Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

RELEVANSI TEORI PENDIDIKAN DENGAN DASAR DASAR AJARAN


ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. H. Darmuin, M. Ag

Di susun oleh :
Fila Millati Qutsi

(133111090)

Muhammad Syamsudin H

(133111091)

Muhammad Syarif H

(133111092)

Muhammad Faizun

(133111093)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
8

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, teori merupakan pendapat. Dalam ilmu sejarah misalnya
dikembangkan teori yang mengatakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia adalah
pada abad ketiga belas, teori lain mengatakan jauh sebelum itu. Inilah makna teori
secara umum, bahwa teori adalah pendapat.
Teorisasi dalam pendidikan Islam sangat diperlukan karena untuk
memperoleh suatu keberhasilan dalam proses pendidikan Islam, diperlukan
adanya ilmu pengetahuan tentang pendidikan Islam baik yang bersifat teoritis
maupun praktis.
Para ahli teori pendidikan telah memberikan dasar pandangan tentang
pekerjaan mendidik yang harus berlangsung secara hati-hati. Di situlah diperlukan
pedoman teoritis untuk diamalkan sesuai dengan tujuannya.
Pendidikan dapat diartikan sebagai metode untuk mengembangkan
ketrampilan, kebiasaan, dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat
seseorang menjadi lebih baik.
Pendidikan juga dapat di artikan sebagai upaya untuk pembudayaan
manusia untuk mengembangkan potensinya secara optimal yang dalam
pelaksanaannya sangat bergantung pada sang pendidik .
Teori merupakan ujung dari kelangsungan proses yang berkesinambungan
dengan pelaksanaan praktis pada ujung lainnya. Oleh karena itu, teori pada
hakikatnya adalah suatu bentuk perenungan dan pemikiran mendalam, sedangkan
masalah praktis melibatkan suatu pekerjaan yang aktual. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan membahas pentingnya teorisasi dalam pendidikan Islam secara
lebih jelas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa maksud dari teori pendidikan?
2. Apa saja dasar-dasar ajaran agama Islam?
3. Bagaimana relevansi teori pendidikan dengan dasar ajaran agama Islam?

II. PEMBAHASAN
A. TEORI PENDIDIKAN
Teori adalah sejumlah prorposisi yang terintegrasi secara sintaktik
(artinya kumpulan proposisi ini mengikuti aturan tertentu yang dapat
menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan yang lain, dan juga
pada data yang diamati), serta yang digunakan untuk memprediksi dan
menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati (snelbecker, 1974). Sedangkan
menurut KBBI teori berarti pendapat yang didasarkan pada penelitian dan
penemuan, didukung oleh data dan argumentasi; penyelidikan eksperimental
yang mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi,
argumentasi.
Perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan juga vital bagi
psikologi dan pendidikan agar dapat maju atau berkembang, serta
memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang. Dapat
disimpulkan bahwa ilmu apa pun untuk dapat berkembang, harus dilandasi
teori.Adapun Macam-macam Teori Pendidikan ialah :
a. Teori Pendidikan menurut Plato
Menurut Plato pendidikan adalah suatu tindakan pembebasan dari
belenggu ketidak tahuan dan ketidak benaran. Dengan pendidikan orangorang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar, serta
akan mengenal yang baik dan yang jahat, yang patut dan yang tidak patut.
Menurutnya ujuan uatama dari pendidikan adalah untuk menemukan
kemampuan-kemampuan ilmiah seiap individu dan melatihnya sehingga
berhasil menggapai segala keutamaan manusia seutuhnya.1
b. Teori Pendidikan menurut Schopenhauer
Schopenhauer berpandangan bahwa perkembangan

individu

ditentukan oleh sifat bawaan lahir. Faktor lingkungan kurang bepengaruh


terhadap pandidikan dan perkembangan anak.

