Program Studi D3- T. Mesin Fakultas Teknologi Industri I T S 32
4 Sistim Pelumasan
4.1 Pendahuluan Dalam suatu mekanisme bila ada gerakan relatif antara dua atau lebih komponen mekanisme tersebut maka pasti terjadi gesekan diantara komponen-komponen tersebut. Pada motor bakar gesekan terjadi pada bagian-bagian : antara poros dengan bantalannya, antara torak dan cincin torak dengan dinding silinder, antara roda gigi satu dengan pasangannya dan lain-lain. Untuk mengatasi gesekan itu agar mekanisme tetap dapat bergerak sesuai dengan yang diinginkan diperlukan daya. Oleh karena itu gesekan tersebut harus diusahakan dieleminasi agar daya mesin tidak terlalu banyak yang hilang akibat gesekan tersebut. Lebih dari itu gesekan tersebut juga menyebabkan permukaan komponen yang bersentuhan tersebut menjadi cepat aus. Gesekan tersebut dapat dieleminir dengan cara memberikan pelumasan. Minyak pelumas berfungsi untuk membuat celah (gap) antar dua permukaan yang saling bersentuhan sehingga intensitas kontak antara keduanya menjadi berkurang. Tetapi gesekan itu masih juga terjadi karena adanya tegangan geser pada pelumas itu sendiri. Pada umumnya motor bakar menggunakan pelumas cair. Pelumas jenis ini selain mudah mengalir juga berfungsi sebagai media pendingin, pembersih dan penyekat.
4.2. Sistim Pelumasan Beberapa cara pelemusan yang biasa digunakan pada motor bakar adalah : 1. Sistim tekanan penuh 2. Sistim cebur 3. Sistin gabungan Minyak pelumas harus dapat mencapai seluruh bagian yang dilumasi serta dapat berfungsi dengan baik. Pilihan terhadap sistim pelumasan tergantung pada konstruksi mesin dan kebutuhan terhadap pelumasan. Sistim Pelumasan Tekanan Penuh Pada umumnya mesin besar dan mesin untuk alat transportasi menggunkan sistim pelumasan tekanan penuh. Hal ini disebabkan bantalan-bantalan dan minyak pelumas berada dalam kondisi yang lebih dingin. Minyak pelumas dialirkan ke beberapa
Motor Pembakaran Dalam
Program Studi D3- T. Mesin Fakultas Teknologi Industri I T S 33 bantalan, poros, batang penggerak, dan seluruh bagian yang memerlukan pelumasan. Tekanan minyak pelumas berkisar antara 50 s/d 100 psi
Gambar 21 : Sistim pelumasan tekanan penuh Sistim Pelumasan Cebur dan Semi Cebur Sistim pelumasan cebur dan semi cebur dipakai pada mesin kecil berdaya rendah karena konstruksi dan proses pembuatannya sederhana. Dalam sistim pelumasan cebur pompa minyak pelumas mengalirkan pelumas dari bak penampung ke dalam mangkok pelumas. Setiap kali pangkal batang penggerak mencebur ke dalam mangkok tersebnut maka pelumas akan terpercik dana percikan tersebut diarahkan ke bagian-bagian yang memerlukan pelumasan.
Gambar 22 : Sistim pelumasan semi cebur
Motor Pembakaran Dalam
Program Studi D3- T. Mesin Fakultas Teknologi Industri I T S 34
Gambar 23 : Sistim pelumasan cebur
4.3. Pelumas Sebagai Pendingin, Pembersih dan Penyekat Pada saat mesin bekerja bagian mesin menjadi panas. Karean minyak pelumas bertemperatur lebih rendah maka disamping melumasi juga berfungsi sebagai pendingin dengan menyerap panas dari bagian yang dilumasi sehinga temperatur pelumas naik. J adi setelah minyak pelumas masuk ke dalam bak penampung juga memerlukan pendinginan sebelum dialiekan lagi ke seluruh bagian yang dilumasi. Hal ini dmaksudkan agar pelumas dapat berfungsi dengan baik. Kekentalan minyak pelumas akan berubah (lebih encer) jika temperaturnya tinggi. Pada mesin yang besar disediakan alat pendingin khusus untuk mendinginkan pelumas tersebut. Minyak pelumas juga berfungsi untuk membersihkan kotoran yang terjadi saat mesin bekerja. Kotoran tersebut biasanya adalah kerak karbon berasal dari pelumas yang ikut terbakar dan serpihan halus dari logam bagian mesin yang mengalami keausan. Oleh karena itu memerlukan penyaring agar semua kotoran tersebut tidak dialirkan kembali ke bagian-bagian yang dilumasi. Penyaringan ini ada dua macam yaitu penyaringan sebagian (Gb.21,22,23) dimana sebagian pelumas dialirkan ke saringan kemudian dialirkan kembali ke bak penampungan. Sedangkan cara yang lain adalah sistim penyaringan penuh dimana minyak pelumas seluruhnya dialirkan ke
Motor Pembakaran Dalam
Program Studi D3- T. Mesin Fakultas Teknologi Industri I T S 35 penyaring sebelum didistribusikan ke bagian-bagian yang memerlukan pelumasan. (Gb. 24). Sistim penyaringan penuh ini banyak digunakan pada meisn kendaran bermotor.
