Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan
cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
masyarakat. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia
harus menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang,
sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka
ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sehingga memerlukan perawatan
lebih lama di rumah sakit.
Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era peningkatan
biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care, perkembangan
teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab langsung, atau
efek langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat untuk menurunkan
biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah berkembang menjadi
masalah yang kompleks dan harus diatasi dengan perhatian yang besar bila salah satu
tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan
keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang
diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan
perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri
Keperawatan Di Rumah Yang Disusun Oleh PPNI dan DEPKES).
Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu
dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi
tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di
rumah memerlukan izin operasional. Berbagai faktor yang mendorong perkembangan
pelayanan keperawatan kesehatan dirumah antara lain : Kebutuhan masyarakat,
perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi
pelayanan kesehatan di rumah.
HOME CARE APENDIKSITIS

Page 1

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana konsep home care ?
2. Bagaimana konsep apendiktomy ?
3. Bagaimana konsep home care pada pasien apendiktomy ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Menjelaskan tentang konsep homecare.
2. Menjelaskan tentang konsep apendiktomy
3. Menjelaskan konsep home care pada pasien apendiktomi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

HOME CARE APENDIKSITIS

Page 2

I. KONSEP HOME CARE


A.

Pengartian Home Care


Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka
panjang (Long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non
profesional yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan kesehatan di rumah yang
merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah suatu komponen rentang
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta memaksimalkan tingkat kemandirian
dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang
sesuai dengan kebutuhan pasien individual dan keluarga, direncanakan, dikoordinasi dan
disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi home care melalui
staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari keduanya (Warhola C,
1980).
Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan keseatan di
rumah adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis yang
terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat gerontologi,
perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah. Berdasarkan definisi di
atas, dapat disimpulkan perawatan kesehatan di rumah adalah :
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan memandirikan klien
dan keluarganya,
Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan melibatkan klien dan
keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan
pelayanan,
Pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek administrasi maupun
aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional dibantu
tenaga non profesional, di bidang kesehatan maupun non kesehatan (Depkes, 2002).

B. Pelayanan keperawatan Home Care

HOME CARE APENDIKSITIS

Page 3

Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan


tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerjasama dengan keluarga
dan tim kesehatan lainnya. Perawatan kesehatan di rumah adalah spektrum kesehatan
yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk
memulihkan ketidakmampuan dan membantu klien yang menderita penyakit kronis
(NAHC, 1994).

Perkembangan Perawatan Kesehatan di Rumah

C.

Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat dalam


sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain
banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa
dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan. Faktor-faktor
yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan di rumah adalah :

Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apabila
dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yang

secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan,
Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus
penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengan
demikian berdampak pada makin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak
lanjut keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami
komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan

waktu relatif lama,


Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan bahwa perawatan
klien yang sangat lama (lebih 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan menjadi beban

bagi manajemen,
Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan
membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan

secara optimal karena terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan,


Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien
dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat

HOME CARE APENDIKSITIS

Page 4

kesembuhan (Depkes, 2002).

D. Tujuan Perawatan Kesehatan Home Care


Perawatan kesehatan di rumah bertujuan :
1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas
hidupnya,
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan dan kecacatan,
3. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,
4. Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang
diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,
5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
E. Ruang Lingkup Keperawatan Home Care
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah dapat di kelompokkan sebagai
berikut :
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan
di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasuskasus khusus yang di jumpai di komunitas.

HOME CARE APENDIKSITIS

Page 5

Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal,


asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa,
dan asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai
dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :
1. Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psikososio- spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan
wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan
melaksanakan tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-tindakan
keperawatan

atau

tindakan-tindakan

pelimpahan

wewenang

(terapi

medis),

memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan evaluasi.


2. Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien,
dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk
perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
3. Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara
berkelompok.
4. Sebagai pembela/pendukung (advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan
keperawatan klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan
memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan
terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien.
5. Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan,
mencangkup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.
F. Jenis Pelayanan Keperwatan Di Rumah
Jenis pelayanan keperawatan di rumah di bagi tiga kategori yaitu :
1. Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling banyak di
laksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu
di rawat di rumah. Individu yang sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan kesehatannya dan mencegah tingkat keparahan sehingga tidak perlu
dirawat di rumah sakit.
HOME CARE APENDIKSITIS

Page 6

2. Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada pomosi dan
prevensi. Pelayanannya mencankup mempersiapkan seorang ibu bagaimana merawat
bayinya setelah melahirkan, pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak,
mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses menua, serta tentang diit mereka.
3. Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada penyakit- penyakit
terminal misalnya kanker, penyakit penyakit kronis seperti diabet, stroke, hipertensi,
masalah- masalah kejiwaan, dan asuhan pada anak.

II. KONSEP APENDIKTOMY


A. Pengertian
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira kira10 cm (4
inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks makanan yang
mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. karena tidak efektif, dan lumennya
kecil, apenddiks cenderung tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (Smeltzer
& Bare, 2002)
Apendisitis merupakan penyakit bedah minor yang sering terjadi usia remaja dan
dewasa muda. Kejadian ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan
berserat dalam menu sehari hari (Lindseth , 2005)
Appendiktomi merupakan pengangkatan apendiks terinflamasi, dapat dilakukan
pada

pasien

rawat

jalan

dengan

menggunakan

pendekatan endoskopis.

Adanya perlengketan multipel, posisi reteroperitonial dari apendiks, atau robek


perlu dilakukan prosedur pembukaan (Doenges, 2000).
B. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendiks akut dan apendiks kronik
a. A pe n di s i t i s A ku t
Apendisitis akut sering timbul dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun
tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala apendisitis akut adalah nyeri
samar-samar dan tumpul, nyeri visceral didaerah epigastrium di sekitar umbilikus.
Keluhan ini sering di sertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu
HOME CARE APENDIKSITIS

Page 7

makan menurun dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke
titik McBurney. Di sini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya.
Sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
b. Apendisitis K ron i k
Diagnosis apendiksitis kronik baru dapat di tegakkan jika di penuhi semua
syarat: riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik
apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan

menghilang

setelah apendiktomi. Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis


menyeluruh dinding

apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks,

adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan sel inflamasi kronik.
Insidens apendiksitis kronik antara 1-5 %.(Sjamsuhidajat, 2004).

C. Etiologi
Apendiksitis menurut Sjamsuhidajat ( 2004 ) merupakan infeksi bakteri yang disebabkan
oleh obstruksi atau penyumbatan akibat :
a.
b.
c.
d.
e.

Hiperplasia dari folikel limfoid


Adanya fekalit dalam lumen appendiks
Tumor appendik
Adanya benda asing seperti cacing askariasis
Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.

D. Patofisiologi
Apendisitis

biasanya

disebabkan

oleh

penyumbatan

lumen apendiks

oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan
mukus

yang

sebelumnya,
diproduksi

atau

neoplasma. Obstruksi

tersebut

menyebabkan

mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus

tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan


sehingga menyebabkan

peningkatan tekanan intralumen. Tekanan

yang

meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,


diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendiks akut
fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut,
HOME CARE APENDIKSITIS

Page 8

tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabakan obstruksi vena,
edema bertambah, dan bakteri akan menembus dingin peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat, sehingga meninmbulkan nyeri di daerah
kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supraktif akut.
Bila aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiksyang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang
(Price, 2005).

E. Manifestasi Klinik
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat (Sjamsuhidajat, 2004).
Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila
dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai. Derajat nyeri tekan,
spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya
infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan
nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal, bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda
ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan
bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan
pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila
apendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar. distensi abdomen terjadi akibat
ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk.

HOME CARE APENDIKSITIS

Page 9

Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tandatanda tersebut dapat sangat meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau proses
penyakit lainya. pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai ia mengalami ruptur
apendiks. Insidens perforasi pada apendiks lebih tinggi pada lansia karena banyak
dari pasien pasien ini mencari bantuan perawatan kesehatan tidak secepat klienklien lebih muda (Smeltzer & Bare,2002).
Pembedahan

di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.

Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesik dapat


diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin
untuk menurunkan risiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi
umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang
merupakan metode baru yang sangat efektif (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut long (1996), tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan dalam beberapa
jenis menjadi 4 yaitu :
a. Menurut lokasinya tindakan pembedahan dapat dilaksanakan eksternal atau
internal, selain itu juga dapat dilaksanakan sesuai dengan sistem tubuh seperti bedah
cardiovaskuler, thorak.
b. Menurut luas jangkuanya tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan sebagai
bedah minor (kecil) atau mayor (besar)
c. Menurut tujuanya tindakan pembedahan dapat diklasifikan sebagai bedah
diagnostik kuratif, paliatif .
d. Menurut prosedur pembedahan kebanyakan prosedur bedah diklasifikasikan
dengan memberikan kata kata pada lokasi pembedahan sesuai dengan tipe tipe
pembedahan antara lain ektomi (pengakatan organ ), thapy (penjahitan ), ostomi
(mebuat lubang ), plasti (perbaikan menurut bedah plastik ).

F. Komplikasi
Komplikasi

utama

apendisitis

adalah

perforasi

apendiks,

yang

dapat

berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10%-32%.


Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam

HOME CARE APENDIKSITIS

Page 10

0
setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu37,7 C atau lebih tinggi,
penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer &
Bare, 2002).

III. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDIKTOMY


1) Pengkajian
Pengkajian pola fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pandangan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pentingnya kesehatan
bagi pasien dan keluarga serta upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi
masalah kesehatanya.
b. Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat
mengganggu lamanya kenyamanan pola tidur pasien
c. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas pasien dengan apendiktomi biasanya terjadi

pembatasan aktivitas

akibat rasa sakit pada luka post operasi sehingga keperluan pasien harus dibantu.
d. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan penderita tidak bisa peran baik dalam keluarga dan
masyarakat, penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
e. Pola sensori dan kognitif
Pada penderita apendiktomi biasa pasien merasakan nyeri

abdumen kuadran

kanan bawah.
f. Pola penanggulan stress
Kebiasan pasien yang digunakan untuk menangani masalah
g. Pola eliminasi
Urine akibat penurunan daya konraksi kandung kemih rasa nyeri atau karena tidak
biasa buang air kecil ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine.
h. Pola nutrisi dan metabolik
Pasien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat pembatasan
masukan makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali normal.
i. Pola terhadap kelurga
Perawatan dan
pengobatan memerlukan biaya yang banyak
yang
harus ditanggung oleh keluarga juga perasaan cemas keluarga terhadap
pasien.
j. Pola nilai dan kepercayaan
HOME CARE APENDIKSITIS

Page 11

Bagaimana keyakinan pasien terhadap agamanya, dan bagaimana pasien


mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit .bedah minor (kecil) atau mayor (besar).

2) Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan (Doenges
2000).
b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer terhadap
luka Post operasi dimulai dengan tidak diterapkannya adanya tanda dan gejala
yang membuat diagnosa atual (Doenges, 2000).
c. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangn volume cairan
e.

3) Intervensi dan Rasional


a. Gangguan
rasa

nyaman

nyeri

berhubungan

dengan kerusakan

jaringan
Tujuan : Nyeri dapat berkurang
KH : Nyeri hilang / terkontrol, pasien tampak rileks. intervensi
1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10)
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat kemajuan penyembuhan.
Perubahan pada karateristik nyerimenunjukan terjadinya abses/peritonitis.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
Rasional : Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi
terlentang.
3) Berikan aktivitas hiburan
Rasional : meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping
4) Kolaborasi pemberian analgetik
5) Rasional : Menghilangkan dan mengurangi nyeri.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan pertahanan primer.
HOME CARE APENDIKSITIS