Oleh karena itu hasil

pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Teori ini
menjadi

sebuah

aliran

yang

disebut

nativisme.Dengan

demikian

keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Pendidikan anak


yang idak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi
perkembangan itu sendiri. Pandangan itu tidak menyimpang dari
1
Abuddin Nata, Ilmu pendidiakan Islam dengan Pendekatan
Multidisipliner,(Jakarta: Rajawali Pers, 2009),
8
hlm. 128

kenyataan. Misalnya, anak mirip dengan orangtuanya secara fisik, sifat dan
bakat orangtua. Prinsip dari teori ini adalah pengakuan entang adanya daya
asli yang telah terbentuk sejak manusia terlahir, yaitu daya-daya psikologis
dan fisiologis yang bersifat herediter (menurun secara genetik dari
orangtua kepada anak) serta kemampuan dasar lainnyayang kepastiannya
berbeda dalam setiap diri manusia.
c. Teori Pendidikan menurut John Locke
John Locke adalah filosof dari Inggris yang memberikan teorinya
dikenla dengan Tabulae Rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak
yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan
mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Dari fakor
keturunan menurutnya tidak dipentingkan lagi. Pengaruh empiris yang
diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan
anak. Menurut teori ini, pendidikan sebagai faktor luar memegang peranan
sangat penting, sebab pendidikan menyediakan lingkumgan pendidikan
bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman. Teori
ini menjadi sebuah aliran yang disebut empirisme.
d. Teori Pendidikan Menurut William Stern
William adalah seorang tokoh pendidikan dari Jeman yang hidup
pada tahun 1871-1939 M. Beliau memperkenalkan teorinya tentang
pendidikan yakni teori Konvergensi. Teori ini adalah perpaduan antara
teori nativisme dan empirisme yang memaparkan bahwa anak yang lahir di
dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, dan tahap selanjutnya
lingkungan yang akan mempengaruhi pendidikannya. Jadi menurut teori
ini

kedua

faktor

tersebutsaling

keterkaitan

dan

bersifat

penting.Teoriinimenjadisebuahaliran yang disebut konvergensi.


Anak yang mempunyai bakat yang baik dari lahir dan didukung
oleh lingkungan yang baik maka anak tersebut akan semakin baik pula,
karena dua faktor tersbu sama-sama terpenuhi. Sedangkan jika salah satu
faktor tersebut tidak terpenuhi maka hasilnya tidak akan maksimal.
Dengan demikian teori konvergensi memaparkan bahwa
pendidikan sangat bergantung pada fakor bakat bawaan dan lingkungan.

Tetapi William tidak menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh


kedua faktor tersebut.2
B. DASAR-DASAR AJARAN ISLAM
Dasar yaitu landasan atau fondamen tempat berpijak atau tegaknya sesuatu
adar sesuatu tersebut tegak kukuh berdiri.

Dasar dasar ajaran Islam dapat

dikemukakan selengkapnya sebagai berikut.


1. Al-Quran
Secara etimologi al-Quran berasal dari kata qaraa, yaqrau, qiraatan,
atau quranan, yang berarti mengumpukan (al-jamu) dan menghimpun (adhdhammu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian kebagian lain secara
teratur.4


Artinya: Maka apabila Kami telah membacakannya (Al-Quran), maka
ikutilah bacaan Kami (Q. S. Al-Qiyamah, 75:18).
Secara terminologi al-Quran dapat diartikan sebagai kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan dibacakan secara mutawattir
(umum). Para ulama ushuluddin berpendapat bahwa al-Quran merupakan
firman Allah yang kekal.
Fungsi al-Quran sebagai sumber pendidikan, lebih lanjut dapat dilihat
dari berbagai aspek sebagai berikut.5
Pertama, dari segi namanya,

al-Quran

dan

al-Kitab

sudah

mengisyaratkan bahwa al-Quran memperkenalkan dirinya sebagai kitab


pendidikan. Al-Quran secara harfiah berarti membaca atau bacaan. Adapun alKitab berart menulis atau tulisan. Membaca dan menulis dalam arti seluasluasnya merupakan kegiatan utama dan pertama dalam kegiatan pendidikan.
Kedua, dari segi surat yang pertama kali diturunkan, yaitu ayat 1-5 surat
al-Alaq, juga berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Arti dari lima ayat surat alAlaq selengkapnya adalah: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
2

WijiSuwarno, Dasar-DasarIlmuPendidikan (Jogjakrta :Aruzz Media, 2009), hlm. 49-54


