Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH PENERAPAN IFRS TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

(Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI)


Ususlan Penelitian ini
Untuk mememnuhi Tugas
Metedeologi Penelitian

Program Studi Akuntansi

Disususn Oleh :
MOCHAMMAD RIZALTI
NIM : 31401204440

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG


FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEMARANG
2014

DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1. 3 Tujuan Penelitian........................................................................................................................5
1. 4 Manfaat Penelitian......................................................................................................................5
1. Manfaat Teoritis.........................................................................................................................5
2. Manfaat Praktis..........................................................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................................................7
2.1 IFRS (International Financial Reporting Standar)......................................................................7
2.2 Laporan Keuangan.....................................................................................................................11
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis.....................................................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................................15
3.1 Populasi dan Sampel..................................................................................................................15
3.2 Jenis Data dan Sumber Data......................................................................................................16
3.3 Teknik Sampling........................................................................................................................16
3.4 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................................16
3.5 Identifikasi Variabel...................................................................................................................16
3.6 Definisi Oprasional Variabel......................................................................................................17
3.6.1 Variabel Independen............................................................................................................17
3.6.1.1 Penerapan IFRS...........................................................................................................17
3.6.2 Variabel Dependen..............................................................................................................18
3.6.2.1 Laporan Keuangan.......................................................................................................18
3.7 Teknik Analisis..........................................................................................................................19
3.7.1 Uji Asumsi Klasik...............................................................................................................19
3.7.1.1 Uji Multikolinearitas....................................................................................................19
3.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas.................................................................................................20
3.7.1.3 Uji Normalitas..............................................................................................................20
3.7.1.4 Uji Autokorelasi...........................................................................................................20
3.7.2 Regresi Linier Sederhana (Single Regresion)....................................................................21
3.7.3 Uji Hipotesis.......................................................................................................................21
3.7.3.1 Uji t (Pengujian Koefisien Regresi Parsial)..................................................................21
3.7.3.2 Uji F (Pengujian Arti Keseluruhan Regresi).................................................................21
3.7.3.3 Uji Determinasi (Uji R2)..............................................................................................22
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................23

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuanagan, kinerja serta perubahan posisi suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, sedangkan tujuan yang bersifat
umum dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan tentang entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi investor, calon investor, pemberi pinjaman, dan kreditor
lainnya.
Kualitas laporan keuangan yang baik menurut PSAK harus memiliki sembilan
karakteristik. Berikut karakteristik laporan keuangan dilihat dari segi kualitas berdasarkan
Panduan Standar Akuntansi (PSAK), pertama yaitu dapat dipahami. Kualitas penting
informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dipahami
oleh pemakainya. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar.
Kedua laporan keuangan tersebut relevan. Agar laporan keuangan bermanfaat, informasi
di dalamnya harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi di dalam laporan keuangan memilki kualitas relavan jika dapat
memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi
mereka dimasa lalu.
Ketiga yaitu materialitas. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitas
laporan keuangan. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai yang diambil atas dasar laporan keungan. Materialitas lebih merupakan suatu
ambang batas atua titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus
dimiliki agar informasi dipandang berguna.

Keempat yaitu keandalan. Informasi memilki kualitas yang handal jika bebas dari
pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat dihandalkan pemakainya
sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan secara wajar diharapkan dapat di sajikan.
Kelima yaitu laporan keuangan yang penyajiannya jujur. Informasi keuangan di laporan
keuangan pada umumnya tidak luput dari resiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari
pada apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesenjangan
untuk

menyesatkan,

tetapi

lebih

merupakan

kesulitan

yang

melekat

dalam

mengidentifikasikan transaksi serta pristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun
atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan
pristiwa tersebut.
Keenam yaitu substansi menungguli bentuk. Jika informasi dimaksudkan untuk
menyajikan dengan jujur transaksi serta pristiwa lain yang seharusnya disajikan, peristiwa
tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan subtansi dan realitas ekonomi dan bukan
hanya bentuk hukum.
Ketujuh yaitu netralitas. Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk
menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan
merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.
Kedelapan yaitu laporan keuangan yang dipertimbangkan secara sehat. Penyusunan
laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidak pastian suatu peristiwa dan keadaan
tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta
peralatan, dengan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul.
Dan yang terakhir adalah kelengkapan. Agar dapat diandalkan,informasi dalam laporan
keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
Di indonesia dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya harus mengikuti
standar yang telah ditetapkan. Prinsip atau standar akuntansi yang secara umum dipakai di
indonesia adalah Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK). PSAK disusun dan
2

