Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional yang multi dimensi secara pengelolaannya
melibatkan segenap aparat pemerintahan, baik ditingkat pusat maupun
ditingkat daerah bahkan sampai ditingkat desa. Komponen atau aparat
dimaksud

hendaknya

memiliki

kemampuan

yang

optimal

dalam

pelaksanaan tugasnya. Tepatlah kiranya jika wilayah desa menjadi sasaran


penyelenggaraan aktifitas pemerintahan dan pembangunan, mengingat
pemerintahan desa merupakan basis pemerintahan terendah dalam struktur
pemerintahan Indonesia yang sangat menentukan bagi berhasilnya ikhtiar
dalam Pembangunan nasional yang menyeluruh.
Mengingat kompleksnya aspek-aspek atau bidang yang hendak
dibangun ditingkat pemerintahan terendah tersebut, maka salah satu aspek
yang terlebih dahulu perlu dibangun adalah peningkatan kemampuan aparat
pemerintah desa dalam pelaksanaan tugas-tugas administrasi pemerintahan,
disamping memperkuat partisipasi masyarakat dan kelembagaannya serta
aspek-aspek lainnya.
Hal tersebut sangat penting, karena pemerintah desa beserta
aparatnya adalah sebagai administrator penyelenggara utama aktifitas
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan maupun sebagai pembina
ketentraman dan ketertiban di wilayah kekuasaannya. Karena itu, peranan
mereka demikian penting dan banyak menentukan maju mundurnya suatu
unit pemerintahan. Oleh sebab itu diperlukan aparat desa yang benar-benar

mampu dan dapat bekerjasama dalam pelaksanaan tugas yang menjadi


tanggung jawabnya.
Keberadaan aparat desa yang juga diserahi tugas dibidang
administrasi, menduduki posisi yang sangat penting karena sebagai organ
pemerintahan yang paling bawah mengetahui sacara pasti segala kondisi dan
permasalahan yang ada di wilayahnya, maka input pada pemerintah
kecamatan yang menyangkut berbagai keterangan dan informasi sangatlah
dibutuhkan dalam pengambilan kebijaksanaan daerah maupun nasional
untuk kebutuhan pembangunan secara menyeluruh.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa merupakan Undang-Undang yang telah dinantikan oleh segenap
masyarakat desa tak terkecuali perangkat desa selama 7 tahun. Tepatnya,
Rabu 18 desember 2013, Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentang Desa
disahkan menjadi UU Desa. Kemudian pada 15 januari 2014, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menandatangani guna mengesahkan UU
tersebut.
Pada UU Desa ini, terdapat poin yang memang sudah dicanangkan
sekitar 7 tahun lamanya. Yaitu, adanya aturan yang membahas terkait
alokasi anggaran untuk desa. Di dalam penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang
keuangan desa. Jumlah alokasi anggaran yang langsung ke desa, ditetapkan
sebesar 10 persen dari dan di luar dana transfer daerah dengan
mempertimbangkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah,
kesulitan geografi.
Dengan adanya dana alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) tersebut, tentu diharapkan pembangunan di desa semakin

baik dan mampu menyejahterakan masyarakat desa dengan pemanfaatan


dana alokasi secara maksimal. Jika mampu mengelola dengan baik dan
bijaksana, maka bukan hal yang mustahil jika masyarakat desa yang berada
di garis kemiskinan dapat berkurang dan mungkin saja dapat bersaing
dengan masyarakat desa lainnya atau bahkan masyarakat global secara
umumnya.
Pada perangkat desa seperti kepala desa juga tidak luput dari
pembahasan dalam UU Desa. kepala desa menurut UU Desa pasal 26 ayat
1,

bertugas

menyelenggarakan

pemerintahan

desa,

pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Pada pasal yang


sama di ayat 3 huruf c, dijelaskan bahwa kepala desa menerima penghasilan
tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya yang sah, serta
mendapat jaminan kesehatan. Selain itu, segala hal yang berhubungan
dengan kepala desa, baik itu tugas, wewenang, larangan, hingga masa
jabatan seorang kepala desa, juga tertuang di UU Desa. Pada jajaran
perangkat desa lainnya, seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga
diberikan penjelasan-penjelasan terhadap seperti apa fungsi BPD, tugastugasnya, wewenang, kewajiban, hingga larangan-larangan yang tidak boleh
dilakukan oleh BPD.
Secara umum, UU Desa telah menjabarkan secara sistematis dan
mampu memberikan hak-hak pada setiap desa di Indonesia untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada di desanya. Dengan adanya UU
ini, maka setiap desa dapat menyejahterakan masyarakatnya sesuai dengan
prakarsanya pada masing-masing desa. Adanya UU ini juga menjadi dasar

