Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
Introduction

Cedera ortopedi pada anak yang paling umum dan memerlukan rawat inap adalah fraktur femur.
Penelitian epidemiologi dari Indiana tahun 2006 menyebutkan dari hampir 10.000 patah tulang
paha, 1076 (11%) terjadi pada anak-anak kurang dari 2 tahun, 2119 (21%) pada anak usia 2
sampai 5 tahun, 3237 (33%) pada anak usia 6 sampai 12 tahun, dan 3528 (35 %) pada remaja
berusia 13 sampai 18 tahun. Yang paling banyak (71%) terjadi pada pasien laki-laki. Jatuh dan
tabrakan kendaraan bermotor penyebab dua pertiga dari kasus. Kejadian jatuh lebih besar pada
anak yang lebih muda dan tabrakan kendaraan bermotor lebih umum pada anak yang lebih
dewasa. Lima belas persen dari patah tulang femur pada anak kurang dari 2 tahun akibat child
abuse.
Pediatric femoral fracture is one of the most prevalent kinds of fractures with an incidence rate of
1.6% and about 4% of them are open fractures and most of these fractures (90%) result from
high energy trauma . Studies also show that these fractures are associated with more
complications.
Penting dilakukan tatalaksana khusus serta peningkatkan keamanan bagi anak mengingat
komplikasi akibat fraktur femur secara serius dapat menyebabkan syok, emboli lemak serta
gangguan pertumbuhan jika terdapat cedera lempeng epifisis.
Berikut akan dibahas tentang penaganan fraktur femur pada anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan
sesuai dengan jenis dan luasnya yang biasanya disebabkan oleh rudapaksa atau tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang4.
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami fraktur, kondisi fisik
tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah harus diketahui terlebih
dahulu. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan
memuntir (shearing)4.
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan membengkok,
memutar dan tarikan akibat trauma yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma
langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.
Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan
sedangkan trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan extensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula.
Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh4.
Tekanan pada tulang dapat berupa: (1) tekanan berputar yang dapat menyebabkan fraktur
bersifat spiral atau oblik, (2) tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal, (3)
tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur
dislokasi, (4) kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah misalnya
pada vertebra, (5) trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan
menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z, (6) trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo
akan menarik sebagian tulang5.
Klasifikasi Fraktur
Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar,
bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis.
Berdasarkan Hubungan Tulang Dengan Jaringan Disekitar

a. Fraktur tertutup: tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
b. Fraktur terbuka: bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
karena adanya perlukaan di kulit.
Fraktur Femur
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan
oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), kelelahan otot, kondisikondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul

dan

kapsula.
a. Melalui kepala femur (capital fraktur)
b. Hanya di bawah kepala femur
c. Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang
lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah
trokhanter kecil.
Etiologi Fraktur Femur
Berdasarkan penyebab terjadinya fraktur femur, dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan besar
energi penyebab trauma6, yaitu:
a.

High energy trauma atau trauma karena energi yang cukup besar, jenis
kecelakaan yang menyebabkan terjadinya fraktur jenis ini antara lain adalah
trauma kecelakaan bermotor (kecelakaan sepeda motor, kecelakaan mobil,
pesawat jatuh, dsb); olahragaterutama yang olahraga yang berkaitan dengan
kecepatan seperti misalnya: ski, sepeda balap, naik gunung; jatuh, jatuh dari

tempat tinggi; serta luka tembak6.


b. Low energy trauma atau trauma karena energi yang lemah, karena struktur femur
adalah sturktur yang cukup kuat, ada kecenderungan trauma karena energi yang
lemah lebih disebabkan karena tulang kehilangan kekuatannya terutama pada

orang-orang yang mengalami penurunan densitas tulang karena osteoporosis;