dikeluarkan oleh ikatan akuntansi indonesia (IAI). IAI adalah organisasi profesi akunan yang
ada di indonesia.
Dari revisi tahun 1994 IAI telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi standar
PSAK dengan International Financial Reporting standard (IFRS). Harmonisasi yang telah
dilakukan kemudian dirubah menjadi adopsi dan terakhir adopsi tersebut ditunjukan dalam
bentuk konvergensi terhadap international financial reporting standard (IFRS).Program
konvergensi ini dilakukan oleh IAI dengan melakukan adopsi penuh terhadap IFRS dan IAS.
Indonesia merupakan negara yang masih dalam tahap transisi pada peraturan IFRS. Program
konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada Desember 2007.Pemerintah
Indonesia sangat mendukung program konvergensi PSAK ke IFRS. Hal ini sejalan dengan
kesepakatan antara negara-negara yang tergabung dalam G20 yang salah satunya adalah
untuk menciptakan satu set standar akuntansi yang berkualitas yang berlaku secara
internasional. IFRS merupakan jawaban atas kebutuhan standar yang dapat dibandingkan
dengan negara lain, SAK Indonesia merupakan SAK lokal yang sulit untuk dibandingkan
dengan SAK negara lain.
International accounting standard atau yang lebih dikenal sebagai international
financial reporting standards (IFRS), merupakan standar pelaporan akuntansi yang
memberikan penekanan pada penilaian profesional dengan disclosures yang jelas dan
transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan sehingga mencapai
kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat dari tuntutan globalisasi yang mengharuskan
para pelaku bisnis disuatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan
suatu standar internasional yang berlaku sama disemua negara termasuk juga perusahaanperusahaan dinegara indonesia yang ingin mengembangakan bisnisnya menuju dunia
internasional wajib menggunakan standar yang berbasis internasional dengan tujuan untuk
mempermudah proses rekonsiliasi bisinis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan
standar yang berlaku di indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu
kemungkinan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan
disajikan dengan basis true and fair.inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam
menyajikan laporan keuangan antara standar PSAK dengan IFRS. Oleh karena perusahaanperusahaan yang cakupan bisnisnya sudah menuju dunia internasional (go public) wajib
mengunakan standar internasional, peusahaan-perusahaan tersebut haruslah menerapkan
IFRS menjadi standar yang digunakan jika bisnisnya ingin diterima oleh dunia internasional,
termasuk juga dalam menyusun dan menyajikan laporan keuanganya haruslah sesuai dengan
IFRS namun untuk merubah sitem yang telah digunakan sejak lama (PSAK) kedalam bentuk
3

standar yang baru (IFRS) tidaklah mudah perubahan ini akan berdampak secara keseluruhan
terhadap kegiatan perusahaan termasuk juga jumlah laba yang dihasilkan menurut catatan
pada laporan keuangan setelah menggunakan standar IFRS.
Hasil penelitian Daske dan Gunther (2006) menyatakan bahwa pengapdopsian IFRS
meningkatkan kualitas financial statement. Butler et al. (2004) mengatakan bahwa earning

management pada laporan keuangan dapat diidentifikasi dengan menggunakan rasio kunci yakni
seperti gearing dan likuiditas, dan penerapan standar IFRS pada item laporan keuangan ini dapat
mengurangi tingkat earning management. Barth et al. (2008) meneliti kualitas akuntansi sebelum
dan sesudah dikenalkannya IFRS dengan menggunakan sampel sebanyak 327 perusahaan di 21
negara (dari 1896 perusahaan yang diobservasi) yang telah mengadopsi IAS secara sukarela
antara tahun 1994 dan 2003. Dalam penelitian ini ditemukan bukti bahwa setelah
diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai menjadi
lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat waktu, dibandingkan dengan masa
sebelum transisi di mana akuntansi masih berdasarkan local GAAP.
Berdasarkan uraian di atas masalah dalam penelitian ini adalah,bagaimana pengaruh
penerapan IFRS di Indonesia terhadap laporan keuangan.Jermakowijecz dalam Situmorang
(2011) menyatakan bahwa pengadopsian terhadap IFRS berpengaruh terhadap aspek aspek
pengukuran item pelaporan keuangan seperti net income dan equity.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang di timbulkan oleh
perubahan standar akuntansi lokal menjadi standar akuntansi Internasional yaitu IFRS dan
pengaruh seperti apa yang di timbulkan,apakah baik atau buruk bagi perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Dewan Konsultatif SAK dan Dewan SAK sejak tahun 2012 menerapkan standar
akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada IFRS.Indonesia saat ini telah
mewajibkan perusahaan perusahaan mengacu pada IFRS dan meninggalkan standar akuntansi
keuangan lokal.
Untuk menerapkan PSAK diperlukan sumber daya manusia yang memahami standar
baru tersebut,sehingga pendidikan dan pemutakhiran pengetahuan staf akuntansi harus
dilakukan untuk penerapan PSAK secara penuh.Staf harus disiapkan untuk menggunakan
profesional judgement,membuat pengungkapan yang lebih banyak sesuai persyaratan standart
dan memahami teknik penilaian dengan menggunakan nilai wajar.IFRS juga menharuskan
perusahaan melakukan review atas sistem oprasi prosedur akuntansi perusahaan.Bebebrapa
4

