PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Panen merupakan kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan budidaya
Sedangkan penanganan pasca panen dapat diartikan sebagai upaya sangat
strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi hasil panen. Kedua
aspek ini sangat penting untuk meningkatkan hasil petani jika dilakukan sesuai
dengan langkahnya.
Sebagian dari petani, tidak mengkonsumsi semua hasil panen yang didapat,
melainkan memasarkan dan menjualnya untuk dikomersilkan. Pada tanaman
padi, kebanyakan dari mereka memang dikonsumsi sendiri, tetapi untuk sayur
sayuran, buah buahan dan tanaman holtikultura lainnya mereka lebih memilih
untuk menjual hampir semuanya bahkan semuanya, dengan alasan, hasil panen
tanaman holtikutura tersebut cepat busuk dengan sifat fisik yang berbeda.
Sayuran dan buah-buahan mempunyai sifat fisik yang berbeda. Perbedaan
tingkat kematangan juga menyebabkan perbedaan sifat fisik. Sifat fisik buah dan
sayur yang sering melipputi parameter antara lain: warna, aroma, rasa, bentuk
ukuran dan kekerasan. Umumnya diamati secara subyektif.sedangkan parameter
berat ditetapkan secara obyektif menggunakan alat timbangan.
Komposisi setiap macam sayuran dan buah-buahan berbeda. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa factor yaitu perbedaan varietas, keadaan cuaca tempat tumbuh,
pemeliharaan tanaman, dan kondisi penyimpanan. Sayuran dan buah-buahan
mempunyai kadar air yang tinggi yaitu sekitar 75-95%, namun umumnya rendah
kadar protein dan lemak.
Kerusakan yang terjadi pada sayuran yang telah dipanen, disebabkan karena
organ panenan tersebut masih melakukan proses metabolisme dengan
menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam sayuran tersebut.
Berkurangnya cadangan makanan tersebut tidak dapat digantikan karena
sayuran tersebut sudah terpisah dari pohonnya ataupun telah dicabut (untuk
bayam, sawi) sehingga mempercepat proses hilangnya nilai gizi sayur dan
mempercepat senesen. Sedangkan tingkat kerusakan sayuran dipengaruhi oleh
difusi gas ke dalam dan ke luar jaringan yang terjadi melalui lentisel yang
tersebar di permukaaan sayur. Menghambat proses tersebut tentunya secara
teoritis dapat pula dilakukan sehingga dapat memperlambat laju perusakan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum panen dan pasca panen adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian panen dan pasca panen
2. Mengetahui dan memahami kriteria panen
3. Mengetahui dan memahami tahapan penanganan pasca panen produk
sayuran dan tujuan tahapan
4. Mengetahui dan memahami perubahan fisiologis selama masa penyimpanan
5. Mengetahui dan memahami faktor penyebab kerusakan produk sayuran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Panen dan Pasca panen
2.1.1 Panen
Panen adalah suatu ungkapan untuk menunjukkan bila tiba saatnya akan nyata
mana yang berubah mana yang tidak. (Suprapti,2002)
Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi
merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk
grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk
kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk pemilahan (kriteria )
dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar.
b) Pengemasan / pengepakan / pembungkusan
Pengemasan adalah mengemas atau memberi tempat pada hasil agar terlihat
baik dan komoditas terlindungi.
c) Penyimpanan (Storage operation)
Tujuan / guna penyimpanan yaitu:
1) Memperpanjang kegunaan (dalam beberapa kasus, meningkatkan kualitas)
2) Menampung produk yang melimpah
3) Menyediakan komoditas tertentu sepanjang tahun
4) Membantu dalam pengaturan pemasaran
5) Meningkatkan keuntungan finansial bagi produsen
6) Mempertahankan kualiatas dari komoditas yang disimpan
d) Transportasi/Pengangkutan
Pengangkutan umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua kondisi
penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan. Faktor
pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah:
1) Fasilitas angkutannya
2) Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan
3) Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan
4) Perlakuan bongkar-muat yang diterapkan.
e) Pemberian bahan kimia:
Berbagai tujuan pemberian bahan kimia, antara lain:
1) Insektisida atau Fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit
setelah panen.
2) Penyerap etilen (ethylene absorber) untuk mengikat gas etilen yang timbul
selama penyimpanan buah agar pematangan buah dapat diperlambat.
3) Pemberian etilen untuk mempercepat pematangan atau untuk pemeraman.