penderita kanker metastasis tulang dan orang yang mengkonsumsi kortikosteroid
jangka panjang juga beresiko tinggi mengalami fraktur femur karena kekuatan
tulang akan berkurang6.
c. Stress fracture atau fraktur karena tekanan, penyebab ketiga dari fraktur femur
adalah tekanan atau trauma yang berulang. Trauma jenis ini mengakibatkan jenis
fraktur yang berbeda karena biasanya terjadi secara bertahap. Trauma tekanan
berulang mengakibatkan kerusakan internal dari struktur arsitektur tulang. Fraktur
jenis ini seringkali terjadi pada atlet atau pada militer yang menjalani pelatihan
yang berat. Fraktur jenis ini biasanya mempengaruhi area corpus femoris
Patofisiologi Fraktur
Fraktur pada anak-anak biasanya sebagai akibat trauma dari kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh, atau penganiayaan anak. Jaringan lunak pada anak biasanya masih fleksibel,
sehingga fraktur terjadi lebih sering daripada cedera jaringan (Muscari, 2001). Fraktur ini juga
bisa disebabkan karena dorongan lagsung pada tulang, kondisi patologis yang mendasarinya
seperti rakitis yang mengarah pada fraktur spontan, kontraksi otot yang kuat dan tiba-tiba, dan
dorongan tidak langsung (Betz and Sowden, 2004). Penyebab lainnya adalah neroblastoma
metastatic, defisiensi lembaga, osteomyelitis, cidera karena penggunaan berlebih, dan imobilisasi
yang mengakibatkan osteoporosis.
Fraktur ini terjadi ketika resistensi tulang untuk melawan tekanan berpindah mengikuti
gaya tekanan tersebut. Fraktur yang paling banyak terlihat pada anak-anak antara (Muscari,
2001):
1. Bend Fracture
Dikarakteristikkan dengan membengkoknya tulang pada titik yang patah dan tidak dapat
diluruskan tanpa dilakukan suatu intervensi.
2. Buckle Fracture
Terjadi akibat kegagalan kompresi pada tulang ditandai dengan tulang yang menerobos
dirinya sendiri
3. Greenstick Fracture
Merupakan fraktur inkomplet

Patah tulang ini biasanya menyebabkan sel tulang akan mengalami kerusakan dan
menyebabkan perdarahan pada area fraktur yang menyebabkan beberapa jaringan lunak di
daerah fraktur tersebut rusak. Ketika terjadi fraktur, maka akan mengaktifkan respon inflamasi
dan menyebabkan pelepasan agen leukosit, sel darah putih, dan sel mast untuk memperbaiki
kondisi fraktur tersebut. Pelepasan agen inflamasi tersebut menyebabkan peningkatan aliran
darah ke area fraktur dan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah pada daerah tersebut yang
menyebabkan panas, kemerahan dan bengkak. Sebagai respon inflamasi, fibrin akan membentuk
jala untuk sel-sel bartu dan menyebabkan ostevlas terstimulasi dan terbentuklah kalus yang
nantinya kalus tersebut akan membentuk tulang sejati.

Klasifikasi Fraktur Femur Pada Anak


1. Fraktur Subtrokanter Femur
Ketika terjadi fraktur femur daerah subtrokanter, otot masuk ke dalam fragmen proximal,
terutama sebagian illiopsoas dan otot gluteus sehingga membentuk posisi fleksi, eksternal
rotasi, dan abduksi.

Gambar 13. Foto anteroposterior, fragmen proximal fleksi 90 derajat sehingga terlihat medullary
cavity dengan gambaran radiolucent yang melingkar

Untuk mengkoreksi alignmen fraktur, skeletal traksi secara kontinyu harus diberikan untu
menarik bagian distal ke dalam in line posititon. Posisi skeletal traksi masuk ke dalam tulang
distal metafisis femur dengan paha posisi fleksi, eksternal rotasi, dan abduksi. Kebanyakan
fraktur femur subtrokanter terjadi pada anak yang usianya lebih dari 10 tahun. Di usia ini,
dapat menggunakan locked intramedullary rod atau ORIF dengan nail plate.

Gambar 14. Skeletal traksi dengan pin dimasukkan kedalam distal metafisis femur

Gambar 15. Fraktur subtrokanter femur dikoreksi dengan ORIF denagn screw dan plate nail
2. Fraktur Leher Femur
a. Frekuensi dan Mekanisme Cedera
Leher femur pada anak sangat kuat tidak seperti orang dewasa, hanya trauma yang hebat
yang dapat menyebabkan fraktur. Fraktur leher femur adalah jenis fraktur yang jarang tetapi
memerlukan penanganan serius. Fraktur disekitar sendi panggul disebabkan suatu paksaan
seperti trauma energi tinggi atau pada keadaan yang jarang sering dikaitkan dengan kondisi
patologis. Fraktur leher femur juga sering dikaitkan dengan kekerasan terhadap anak (child
abuse). Insidensi fraktur leher femur pada anak anak adalah kurang dari 1%. Fraktur ini
dapat terjadi pada anak anak semua usia, tetapi insidensi tertinggi pada usia 11 tahun dan
12 tahun, dengan 60 70% terjadi pada anak laki laki. Di negara berkembang penyebab
paling sering adalah kecelakaan lalu lintas sedangkan pada negara maju umunya
penyebabnya adalah jatuh dari ketinggian seperti dari pohon dan atap rumah. 30% pasien