standar mengharuskan perusahaan melakukan review atas penggunaan estimasi pada tanggal
pelaporan untuk menguji apakah astimasi yang dilakukan masih valid untuk digunakan.
S O P akuntansi harus memasukkan prosedur untuk melakukan review untuk
mengadopsi ketentuan dalam standar tersebut.Ada juga standar yang mengharuskan
perusahaan merubah sistem akuntansinya,sehingga diperlukan perubahan sistem
komputer yang digunakan perusahaan.PSAK terkait instrumen keuangan mengharuskan
perusahaan mengukur penurunanaset keuangan berdasarkan bukti obyektif aset tersebut.
Biaya yang terkait denganperolehan aset keuangan dalam bentuk pinjaman harus
dikapitalisasi menambahnilai aset dan mempengaruhi tingkat suku bunga efektif dari
pinjaman tersebut.Pengungkapan tentang risiko aset keuangan harus diun gkapkan
dalam laporankeuangan. Untuk dapat menerapkan standar tersebut perusahaan harus
merubahsistem dalam perusahaan sehingga data-data yang diperlukan tersedia.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat di tarik rumusan masalah sebagai berikut :

Apakah penerapan IFRS berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan


keuangan ?

1. 3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Penerapan IFRS di
Indonesia berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

1. 4 Manfaat Penelitian
Penelitia ini diharapkan dapat memberikan manfaat,antara lain :
1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan informasi dan referensi dalam
penelitian di bidang Akuntansi khususnya dalam bidang keuangan,bagaimana meyusun
laporan keuangan yang sesuai dengan IFRS.Selain itu,dapat menjadi pembelajaran bagi
perusahaan perusahaan.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi pembelejaran dalam
membuat laporan keuangan yang sesuai dengan IFRS.
b. Bagi penulis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi yang bermanfaat
dan dapat menjadi bahan kajian yang lebih mendalam bagi para peneliti
selanjutnya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 IFRS (International Financial Reporting Standar)
PSAK secara bertahap telah berubah mengikuti Standart Pelaporan Keuangan
International (International Financial Reporting Standart/IFRS) dan Standart Akuntansi
International (International Accounting Standart/IAS) mulai tahun 2008 s.d 2011. Penerapan
PSAK revisi ini secara dini dalam akuntansi perusahaan dan pendidikan sangat dianjurkan,
karena pada tanggal 1 januari 2012 semua PSAK baru WAJIB sudah diimplementasikan.
Perubahan PSAK ini menuntut adanya perubahan buku-buku akuntansi, baik di Perguruan
tinggi maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan akuntansi.
Sebelum membahas lebih detail tentang perkembangan di indonesia, tentu kita akan
bertanya mengapa di indonesia harus melakukan konveregensi IFRS ?? Untuk pertanyaan
tersebut, tentu tidak lepas dari kepentingan global yaitu agar dapat meningkatkan daya
informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan di indonesia disamping itu
Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah indonesia sebagai anggota G20
forum, hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15 November
2008 secara prinsip-prinsip G20 yang di canangkan sebagai berikut :
1. Strengthening Transparency and Accountability
2. Endhancing Sound Regulation
3. Promoting integrity in financial markets
4. Reinforcing international cooperation
5. Reforming internationalfinancial institutions
Pada bulan Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan
konvergensi PSAK ke IFRS secara penuh pada tahun 2012. Sejak tahun 2009, Dewan
Standar Akuntansi Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) melaksanakan
program kerja terkait dengan proses konvergensi tersebut sampai dengan tahun 2011.
Ditargetkan bahwa pada tahun 2012, seluruh PSAK tidak memiliki beda material
dengan IFRS yang berlaku per 1 Januari 2009. Setelah tahun 2012, PSAK akan di-update
secara terus-menerus seiring adanya perubahan pada IFRS. Bukan hanya mengadopsi IFRS
yang sudah terbit, DSAK-IAI juga bertekad untuk berperan aktif dalam pengembangan
standar akuntansi dunia.
International Financial Reporting Standards (IFRS) memang merupakan kesepakatan
global standar akuntansi yang didukung oleh banyak negara dan badan-badan internasional di
7

