Anda di halaman 1dari 13

MODUL 2 SKENARIO 2

KESEHATAN LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA

NAMA

: ZUHRA AN NISA

NIM

: J111 13 505

KELOMPOK

: 5 (LIMA)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

Modul 2 skenario 2
Kata kunci :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tanpa memerhatikan keselamatannya


Belum dilengkapi amdal
Efek yang ditimbulkan amdal
Perusahaan industry bahan cetak gigi
Belum mempunyai jamsostek
Upah/gaji dibawah standar
Sekelilingnya terdapat perumahan penduduk
Bekerja dengan giat atau serius
Penduduk mulai resah

Pertanyaan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Factor apa yang mempengaruhi K3?


Apa saja problematika kesehatan lingkungan?
Jelaskan macam-macam resiko limbah praktek dalam masyarakat!
Apa yang dimaksud dengan kesehatan lingkungan?
Apa saja indikator kesehatan lingkungan?
Apa yang dimaksud dengan K3?
Jelaskan upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika kesehatan
lingkungan dan k3 pada perusahaan tersebut!
8. Jelaskan pengaruh perkembangan social ekonomi dengan perkembangan
kesehatan lingkungan!
9. Apa penyebab kecelakaan kerja?
10.Bagaimana standarisasi K3?
11.Jelaskan UUD K3!
12.Bagaimana cara mengevaluasi factor bahaya dalam lingkungan kerja?
13.Jelaskan tujuan dan sasaran K3!
Jawab :
1. Faktor yang mempengaruhi K3
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja :
- Faktor Individu
1) Penggunaan miras dan alcohol dalam bekerja
2) Trauma insident hidup
3) Karateristik individu
4) Merokok
5) Responsibility ( Tanggung Jawab)
Semaikin tinggi jabatan seorang karyawan dalam suatu perusahan,
semakin besar pula tanggung jawab yang diembannya. Seorang CEO,
sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan, mengeban tanggung jawab
paling besar terhadap kelangsugan usaha perusahan. Semakin tinggi
tanggung jawab yang diemban oelh seorang, semakin tinggi pula proteksi
yang diberikan oleh perusahaan.
6) Skill (Keahlian)

Untuk kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan membutuhkan


karyawan yang memiliki keahlian khusus. Misalnya, untuk bidang
informasi, perusahaan membutuhkan tenaga akhli dibidang informasi
teckhnologi yang menguasai teknologi computer. Keahlian mereka sangat
spesifik,sehingga untuk mempertahankan agar mereka tetap bekerja di
perusahaan tersebut, perusahaan menerapkan program proteksi yang
layak dan bahkan kadang kadang diatas rata rata yang mampuh
diberikan pesaing. Program proteksi yang diterapkan kepada pekerja yang
memiliki keahlian khusus akan lebih tinggi dibangingkan dengan pekerja
yang tidak memerlukan keahlian khusus, misalnya pekerja administrasi
7) Mental Effort (kerja Otak / Mental)
Karyawan yanglebih mengandalkan kemapuan kerja otak atu mental,
misalnya analis, programmer, marketer, atau akuntan. Kelas pekerja
seperti ini sering disebut dengan White Collar kelas pekerja ini biasanya
memeperoleh tingkat proteksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas pekerja yang lebih mengandalkan kekuatan fisik (Blue Collar).
8) Physical Effort (Kemampuan Fisik)
9) Karyawan yang lebih mengandalakan kekuatan fisik (Blue Collar),
misalnya satuan pengaman (Satpam), petugas kebersihan atau pekerja
bangunan. Biasanya proteksi yang diberikan oleh perusahaan kepada
mereka lebih difokuskan dalam bentuk perlindungan atas keselamatan
kerja.
10)
Work Condition (Kondisi Kerja)
Kondisi kerja yang diharapkan oleh pekerja untuk satu bidang industri
sering kali berbeda. Sebagai contoh, kondisi kerja bagi pekerja dibidang
perminyakan, yang bekerja di lepas pantai akan berbeda dengan kondisi
kerja di darat. Semakin berat kondisi kerja yang dihadapi oleh pekerja,
semakin tinggi program proteksi yang diterapkan.
Faktor Organisasi
1) Seleksi karyawan
2) Design peralatan
3) Absensi dan keselamatan
4) Komitmen managemen keselamatan
5) Pelatihan keselamatan
6) Government Rule (Peraturan Pemerintah)
Pemerintah sebagai regulator biasanya membuat peraturan yang
mengharuskan pengusaha atau perusahaan untuk memberikan
perlindungan yang memadai bagi pekerja. Sebagai contoh, pemerintah
mengaharuskan perusahaan memberikan perlindungan bagi pekerja
melalui jaminan asuransi tenaga kerja atu yang dikenal dengan
jamsostek. Melalui jaminan asuransi tersebut, pekerja yang di PHK,
pekerja yang mengalami kecelakaan selama bekerja, atau yang sakti akan
memperoleh santunan yang layak dari pihak asuransi. Selain itu,
pemerintah juga mewajibkan perusahaan untuk memberikan hak cuti bagi
penyegaran fisik dan mental pekerja.