Drs. H. M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 23
4
Drs. Bukhari Umar, M. Ag, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
8 Amzah, 2010), hlm. 32
5
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. A, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm 76-77
3

dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan


perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. Lima ayat tersebut antara lain berkaitan dengan metode (iqra),
guru (Tuhan yang memerintahkan membaca), murid (Nabi Muhammad SAW
yang diperintahkan membaca), sarana prasarana (al-qalam), kurikulum
(sesuatau yang belum diketahui/ maa lam yalam).
Ketiga, dari segi fungsinya, yakni sebagai al-Huda, al-Furqan, alHakim, al-Bayyinah, dan rahmatan lilo alamin ialah bekaitan dengan fungsi
pendidikan dalam arti seluas-luasnya.
Keempat, dari segi kandungannya, al-Quran berisi ayat ayat yang
mengandung isyarat tentang berbagai aspek pendidikan. Buku-buku tentang alQuran dalm ubungannya dengan kegiatan pendidikan sebagaimana tersebut
diatas telah membuktikan bahwa kandungan al-Quran memuat isyarat tentang
pendidikan. Visi, misi, tujuan, kurikulum. Proses belajar mengajar, guru, dan
berbagai komponen pendidikan lainnya dapat dirumuskan dari ayayt-ayat alQuran.
Kelima, dari segi sumbernya, yakni dari Allah SWT, telah mengenalkan
diri-Nya sebagai al-Rabb atau al-Murabbi, yakni sebagi pendidik, dan orang
pertama didik atau diberi pengajaran oleh Allah SWT adalah Nabi Adam as. AlQuran menyatakan: Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (bendabenda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalau
berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu orangorang yang benar. (QS. Al-Baqarah (2): 31).
Dengan mengemukakan beberapa alasan tersebut diatas, maka tidaklah
salah jika Abdurrahman Shaleh Abdullah berkesimpulan, bahwa al-Quran
adalah Kitab Pendidikan.6
2. As-Sunnah
Secara harfiah as-Sunnah adalah jalan hidup yang dijalanu atau
dibiasakan, apakah jalan hidup itu baik atau buruk terpuji ataupun tercela.7
Adapun pengertian as-Sunnah menurut para ahli hadis adalah sesuatu
yang didapakan dari Nabi SAW yang terdiri dari ucapan, perbuatan, persetujuan,

Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Quran, (terj.) H. M. Arifin dari judul
asli educational Theory: Quranic Outlook, (Jakarta: Rineka
8 Cipta, 2005), hlm. 20
7
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. A, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm 77.

sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun
sesudahnya. Sunnah menurut para ahli hadis sama dengan pengertian hadis.
Dalam kaitan dengan ini M. Athiyah Al-Abrasyi meriwayatkan: Pada
suatu hari Rasulullah keluar dari rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua
pertemuan (kelompok). Dalam pertemuan pertama, orang-orang sedang berdoa
kepada Allah Azza Wajalla, mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam pertemuan
kedua, orang sedang member pelajaran. Langsung beliau bersabda:8



Mereka ini (pertemuan pertama) minta kepada Allah, bila Tuhan menghendaki
maka Ia memenuhi permintaan tersebut, dan jika Ia tidak menghendaki maka
tidak akan dikabulkan, sedangkan saya sendiri diutus menjadi juru didik.
Setelah itu beliau duduk pada pertemuan atau kelompok kedua. Praktik
ini membuktikan kepada kita suatu contoh terbaik, betapa Rasul mendorong
orang untuk belajar dan menyebarkan ilmu secara luas dan suatu pujian atas
keutamaan juru didik.9
Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah
menjunjung tinggi pada pendidikan dan memotivasi agar berkiprah pada
pendidikan dan pengajaran.10
C. RELEVANSI TEORI PENDIDIKAN DENGAN DASAR AJARAN ISLAM
Sebagaimana apa yang telah kita ketahui, ada berbagai macam teori atau
aliran dalam pendidikan diantaranya, Nativisme, Empirisme, dan konvergensi,
yang mana kesemuanya itu memberikan tanggapan atau mencari kebenaran
tentang faktor yang menentukan pertumbuhan kepribadian anak didik. Teori-teori
tersebut sebenarnya sudah terkandung dalam sumber ajaran Islam yakni Quran
dan Hadits. Berikut ini akan diuraikan sedikit tentang relevansi teori-teori tersebut
dengan dasar ajaran Islam.
1. Nativisme

Drs. H. M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 25.
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan 8Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 37
10
Drs. H. M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 26.
9