dunia. Popularitas IFRS di tingkat global semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Kesepakatan G-20 di Pittsburg pada tanggal 24-25 September 2009, misalnya, menyatakan
bahwa otoritas yang mengawasi aturan akuntansi internasional harus meningkatkan standar
global pada Juni 2011 untuk mengurangi kesenjangan aturan di antara negara-negara anggota
G-20.
Terlepas dari trend pengadopsian IFRS tersebut, adalah suatu keharusan bagi kita untuk
mempertanyakan secara kritis, apa sesungguhnya hakikat dari konvergensi. Melalui
partisipasi global, IFRS memang diharapkan menjadi standar akuntansi berbasis teori dan
prinsip yang memiliki kualitas tinggi. Penerapan standar akuntansi yang sama di seluruh
dunia juga akan mengurangi masalah-masalah terkait daya banding (comparability) dalam
pelaporan keuangan. Yang paling diuntungkan sudah jelas, investor dan kreditor transnasional serta badan-badan internasional.
Tapi apakah konvergensi ke IFRS tidak menimbulkan masalah di tingkat domestik
masing-masing negara? Belum lama ini otoritas keuangan dan pasar modal AS memunculkan
isu kedaulatan regulasi. Beberapa negara lainnya juga mengkhawatirkan pengaruh IASB
yang semakin dominan.
Kenapa Indonesia harus beralih ke IFRS (International Financial Reporting Standard)?
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan IFRS? Selama ini, dunia mengenal beberapa standar
akuntansi. Amerika Serikat, misalnya, yang skala perekonomiannya terbesar di dunia, masih
memakai US GAAP (Unites Stated General Accepted Accounting Principles), juga FASB
(Financial Accounting Standard Board). Negara-negara yang tergabung di Uni Eropa,
termasuk Inggris, menggunakan International Accounting Standard (IAS) dan International
Accounting Standard Board (IASB). Indonesia setelah berkiblat ke Belanda, belakangan
menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Mula-mula PSAK IAI berkiblat ke AS, dan nanti mulai 2012
beralih ke IFRS.
Alasan perlunya konvergensi ke IFRS?
Dengan dilakukannya konvergensi PSAK ke IFRS maka :
1. Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri
spesifik.
2. Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan
realitas ekonomi yang ada.
8

3. Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang


berkualitas di pasar modal internasional.
4. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan
dalam ketentuan pelaporan keuangan.
5. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya
untuk analisis keuangan bagi para analis.
6. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practise.

Permasalahan yang dihadapi dalam impementasi dan adopsi IFRS?


Diantaranya adalah :
1. Translasi Standar Internasional
2. Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional
3. Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional
4. Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional Seperti contoh IFRS
menekankan pada fair value dan meninggalkan historical value.
Apa manfaat konvergensi IFRS?
Diantaranya adalah :
1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan
yang dikenal secara internasional.
2. Meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi.
3. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal
secara global.
4. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

5. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi kesempatan untuk


melakukan earning management.
Munculnya IFRS tak bisa lepas dari perkembangan global, terutama yang terjadi pada
pasar modal. perkembangan teknologi informasi (TI) di lingkungan pasar yang terjadi begitu
cepat dengan sendirinya berdampak pada banyak aspek di pasar modal, mulai dari model dan
standar pelaporan keuangan, relativisme jarak dalam pergerakan modal, hingga ketersediaan
jaringan informasi ke seluruh dunia.
Dengan kemajuan dan kecanggihan TI pasar modal jutaan atau bahkan miliaran investasi
dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia. Pergerakan
mereka tak bisa dihalangi teritori negara. Perkembangan yang mengglobal seperti ini dengan
sendirinya menuntut adanya satu standar akuntansi yang dibutuhkan baik oleh pasar modal
atau lembaga yang memiliki agency problem.
Di tiap kawasan, penyusunan standar akuntansi selalu melalui tahapan-tahapan yang
cukup panjang. Di AS, misalnya, pada awalnya standar akuntansi ditentukan oleh masingmasing manajemen perusahaan dengan pertimbangan yang membutuhkan standar tersebut
memang pihak manajemen. Era berganti, standar kemudian ditentukan kalangan profesi yang
tergabung dalam asosiasi. Pertimbangannya, pihak profesilah yang bertugas menyusun dan
mengaudit laporan keuangan. Barulah, yang mutakhir, yang diacu adalah US GAAP yang
dibuat oleh FASB. Saat ini, terdapat dua kekuatan besar di bidang standar akuntansi, yaitu
US-GAAP dan IFRS yang sebelumnya dikenal sebagai International Accounting Standard
Committee (IASC).
IASC dibentuk pada 1973 oleh badan-badan atau asosiasi-asosiasi profesi dari negaranegara Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, dan Inggris. Komite
ini kemudian menyepakati standar akuntansi internasional yang dikenal sebagai IAS. Inilah
yang menjadi cikal bakal munculnya IFRS. Agency Problem adalah masalah jarak antara
Principle dan agent yang dalam relasi membutuhkan jembatan antara pemilik dan buruh atau
pekerja yang disebut agency relation, yaitu informasi. Informasi adalah berupa laporan
tentang aset, resources, dan lainnya yang berhubungan dengan keadaan perusahaan yang
dibuat oleh agent dan diserahkan kepada principles (pemilik). Biaya yang dikeluarkan untuk
menjaga hubungan baik antara principles dan agent disebut agency cost. Fenomena inilah
yang kemudian mendorong International Accounting Standard Boards (IASC) melakukan
percepatan harmonisasi standar akuntansi internasional melalui apa yang disebut IFRS.

10

Sejarahnya pun cukup panjang dan berliku. Pada 1982, International Financial
Accounting Standard (IFAC) mendorong IASC sebagai standar akuntansi global. Hal yang
sama dilakukan Federasi Akuntan Eropa pada 1989. Pada 1995, negara-negara Uni Eropa
menandatangani kesepakatan untuk menggunakan IAS. Setahun kemudian, US-SEC (Badan
Pengawas Pasar Modal AS) berinisiatif untuk mulai mengikuti GAS.
Pada 1998 jumlah anggota IFAC/IASC mencapai 140 badan/asosiasi yang tersebar di
101 negara. Akhirnya, pertemuan menteri keuangan negara-negara yang tergabung dalam G-7
dan Dana Moneter Internasional pada 1999 menyepakati dilakukannya penguatan struktur
keuangan dunia melalui IAS. Pada 2001, dibentuk IASB sebagai IASC.
Tujuannya untuk melakukan konvergensi ke GAS dengan kualitas yang meliputi prinsipprinsip laporan keuangan dengan standar tunggal yang transparan, bisa dipertanggung
jawabkan, comparable, dan berguna bagi pasar modal. Pada 2001, IASC, IASB dan SIC
mengadopsi IASB. Pada 2002, FASB dan IASB sepakat untuk melakukan konvergensi
standar akuntansi US GAAP dan IFRS. Langkah itu untuk menjadikan kedua standar
tersebut menjadi compatible.
Memang, hingga saat ini IFRS belum menjadi one global accounting standard. Namun
standar ini telah digunakan oleh lebih dari 150-an negara, termasuk Jepang, China, Kanada
dan 27 negara Uni Eropa. Sedikitnya, 85 dari negara-negara tersebut telah mewajibkan
laporan keuangan mereka menggunakan IFRS untuk semua perusahaan domestik atau
perusahaan yang tercatat (listed). Bagi Perusahaan yang go international atau yang memiliki
partner dari Uni Eropa, Australia, Russia dan beberapa negara di Timur Tengah memang tidak
ada pilihan lain selain menerapkan IFRS.
Proses yang panjang tersebut akhirnya menjadi apa yang disebut IFRS, yang
merupakan suatu tata cara bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya
berdasarkan standar yang bisa diterima secara global. Jika sebuah negara beralih ke IFRS,
artinya negara tersebut sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan
membuat perusahaan (bisnis) bisa dimengerti oleh pasar dunia. Namun, beralih ke IFRS
bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan, tetapi mungkin
akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen di dalam perusahaan.