2. Problematika kesehatan lingkungan


Masalah kesehatanlingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinya dibutuhkan integras dari berbagai sector terkait. Di Indonesia
permasalahan dalam kesehatan lingkungan antara lain:
a. Air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untukkeperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Syarat-syarat kwalitas air bersih diantaranya adalah sebagai
berikut:
- Syarat fisik: tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
- Syarat kimia: Kadar besi: maksimum yang diperbolehkan 0,3 ml/liter,
kesadahan (maks:500 ml/liter)
- Syarat mikrobiologis: Koliform tinja/total koliform (maks 0/100 ml air)
b. Kotoran atau tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut:
Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
Tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benarbenar diperlukan harus dibatasi seminimal mungkin.
Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal
c. Kesehatan Pemukiman
Secaraumumrumahdapatdikatakansehatapabilamemenuhikriteriasebagaiber
ikut:
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu: pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisikan yang mengganggu.
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu: privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antara anggota keluarga dan penghuni rumah.
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah
rumah tangga, bebas vector penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang
tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi.
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
garis sempa dan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, dan tidak
mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir.
d. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan
faktor-faktor atau unsur berikut:

Penimbunan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah


adalah jumlah penduduk dan kepadatannya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan/tingkat sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan
kemajuan teknologi.
Penyimpanan sampah
Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
Pengangkutan
Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat
mengetahui hubungan dan urgensinya, masing-masing unsur tersebut agar
dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
e. Serangga dan binatang pengganggu
Binatang yang dapat menular penyakit misalnya anjing dapat menularkan
penyakit rabies. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit
penyakit kemakanan sehingga menimbulkan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkan dari kencing
telah terinfeksi bakteri penyebab.
f. Makanan dan Minuman
Secara hyginesanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah
makan, jasa boga dan makanan jajanan. Persyaratan hyginesanitasi
makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :
Persyaratan lokasi dan bangunan
Persyaratan fasilitas sanitasi
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
Persyaratan bahan makanan dan bahan makanan jadi
Persyaratan pengelohan makanan
g. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran
tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi
indoor air pollution dan outdoor air pollution. Indoor air pollution merupakan
problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll.
Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang
sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan
ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan
bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya
infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenai masalah outdoor pollution atau pencemaran udara di luar
rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan
peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko
dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota
dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih
besar.
Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih
buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian
atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya

infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual


penerbangan, terganggunya ekologi hutan.
3. macam-macam resiko limbah praktek dalam masyarakat
Pengolahan, Pemusnahan dan pembuangan Akhir limbah padat
1) Limbah infeksius dan benda tajam
Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen
infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan
panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin.
Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.
Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan dan
dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi
juga cocok untuk benda tajam.
Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuaang ke
tempatpenampungan B3 atau di buang ke landfill jika residunya sudah
aman.
2) Limbah Farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator
pirolitik(pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary
landfill,dibuang ke sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi dalam jumlah
besar harusmenggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary
kli, kapsulisasidalam drum logam, dan inersisasi.
3) Limbah Sitotoksik
Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang
denganpenimbunan (landfiil) atau saluran limbah umum.
Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena
kadaluarsaharus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada
insinerator dan diberiketerangan bahwa obat tersebut sudah
kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.
Insinerasi
pada
suhu
tinggi
sekitar
1200C
dibutuhkan
untukmenghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu
rendah dapatmenghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.
Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia,
kapsulisasiatau inersisasi dapat di pertimbangkan sebagai cara yang
dapat dipilih.
4) Limbah bahan kimiawi
Pembuangan limbah kimia biasa.
Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam,
dangula tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor.
Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang
terdapatdalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik,
kapsulisasi,atau ditimbun (landfill).
5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar


ataudiinsinesrasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun
dan tidakboleh dibuang landfill karena dapat mencemari air tanah.
6) Kontainer Bertekanan
Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah
dengandaur ulang atau pengunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi
utuh dapatdikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen
halogenida dalambentuk cair dan dikemas dalam botol harus di
perlakukan
sebagai
limbah
bahankimia
berbahaya
untuk
pembuangannya.
7) Limbah Radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kibijakan
danstrategi nasional yang menyangkut perturan, infrastruktur, organisasi
pelaksanadan tenaga yang terlatih.
4. Pengertian kesehatan lingkungan
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) Kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
5. Indikator kesehatan lingkungan
Indikator kesehatan lingkungan menurut Depkes RI Tahun 2007; untuk
menggambarkan keadaan lingkungan, akan digunakan indikator-indikator
seperti:
a. Rumah Tangga Sehat
Yang harus dipenuhi sebuah rumah tangga, agar dapat disebur rumah
tangga sehat, yaitu ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban,
keseuaiaan luas lantai dengan jumlah penghuni, dan lantai rumah tidak
terbuat dari tanah.
b. Akses terhadap Air Minum
Menurut Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2006, sumber air minum
yang digunakan rumah tangga terdiri dari 2 kelompok, yaitu sumber air
minum terlindung dan sumber air minum tidak terlindung. Sumber air
minum terlindung, seperti air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung,
air hujan.
Sumber air minum tidak terlindung , seperti sumur tak
terlindung, mata air tak terlindung, air sungai.
c. Jarak Sumber Air Minum dengan Tempat Penampungan Akhir Kotoran
Sumber air minum harus memenuhi syarat lokasi, yaitu terhindar dari
pengotoran, dan syarat konstruksi.
d. Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Statistik Kesra Tahun 2006 membagi rumah tangga berdasarkan
kepemilikan fasilitas tempat buang air besar yang terdiri atas fasilitas
sendiri, bersama, umum, dan tidak ada.
e. Luas Lantai

Pertambahan penduduk berdampak negatif terhadap perbandingan antara


jumlah luas lantai hunian terhadap penghuni dan berkurangnya ruang
terbuka pada area pemukiman. Hal ini memiliki implikasi terhadap status
kesehatan masyarakat penduduk.
f. Pengendalian Lingkungan
Program ini bertujuan untuk menyediakan air, udara, dan makanan yang
bersih dan aman. Hal yang juga tercakup adalah manajemen pengelolaan
limbah padat, limbah cair, dan pengendalian vektor penyakit
6. Pengertian K3
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah
institusi maupun lokasi proyek yang bertujuan untuk memelihara kesehatan
dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga
pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi
lingkungan kerja.
7. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika kesehatan lingkungan
dan k3 pada perusahaan tersebut
8. Pengaruh perkembangan social ekonomi dengan perkembangan kesehatan
lingkungan
Kemampuan manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas
lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial ekonomi. Masyarakat yang
masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi
perlindungan pada masyarakat.
Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial ekonomi dapat
mengubah lingkungan hidup sampai taraf yang irreversible. Prilaku masyarakat
ini menentukan gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang
sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit juga
sesuai dengan prilakunya tadi.
Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber
daya sosial ekonomi. WHO menyatakan Kesehatan adalah suatu keadaan
sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan
bebas dari penyakit.
Masyarakat adalah terdiri dari individu-individu manusia yang merupakan
makhluk biologis dan makhluk sosial didalam suatu lingkungan hidup (biosfir).
Sehingga untuk memahami masyarakat perlu mempelajari kehidupan biologis
bentuk interaksi sosial dan lingkungan hidup.
Menurut paragdima Blum tentang kesehatan dari lima faktor itu
lingkungan mempunyai pengaruh dominan. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi status kesehatan seseorang itu dapat berasal dari lingkungan
pemukiman, lingkungan sosial, linkungan rekreasi, lingkungan kerja.