Aliran Nativisme dengan tokohnya Arthur Scopenhauer berpendapat


bahwa yang menentukan pendidikan seseorang adalah faktor pembawaan
yang bersifat kodrati dan dibawa sejak lahir. Pendidikan adalah sebuah proses
menumbuhkan faktor pembawaan yang ada dari sejak lahir yang selanjutnya
membentuk kepribadian. Potensi-potensi hereditas itulah pribadi seseorang.
Tanpa adanya potensi-potensi heregits yang baik, seseorang tak mungkin
mencapai taraf yang dikehendaki. Pendidikan (dalam arti pengaruh dari
lingkungan) tidak dapat mengubah manusia, karena potensi itu bersifat kodrati
Ditinjau dari sudut ajaran Islam, tampak bahwa sebagian dari
pandangan tersebut ada yang sejalan dengan ajaran Islam. Islam benar
mengakui adanya faktor pembawaan, sifat dan kecenderungan anak didik yang
mana dalam Islam disebut dengan fitrah11

. . .
. . . .
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (QS.AR-Rum :30)
Fitrah yang dimaksud dalam ayat di atas yaitu potensi untuk menjadi
baik sekaligus potensi untuk menjadi buruk. Potensi untuk menjadi muslim
dan potensi untuk menjadi musyrik. Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa
potensi ini tidak akan diubah. Maksudnya, kecenderungan untuk menjadi baik
dan sekaligus menjadi buruk itu tidak akan diubah oleh Tuhan. Secara sempit,
fitrah disini adalah potensi untuk beragama, keinginan beragama, juga potensi
untuk tidak beragama. Dalam garis besarnya kecenderungan ini dapat dibagi
menjadi dua yaitu kecenderungan menjadi orang baik dan kecenderungan
menjadi orang jahat.
Muhammad bin Asyur mengatakan, bahwa fitrah itu adalah bentuk dan
sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk-Nya. Fitrah yang
berkaitan dengan manusia itu adalah segala sesuatu yang diciptakan Allah
pada menusia, baik yang berkaitan dengan jasmani maupun akal, serta
rohnya.12

11
12

Abuddin Nata. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.


(Jakrta : Kencana, 2011) hlm.118-120
8
Abuddin Nata. hlm.74

Nabi Muhammad SAW. Misalnya,

beliau adalah orang yang

dilahirkan dalam lingkungan yang kurang kondusif, yaitu lingkungan para


penyembah berhala, semangat kesukuan yang tinggi, suka berperang, terbiasa
dengan budaya judi, mabuk-mabukan, dan berbagai hal negatif lainnya.
Namun, nabi Muhammad SAW. bisa menjadi orang yang sangat mulia akhlak
dan perilakunya karena watak, tabiat, sifat dan pembawaannya yang ia bawa
sejak lahir yang telah difitrahkan oleh Allah menjadi nabi dan rosul.
2. Empirisme
Empirisme dengan tokohnya John Locke, berpendapat bahwa dalam
perkembangan peserta didik hingga menjadi manusia yang dewasa sangat
ditentukan oleh lingkungan atau pendidikan serta pengalaman yang
diterimanya sejak kecil. Bahwa setiap individu yang dilahirkan bagaikan
kertas putih, dan lingkungan itulah yang menulis kertas putih itu. Teori ini
selanjutnya dikenal dengan teori Tabularasa atau teori empirisme. Bahwa
faktor pengalaman yang berasal dari lingkungan itu relatif dapat dikuasai
manusia. Bahwa manusia dapat di-didik menjadi apa saja (ke arah yang baik
atau buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya.
Sejalan dengan apa yang tersirat dalam firman Allah SWT. An-Nahl :
78




78. dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.(QS. An-Nahl: 78)
Pada ayat tersebut terdapat kata al-sama (pendengaran) yang dapat
diartikan aspek psikomotorik, karena pendengaran terkait dengan salah satu
pancaindra manusia yang paling berperan dalam kegiatan pembelajaran; kata
al-bashar (penglihatan) yang dapat diartikan aspek kognitif, karena
penglihatan dalam arti pemahaman terkait dengan salah satu unsur pemikiran
manusia; dan kata al-afidah (hati) yang dapat diartikan sebagai aspek afektif.
Ketiga kata tersebut dihubungkan dengan kata laa talamuuna syaiaaa (tidak
mengetahui sesuatupun). Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan
8