2.2 Laporan Keuangan


Menurut Munawir dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan menyatakan bahwa
laporan keuangan adalah bersifat historis dan menyeluruh sebagai suatu laporan kemajuan
(progress report). Selain itu, dikatakan bahwa laporan keuangan terdiri dari data-data yang
11

merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta-fakta yang telah dicatat (recorded fact),
prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accountung convention and
postulate), serta pendapat pribadi (personal judgement).
Zaki Baridwan menyatakan bahwa Laporan keuangan adalah merupakan ringkasan
dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan, dan transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan. Kemudian, pengertian di dalam
standar akuntansi keuangan, Laporan keuangan adalah merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan dan laporan keuangan lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti
sebagai laporan arus kas), catatan, laporan keuangan lain, dan materi penjelasan yang bagian
integral dari laporan keuangan.
Pada umumnya, laporan keuangan itu terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, serta
laporan perubahan modal, tetapi dalam praktik keseharian sering pula diikut sertakan
kelompok lain yang sifatnya membantu memperoleh penjelasan, seperti laporan sumber dan
penggunaan kas atau arus kas, laporan biaya produksi, dan lain-lain. Oleh karena itu, laporan
keuangan dapat dipakai sebagai alat berkomunikasi dengan pihak-pihak berkepentingan
dengan data keuangan perusahaan, dan karena itulah sering juga disebut sebagai language of
business.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa laporan keuangan merupakan hasil tindakan
pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari empat
laporan dasar, yaitu:

Neraca, menunjukkan posisi keuangan yang meliputi kekayaan, kewajiban serta


modal pada waktu tertentu.

Laporan rugi-laba, menyajikan hasil usaha perusahaan yang meliputi pendapatan dan
biaya (beban) yang dikeluarkan sebagai akibat dari pencapaian tujuan dalam suatu
periode tertentu.

Laporan perubahan modal/laba ditahan, yang memuat tentang saldo awal dan akhir
laba ditahan dalam Neraca untuk menunjukkan suatu analisa perubahan besarnya laba
selama jangka waktu tertentu.

12

Laporan arus kas, memperlihat aliran kas selama periode tertentu, serta memberikan
informasi terhadap sumber-sumber kas serta penggunaan kas dari setiap kegiatan
dalam periode yang dicakup.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
tujuan laporan keuangan adalah Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan.Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan
ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan
dan

kejadian

masa

lalu,

dan

tidak

diwajibkan

untuk

menyediakan

informasi

nonkeuangan.Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen, atau
pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban
manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini
mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam
perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :

Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami peserta dan bentuk serta
istilahnya disesuaikan dengan batas para pengguna;

Relevan

Laporan keuangan dianggap jika informasi yang disajikan didalamnya dapat mempengaruhi
keputusan pengguna;

Keandalan

13

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan
material;

Dapat diperbandingkan

Informasi yang disajikan akan lebih berguna bila dapat diperbandingkan dengan laporan
keuangan pada periode sebelumnya.
HA

: Penerapan IFRS berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan


Keuangan.

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis


Terhitung sejak tahun 2012 Indonesia telah menerapkan IFRS sebagai pengganti
standar pelaporan keuangan lokal.Dalam penerapannya,IFRS akan mempengaruhi laporan
keuangan karena struktur atau susunan standar pelaporan keuangan lokal dengan IFRS
tentunya berbeda.
Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai Pengaruh Penerapan IFRS di
Indonesia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan.Penerapan IFRS di Indonesia sebagai
pengganti sistem akuntansi lokal diduga berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan
dalam suatu perusahaan.

PENERAPAN IFRS

KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN

Gambar 1.Kerangka Pemikiran Teoritis

14

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek yang diteliti itu.Populasi dalam penelitian ini adalah 495 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut .

n=

N
2
1+ N ( d)

Dimana :
N

: Populasi

: Nilai presisi ( ditentukan dalam contoh ini sebesar 90% atau = 0.1 )

: Jumlah sampel

Dari rumus diatas dapat diperoleh :

n=

N
1+ N ( d)2

15

n=

496
2
1+ 496(0,1)

n=

496
4,97

n= 99,798 (dibulatkan menjadi 100)


Berdasarkan hasil dari perhitungan diatas, sampel yang diambil sebanyak 100
responden.

