui oleh persepsi social yaitu keadaan yang perasaan orang lain saat ini, di tempat ini,
melalui komunikasi non-lisan atau lisan dan kondisi yang lebih permanen yang ada dibalik

segala yang tampak saat ini (niat, sifat, motivasi dan sebagainya yang diperkirakan menjadi
penyebab dari kondisi saat ini.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal
di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya
mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut:
individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian
ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian
mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama, Lalu
timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat
menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang
telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Walgito, 2002).
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu
proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan
informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk
menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.
Menurut Fitzsimmons dan Fitzsimmons 1994 dalam buku Sistem Informasi Manajemen
yang ditulis oleh Ellitan dan Anatan (2007:48) menegaskan bahwa terdapat lima dimensi utama
yang terpenting, yaitu persepsi adalah proses yang digunakan oleh induvidu untuk memilih,
mengkgordinasi, dan menginterprestasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia
yang memiliki arti menurut Kotler Philip dan Kevinlane Keller (2007:288). Digunakan oleh
pelanggan untuk menilai kualitas layanan. Adapun kelima dimensi atau yang sering disebut
dengan elemen kualitas layanan tersebut antara lain adalah :
1. Realibility (keandalan)
yaitu perusahaan dituntut untuk menyediakan produk dan jasa yang dapat diandalkan.
Perusahaan harus mempu memberikan jasa yang dijanjikan secara akurat. Para karyawan
harus jujur dalam menyelesaikan masalah sehingga pelanggan tidak merasa tertipu. Selain itu
hendaknaya perusahaan tepat janji bila menjanjikan sesuatu kepada pelanggan.
2. Assurance (jaminan/kepastian)
Yaitu pengatahuan dan perhatian karyawan serta kemamapuan mereka untuk memperoleh
kepercayaan. Pada saat persaingan semakin ketat karyawan perusahaan dituntut untuk
memiliki kopetensi yang lebih tinggi, artinya memiliki pengetahuan dan keterampilan di

bidangnya masing-masing. Penjual jasa diharapkan memperhatikan kredibilitas perusahaan


dan bukan justru menipu pelanggan.
3. Emphaty
yaitu perhatian secara induvidu terhadap pelanggan. Salah satu usaha untuk mewujudkan
empaty adalah sikap karyawan perusahaan yang bersedia berkomunikasi secara induvidual,
mudah dihubungi, dan memahami sikap dan sifat pelanggan yang berbeda-beda.
4. Tangible
yaitu semua bentuk fisik yang menanamkan citra perusahaan kepada pelanggan, sehingga
konsumen dapat mengevaluasi jasa melalui aspek fisik tersebut. Minsalnya gedung yang
megah dengan berbagai fasilitas, alat telekominikasi yang canggih, dan lain-lain menjadi
dasar pertimbangan dalam memilih suatu produk.
5. Responsiveness
yaitu kemauan membantu pelanggan dan memberi layanan secara cepat. Contoh
responsiviness antara lain komitmen karyawan untuk melayani pelanggan secara cepat,
memperhatikan janji spesifik kepada pelanggan, dan karyawan selalu siap membantu
pelanggan.
2.1.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi


Menurut Nugroho J. Setiadi (2003), Faktor yang mempengaruhi persepsi adalah

penglihatan dan sasaran yang diterima dan dimana situasi persepsi terjadi penglihatan.
Tanggapan yang timbul atas rangsangan akan dipengaruhi sifat-sifat individu yang
melihatnya,sifat yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu :
1. Sikap
Sikap yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya tanggapan yang akan diberikan
seseorang.
2. Motivasi
Motif merupakan hal yang mendorong seseorang mendasari sikap tindakan yang
dilakukannya.
3. Minat
Merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang terhadap suatu hal atau objek
tertentu, yang mendasari kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap objek tersebut.
4. Pengalaman masa lalu
Dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena kita biasanya akan menarik kesimpulan yang
sama dengan apa yang pernah dilihat dan didengar.

