Anda di halaman 1dari 2

Aplikasi Mesorhizobium spp.

untuk Mengandalikan Penyakit Layu Fusarium pada


Tanaman Buncis dalam Kondisi In Vitro
Tanaman buncis (Cicer artentum L.) tumbuh pada lahan seluas 9,21 juta ha di India
dengan produktivitas 995kg/ha. Produktivitas tanaman ini sering kali tidak optimal karena
mengalami penurunan sebesar 10-15% akibat penyakit layu Fusarium yang merupakan soil
borne disease yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum.
Fusarium oxysporum dapat hidup bebas dan bertahan di tanah selama bertahun-tahun
dengan membentuk klamidospora. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara untuk menekan
serangan F. oxysporum, salah satunya dengan pengaplikasian Mesorhizobium spp. pada
proses budidaya tanaman buncis.
Terdapat interaksi antara Mesorhizobium spp. dengan elemen (hara) di dalam tanah
yang membawa dampak positif terhadap tanaman. Interaksi tersebut ditunjukkan dalam
proses fiksasi N2 maupun reaksi antagonis Mesorhizobium spp. terhadap F. oxysporum
sehingga Mesorhizobium spp. dapat dijadikan sebagai agen biokontrol.
Saat ini, aktivitas antagonis Mesorhizobium spp. dalam melawan Fusarium
oxysporium sp. ciceris pada buncis sedang diteliti dalam kondisi in vitro. Penelitian ini
melibatkan enam belas isolat Mesorhizobium dari keturunan Mesorhizobium sp. (LGR 33)
yang diperoleh dari perbanyakan dengan media YEMA (Yeast Extract Manitol Agar) pada
suhu 4C, dan biakan murni F. oxysporum yang diperoleh perbanyakan dengan media PDA
pada suhu 4C.
Aktivitas antagonis Mesorhizobium disebut pula sebagai aktivitas biokontrol.
Aktivitas ini terjadi karena Mesorhizobium spp. memproduksi metabolit sekunder berupa
enzim pendegradasi dinding sel F. oxysporum, siderofor pengkhelat Fe, dan asam sianida atau
HCN yang menginduksi resistensi tanaman.
Berikut ini adalah bukti aktivitas biokontrol Mesorhizobium yang dilakukan dengan
penelitian secara in vitro; (1) Terdapat zona halo pada plat agar susu skim yang menunjukkan
bahwa Mesorhizobium spp. memproduksi enzim selulase dan protease yang dapat
mendegradasi dinding sel, (2) Perubahan warna dari kuning menjadi jingga kecoklatan pada
kertas saring yang diuji menunjukan produksi HCN oleh Mesorhizobium, (3) Terdapat zona

bening (halo) disekitar koloni pada media agar CAS menunjukkan terjadinya aktivitas khelasi
unsur Fe, sehingga disimpulkan bahwa Mesorhizobium memproduksi siderofor. (4)
Mesorhizobium mampu menghambat pertumbuhan Fusarium sp. pada percobaan dengan
media PDA, (5) Penurunan pertumbuhan jamur fusarium pada inkubasi selama 5 hari dalam
analisis Growth Inhibition Zone menunjukkan Mesorhizobium spp memproduksi senyawa
anti-jamur.
Dari 16 isolat Mesorhizobium spp. LGR33, sebanyak 88% mampu menghasilkan
enzim protease pada plat agar susu skim, 58% terbukti dapat memproduksi senyawa antijamur, 64% mampu menghasilkan enzim selulase pada media CMC dan positif memproduksi
asam sianida (HCN). Asam sianida yang diproduksi dapat mempengaruhi sistem pernapasan
jamur patogen dan menghambat pertumbuhannya. Selanjutnya, reaksi antagonis dibuktikan
dengan penghambatan pertumbuhan fusarium sekitar 34,2-59,3% dilihat dari selisih diameter
hifa fusarium sebesar 2-3 cm pada media yang diuji dengan kontrolnya.
Hasil penelitian secara in vitro di atas membuktikan bahwa Mesorhizobium dapat
menjadi agen biokontrol dalam mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman buncis
yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum. Hal ini sesuai dengan penelitian Kucuk et al
(2013) dan Subhani et al (2013) yang mengungkapkan bahwa penurunan kasus layu Fusarium
pada tanaman buncis akibat pengaplikasian Rhizobium sp. menunjukkan potensi Rhizobium
sp. sebagai agen biokontrol.
Daftar Pustaka :
Bhagat, Divya, Poonam Sharma, Asmita Sirari and K. C. Kumawat. 2014. Screening
of Mesorhizobium spp. for Control of Fusarium Wilt in Chickpea in vitro Conditions. Punjab
Agricultural University, Ludhiana. [Online] Tersedia pada : http://www.ijcmas.com/vol-34/Divya%20Bhagat,%20et%20al.pdf (Diakses pada : 22 November 2014)

Anda mungkin juga menyukai