3.2 Jenis Data dan Sumber Data


Jenis jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Kualitatif,yaitu data yang berisi profil perusahaan seperti latar belakang
perusahaan,struktur

organisasinya,tujuanperusahaan,rencana

perusahaan,kebijakan

perusahaan.Data tersebut dapat diperoleh secara lisan ataupun tulisan


2. Data kuantitatif,yaitu data yang berbentuk dokumen daftar atau angka-angka yang
dapat dihitung berupa laporan keuangan perusahaan
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Penelitian ini menggunakan data skunder.Data skunder yaitu data yang di peroleh
peneliti tidak secara langsung,melalui media perantara (diperoleh di catat oleh pihak
lain).Data skunder dalam penelitian ini adalah catatan catatan perusahaan dan lampiran
lampiran serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3 Teknik Sampling


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik systematic
sampling,yaitu metode dimana hanya unsur pertama dari sampel yang dipilih secara acak
sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kajian pustaka.Kajian pustaka
merupakan teknik pengumpulan data melalui teks-teks tertulis maupun soft-copy edition,
seperti buku, ebook, artikel-artikel dalam majalah, surat kabar, buletin, jurnal, laporan atau

16

arsip organisasi, makalah, publikasi pemerintah, dan lain-lain.Data di peroleh dari website
Bursa Efek Indonesia,berupa profil perusahaan dan alporan keuangan.

3.5 Identifikasi Variabel


Ada dua variabel dalam penelitian ini,yaitu variabel independen (bebas) dan variabel
dependen (terikat).
a. Variabel independen merupakan variabel yang bebas tidak di pengaruhi oleh variabel
lain.Variabel independen dalam penelitian ini adalah Penerapan IFRS.
b. Variabel dependen merupakan variabel terikat,yaitu variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen.variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kualitas Laporan
Keuangan.

3.6 Definisi Oprasional Variabel


Definisi Operasional Variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciriciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya: agar peneliti dapat
mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan
konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan
digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diukur, variabel dependen dalam
penelitian ini Kualitas Laporan Keuangan dan variabel independen pada penelitian ini
Penerapan IFRS,adapun variabel variabel penelitiannya adalah sebagai berikut :
3.6.1 Variabel Independen
3.6.1.1 Penerapan IFRS

IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International


Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International
Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar
Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional
Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).
Variabel ini diukur dengan instrumen yang terdiri dari biaya perolehan,biaya kini,nilai
realisasi dan penyelesaian dan nilai sekarang.

17

3.6.1.1.1 Biaya Perolehan

Definisi biaya perolehan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) PSAK No 16


(2002 : 16) menyatakan bahwa, Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada
saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang
siap untuk dipergunakan
3.6.1.1.2 Biaya Kini

Biaya kini (current cost) : aktiva diinilai dalam jumlah kas/setara kas yang seharusnya
dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan
dalam jumlah kas /setara kas yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.
3.6.1.1.3 Biaya Realisasi dan penyelesaian

Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/setllement value) : Aktiva dinyatakan dalam


jumlah kas /setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjuual aktiva dalam
pelepasan normal. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah kas/setara
kas yang tidak didikontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
dalam pelaksanaan usaha normal.
3.6.1.1.4 Nilai Sekarang

Nilai sekarang (present value) : aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di
masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat
memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas
keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

3.6.2 Variabel Dependen


3.6.2.1 Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2004:2) mengemukakan pengertian laporan keuangan


sebagai berikut:
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak
yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut.

18

Variabel ini diukur dengan instrumen yang terdiri dari pengakuan aktiva,pengakuan
kewajiban,pengakuan penghasilan dan pengakuan beban.
3.6.2.1.1 Pengakuan Aktiva

Aktiva diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di
masa depan diperoleh perusahaan dan aktiva tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal. Aktiva tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi dan
manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam perusahaan setelah periode
akuntansi berjalan.
3.6.2.1.2 Pengakuan Kewajiban

Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
{obligation) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
3.6.2.1.3 Pengakuan Penghasilan

Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban
3.6.2.1.4 Pengakuan Beban

Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan
kenaikan kewajiban atau penurunan