Page 12

Tujuan : Tidak terjadi infeksi


KH : Tidak ditemukan tanda-tanda dan gejala infeksi
Intervensi
1) Monitor tanda-tanda infeksi
Rasional : Dengan adanya infeksi atau terrjadinya sepsis, abses, Peritonitis
2) Observasi tanda dan gejala infeksi
Rasional : Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi
3) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang aseptik
Rasional : Menurunkan resiko penyebaran bakteri
4) Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Rasional :Mungkin diberikan secara profilatik atau menurunkan jumlah
organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menunjukkan
penyebaran dan pertumbuhan pada rongga abdomen.
c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, dan potensial
komplikasi.
KH : Berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1) Kaji ulang mengenai pembatasan aktivitas
Rasional : Memberikan informasi pada pasien dengan merencanakan kembali
rutinitas tanpa menimbulkan masalah.
2) Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik
Rasional : upaya intervensi menurunkan resiko komplikasi
3) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat
Rasional : mencegah kelemahan, meningkatkan penyubatan dan perasaan sehat,
mempermudah kembali aktivitas
4) Diskusikan perawatan insisi termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi dan
kembali ke dokter untuk mengakat jahitan / pengikat
Rasional : pemahaman meningkatkan kerjasama
meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan.

HOME CARE APENDIKSITIS

Page 13

dengan

program

terapi,

d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangn volume cairan


Tujuan : keseimbangan cairan dan elektrolit.
KH : kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik, tanda tanda vital stabil dan
secara individual haluaran uriene adekuat
Intervensi :
1) Awasi TD dan nadi
Rasional : tanda yang membantu mengidentifikasikan fluktasi volume intravaskuler
2) Lihat membran mukosa : kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
Rasional : indikator keadekuatan sirkulasi perifer
3) Awasi masukan dan haluaran : catat warna urine / konsetrasi, berat jenis
Rasional : penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga
dehidrasi / kebutuhan peningkatan cairan
4) Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai, dan
lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
Rasional : menurunkan iritasi gaster / muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan

HOME CARE APENDIKSITIS

Page 14

BAB III
STUDI KASUS

PERAWATAN HOMECARE POST APENDIKTOMI


CONTOH KASUS
Ny. L usia 37 tahun, mengalami apendiksitis. Klien di bawa ke Rumah Sakit untuk
dilakukan tindakan operasi apendiktomi. Setelah itu klien dibawa ke ruang Rawat Inap Bedah
Umum. Setelah dirawat selama 3 hari, klien sangat ingin keluar dari Rumah Sakit. Akhirnya
keluarga meminta kepada Dokter untuk melakukan perawatan selanjutnya di rumah. Dokter pun
mengijinkan klien untuk pulang dengan saran dilakukan perawatan di rumah oleh perawat Home
Care. Dokter pun memberikan special order untuk kebutuhan keperawatan pasien tersebut yaitu
menjaga luka tetap kering, obat-obat anti nyeri dan anti infeksi yang ditulis dalam resume
pemulangan klien.
Besok harinya perawat home care datang ke rumah klien untuk melakukan pengumpulan
data.
Pendahuluan
Perawatan pasien post apendiktomi sangat dianjurkan karena pengobatan dan perawatan post
apendiktomi memerlukan waktu yang cukup lama.

A. Assesment
HOME CARE APENDIKSITIS

Page 15

Perawat mengunjungi rumah pasien untuk melakukan beberapa intervensi dan melakukan
pengkajian
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composentis
Vital sign
TD
: 130/80 mmHg
N
: 80 x/menit
RR
: 20x/menit
2. Pemeriksaan Abdomen
Tampak luka post apendiktomi pada abdomen kanan bagian bawah dengan panjang
5cm.
Tidak terdapat pembengkakan disekitar luka operasi
Kulit teraba hangat didaerah luka operasi

B. Diagnosa Keperawatan
(Individu)

Resiko Infeksi berhubungan dengan luka post operasi apendiktomi

(Keluarga)

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi mengenai


perawatan di rumah

Kebutuhan perawatan pasien di rumah


Kebutuhan perawatan pasien yang dapat dilakukan di rumah
1. Perawatan luka post op apendiktomi 2 hari sekali
2. Pendidikan kesehatan tentang perawatan pasien selama di rumah, serta tentang nutrisi
yang diperlukan untuk mempercepat penyembuhan luka post operasi
Perawat memberikan inform consent kepada keluarga mengenai hal-hal yang perlu
dilakukan dirumah dalam perawatan pada pasien.