hukum yang sangat berarti bagi setiap desa, karena UU ini bisa dijadikan
sebagai dasar pijakan dalam menjalankan pembangunan-pembangunan di
desa. Maka, kelebihan UU Desa yang paling terlihat adalah telah adanya
dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia.
Dengan demikian aparat desa dalam pelaksanaan tugasnya seharihari, terutama yang berbuhungan dengan penyajian data dan informasi yang
dibutuhkan, semakin dituntut adanya kerja keras dan kemampuan yang
optimal guna memperlancar pelaksanaan tugas pemerintahan.
Berangkat dari pemikiran tersebut, dikaitkan dengan kondisi rill
sementara aparat Desa Salimbatu Kecamatan Tanjung Palas Tengah
Kabupaten Bulungan, sebagai tempat penelitian yang direncanakan ini,
menurut pengamatan awal penulis, menunjukkan bahwa kemampuan aparat
Desa Salimbatu dalam pelaksanaan tugas terutama dalam menyiapkan bahan
dan

informasi

yang

dibutuhkan

untuk

kepentingan

perencanaan

pembangunan, hasilnya masih minim atau belum terlaksana secara optimal.


Hal ini terbukti dari pelaksanaan tugas-tugas administrasi yang tidak
terlaksana dengan baik dan konsisten sesuai ketentuan, baik administrasi
umum, administrasi penduduk, maupun administrasi keuangan.
Belum tersedianya informasi atau pencatatan administrasir secara
baik sebagaimana tersebut diatas, maka hal itu terjadi karena adanya
pengaruh berbagai faktor, antara lain terutama faktor kemampuan sumber
daya aparat desa sebagai penyelenggara yang belum optimal. Dalam konteks
penyelenggaraan pemerintahan desa yang terpenting adalah bagaimana
pemerintahan desa mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat desa, dan mampu meningkatkan

daya saing desanya. Hal tersebut hanya mungkin terwujud apabila urusan
yang menjadi kewenangan desa dapat terlaksana dengan baik. Tidak dapat
dipungkiri, bahwa dalam implementasinya terdapat berbagai permasalahan
yang langsung maupun tidak langsung menghambat pelaksanaan urusanurusan pemerintahan tersebut.
Kapasitas yang masih rendah merupakan bagian dari permasalahan
yang ditunjukkan di lapangan. Diantaranya masih belum optimalnya aspek
kelembagaan, sumberdaya manusia, maupun manajemen pemerintahan
desa. Sumberdaya manusia yang dimaksud diantaranya adalah pendidikan
aparat Desa yang berjumlah 7 orang dengan ijazah SLTA. Meskipun dalam
Undang undang tidak mengharuskan aparat desa berpendidikan Sarjana,
namun dalam penjabarannya aparat desa minimal sekurang kurangnya
berpendidikan SLTA, artinya semakin tinggi pendidikan seseorang maka
sumberdaya manusianya juga sangat mendukung.
Pada tahun 2008 Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah, telah
melaksanakan Kajian Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa, kajian ini
telah menghasilkan cetak biru (blueprint) yang memuat strategi-strategi
penyelesaian masalah (problem solving) penyelenggaraan pemerintahan
desa dan menyusun modul-modul peningkatan kapasitas pemerintahan desa.
Lebih lanjut modul-modul tersebut merupakan hasil identifikasi aspek
kapasitas yang perlu ditingkatkan yaitu Perencanaan & Penganggaran Desa,
Keuangan Desa, Penyusunan Kebijakan Desa, Kepemimpinan Kepala Desa
dan Manajemen Pelayanan Desa.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, menurut penulis tertarik
untuk mengkaji lebih mendalam. Oleh karena itulah penulis mengajukan

judul proposal penelitian Upaya Peningkatan Kemampuan Aparat Desa


dalam Pelaksanaan Tugas Administrasi Pemerintah di Desa Salimbatu
Kecamatan Tanjung Palas Tengah Kabupaten Bulungan .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, yang
menjadi pokok masalah dalam pembahasan ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah upaya peningkatan kemampuan aparat desa dalam
pelaksanaan tugas administrasi pemerintahan di Desa Salimbatu
Kecamatan Tanjung Palas Tengah Kabupaten Bulungan ?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi upaya
kemampuan

aparat

desa

dalam

pelaksanaan

tugas

peningkatan
administrasi

pemerintahan di Desa Salimbatu Kecamatan Tanjung Palas Tengah


Kabupaten Bulungan?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui upaya peningkatan kemampuan aparat desa dalam
pelaksanaan tugas administrasi pemerintahan di Desa Salimbatu
Kecamatan Tanjung Palas Tengah Kabupaten Bulungan.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan
kemampuan aparat Desa dalam pelaksanaan tugas administrasi
pemerintahan di Desa Salimbatu Kecamatan Tanjung Palas Tengah
Kabupaten Bulungan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan sebagai :
a. Bahan informasi dan kontribusi pemikiran kepada pemerintah Desa
Salimbatu

dan

masyarakat

serta

kepada

semua

pihak

yang

berkepentingan dalam upaya meningkatkan pelaksanaan tugas-tugas

administrasi desa dan terutama tugas dibidang pencatatan register yang


terpenting bagi kebutuhan pembangunan.
b. Bahan perbandingan dan informasi awal bagi peneliti lain yang hendak
mengkaji secara mendalam tentang pelaksanaan tugas-tugas administrasi
desa pada umumnya dan register desa pada khususnya.

Anda mungkin juga menyukai