pasien ini mengalami cedera yang berkaitan dengan dada, kepala, dan abdomen. Cedera
pada ekstremitas seperti fraktur femur, tibia fibula, dan pelvik juga sering. Hal lain yang
sering menyebabkan fraktur femur pada anak adalah child abuse.1,2,4
b. Klasifikasi
Fraktur panggul pada anak anak diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan morfologi.
Cromwell pertama sekali menjelaskan fraktur pada leher femur pada anak. Delbet
mempublikasikan klasifikasi standar dari fraktur femur proksimal pada tahun 1907.
Klasifikasi ini tidak dikenal dengan baik hingga Collona (1929) melaporkan 12 kasus
dengan menggunakan klasifikasi Delbet. Klasifikasi Delbet digambarkan dalam Tabel 1.
Tabel 2 menggambarkan karakterisitik penting pada fraktur femur pediatric berdasarkan tipe
Delbet.2.4
Tabel 1. Klasifikasi pada fraktur panggul pada anak anak (Delbet)2
Tipe I

Pemisahan transepiphyseal (dengan atau tanpa dislokasi kepala

Tipe II
Tipe III
Tipe IV

femur dari asetabulum)


Transervikal
Servikotrochantrik
Intertrokanter

Tabel 2. Fraktur leher femur pediatric tipe dan karakteristik pentingnya2


Tipe

Insidens

Penyebab

Delbet
Tipe I

i
8%

Trauma

Karakteristik penting
energi
50% kasus terjadi dengan dislokasi kaput

tinggi
Child abuse
Persalinan
sungsang
sulit

epifisis
Risiko tinggi AVN (20 100%) jika
letak dikaitakan dengan dislokasi epifisis
yag
Diagnosis banding septik artritis,
dislokasi panggul, lepasnya kaput femur
epifisis.

Tipe II

45%

Trauma berat

Tipe III 35%

Trauma berat

Tipe

Trauma

12%

Variasi yang paling banyak

70 80% terjadi displace

Risiko tinggi AVN (sampai 50%)

Pada fraktur displace, hilangnya reduksi,

malunion, non- union, deformitas varus,


AVN 20 25% tergantung pada

penempatan saat waktu cedera.


Nonunion dan AVN jarang

IV

Gambar 16. Klasifikasi dari fraktur femur proksimal pada anak, berdasarkan klasifikasi Colonna
dan Delbet.2
c. Assesment dan Diagnosis
Selain itu secara klinis diagnosis sering membingungkan. Anak anak biasanya yang
mengalami trauma berat sering mengalami nyeri pada region panggul dan pemendekan,
ektremitas terotasi ke arah luar. Anak anak biasanya ketakutan karena pergerakan
ekstremitas yang pasif dan tidak dapat bergerak secara aktif. Diagnosis ditegakkan dengan
bantuan radiografi, yang umunya dilakuakan pada dua plane foto, jika memang tidak nyeri.
Sonografi juga sering digunakan pada kondisi yang menimbulkan keraguan misalnya nyeri
panggul pada anak. Garis fraktur atau hematom intrakapsular dapat dideteksi dengan

menggunakan ultrasound. Dengan fraktur yang tidak diketahui letak pasti pada femur, maka
radiografi tidak dapat digunakan sebagai penunjang diagnostik. Computed tomography (CT)
dapat digunakan untuk menilai derajat fraktur dan hematoma intrakapsular lainnya. Scan
tulang pada 3 bulan post cedera juga membantu dalam mendeteksi nekrosis kaput femur,
yang merupakan komplikasi yang paling mungkin. Magnetic resonance imaging (MRI)
mendeteksi avaskular sebelumnya.2.3.4.5
Pada keadaan fraktur femur pulsasi arteri dorsalis pedis dipalpasi. Pada fraktur femur juga
harus dilakukan pemeriksaan sekunder karena umumnya pasien hanya mengeluhkan nyeri
sehingga hal hal yang mengancam nyawa seperti perdarahan internal pada rupture spleen
sering terlewatkan. Karena itu tekanan darah juga penting untuk diawasi.4
d. Penatalaksanaan
Fraktur leher femur pada anak sama dengan dewasa sangat tidak stabil dan tidak dapat
dilakukan penanganan secara adekuat baik dengan closed reduction, imobilisasi eksternal,
ataupun traksi terus-menerus.1 Prinsip penatalaksanaan termasuk di antaranya :2

Minimalkan komplikasi yang potensial pada avascular necrosis (AVN).