Tujuan
Individu
HOME CARE APENDIKSITIS

Page 16

Tujuan Jangka Panjang


1. Luka sembuh tanpa infeksi
2. Bebas dari rasa nyeri setelah luka sembuh

Tujuan jangka Pendek


1.
2.
3.
4.
5.
6.

TTV dalam batas normal


Klien tampak tenang
Klien dapat melakukan teknik nonfarmakologi pengatasan nyeri: napasa dalam
Luka bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi
Nyeri terkontrol atau teradaptasi dengan skala nyeri 0-1 (0,1)
Klien mengatakan nyerinya berkurang

Keluarga
Tujuan Jangka Panjang
Keluarga dapat turut serta melakukan perawatan secara mandiri
Tujuan jangka pendek
Keluarga dapat membantu perawatan dengan pengawasan.
C. Catatan Kegiatan
Menyampaikan salam terapeutik

Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga


Mengkaji keluhan yang dirasakan saat ini
Menjelaskan mengenai tujuan serta prosedur tindakan yang akan dilakukan
Melakukan tindakan perawatan kepada klien:
Melakukan perawatan luka post op apendiksitis kepada klien

Melakukan pendidikan kesehatan kepada klien mengenai perawatan yang perlu dilakukan
dirumah: melakukan perawatan luka post op ORIF dan nutrisi yang diperlukan untuk
mempercepat proses penyembuhan luka post operasi.

Mengevaluasi keluarga terhadap tindakan yang telah dilakukan


Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
Mendiskusikan mengenai rencana perawatan selanjutnya yang akan dilakukan
Keluarga melakukan perawatan luka dengan bimbingan perawat

BAB IV
HOME CARE APENDIKSITIS

Page 17

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era peningkatan
biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care, perkembangan
teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab langsung, atau
efek langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat untuk menurunkan
biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah berkembang menjadi
masalah yang kompleks dan harus diatasi dengan perhatian yang besar bila salah satu
tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan
keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang
diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan
perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri
Keperawatan Di Rumah Yang Disusun Oleh PPNI dan DEPKES).
Apendisitis merupakan penyakit bedah minor yang sering terjadi usia remaja dan
dewasa muda. Kejadian ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan
berserat dalam menu sehari hari (Lindseth , 2005).
B. SARAN
Perawatan orang sakit bukan hanya dilakukan di rumah sakit namun bisa juga
dilakukan di rumah, namun perawatannya tidak seditail yang dilakukan di rumah sakit. Dan
perawatan di rumah juaga tidak semua penyakit atau gangguan yang bisa dilakukan
perawatannya. Hanya ada beberapa penyakit misalnya seperti perawatan post op apendiksitis
dengan cara merawat luka bekas operasi pasien.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Dan penulis juga
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna jadi di sarankan untuk pembaca untuk
memberikan keritik atau saran untuk makalah ini.

HOME CARE APENDIKSITIS

Page 18

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2000). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Lindseth, G. N. (2005). Gangguan Usus Halus Dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Long, C. B. (1996). Estial Of Medical Surgical Nursing:A nursing Proces Approac
Terjemahan Karnean. Bandung: Yayasan IAPK. Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Nelson. D. L.(1999), Individual.adjust ment to information driven tecnologies: A
critical riview. MIS Quertervy, 14(1).79-98
Price. S. A, Wilson, L. M.(2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Edisi 6.
Volume 1. Alih Bahasa Brahm U, Pendit, editor Huriawati Hartanto, Jakarta:EGC.
Sjamsuhidajat, d. J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, C. S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Syaifudin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.

HOME CARE APENDIKSITIS

Page 19

Anda mungkin juga menyukai