bening (halo) disekitar koloni pada media agar CAS menunjukkan terjadinya aktivitas khelasi
unsur Fe, sehingga disimpulkan bahwa Mesorhizobium memproduksi siderofor. (4)
Mesorhizobium mampu menghambat pertumbuhan Fusarium sp. pada percobaan dengan
media PDA, (5) Penurunan pertumbuhan jamur fusarium pada inkubasi selama 5 hari dalam
analisis Growth Inhibition Zone menunjukkan Mesorhizobium spp memproduksi senyawa
anti-jamur.
Dari 16 isolat Mesorhizobium spp. LGR33, sebanyak 88% mampu menghasilkan
enzim protease pada plat agar susu skim, 58% terbukti dapat memproduksi senyawa antijamur, 64% mampu menghasilkan enzim selulase pada media CMC dan positif memproduksi
asam sianida (HCN). Asam sianida yang diproduksi dapat mempengaruhi sistem pernapasan
jamur patogen dan menghambat pertumbuhannya. Selanjutnya, reaksi antagonis dibuktikan
dengan penghambatan pertumbuhan fusarium sekitar 34,2-59,3% dilihat dari selisih diameter
hifa fusarium sebesar 2-3 cm pada media yang diuji dengan kontrolnya.
Hasil penelitian secara in vitro di atas membuktikan bahwa Mesorhizobium dapat
menjadi agen biokontrol dalam mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman buncis
yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum. Hal ini sesuai dengan penelitian Kucuk et al
(2013) dan Subhani et al (2013) yang mengungkapkan bahwa penurunan kasus layu Fusarium
pada tanaman buncis akibat pengaplikasian Rhizobium sp. menunjukkan potensi Rhizobium
sp. sebagai agen biokontrol.
Daftar Pustaka :
Bhagat, Divya, Poonam Sharma, Asmita Sirari and K. C. Kumawat. 2014. Screening
of Mesorhizobium spp. for Control of Fusarium Wilt in Chickpea in vitro Conditions. Punjab
Agricultural University, Ludhiana. [Online] Tersedia pada : http://www.ijcmas.com/vol-34/Divya%20Bhagat,%20et%20al.pdf (Diakses pada : 22 November 2014)