4) Pemberian zat penghambat pertunasan untuk menekan tumbuhnya tunas
5) Pelilinan untuk mengganti atau menambah lapisan lilin yang ada dipermukaan
buah.
6) Pemberian kapur pada tangkai kubis (bekas potongan) untuk mencegah
pembusukan.
7) Pemberian senyawa tertentu untuk warna yang lebih baik
2.4 Perubahan Fisiologis Selama Masa Penyimpanan
Menurut Kays (1991), perubahan-perubahan fisiologis selama masa
penyimpanan diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Daun menguning atau layu.
b) Batang mengeras.
c) Buah terlalu matang (bonyok).
d) Buah keriput.
e) Umbi mulai berakar.
f) Buah atau biji mulai alot.
2.5 Faktor Penyebab Kerusakan Produk Sayuran
2.5.1 Internal
a) Respirasi
b) Transpirasi
c) Pertumbuhan tajuk
d) Produksi etilen
e) Hama dan penyakit
Kerusakan fisik dapat terjadi pada seluruh tahapan, mulai dari kegiatan sebelum
panen, pemanenan, penanganan, grading, pengemasan, transportasi,
penyimpanan, dan pemasaran. Kerusakan yang umum terjadi adalah memar,
terpotong, adanya tusukan tusukan, bagian yang pecah, lecet dan abrasi.
Kerusakan dapat pula ditunjukkan oleh dihasilkannya stress metabolat (seperti
getah), terjadinya perubahan warna coklat dari jaringan rusak, menginduksi
produksi gas etilen yang memacu proses kemunduran produk.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi
a. Alat :
1) Wrapping plastic : untuk mengemas komoditi bahan.
2) Piring foam : sebagai wadah bahan.
3) Timbangan : menimbang bobot bahan selama masa penyimpanan.
4) Gunting : menggunting plastic wrap.
5) Kamera : mendokumentasi selama masa penyimpanan.
6) Lemari pendingin : tempat penyimpanan bahan.
7) Alat tulis : Mencatat hasil
b. Bahan
1) Wortel : Sebagai bahan pengamatan.
2) Buncis : Sebagai bahan pengamatan.
3.2 Cara Kerja
3.3 Analisa Perlakuan
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih bahan atau sayuran
yang layak untuk diamati, artinya belum ada busuk pada bahan tersebut,
sehingga akan teramati dengan jelas kualitas bahan atau sayuran tersebut. Pada
pengamatan ini, kami menggunakan tanaman Wortel dan Buncis. Setelah bahan
dipilih, selanjutnya adalah menimbang bahan yang telah terpilih untuk
dipisahkan dalam empat perlakuan yang berbeda dengan berat yag sama.
Selanjutnya, kemaslah dengan Wrapping plastic dalam Piring foam untuk dua
wadah saja (wortel), sedangkan wadah dua lainnya tanpa menggunakan
Wrapping plastic . Setelah pengemasan selesai, langkah berikutnya adalah
menyimpannya dalam kondisi ruang yang berbeda.
Keempat kemasan tersebut, simpan dengan perlakuan yang berbeda:
1) Wortel dengan Wrapping plastic (J1) : disimpan dalam lemari es
2) Wortel tanpa Wrapping plastic (J2) : disimpan dalam lemari es
3) Wortel dengan Wrapping plastic (J3) : disimpan dalam suhu kamar
4) Wortel tanpa Wrapping plastic (J4) : disimpan dalam suhu kamar
Amati setiap perubahan pada bahan tersebut, warna, kenampakan, bobot, kadar
air, aroma, dan kerusakan lainnya dari bahan tersebut. Jangan lupa untuk
menimbangnya setiap hari selama 14 hari, dokumentasikan semua hasil yang
ditemukan serta tidak lupa untuk mencatat hasilnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3.3 Bobot
Keempat perlakuan penyimpanan wortel menunjukkan hasil penurunan bobot
selama penyimpanan. Penyusutan wortel sebesar 17% berasal dari air. Apabila
kadar air berkurang, maka bobot wortelpun akan berkurang. Penurunan bobot ini
dikarenakan adanya peningkatan suhu yang menyebabkan penguapan atau
transpirasi wortel. Pada suhu yang tinggi, terjadi penurunan kandungan O2,
sedangkan pada saat itu kandungan CO2 naik. Dan pada umumnya, tanda-tanda
kerusakan pada buah ata sayuran jelas terlihat bila kehilangan air antara 3-8%
dari beratnya. (Anonymousb. 2012)
4.3.4 Kadar Air
Dalam masa penyimpanan tertentu, kadar air akan mengalami penurunan
karena kelembaban udara yang didukung oleh temperature tinggi. Kadar air
yang hilang disebabkan oleh kadar O2 yang menurun, sedangkan CO2
bertambah. Hal ini berarti wortel tidak dapat berespirasi secara sempurna, dari
keempat perlakuan, yang mengalami penyusutan terbesar adalah pada
perlakuan J4, dimana wortel tanpa dikemas dengan Wrapping plastic dan
disimpan dalam suhu kamar. Kehilangan air dari produk secara potensial terjadi
melalui bukaan-bukaan alami (stomata dan lentisel). (Anonymousb. 2012)
4.3.5 Aroma
Lama penyimpanan selama 2 minggu, menunjukkan perubahan aroma pada
wortel. Wortel memiliki aroma tidak sedap.