pendidikan, ketiga potensi yang dimiliki manusia tersebut tidk mengetahui

segala sesuatu. Namun setelah di-didik dan diajar dengan berbagai


pengetahuan, keterampilan dan sebagainya melalui kegiatan pembelajaran,
maka manusia menjadi mengetahui segala sesuatu.13
Nabi Ibrahim misalnya, beliau terlahir dari orangtua penyembah
berhala. Kemudian dalam mencari kebenaran siapa Tuhan yang sebenarnya
beliau melalui perantara alam atau lingkungan sekitarnya. Pada mulanya
melihat bintang, bulan, da kemudian matahari hingga akhirnya beliau
menemukan siapa tuhannya, yaitu dzat yang menciptakan bumi-langit dan
seisinya. Kepribadian nabi Ibrahim dalam mencari tuhan itu karena faktor
dorongan lingkungan di sekitarnya.
3. Konvergensi
Konvergensi dengan tokohnya William Stern berpendapat bahwa anak
dilahirkan dengan pembawaan baik dan buruk. Bahwa pendidikan bergantung
kepada pembawaan anak dan lingkungan yang mengitarinya. Bahwa
pendidikan itu mu8ngkin diberikan, yang membatasi hail pendidikan adalah
pembawaan dan lingkungan itu sendiri, dan pendidikan diartikan sebagai
penolong atau pertolongan yang diberikan kepada lingkungan anak didik
untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah berkembangnya
pembawaan yang buruk.
Dilihat dari pandanga Islam, seakan tampak bahwa konvergensi ini
sejalan dengan pandangan Islam. Dalam hadits Rasulullah misalnya,
dinyatakan bahwa setiap manusia yang dilahirkan memiliki fitrah, yakni asal
kejadian yang diberikan oleh Allah kepada manusia berupa asal kejadian untuk
meyakini adanya Tuhan, menyukai keindahan, berpihak pada kebenaran,
memiliki bakat-bakat tertentu serta berbagai kecenderungan dan insting
lainnya.

,
()
"Tidak seorangpun dilahirkan kecuali atas dasar fitfah, kemudian orantuanya
menjadikannya seorang yahudi atau nasrani atau majusi."

13

Abuddin Nata. hlm.51

Hal ini sejalan dengan aliran konvergensi, bahwa anak sudah memiliki
potensi baik dan buruk, kemudian kedua orangtua dalam hadits tersebut dapat
dikatakan sebagai lingkungan yang di dalamnya tedapat ayah, ibu, dan
anggota keluarga lainnya. Lingkungan ini yang utama dan pertama kali
memengaruhi jiwa si anak. Pengakuan nabi Muhammad terhadap peran
orangtua dalam memengaruhi pembawan keagamaan si anak tersebut
merupakan pengakuan atas peranan yang dimainkan oleh lingkungan.14
jadi pendidikan menurut aliran ini ibarat seorang tukang kebun atau
petani yang menanam tanaman. Tanaman yang baik tidak hanya ditentukan
oleh bibit yang baik, mealinkan juga faktor perawatan, pemeliharaan,
penyiraman, pemberian pupuk, dan sebagainya yang dilakukan tukang kebun.
Tanaman tersebut tidak bisa dipaksa-paksa agar cepat tinggi, berbunga, atau
berbuah. Yang dapat dilakukan oleh tukang kebun adalah menciptakan situasi
dan

kondisi

yang

memungkinkan

terjadinya

proses

pertumbuhan,

perkembangan, dan seterusnya tentang tanaman tersebut menuju kepada


tingkatan yang baik dan mulus.
Ditinjau dari sudut Islam nampaknya konvergensi memang sejalan.
Namun ada yang kurang, di Islam mungkin namanya konvergensi plus, karena
juga ada unsur dari Tuhan yang mana itu adalah yang paling menentukan,
yakni hidayah. Sebagaimana firman Allah :



56. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang
yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.(QS. Al-Qashash ; 56)
Sebab turunnya ayat di atas adalah ketika menjelang wafatnya paman
Nabi, Abu Thalib. Beliau adalah orang yang memiliki potensi atau fitrah yang
baik. Beliau selalu melindungi Nabi saat dakwah. Sebelumnya Nabi sudah
mengajaknya untuk memeluk Islam. Namun hingga akhir hayatnya Abu
Thalib belum juga berikrar. Dari kisah tersebut bisa dipahami bahwa orang
yang terlahir dengan fitrah yang baik sekalipun, kemudian lingkungannya

14

Abuddin Nata. Hlm.125

baik, pendidiknya juga baik tetapi kalau tidak ada hidayah dari Allah tidaklah
bisa memberikan pengaruh apa yang telah diupayakan.