Hindari cedera pada lempeng fisis.

Reduksi fragmen fragmen secara anatomis

Stabilisasi dengan pin atau sekrup mengakibatkan proteksi dini menahan berat.

Dekompresi terhadap hemarthrosis dan fiksasi internal stabil merupakan aspek penting
terhadap treatment untuk semua fraktur dengan pergeseran. Fraktur yang tidak mengalami
pergeseran dapat ditangani secara konservatif dengan cast immobilisasi menggunakan hip
spica. 2

Berdasarkan studi yang dilakukan pada 71 kasus dari British Orthopedic Association yang
dilaporkan pada tahun 1962, Ratliff menyebutkan bahwa insidensi tinggi non union terjadi
pada fraktur tipe II atau tipe III yang diterapi secara konservatif. Canale dan Bourland pada
tahun 1974, melaporkan bahwa dengan operasi fiksasi yang diamati menunjukan hasil yang
lebih baik.4
Menurut Anil Arora (2006) penanganan fraktur leher femur traumatic pada anak didasari
oleh tipe dan jumlah pergesaran akibat fraktur, dan maturitas skeletal pada anak. Untuk
internal fiksasi pada fraktur leher femur tipe I, tipe II, dan tipe III, pin halus dapat digunakan
pada infant, sekrup kanul 4.0 mm pada anak anak; sekrup kanul 6.5 mm pada remaja.
Untuk fiksasi fraktur tipe IV, secara teori sekrup panggul pediatric (pediatric hip screw)
lebih baik pada anak anak dan sekrup panggul dewasa untuk anak remaja. Hip spica cast
yang digunakan untuk imobilisasi post operasi banyak terutama pada anak anak < 10
tahun. Untuk anak anak yang lebih tua, imobilisasi dengan pin lebih dianjurkan.4

Gambar 17. A sampai D: Follow up pasien berusia 2.5 tahun dengan fraktur tipe I.(A) X
ray menunjukan fraktur tipe I. (B) pasien berbaring dengan coxa vara setelah penanganan
selama 3 bulan dengan spica. (C) Osteotomi subtrokanter selesai dilakukan untuk koreksi
coxa vara. (D) follow up selama 12 tahun mengungkapkan adanya fisis terbuka. Pasien tidak
mengeluhkan rasa sakit saat melakukan pergerakan dan ada pemendekan 0.5 cm.4
e. Komplikasi
Adanya trauma yang hebat dan letak suplai pembuluh darah femur berada di kepala femur,
risiko terjadinya posttraumatic avascular necrosis dapat terjadi.
Berikut ini merupakan komplikasi yang dapat berkembang dan ditetapkan sesuai urutan
kejadian : 1,2
1. Avascular necrosis (AVN)
AVN, pertama sekali dijelaskan pada tahun 1927 yang merupakan komplikasi yang paling
ditakuti dikarenakan hal ini mengakibatkan dampak yang sangat buruk. AVN terjadi pada
kebanyakan fraktur (47%) sebelum penanganan sekarang ditetapkan. Hal ini dianggap
sebagai akibat dari rupture atau tamponade dari salah satu atau kedua arteri sirkumfleksa.2
Sejumlah

pergeseran

awal

merupakan

faktor

prognostik

yang

penting

ketika

dipertimbangkan efeknya terhadap suplai vaskular pada leher femur dan kaput femur tetapi
hal ini tidak dijelaskan mengapa AVN mengikuti fisura fraktur pada leher femur. 2
Nekrosis dapat berakibat pada epifisis secara terpisah, seluruh fragmen proksimal, atau
hanya bagian pada leher femur antara fraktur dan lempeng pertumbuhan (growth plate).
Iskemik epifisis menyerupai seperti yang terlihat pada penyakit Perthes dan oleh karena itu
terapinya mengikuti prinsip prinsip yang ditetapkan untuk penyakit ini. Bagaimanapun,
penyembuhan dan remodeling setelah AVN post trauma pada anak anak biasanya lebih
lama dan tidak pernah lengkap. Dekompresi dan fiksasi interna stabil merupakan dasar
terhadap pencegahan AVN.2