WHO dalam memahami kesehatan masyarakat dilakukan pendekatan


yang holistik dengan membuat kerangka kerja dan menemukan hal-hal yang
terkait didalamnya. Konsep population health dan determinants of health,
seperti sosial, ekonomi dan lingkungan sebagai dimensi yang sama dalam
pembangunan berkelanjutan (Public Health Agency of Canada, 2010) yaitu:
Physical factors dalam lingkungan alam (misalnya udara yang kita hirup, air
yang kita minum, makanan yang kita makan) adalah pengaruh utama pada
kesehatan. Kesehatan Kanada, misalnya, telah mengidentifikasi delapan
masalah kesehatan yang signifikan berhubungan dengan perubahan iklim,
termasuk efek kesehatan dari episode asap meningkat, penyakit dan
kematian akibat gelombang panas dan dingin, air dan kontaminasi makanan
ditanggung, penyakit yang ditularkan oleh serangga, efek kesehatan dari
penipisan ozon stratosfir, dan peristiwa cuaca ekstrim. Faktor-faktor di
lingkungan manusia yang dibangun seperti perumahan, keselamatan kerja,
dan masyarakat dan desain jalan juga pengaruh penting,
Social factors, seperti jaringan yang mendukung pendidikan dan sosial, yang
memungkinkan dan mendukung pilihan yang sehat dan gaya hidup, serta
orang-orang yang berpengetahuan, niat, perilaku dan keterampilan dalam
menghadapi hidup dengan cara yang sehat, adalah pengaruh utama pada
kesehatan.
Economic factors, seperti tingkat pendapatan dan status pekerjaan, yang
penting faktor-faktor penentu kesehatan.Kelompok berpenghasilan tinggi
adalah kelompok yang memiliki akses lebih baik untuk pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Orang yang memiliki kontrol atas situasi pekerjaan dan
sedikit stress berhubungan dengan hidup lebih lama daripada mereka yang
bekerja lebih stres atau berisiko.
9. Penyebab kecelakaan kerja
di
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Berikut penyebab bahaya dan kecelakaan kerja yang kemugkinan terjadi


tempat kerja, dan yang bisa dikendalikandengan alat pelindung diri adalah:
Terjatuh, terpeleset, kejatuhan benda, terantuk
Terpapar sinar dan gelombang elektromaknetik
Kontak dengan bahan kimia baik padat maupun cair
Terpapar kebisingan dan getaran
Terhirup gas, uap, debu, mist, fume, partikel cair
Kemasukan benda asing, kaki tertusuk, terinjak benda tajam
Bagian badan yang perlu dilindungi adalah kepala, alat pernafasan,
alatpendengaran, alat penglihatan, kulit, kaki maupun tubuh pada
umumnya.

10.Standarisasi K3

Standar OHSAS 18001 disusun berdasarkan metode PDCA (Plan-Do-CheckAct) yang dijabarkan sebagai berikut :
1. Plan (Perencanaan) : membangun tujauan-tujuan dan proses-proses yang
diperlukan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan Kebijakan K3 suatu
organisasi.
2. Do (Pelaksanaan) : Menerapkan proses-proses yang telah direncanakan.
3. Check (Pemeriksaan) : Memantau dan mengukur proses-proses terhadap
Kebijakan K3 organisasi.
4. Act (Tindakan) : Mengambil tindakan untuk peningkatan kinerja K3 secara
berkelanjutan.
-

Elemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Standar


OHSAS 18001 : 2007
Persyaratan Umum
Kebijakan K3
Perencanaan: Identifikasi Bahaya, Penialaian Resiko dan Pengendalian
Resiko, Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya, Tujuan dan
Program-Program K3
Penerapan dan Operasi: Sumber Daya, Peran, Tanggung-Jawab, Fungsi dan
Wewenang, Kompetensi, Pelatihan dan Pengetahuan, Komunikasi, Partisipasi
dan Konsultasi, Dokumentasi, Pengendalian Dokumen, Pengendalian
Operasi, Persiapan Tanggap Darurat
Pemeriksaan: Pengukuran dan Pemantauan Kinerja, Evaluasi
Penyimpangan, Investigasi Insiden, Tindakan Perbaikan dan Tindakan
Pencegahan, Investigasi Insiden , Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan
Tindakan Pencegahan, Pengendalian Catatan, Audit Internal
Tinjauan Manajemen

11.UUD tentang K3
- UU No.1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
- UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
- Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51/Men/1999 Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja.
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-187/Men/1999 Tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja.
- Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
- Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan Alat
Pelindung Diri.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem


Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul
Akibat hubungan Kerja.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/IX/VIII/2001 tentang
Pedoman teknis analisis dampak lingkungan.
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang
pedoman penanganan dampak radiasi.
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang komite
kesehatan dan keselamatan kerja sektor kesehatan.

12.Cara mengevaluasi factor bahaya dalam lingkungan kerja


Untuk mengukur faktor-faktor bahaya di tempat kerja dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
a) Direct Measurement
- Langsung mengukur bahaya
- Hasil pengukuran langsung diketahui
- Sering digunakan untuk bahaya fisik
- Untuk bahaya kimia dilakukan direct reading instrument
b) Indirect Measurement (bahaya kimia dan biologi)
- Bahaya diukur dengan mengambil sampel media
- Hasil pengukuran tidak langsung diketahui
- Perlu analisis laboratorium
a
-

Kualitas Udara Ruang


Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak)
Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron
dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidakmelebihi 150 g/m3,
dan tidak mengandung debu asbes.

Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan khusus
harus sesuai dengan peruntukkannya
- Lingkungan ruang praktek, baik dalam maupun luar ruangan harus
mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkanfungsinya.
- Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk
menyimpan barang/peralatan perlu diberikan penerangan.
- Penghawaan (Ventilasi)
- Penghawaan atau ventilasi harus mendapat perhatian yang khusus. Bila
menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan dioperasikan
sesuai buku petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran udara,
dan kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan. Untuk ruang praktek
yang menggunakan pengatur udara (AC) sentral harus diperhatikan
cooling tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella dan
-

untuk AHU (Air Handling Unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan
bakteri atau jamur.
- Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 (satu) fan dengan
diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3/detik, dan frekuensi
pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai dengan 12 kali.
- Pengambilan supply udara dari luar, kecuali unit ruang individual,
hendaknya diletakkan sejauh mungkin, minimal 7,50 meterdari exhauster
atau perlengkapan pembakaran.
- Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap.
- Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air
conditioner dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meterdi atas lantai
atau minimum 0,20 meter dari langit-langit.
- Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 (dua) kali setahun dilakukan
pengambilan sampel dan pemeriksaan parameterkualitas udara (kuman,
debu, dan gas).
Evaluasi faktor faktor bahaya di lingkungan kerja
1 Elimination
Upaya menghilngkan bahaya dari sumber
2 Reduction
Pengurangan bahaya yang terjadi
3 Engeneering control
Bahaya diisolasi
4 Administrative control
Penjadwalan kerja untuk mengurangi pemaparan penyakit
5 Personal protective equipment
Perlindungan diri dari bahaya.
13.Tujuan dan sasaran K3
a. Tujuan K3
- Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman , sehat.
- Menjamin setiap sumber produksi dipakai secara aman dan efisien.
- Menjamin proses produksi berjalan lancar.
b. Sasaran K3

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004. Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan: 2004.
2. J.M. Harrington, F.S. Gill. Buku Saku Kesehatan Kerja. Alih Bahasa: Sudjoko
Kuswadji. Edisi 3. EGC. Jakarta :2003
3. Mukono, H.J. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. ed.2. Universitas Airlangga
Press. Surabaya: 2008
4. Uhud, dkk. Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Untuk
Praktek dan Praktikum. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga.
Surabaya: 2008
5. Uhud Annasyiatul. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
untuk Praktek Kedokteran Gigi. Universitas Airlangga: 2008.

Anda mungkin juga menyukai