KESIMPULAN
Teori pendidikan adalah sejumlah proporsi yang terintegrasi secara sintatik
(artinya kumpulan proprsi ini mengikuti autran tertentu yang dapat menghubungkan
secara logis proposisi yang satu dengan yang lain dan juga pada data yang diamati),
serta yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang
diamati.
Adapun macam-macam Teori Pendidikan ialah:
a. Teori Pendidikan menurut Plato
Menurut Plato pendidikan adalah suatu tindakan pembebasan dari belenggu
ketidak tahuan dan ketidak benaran.
b. Teori Pendidikan menurut Schopenhauer
Schopenhauer berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh
sifat bawaan lahir. Teori ini menjadi sebuah aliran yang disebut nativisme.
c. Teori Pendidikan Menurut John Locke
John Locke adalah filosof dari Inggris yang memberikan teorinya dikenal
dengan Tabulae Rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke
dunia seperti kertas putih yang bersih. Teori ini menjadi sebuah aliran yang
disebut empirisme.
d. Teori Pendidikan Menurut William Stern
Beliau memperkenalkan teorinya tentang pendidikan yakni teori Konvergensi.
Teori ini adalah perpaduan antara teori nativisme dan empirisme yang
memaparkan bahwa anak yang lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan
buruk,

dan

tahap

selanjutnya

lingkungan

yang

akan

mempengaruhi

pendidikannya.
Dasar-dasar ajaran Islam meliputi al-Quran dan as- Sunnah.
Relevansi teori-teori pendidikan dengan dasar ajaran Islam:
4. Nativisme
Pendidikan adalah sebuah proses menumbuhkan faktor pembawaan
yang ada dari sejak lahir yang selanjutnya membentuk kepribadian. Ditinjau
dari sudut ajaran Islam, tampak bahwa sebagian dari pandangan tersebut ada
yang sejalan dengan ajaran Islam. Islam benar mengakui adanya faktor
8

pembawaan, sifat dan kecenderungan anak didik yang mana dalam Islam
disebut dengan fitrah15

. . .
. . . .
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (QS.AR-Rum :30)
5. Empirisme
Empirisme dengan tokohnya John Locke, berpendapat bahwa dalam
perkembangan peserta didik hingga menjadi manusia yang dewasa sangat
ditentukan oleh lingkungan atau pendidikan serta pengalaman yang
diterimanya sejak kecil. Sejalan dengan apa yang tersirat dalam firman Allah
SWT. An-Nahl : 78

78. dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.(QS. An-Nahl: 78)
6. Konvergensi
Konvergensi dengan tokohnya William Stern berpendapat bahwa anak
dilahirkan dengan pembawaan baik dan buruk. Dilihat dari pandanga Islam,
seakan tampak bahwa konvergensi ini sejalan dengan pandangan Islam. Dalam
hadits Rasulullah misalnya, dinyatakan bahwa setiap manusia yang dilahirkan
memiliki fitrah, yakni asal kejadian yang diberikan oleh Allah kepada manusia
berupa asal kejadian untuk meyakini adanya Tuhan, menyukai keindahan,
berpihak pada kebenaran, memiliki bakat-bakat tertentu serta berbagai
kecenderungan dan insting lainnya.

,
()
"Tidak seorangpun dilahirkan kecuali atas dasar fitfah, kemudian orantuanya
menjadikannya seorang yahudi atau nasrani atau majusi."
Ditinjau dari sudut Islam nampaknya konvergensi memang sejalan.
Namun ada yang kurang, di Islam mungkin namanya konvergensi plus, karena
15

Abuddin Nata. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. (Jakrta : Kencana, 2011) hlm.118-120

juga ada unsur dari Tuhan yang mana itu adalah yang paling menentukan,
yakni hidayah. Sebagaimana firman Allah :

56. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang
yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.(QS. Al-Qashash ; 56)

Anda mungkin juga menyukai