Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KELOMPOK IMUNOHISTOKIMIA

NAMA

: OMAN SETIYANTO

NIM

: 115130100111015

Deteksi yang digunakan adalah:


1. Deteksi ekspresi E-cadherin dengan teknik imunohistokimia pada preparat ginjal.
E-cadherin merupakan senyawa glikoprotein yang memegang peranan penting
dalam agregasi sel. E-cadherin ditemukan pada wilayah intercellular space antar sel.
Ekspresi dari E-cadherin terdapat pada hampir semua sel-sel epitel. Apabila ekspresi
dari e-cadherin menurun akan menyebabkan EMT (Epithelial to Mesenchymal
Transition) sehingga terjadi peningkatan matriks ekstra seluler yang akan memicu
terjadinya fibrosis ginjal (Tian et al, 2011). Fibrosis ginjal merupakan keadaan
patologis pada ginjal yang berupa akumulasi dari matriks ekstraseluler akibat adanya
kerusakan sel epitel glomerulus dan tubulus pada ginjal. Penyakit ini merupakan
penyebab utama dari penyakit ginjal kronik. WHO menyatakan penyakit ginjal kronik
menyebabkan kematian 850.000 penduduk setiap tahunnya. Penanganan kerusakan
pada ginjal yang masih memungkinkan untuk sembuh secara efektif dan tepat adalah
pada fase awal yaitu pada tahap fibrosis ginjal. Kondisi ini masih pada tahap
kerusakan yang bersifat reversibel sehingga jaringan ginjal tersebut dapat melisiskan
penggumpalan darah, oleh karena kemampuannya mengubah plasminogen menjadi
plasmin (Sulyok, 2004).
Akan tetapi, aktivitas dari plasminogen memiliki efek toksik pada ginjal yang
lebih lanjut dapat menyebabkan fibrosis ginjal. Aktivitas plasminogen akan
menginduksi peningkatan TGF- yang memiliki sifat profibrotik dan proinflamatori
penyebab utama fibrosis pada ginjal (Pardede, 2009). Sitokin TGF- yang terekspresi
tinggi akan menyebabkan menurunnya protein e-cadherin. Ekspresi e-cadherin ini
dapat dideteksi dengan teknik imunohistokimia pada preparat ginjal.
2. Teknik pewarnaan HE untuk melihat gambaran histopatologi ginjal.
Pembuatan preparat histologi ginjal adalah dengan cara organ ginjal tersebut
difiksasi dengan larutan NBF 10% kemudian dipotong dan dimasukkan kedalam
specimen yang terbuat dari plastik. Selanjutnya preparat tersebut dilakukan proses
dehidrasi dengan alkohol bertingkat (alkohol 70%, 80%, 90%, alkohol absolute I,
absolute II) masing-masing 2 jam. Kemudian dilakukan penjernihan dengan xylol dan
dicetak dengan menggunakan paraffin sehingga sediaan tercetak dalam blok-blok

paraffin dan disimpan dalam lemari es. Blok-blok tersebut kemudian dipotong dengan
ukuran tebal 5-6 m menggunakan mikrotom. Potongan tersebut diapungkan dalam
air dengan suhu 600C untuk merengangkan agar jaringan tidak melipat. Kemudian
diangkat dan diletakkan dalam objek glass untuk dilakukan pewarnaan HE
(Hematoxylin dan Eosin). Setelah itu preparat siap diperiksa dibawah mikroskop.
Pada pewarnaan HE, tahapan yang harus dilakukan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
No.

Tahapan

1.

Deparafinisasi

2.

Rehidrasi

3.

Pewarnaan

4.

Differensiasi

5.

6.

7.

8.

Blueing

Pewarnaan

Dehidrasi

Mouting

Zat

Waktu

Xylol I

2-3 celup

Xylol II

2-3 celup

Alkohol 100%

10 celup

Alkohol 90%

10 celup

Alkohol 80%

10 celup

Air

1 menit

Hematoxylin

1-5 menit

Air

1 menit

HCL 0,6%

1-2 celup

Air

1 menit

Lithium Karbonat 0,5%

3 menit

Air

1 menit

Alkohol 95%

1-2 celup

Eosin

3 menit

Alkohol 80%

10 celup

Alkohol 90%

10 celup

Alkohol 100%

10 celup

Xylol I

2-3 celup

Xylol II

2-3 celup

Entelan

1-2 tetes

DAFTAR PUSTAKA
Pardede, S.O. 2009. Struktur Sel Streptokokus dan Patogenesis Glomeluronefritis Akut
Pascarastreptokokus. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Sulyok, E. 2004. Acute Proliferative Glomerulonephritis. Pada Avner ED, Harmon WE,
Niaudet P. Pediatric Nephrology. Edisi ke 5. Philadelphia : Lippincot Williams and
Wilkins pp: 601-613.

Anda mungkin juga menyukai