Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MANAJEMEN TEKNOLOGI

PENGELOLAAN MINYAK DI INDONESIA YANG MENCAKUP


PEMBAHASAN PETRAL DAN BLOK MAHAKAM

DISUSUN OLEH:
NAM A

: UTOMO IZZAYANTO

NIM

: 12 522 187

DOSEN PENGAMPU:
AGUS MANSUR S.T., M.ENG.SC.

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2015

PENGELOLAAN MINYAK DI INDONESIA YANG MENCAKUP


PEMBAHASAN PETRAL DAN BLOK MAHAKAM
Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi
penerimaan sektor minyak dan gas (migas) mencapai Rp 320,25 triliun per 31 Desember
2014. (Liputan 6 Bisnis, 2015). Tentu saja angka tersebut merupakan jumlah yang luar biasa
demi menyumbang pendapatan negara. Sehingga pemerintah harus lebih serius dalam
mengelola migas di Indonesia, demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Berdasarkan catatan, sektor hulu nasional secara garis besar memiliki dua model tata
kelembagaan yang berbeda. Pada periode awal pengusahaan pada 1970-an hingga sebelum 23
November 2001, mengacu pada ketentuan UU Prp Nomor 4 Tahun 1960 dan UU Nomor 8
Tahun 1971, pengelolaan sektor migas nasional dipegang dan dilaksanakan oleh perusahaan
negara atau badan usaha (BUMN), yaitu Pertamina. (Reformer.com, 2011)
Pada periode tersebut, pengelolaan hulu migas, terutama yang terkait dengan fungsi
pelaksanaan dan pengawasan kontrak migas, dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Kontraktor
Asing (BPKA) yang kemudian berubah menjadi Badan Pembinaan dan Pengawasan
Kontraktor Asing (BPPKA), suatu unit/direktorat di dalam Pertamina. Sedangkan sejak
diundangkan Undang-Undang Minyak dan Gas Nomor 22 Tahun 2001, pengelolaan sektor
hulu minyak dan gas dalam hal pengawasan dan pengendalian kontrak dilaksanakan oleh
Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BPMIGAS), yang berstatus hukum
sebagai badan hukum milik negara (BHMN).
Konsekuensi mendasar pertama akibat perubahan model tata kelembagaan di sektor
hulu dari Undang-Undang Prp Nomor 4 Tahun 1960 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1971 ke Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 adalah bahwa amanat Undang-Undang
Dasar 1945 tentang kekayaan alam harus dikuasai oleh negara dilanggar.
Karena pemerintah (menteri) memberikan kuasa pertambangan langsung kepada
kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Pemberian kuasa pertambangan secara langsung
kepada KKKS (termasuk KKKS asing di dalamnya) ini, secara tidak langsung telah
melepaskan aspek kedaulatan negara dalam penguasaan kekayaan alam yang dimiliki.
Perubahan tata kelembagaan hulu tersebut juga melahirkan beberapa ketentuan yang
rancu. Salah satunya adalah ditugaskannya Badan Pelaksana untuk melakukan kontrak
dengan KKKS, termasuk dengan BUMN minyak dan gas kita sendiri, Pertamina. Badan
Pelaksana yang bukan merupakan entitas bisnis dan juga tidak memiliki wilayah

pertambangan (WP), namun ditugaskan untuk melakukan (menandatangani) kontrak bisnis


dengan KKKS yang merupakan entitas bisnis.
Pengelolaan migas di Indonesia sebanyak 85% masih dikuasai oleh bangsa asing
termasuk potensi migas terbesar yaitu pada Indonesia timur, dan selebihnya Indonesia masih
belum maksimal dalam mengelola keuntungan yang ada. Pihak Indonesia yang mengelola ini
sendiri hanya Pertamina. Hal ini dikarenakan pengelolaan yang buruk dan banyaknya mafia
mafia migas yang memanfaatkan kesempatan ini untuk kepentingan probadi saja. (Slay,
2013)
Dari banyaknya potensi yang sebenarnya dimiliki oleh Indonesia, tetap saja kebutuhan migas
di Indonesia masih belum dapat terpenuhi. Maka daripada itu, dibentuklah petral sebagai
berikut:

PETRAL
a. Sejarah
Petral berdiri pada 1969 dengan nama PT Petral Group dengan dua pemegang
sahamnya dari Petra Oil Marketing Corporation Limited yang terdaftar di Bahama
dengan kantornya Hong Kong, serta Petral Oil Marketing Corporation yang terdaftar
di California, Amerika Serikat (AS). Pada 1978, kedua perusahaan pemegang saham
Petral tersebut melakukan marger dengan mengubah nama perusahaanya menjadi
Petra Oil Marketing Limited yang terdaftar di Hong Kong. Kemudian pada 19791992, kepemilikan saham Petra Oil Marketing Limited dimiliki oleh perusahaan
Zambesi Invesments Limited yang terdaftar di Hong Kong dan Pertamina Energy
Services Pte Limited yang terdaftar di Singapura. Pada 1998, perusahaan tersebut
diakusisi oleh PT Pertamina (Persero) dan pada 2001 mengubah namanya menjadi PT
Pertamina Energy Trading Ltd (Petral). Selain Pertamina, sahamnya juga dimiliko
Zambesi Invesments Limited dan Pertamina Energy Services Pte Limited. (Detik
Finance, 2014)
b. Apa itu Petral? (Detik Finance, 2012)
Petral adalah anak perusahaan yang 100% dimiliki Pertamina. Tugasnya
melakukan trading. Jual-beli minyak. Lebih tepatnya membeli minyak dari mana saja
untuk dijual ke Pertamina. Semua aktivitas itu dilakukan di Singapura. Petral memang
didesain untuk didirikan di Singapura. Sebagai perusahaan Singapura Petral tunduk
pada hukum Singapura.
Sebelum terbentuknya Petral, segala macam pembelian dilakukan oleh induk
perusahaan Pertamina di Jakarta. Kemudian dipindah ke Singapura agar segala

macam pembelian dilakukan oleh sebuah perusahaan trading tanpa mengganggu


Direksi Pertamina. Selain itu agar lebih mudah melakukan trading karena perusahaan
berada di Singapura sehingga tunduk pada peraturan Singapura yang diharapkan tidak
adanya intervensi.
Pertamina adalah perusahaan yang sangat besar, dan sebagai yang terbesar di
Indonesia. Sebagai perusahaan yang terbesar, posisi tawar Pertamina tidak akan ada
bandingannya. Pertamina memiliki hak mendikte: mendikte apa saja, termasuk
mendikte pemasok dan bahkan mendikte pembayaran. Sehingga sebagai perusahaan
terbesar Pertamina harus dapat melakukan pembelian langsung dari pemilik asal
barang, membeli BBM langsung dari perusahaan kilang dan membeli crude (minyak
mentah) langsung dari perusahaan penambang minyak.
c. Isu Pembubaran Petral
Pada isu pembubaran Petral, terindikasi terdapat beberapa motif yang terdapat
pada permasalahan tersebut diantaranya yaitu ada pihak yang dengan sungguhsungguh ingin memberikan yang terbaik bagi Pertamina, namun di sisi lain bagi para
mafia hal ini membuat mereka tidak bisa bermain main lagi, atau bahkan selain itu
membuat mereka mendapat link bermain yang lebih banyak.
Bubarnya Petral akan membuat para mafia di dalam Petral akan mati kutu,
sedangkan motif lain mengindikasikan pembubaran ini akan membuat link bermain
yang semakin kuat bagi mafia. Bahkan juga terdapat isu bahwa pembubaran ini akan
mengakibatkan labilnya pasokan migas Indonesia yang membuat kelangkaan migas di
Indonesia, kemudian kelangkaan ini akan dimanfaatkan oleh golongan tertentu.

BLOK MAHAKAM (skkmigas.go.id, 2013)


1. Sejarah Blok Mahakam
Kontrak bagi hasil blok Mahakam ditandatangani tahun 1967, kemudian
diperpanjang pada tahun 1997 untuk jangka waktu 20 tahun sampai tahun 2017.
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada tahun 1967 menemukan cadangan minyak
dan gas bumi di Blok Mahakam tahun 1972 dalam jumlah yang cukup besar.
Cadangan (gabungan cadangan terbukti dan cadangan potensial atau dikenal dengan
istilah 2P) awal yang ditemukan saat itu sebesar 1,68 miliar barel minyak dan gas
bumi sebesar 21,2 triliun kaki kubik (TCF). Dari penemuan itu maka blok tersebut
mulai diproduksikan dari lapangan Bekapai pada tahun 1974.
Produksi dan pengurasan secara besar-besaran cadangan tersebut di masa lalu
membuat Indonesia menjadi eksportir LNG terbesar di dunia pada tahun 1980-2000.
Kini, setelah pengurasan selama 40 tahun, maka sisa cadangan 2P minyak saat ini
sebesar 185 juta barel dan cadangan 2P gas sebesar 5,7 TCF. Pada akhir maka kontrak
tahun 2017 diperkirakan masih menyisakan cadangan 2P minyak sebesar 131 juta
barel dan cadangan 2P gas sebanyak 3,8 TCF pada tahun 2017. Dari jumlah tersebut
diperkirakan sisa cadangan terbukti (P1) gas kurang dari 2 TCF.
Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang bekerja disana saat ini di Blok
Mahakam, yaitu TOTAL yang berpartner dengan INPEX 50% - 50%, telah
menginvestasikan setidaknya US$ 27 miliar atau sekitar Rp 250 triliun sejak masa
eksplorasi dan pengembangannya telah memberikan penerimaan Negara sebesar US$
83 miliar atau sekitar Rp.750 triliun.
2. Permasalahan Perpanjangan Kontrak Blok Mahakam (og-indonesia.com, 2015)
Masalah perpanjangan blok Mahakam sangat erat kaitannya dengan upaya
untuk menjamin dan memaksimalkan penerimaan Negara. Seandainya pemerintah
bermaksud memperpanjang kontrak blok Mahakam, maka pemerintah pasti akan
meminta kenaikan bagi hasil yang lebih banyak lagi dari kontrak sebelumnya. Saat ini
Pemerintah masih menimbang-nimbang siapa yang akan ditunjuk sebagai operator
blok tersebut, baik opsi memperpanjang kontrak dengan perubahan split dan
perubahan komposisi participating interest, maupun opsi menyerahkan operatorship
ke perusahaan Nasional, yaitu Pertamina.
Karena besarnya cadangan tersisa, pihak asing telah kembali mengajukan
perpanjangan kontrak. Disamping permintaan oleh manajemen Total, PM Prancis
Francois Fillon pun telah meminta perpanjangan kontrak Mahakam saat berkunjung
ke Jakarta Juli 2011. Disamping itu Menteri Perdagangan Luar Negeri Prancis Nicole