3.7 Teknik Analisis


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.7.1 Uji Asumsi Klasik


3.7.1.1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan


asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen
dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak
adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya
19

yaitu 1) dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi, 2) dengan
membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r 2) dengan nilai determinasi secara
serentak (R2), dan 3) dengan melihat nilai eigenvalue dan condition index. Pada pembahasan
ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada
model regresi dan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r 2) dengan nilai
determinasi secara serentak (R2). Menurut Santoso (2001), pada umumnya jika VIF lebih
besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel
bebas lainnya.
3.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance
dari residual satu pengamat ke pengamat lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
(Ghozali, 2011) dalam Arum (2012).
Adapun kaidah pengambilan keputusan adalah apabila penyebaran data scatterplot
tidak teratur dan tidak membentuk pola tertentu ( Naik-turun, mengelompok menjadi satu ),
maka dapat disimpulkan tidak terjadi problem heteroskedastisitas.
3.7.1.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak (Ghozali, 2009) dalam Arum (2012). Model regresi yang baik adalah yang
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Penelitian ini melakukan uji
normalitas melalui Kolmogorov-Smirnov Test, yaitu jika nilai Kormogorov-Smirnov Z tidak
signifikan maka semua

data

yang

ada,

terdistribusi

secara

normal.

Tetapi

jika

Kolmogorov-Smirnov Z signifikan maka semua data yang ada tidak terdistribusi secara
normal.
Uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) ini dengan melihat angka probabilitasnya
dengan ketentuan:
a. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusinya tidak normal.
b. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusinya normal.

20

3.7.1.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi adalah untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel gangguan
sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam model sampel kecil maupun dalam sampel
besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan percobaan d (DurbinWatson). Hasil perhitungan dilakukan pembandingan dengan Ftabel. Kriteria pengujiannya
adalah apabila nilai durbin watson < F tabel, maka diantara variabel bebas dalam persamaan
regresi tidak ada autokorelasi. Demikian sebaliknya.
3.7.2 Regresi Linier Sederhana (Single Regresion)

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami
kenaikan atau penurunan.. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Rumus regresi linear sederhana sebagi berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Kualitas Laporan keuangan (nilai yang diprediksikan)
X = Penerapan IFRS
a

= Konstanta (nilai Y apabila X = 0)

= Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

3.7.3 Uji Hipotesis


3.7.3.1 Uji t (Pengujian Koefisien Regresi Parsial)

Menurut Ghozali (2011) dalam Arum (2012), Uji t menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Uji t digunakan untuk menemukan pengaruh paling dominan
antara masing-masing variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen dengan
tingkat significant level 0,05 (=5%).
Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan).
Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

21

b. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Hal
ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
3.7.3.2 Uji F (Pengujian Arti Keseluruhan Regresi)

Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel bebas
bersama-sama terhadap variabel terikat.
Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu:
a. Taraf signifikasi 0,05 (5%)
b. Bila F hitung > F tabel, maka hipotesis (Ho) ditolak, ini berarti bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara pemanfaatan sunset policy, pelayanan fiskus dan sosialisasi
perpajakan secara bersama-sama terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
c. Bila F hitung < F tabel, maka hipotesis (Ho) diterima, ini berarti bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara pemanfaatan sunset policy, pelayanan fiskus dan
sosialisasi perpajakan secara bersama-sama terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
3.7.3.3 Uji Determinasi (Uji R2)

Uji R2 atau uji determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi,
karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi, atau
dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang
terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan
seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila
nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat
diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R 2 = 1, artinya variasi dari Y secara
keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua titik
pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya suatu
persamaan regresi ditentukan oleh R2 nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu.
Menurut Santoso dalam buku (Priyatno, 2008:81), Adjusted R square adalah R
square yang telah disesuaikan nilai ini selalu lebih kecil dari R square dari angka ini bisa
memiliki harga negatif, bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan
Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi.

22

Daftar Pustaka
Margaretta stepvanny, S. G. (Vol.3 2012). Penerapan IFRS dan Pengaruhnya Terhadap
Keterlambatan Penyampaian Laporan Keuangan.
Rohaeni Dian, a. T. (2010). PENGARUH KONVERGENSI IFRS TERHADAP INCOME
SMOOTHING DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI.
S.Munawir, D. (2010). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Saiful, M. (2011). HARMONISASI STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL DAN
DAMPAK DAN PENERAPAN DARI ADOPSI PENUH IFRS TERHADAP PSAK.
Santy Prima, T. G. (2010). Pengaruh Adopsi IFRS Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.

23

24

Anda mungkin juga menyukai