5. Harapan
Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, kita akan cenderung menolak
gagasan, ajakan, atau tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
6. Sasaran
Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan yang akhirnhya akan mempengaruhi persepsi.
7. Situasi
Situasi atau keadaan disekita kita atau disekitar sasaran yang kita lihat akan turut
mempengaruhi persepsi. Sasaran atau benda yang sama yang kita lihat dalam situasi yang
berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula.
2.1.2

Pengertian Kecitraan
Kata citra tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Orang menyebut gambaran atau

image mengenai seseorang maupun sesuatu untuk mempermudah artian dari citra. Namun bagi
kita para kaum yang berkecimpung dalam dunia ilmu komunikasi tidak hanya sebatas itu
mengartikan sebuah kata citra. Banyak sekali arti kata citra yang di pergunakan dalam dunia ilmu
komunikasi, misalnya dalam bidang broadcasting, public relation maupun yang lain. Tetapi kali
ini penulis akan membahas artian kata citra dalam ruang lingkup perusahaan. Sebuah perusahaan
akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membentuk suatu citra positif di mata
khalayak. Membentuk citra positif tidak semudah membangun perusahaan itu sendiri, karena
citra sebuah perusahaan melibatkan persepsi dan kepercayaan khalayaknya.
Citra adalah perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan, organisasi atau
lembaga, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi. Citra
dengan sengaja diciptakan agar bernilai positif. Terdapat empat indikator pembentuk citra citra
yaitu (Muhammad 2007 :118):
1. Persepsi.
Adalah hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan satu proses
pemaknaan. Dengan kata lain individu akan memberikan makna terhadap rangsang
berdasarkan pengalamannya.
2. Kognisi.

Adalah suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul
apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus memberikan
informasi informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.
3. Motivasi.
Adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
4. Sikap.
Adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi berfikir dan merasa dalam menghadapi ide,
objek, situasi atau nilai.
2.1.3

Minat
Salah satu kunci untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, karir,

hobi, atau aktivitas apapun adalah minat. Minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu obyek
atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya, minat individual Dapat timbul pada suatu
obyek yang bersangkutan dengan kebutuhannya. Muhammad Surya ( 2007 : 122)
menggolongkan minat menjadi tiga jenis berdasarkan sebab- musabab atau alasan timbulnya
minat:
a. Minat volunteer adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa adanya pengaruh dari
luar.
b. Minat Involunteer adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan adanya pengaruh
situasi yang diciptakan oleh guru
c. Minat Non volunteer adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa secara paksa.
2.3

Dasar Teori Tentang Brand Image


Menurut American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:256)

mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya,
yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau
kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing.
Menurut Simamora (2002:63) brand image adalah sejumlah keyakinan tentang merek. Aeker
dalam buku yang sama (Simamora, 2002:96) mengemukakan bahwa citra merek adalah
seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan dan dipelihara para pemasar. Pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang menimbulkan
suatu keyakinan dan melekat dibenak konsumen.
Faktor-faktor pembentuk citra merek adalah sebagai berikut:

a. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang dan jasa yang ditawarkan oleh
produsen dan berkenaan dengan kompetensi tenaga pengajar di dalamnya dan kemampuan
lulusan serta kemudahan lulusan untuk memperoleh pekerjaan.
b. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk
oleh masyarakat tentang suatu jasa yang dikonsumsi.
c. Manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh
konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.
d. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen atau lembaga pendidikan dalam melayani
konsumen atau mahasiswa.
e. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung rugi yang mungkin dialami oleh
konsumen atau mahasiswa setelah melakukan atau memilih suatu perguruan tinggi.
f. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak
sedikitnya jumlah biaya yang dikeluarkan konsumen atau mahasiswa untuk
menempuh studi kedepannya.
g. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan , kesepakatan, dan
informasi yang berkaitan dengan suatu merek tertentu. Brand image atau citra merek dalam
hal ini adalah citra dari suatu institusi pendidikan atau universitas. Pencitraan yang baik maka
suatu perguruan tinggi akan mendapatkan nilai positif di mata konsumen. Selanjutnya, dari
pandangan yang positif tersebut konsumen secara otomatis akan timbul pemikiran di benak
konsumen bahwa perguruan tinggi tersebut memiliki kualitas yang baik.

Anda mungkin juga menyukai