Gambar 18. (a) fraktur leher femur transservikal dengan hanya pergeseran minimal pada
anak anak laki laki usia 8 tahun. Follow up jangka panjang setelah penanganan
konservatif. (b) Tampak lateral pada leher femur mendemontrasikan morfologi fraktur yang
lebih baik. (c) 30 bulan kemudian, AVN tampak jelas dengan kolaps pada kaput femur yang
memberikan gambaran seperti Legg Calve Perthes. (d) 30 tahun setelah fraktur sekunder
awal osteoarthritis grade 2 tampak jelas. (diadaptasi dari arsip Rumah Sakit Universitas
Ortopedik Balgrist di Zurich, Swiss. Dipergunakan dengan izin).2
2. Berhentinya pertumbuhan/Coxa vara
Coxa vara diakibatkan oleh fusi fisis yang premature atau oleh reduksi yang tidak adekuat.
Hal ini terjadi pada 15% kasus. 2

3. Nonunion
Keterlambatan penyembuhan dan nonunion jarang dijumpai sekarang. Direkomendasikan
dilakukan reduksi dan stabilisasi terbuka, fiksasi internal comprehensif.2
4. Osteoartritis

Osteoarthritis sekunder pada sendi panggul berkembang sebagai akibat inkongruitas.


Komplikasi pada awal masa kanak kanak biasanya terkompensasi dengan baik dengan
remodeling sebelum terjadinya maturitas skeletal. Pemburukan pada sendi panggul terutama
pada bentuk penyakit sendi degenerative dan gangguan fungsi yang mungkin terjadi lebih
dari beberapa tahun.
3. Fraktur Batang Femur (Femoral Shaft Fracture)
a. Frekuensi dan Mekanime Cedera
Fraktur batang femur termasuk di antaranya subtrokanter dan suprakondilar yang berkisar
1.6% pada semua fraktur pada anak dan paling banyak umumnya fraktur di 1/3 tengah. Rasio
anak laki laki dan perempuan adalah 2 : 1. Angka kejadian tahunan fraktur batang femur
adalah 19 per 100.000 anak.2.6
Etiologi fraktur batang femur bergantung pada usia. Pada infant, diafisis tulang femur relative
lemah dan mungkin patah karena beban karena terguling. Pada usia anak taman kanak
kanak dan usia sekolah, sekitar setengah dari fraktur batang femur disebabkan oleh
kecelakaan berkecepatan rendah seperti terjatuh dari ketinggian, misalnya dari sepeda, pohon,
tangga atau sesudah tersandung dan terjatuh pada level yang sama dengan atau tanpa
tabrakan. Seiring dengan meningkatnya kekuatan tulang femur, dengan maturitas selanjutnya
pada masa anak anak dan remaja, trauma berkecepatan tinggi sering mengakibatkan fraktur
pada femur.2.3.6
Fraktur pada batang femur jarang terjadi akibat trauma kelahiran, dengan pengecualian
tersebut, maka fraktur ini dapat juga disebabkan oleh arthrogryposis multiplex congenital,
myelomeningocele, dan osteogenesis imperfect. Kontraktur yang kaku pada panggul dan lutut
pada anak anak dengan arthtogrypotic dapat menyebabkan fraktur batang femur selama

proses persalinan atau selama penanganan selanjutnya. Kelompok risiko lainnya adalah bayi
baru lahir dengan penyakit neuromuscular seperti myelomeningocele, osteopenia. Dan
osteogenesis imperfect yang menyebabkan fraktur multipel.2.6
Fraktur batang femur yang terjadi selama 12 bulan pertama kehidupan jarang terjadi.
Kebanyakan 30 50% merupakan non accidental dari child abuse. 2
b. Temuan Klinis
Tanda tanda umum pada fraktur batang femur antara lain nyeri, shortening (pemendekan),
angulasi, bengkak, dan krepitasi. Seorang anak dengan fraktur femur yang masih baru
biasanya tidak dapat berdiri atau berjalan. Semua anak harus diperiksa termasuk tungkai
bawah dan lingkar pelvik dan abdomen, jadi tidak mengabaikan tibia, pelvik, abdomen, atau
trauma ginjal. Pemeriksaan neuromuskular harus diperiksa secara hati hati. Walaupun
cedera neuromuskular jarang terjadi akibat fraktur batang femur. Perdarahan merupakan
masalah utama pada fraktur batang femur, rata-rata darah yang hilang dapat lebih dari 1200
mL dan 40% memerlukan transfusi. Penilaian kondisi hemodinamik pra operasi mutlak harus
dilakukan.2.6
c. Temuan Radiologi
Pemeriksaan radiografi seharusnya dilakukan sepanjang femur dalam dua plane foto dan
berdekatan dengan lingkar pelvik dan juga sendi lutut. Jika ada keraguan, tungkai bawah
seharusnya diperiksa juga. Computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging
(MRI) scan biasanya tidak diperlukan. Indikasi untuk MRI akan digunakan jika dicurigai
adanya fraktur yang tersembunyi atau cedera ligament pada lutut.2.6.7
d. Diagnosa

Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik tunggal karena tipikal deformitas
yang khas yaitu angulasi, eksternal rotasi dan pemendekan. Karena fraktur ini tidak stabil,
penting dilakukan splint awal sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi untuk menghindari
nyeri dan menghindari injuri arteri femoralis.1
e. Penatalaksanaan
Fratur batang femur diterapi menurut usia dan besar anak. Penyesuaian dengan pengobatan
dan faktor sosioekonomik harus dipertimbangkan.2,7,8

Fraktur Shaft Femur dari Usia Awal Kehidupan hingga Usia 5 Tahun
Inisial skin traksi selama beberapa hari diikuti dengan hip spica cast dengan posisi hip dan
lutut sedikit fleksi (Gambar 6). 1

Gambar 6. Posisi hip dan lutut sedikit fleksi pada spica cast
Untuk initial skin traksi anak hingga usia 2 tahun dapat menggunakan Bryants traction
(Gambar 7). Untuk anak 2-5 tahun, skin traksi dengan menggunakan Thomas splint (Gambar
8).1

Gambar 7. Bryants skin traksi. Kedua tungkai ditegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang
diberi beban 1-2 kg, sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat
tidur.
Komplikasi Bryan traksi adalah terjadi iskemik paralisis. Hal ini disebabkan karena
terganggunya aliran darah pada tungkai yang ditinggikan. 2,7,10

Gambar 8. Skin traksi kombinasi dengan Thomas splint sedikit bengkok pada lutut digunakan
pada unstable fraktur shaft femur.

Anak kemudian diizinkan pulang dengan hip spica cast. Kontraindikasi penggunaan hip spica
lebih awal adalah terjadi pemendekan tulang lebih dari 3 cm dari tempat fraktur, multiple
injuri, dan adanya cedera kepala.1
Spica cast setelah reduksi, merupakan pilihan pengobatan pada kebanyakan ahli bedah
ortopedik pediatric. Posisi fraktur tungkai diatur pada fleksi 90o pada panggul dan lutut.
Dalam hal mencegah deformitas varus sekunder, fraktur tungkai dijaga agar tetap dalam
abduksi yang netral. Radiografi rutin dalam dua plane disarankan setelah pemasangan cast.
Jika ibu atau keluarga diinformasikan baik tentang perawatan terhadap bayi dengan spica cast,
anak tidak perlu dirawat di rumah sakit. Selama kontrol ulang di klinik selama 1 minggu,
radiografi rutin akan mendeteksi angular deviasi. Karena konsolidasi pembentukan callus
yang cepat dalam 2 3 minggu, setelah pelepasan cast perbaikan fungsi terjadi cepat.2,3,8,9
Pavlik harness digunakan selama periode 3 5 minggu merupakan alternatif pengobatan
untuk bayi yang sangat kecil. Pemasangan alat ini tidak membutuhkan anestesi dan waktu
hospitalisasi dapat diminimalkan.2
Traksi kulit overhead (overhead skin traction) memiliki risiko berupa efek yang merugikan
pada sirkulasi ekstremitas. Traksi kulit sebaiknya dipilih bahan yang hipoalergenik untuk
pasien yang alergi dengan bahan yang biasa atau pada orang tua dimana kulitnya telah rapuh.
2,7,10

Kontraindikasi traksi kulit yaitu bila terdapat luka atau kerusakan kulit serta traksi yang
memerlukan beban > 5 kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah
nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai
2,7,10