Bricq kembali meminta perpanjangan kontrak saat kunjungan Jero Wacik ke Paris, 23
Juli 2012. Hal yang sama disampaikan oleh CEO Inpex Toshiaki Kitamura saat
bertemu Wakil Presiden Boediono dan Presiden SBY pada 14 September 2012.
Padahal sesuai UU Migas No.22/2001, jika kontrak migas berakhir, pengelolaan
seharusnya diserahkan kepada BUMN. Apalagi hal ini sesuai amanat konstitusi dan
kepentingan strategis nasional. Pertamina pun telah menyatakan keinginan dan
kesanggupan mengelola blok Mahakam berkali-kali sejak 2008. Namun dalam
perkembangannya, banyak pihak terkesan memilih untuk mendukung Total tetap
menjadi operator Blok Mahakam. Hal ini dapat dianggap bentuk penghianatan
terhadap amanat Pasal 33 UUD 1945 karena cenderung memperkokoh penjajahan
asing terhadap bumi pertiwi Indonesia.

Daftar Pustaka
(2011). Diambil kembali dari Reformer.com: http://www.reforminer.com/list-allcategories/1176-pengelola-hulu-migas-perusahaan-negara-bumn-ataubhmn
(2013). Diambil kembali dari skkmigas.go.id: http://www.skkmigas.go.id/datadan-fakta-seputar-blok-mahakam
(2015). Diambil kembali dari og-indonesia.com: http://www.ogindonesia.com/2015/04/ada-skenario-gagalkan-pertamina-kelola.html
Detik Finance. (2012). Diambil kembali dari Detik.com:
http://finance.detik.com/read/2012/05/21/111856/1920610/1034/catatandahlan-iskan-ribut-ribut-soal-petral?f9911023
Detik Finance. (2014). Diambil kembali dari Detik.com:
http://finance.detik.com/read/2014/09/25/135236/2701033/1034/2/inisejarah-terbentuknya-petral-dari-bahama-hingga-singapura
Liputan 6 Bisnis. (2015). Diambil kembali dari Liputan6.com:
http://bisnis.liputan6.com/read/2155417/ini-realisasi-penerimaan-negaradari-sektor-migas
Slay, W. (2013). News: regional. Diambil kembali dari tribunnews.com:
http://www.tribunnews.com/regional/2013/08/18/buruknya-pengelolaanmigas-di-indonesia-karena-pemerintah-tidak-becus

Anda mungkin juga menyukai

  • Pemodelan Sistem
    Pemodelan Sistem
    Dokumen16 halaman
    Pemodelan Sistem
    Uut Kira Momo
    Belum ada peringkat
  • Bijak
    Bijak
    Dokumen94 halaman
    Bijak
    Uut Kira Momo
    Belum ada peringkat
  • Studi Kasus Modul 1 Penelitian Pasar
    Studi Kasus Modul 1 Penelitian Pasar
    Dokumen1 halaman
    Studi Kasus Modul 1 Penelitian Pasar
    Hasanudin
    Belum ada peringkat
  • PPP 3
    PPP 3
    Dokumen3 halaman
    PPP 3
    Uut Kira Momo
    Belum ada peringkat
  • PPP 3
    PPP 3
    Dokumen3 halaman
    PPP 3
    Uut Kira Momo
    Belum ada peringkat
  • Spek
    Spek
    Dokumen1 halaman
    Spek
    Uut Kira Momo
    Belum ada peringkat
  • Tugas UTS 2013
    Tugas UTS 2013
    Dokumen12 halaman
    Tugas UTS 2013
    Uut Kira Momo
    Belum ada peringkat
  • Cluster F 16
    Cluster F 16
    Dokumen31 halaman
    Cluster F 16
    Uut Kira Momo
    Belum ada peringkat
  • Laporan POMB Ke 1
    Laporan POMB Ke 1
    Dokumen14 halaman
    Laporan POMB Ke 1
    Uut Kira Momo
    Belum ada peringkat