4.3.6 Kerusakan Lainnya
Dari keempat perlakuan, tidak ditemukan kerusakan lain selain warna,
kenampakan, bobot, kadar air dan aroma. Kerusakan lain seperti kerusakan
mekanis akibat pasca panen tidak terdapat pada objek pengamatan. Selain itu,
adanya Mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan susut pasca panen buah
dan sayuran secara umum disebabkan oleh jamur dan bakteri juga tidak
ditemukan dimana jika mikroorganisme ini menginfeksi, maka bisa jadi untuk
infeksi pertama ditemukan selama pertumbuhan dan perkembangan produk
tersebut masih dilapangan akibat adanya kerusakan mekanis selama operasi
pemanenan, atau melalui kerusakan fisiologis akibat dari kondisi penyimpanan
yang tidak baik. Pembusukan pada buah-buahan umumnya sebagai akibat
infeksi jamur sedangkan pada sayur-sayuran lebih banyak diakibatkan oleh
bakteri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penangan parsca panen merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
kegiatan setelah panen. Antara lain melakukan pengemasan pada buah dan
sayuran, dengan tujuan mengurangi penguapan dan agar menarik konsumen.
Pengemasan merupakan salah satu bidang kegiatan yang aktivitasnya
menangani sayuran pasca panen untuk kemudian disiapkan menjadi satu produk
sesuai dengan criteria yang diharapkan pelanggan.
Selain dengan metode pengemasan, umur simpan sayuran dapat diperpanjang
dengan metode penyimpanan yang benar. Penyimpanan dilakukan pada ruang
pendingin dengan temperature yang optimal sesuai dengan daya simpan (Shelf
Life) sayuran tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan wortel, dengan perlakuan yang berbeda
menunjukkan bahwa wortel yang dikemas dengan Wrapping plastic dan
diletakkan dalam lemari es ternyata mampu membuat wortel tidak mengalami
DAFTAR PUSTAKA
(Anonymousa, 2012). Past-harvest. http://en.wikipedia.org/wiki/Harvest. diakses
tanggal 13 Juni 2012
(Anonymousb. 2012). Kerusakan Sayur dan Buah.
http://agromeka.wordpress.com/2010/10/09/kerusakan-sayur-dan-buah/.
Diakses tanggal 13 Juni 2012
Lisa, Kitinoja, and James F. Thomps.2002. Pre-cooling Systems for Small-Scale
Producers (on line). http://ucce.ucdavis.edu/files/datastore/234-1594.pdf. diakses
tanggal 12 Juni 2012
Kays, S. 1991. Pastharverst Physiology of Pherishable Plant Product. AVI Book:
New York
Pantastico. 1997. Fisiologi pasca panen dan penanganan dan pemanfaatan buahbuahan dan sayur-sayuran tropika dan subtropika. UGM Press: Yogyakarta
Mutiarawati. 2007. Penanganan pasca Panen hasil pertanian. UNPAD Press:
Bandung
Suprapti.2002. Technologi pengolahan pangan. Kanisius: Yogyakarta
Sudheer, et.al. 2007. Harvest Tecnology of Horticultural. New Delhi: Publishing
Agency
Verma.2000. PDctharvest Technology of Fruits and vegetable. Publishing
company:
New Delhi
Waters, A. 2006. Oxford Essential Dictionary. Oxford University Press: USA