Fraktur Shaft Femur pada Usia 5 sampai 10 tahun

Setelah beberapa hari dilakukan skin traksi, dilakukan closed reduction baik dengan hip spica,
flexible intramedullary nail. Atau alternative lain dengan external skeletal fiksasi.1
Flexible intramedullary nail atau wayer Kirschner intramedular kadang digunakan untuk
fraktur femur pada kelompok anak pra sekolah. Indikasi utama adalah gagalnya penanganan
dengan menggunakan spica cast. Titanium nail berdiameter dua millimeter dimasukkan dari
medial dan lateral metafisis dari femur distal untuk menstabilisasi intramedular pada fraktur.
Waktu konsolidasi relative singkat, rentang waktu sekitar 2 5 bulan tergantung pada usia
pasien. Implant dicabut pada 3 6 bulan setelah pemasangan.2,7,11

Gambar 9. Flexible intramedullary nail of Nancy type, alternetif terapi setelah dilakukan
closed reduction.

Fraktur Shaft Femur pada Usia >10 tahun

Dilakukan pemasangan Russel traksi, untuk traksi ini diperlukan frame, katrol, tali, dan
plester. Anak tidur terlentang, lalu dipasang plester dari batas lutut, dipasang sling di daerah
poplitea, sling dihubungkan dengan tali, dimana tali tersebut dihubungkan dengan beban
penarik. Untuk mempersingkat waktu rawat setelah 4 minggu ditraksi, callus sudah terbentuk,
tetapi belum kuat benar. Traksi dilepas kemudian dipasang gip hemispika. 2,7,11

Gambar 10. Russel traksi


Setelah dilakukan traksi, dilakukan pemasangan rigid, locked intramedullary nails. Nail
terfiksir di daerah proximal dan distal fraktur oleh screw yang melewati kedua sisi tulang
sehingga dapat mengontrol jika adanya rotasi tulang di daerah fraktur. Keuntungan metode ini
adalah selain dapat digunakan pada dewasa, dapat menahan berat badan secara penuh penuh.1
Fiksasi eksternal merupakan pilihan jika terjadi fraktur terbuka pada pasien poli trauma atau
untuk fraktur segmental, yang juga pada kelompok ini. Jika fiksator dilepaskan lebih awal

dengan pembetukan callus yang masih kurang, maka akan berisiko terjadi fraktur kembali.
Seperti semua penggunaan fiksator lainnya, infeksi pemasangan pin sering terjadi dan diobati
dengan antibiotik. Namun penanganan fraktur batang femur tertutup tidak dianjurkan
pemasangan fiksator eksternal pada anak anak pra sekolah.2,11

Gambar 11. A. Eksternal skeletel fiksasi. B. Locked intramedullary nails


Overgrowth Sementara Setelah Fraktur Shaft Femur
Overgrowth dapat terjadi setelah fracture shaft femur displaced. Rata-rata pertumbuhan
berlebihan ini sebesar 1 cm dan ketidakseimbangan panjang ini terjadi 1 tahun setelah
fraktur.1

Posisi yang ideal agar fragmen bersatu dengan baik tanpa pengobatan nonoperative adalah
dengan metode sisi ke sisi (bayonate apposition) dengan saling overriding antartulang sekitar
1 cm saling untuk kompensasi saat terjadi pertumbuhan berlebih selama 1 tahun.1

Gambar 12. Boyanate apposition


f. Komplikasi
Komplikasi serius terbanyak dari fraktur shaft femur pada anak adalah kompartemen sindrom
saraf dan otot baik karena spasme arteri femoralis atau perdarahan dan edema disertai soft
tissue kompartemen. Manifestasi klinis yang muncul berupa nyeri, pucat, bengkak,
pulselessness, parastesia, dan paralisis. Anak sebaiknya tidak mendapat analgetik. Kontrol
fraktur yang baik tidak akan menimbulkan nyeri, dan jika anak merasa nyeri hebat dan
konstan terutama nyeri di betis bisa jadi disebabkan impending iskemi (kompartemen
sindrom). Analgetik akan menutupi tanda penting ini dan dikontraindikasikan.1
Jika diduga terdapat kompartemen sindrom, semua perban yang melekat dilepas. Skin traksi
diganti dengan skeletal traksi melalui metafisis femur distal dengan hip dan lutut difleksikan.
Jika sirkulasi perifer tidak adekuat selama setengah hingga satu jam, lakukan eksplorasi arteri
dan faciotomi segera.1

Anda mungkin juga menyukai