TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi
: Spermatophyta
Subkelas
: Arecidae
Ordo
: Arecales
Family
: Arecaceae
Genus
: Phoenix
Spesies
: Phoenix dactilyfera L
Buah kurma memiliki karakteristik bervariasi, antara lain memiliki berat
dua hingga enam puluh gram, panjang tiga sampai tujuh sentimeter, konsistensi
lunak sampai kering, berbiji dan berwarna kuning kecoklatan, coklat gelap dan
kuning kemerahan (Sucipto, 2010).
beberapa
stadium.
Terdapat
lima
stadium
pertumbuhan
dan
sering sakit karena kurangnya sel darah putih, kelainan kulit dan pencernaan,
diare, dan gangguan emosi (Kristanti, 2010).
2.7 Spektrofotometri Serapan Atom
2.7.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk
mendeteksi atom-atom logam dalam
fase
gas.
mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi atomatom logam berbentuk gas yang digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam
dalam sampel (Bender, 1987).
Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsurunsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara
analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak
tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok
untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas
deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya
sedikit. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi radiasi
oleh atom-atom netral dalam bentuk gas (Rohman, 2007).
Proses yang terjadi ketika dilakukan analisis dengan menggunakan
spektrofotometri serapan atom yaitu penyerapan energi radiasi oleh atom-atom
yang berada pada tingkat dasar. Atom-atom tersebut menyerap radiasi pada
panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat atom tersebut. Sebagai contoh
plumbum menyerap radiasi pada panjang gelombang 283,3 nm, kadmium pada
228,8 nm, magnesium pada 285,2 nm, natrium pada 589 nm, sementara kalium
menyerap pada panjang gelombang 769,9 nm. Dengan menyerap energi, maka
atom akan memperoleh energi sehingga atom pada keadaan dasar ditingkatkan
menjadi ke tingkat eksitasi. Akibatnya akan diperoleh radiasi. Garis-garis
spektrum disebut garis-garis resonansi (Resonance line). Garis-garis ini akan
dibaca dalam bentuk angka oleh Readout (Rohman, 2007).
Kelemahan spektrofotometri serapan atom adalah sampel harus dalam
bentuk larutan dan satu lampu katoda hanya digunakan untuk satu unsur saja
(Fifield, 1983).
Adapun instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai
berikut:
azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi
uap atom-atomnya, yaitu:
1. Dengan nyala (Flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk
uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala
tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya
sebesar 22000C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang
paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar,
sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Rohman, 2007).
2. Tanpa nyala (Flameless)
Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil
sedikit (hanya beberapa l), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung
tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik
pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi
atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari
lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang
memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Rohman, 2007).
c. Monokromator
Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum
sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis (Rohman,
2007).
d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat
pengatoman (Rohman, 2007).
e. Amplifier
Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima dari
detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Rohman, 2007).
f. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
pencata hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang
menggambarkan absorbansi atau intensitas radiasi (Rohman, 2007).
2.8 Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,
2004). Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa
parameter kinerjanya cukup mampu mengatasi problem analisis (Rohman, 2007).
2.8.1 Kecermatan (accuracy)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).
Perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo
(eksipien obat, cairan biologis) kemudian ditambahkan analit dengan konsentrasi
tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan),
kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi (Harmita, 2004).
Tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel plasebo, maka dapat
dipakai metode adisi. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan
sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu
dianalisa dengan metode tersebut (Harmita, 2004).
2.8.2 Keseksamaan / Ketelitian (precision)
Ketelitian adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata rata jika
prosedur ditetapkan secara berulang pada sampel yang diambil dari campuran
yang homogen. Ketelitian diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku
relatif (koefesien variasi). Ketelitian dapat dinyatakan sebagai keterulangan
(repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Keterulangan adalah ketelitian
metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan
dalam interval waktu yang pendek (Harmita, 2004).
2.8.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko.
Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan
parameter pada analisa renik dan diartikan sebagai kuantitasi terkecil analit dalam
sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).
2.8.4 Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).
2.8.5 Linearitas dan rentang
Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,