Indonesia saat ini sedang berusaha meningkatkan kinerja produksi dalam negeri,
khususnya meningkatkan kemandirian usaha melalui berbagai kebijakan ekonomi (kredit
usaha kecil, PNPM mandiri, kredit Usaha Tani dan berbagai subsidi pemerintah untuk
menumbuhkan ketahanan ekonomi dalam negeri). Upaya tersebut ditunjukkan untuk
melahirkan efesiensi ekonomi dalam negeri, sehingga pengusaha lokal mampu meningkatkan
skala ekonomi yang pada akhirnya mampu menyediakan hasil prduksi yang dapat diterima
oleh masyarakat pada tingkat harga yang terjangkau (murah).
Upaya di atas telah didukung oleh aksi anti korupsi yang diarahkan untuk mengurangi
ekonomi biaya tinggi. Ketika berbagai pungutan liar serta penyalahgunaan kewenangan
anggaran, dan berbagai penggelembungan anggaran telah terkurangi, bahkan dihilangkan,
maka efisiensi produksi nasional relatif dapat tercapai.
Berbagai usaha di atas tengah dilakukan, efisiensi ekonomi masih merupakan tujuan,
hal ini mengandung arti bahwa harga barang dan jasa yang diproduksi perusahaan dalam
negeri baik kecil, menengah, maupun besar relatif masih mahal, jika proses produksi
menggunakan bahan baku impor maka tentu harga komoditas tersebut semakin mahal, sebab
kurs dollar terhadap rupiah masih tinggi.
Kondisi di tersebut mencerminkan bahwa Indonesia sesungguhnya belum
siap untuk melakukan perdagangan bebas dengan negara lain,terlebih dengan negara yang
telah mencapai efisiensi ekonomi. JikaIndonesia tetap melakukannya, maka produsen dalam
negeri akan kehilangan konsumen faktual dan konsumen potensialnya, sebab mereka akan
beralih kepada komoditas impor yang lebih murah.
Menyikapi perdagangan bebas ASEAN-China, khususnya Indonesia-China, sesungguhnya
merupakan perdagangan bebas yang tidak adil. Kita mengenal sistem ekonomi China
belum dapat dikatakan keluar sepenuhnya dari sistem ekonomi terpimpin (Command
economic System), berarti komoditas yang dihasilkan China merupakan komoditas nasional,
meskipun dihasilkan oleh produsen swasta, tetapi dapatkah kita menjamin hilangnya
keterlibatan Pemerintah China dalam proses produksi (hilangnya subsidi pemerintah, serta
bantuan pemerintah lainnya terhadap pengusaha). Pada kondisi seperti ini sesungguhnya
produsen swasta Indonesia tengah bersaing dengan negara China sebagai produsen, akan
mampukah produsen Indonesia bersaing dengannya? Kesulitan bersaingdengan produsen
swasta Indonesia dengan produk China terletak pada tingkat efisiensi yang telah dicapai oleh
masing-masing produsen. Tingkat efisiensi produksi produsen swasta Indonesia
tentu akan kalah oleh tingkat efisiensi produksi China, sebab berbagai unsur pendukung
tercapainya efisiensi di China sepenuhnya merupakan kebijakan Pemerintah
China,karena negaranya merupakan produsen, dan tingkat ekonomi biaya tinggi di negara
China relatif sangat rendah.