Gambar 25 : Sistim penyaringan penuh Minyak pelumas juga berfungsi membantu cincin torak untuk mencegah merembesnya gas pembakaran ke ruang poros engkol. Tetapi harus diperhatikan agar pelumasan dinding silinder tidak berlebihan karena sebagian pelumas akan ikut masuk ke ruang bakar dan ikut terbakar. Hal ini merugikan karena minyak pelumas yang terbakar akan menimbulkan kerak karbon dan jika ini terjadi pada alur cincin torak pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan cincin torak menjadi macet.
4.4. Sifat Minyak Pelumas Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik minyak pelumas harus memiliki beberapa sifat yaitu: 1. Kekentalan Kekentalan minyak pelumas harus sesuai dengan fungsinya yaitu untuk mengurangi gesekan sehingga memperlambat tingkat keausan bagian mesin yang saling bergesekan. Minyak pelumas yang kental akan sulit untuk dapat mengalir melalui sistim salurannya yang berdiameter kecil. Disamping itu juga gesekan antara minyak pelumas dengan bagian mesin yang bergerak juga menimbulkan kerugian daya terdsendiri. Biasanya kekentalan minyak pelumas diuji pada temperatur 210 o F dan dinyatakan dengan bilangan SAE. J ika diuji pada temperatur 0 o F bilangan SAE ditambah dengan kode W dibelakangnya menjadi SAEW. 2. Indeks Kekentalan Kekentalan minyak pelumas selalu berubah dengan berubahnya temperatur. Oleh karena itu minyak pelumas yang baik adalah minyak pelumas yang tidak peka terhadap perubahan temperatur sehinga tetap dapat berfungsi dengan baik pada
Motor Pembakaran Dalam
Program Studi D3- T. Mesin Fakultas Teknologi Industri I T S 36 segala kondisi operasi mesin. Untuk mengukur perubahan kekentalan tersebut dipakai indeks kekentalan, yang didapat dengan cara sebagai berikut. Minyak pelumas didinginkan dari temperatur 210 o F sampai 100 o F lalu perubahan kekentalanya dicatat. Sebagai bahan pembanding digunakan perubahan kekentalan yang terjadi pada minyak pelumas dasar paraffin yang kekentalannya tidak peka terhadap perubahan temperatur (indeks kekentalannya diberi angka 100), dan minyak pelumas dasar naftenik yang kekentalannya peka terhadap perubahan temperatur(indeks kekentalannya diberi angka 0). 3. Titik Tuang Pada temperatur tertentu minyak pelumas akan membentuk suatu kristal yang menjadikannya sukar mengalir. Temperatur tersebut disebut dengan titik tuang. Oleh karena itu minyak pelumas yang baik adalah minyak pelumas yang titik tuang sangat rendah sehingga tetap dapat mengalir meskipun pada temperatur rendah. 4. Stabilitas Beberapa jenis minyak pelumas pada temperatur tinggiakan berubah susunan kimianya sehingga terjadi endapan. J ika terjadi endapan pada cincin torak dapat mengakibatkan macetnya cincin torak tersebut. 5. Kemampuan melumasi Minyak pelumas harus emmiliki kemampuan melumasi yang baik, yaitu dapat membasahi permukaan logam yang dilumasi tersebut. J adi dalam segala kondisi operasi mesin akan selalu terdapat lapisan mianyak pelumas pad permukaan komponen yang bergesekan. Sifat ini sangat penting untuk melindungi bagian tersebut terutama pada saat mesin di start.
4.5. Gesekan Torak dan Bantalan Pelumasan pada celah torak dan dinding silinder, tidak akan dapat berjalan dengan baik. Hal terse but disebabkan karena cincin torak harus rapat pada dinding silinder, untuk mencegah perembesan gas dari dalam ruang bakar. Sebagai akibatnya,lapisan minyak yang menyisip di antara torak dan dinding silinder itu terhimpit menjadi tipis. Hal ini terjadi karena gas pembakaran dapat masuk ke dalam alur cincin torak, kemudian mendorong cincin torak merapat ke dinding, silinder. menghalangi masuknya minyak pelumas ke dalam ruang bakar. J adi tekanan cincin torak pada dinding silinder bertambah besar sesuai besarnya tekanan gas di dalam silinder (ruang bakar).
Motor Pembakaran Dalam
Program Studi D3- T. Mesin Fakultas Teknologi Industri I T S 37
Gambar 26 : Tekanan gas terhadap cincin torak Selain itu gaya tekan gas yang bekerja di atas kepala torak diimbangi oleh gaya batang penggerak, seperti terlihat pada Gb. 27. Oleh karena pada waktu mesin beroperasi posisi batang penggerak membentuk sudut dengan garis sumbu silinder, maka akan terjadi gaya samping pada dinding silinder. Makin besar tekanan gas di dalam silinder, gaya samping itupun bertambah besar, sehingga mempertipis lapisan minyak pelumas pada celah cincin torak dan dinding silinder.
Gambar 27 : Gaya samping pada torak
Pada bagian kepala torak, minyak pelumas juga.akan menipis, karena sebagian dari lapisan minyak.pelumas itu. terbakar. Hal ini tentu akan memperbesar gesekan, antara torak dengan dinding silinder. Gesekan semacam ini tergolong jenis gesekan Coulomb. Koefisien,geseknya terutama bergantung kepada jenis logam dan kelicinan permukaan bagian yang bergesekan. Berbeda dengan keadan tersebut di atas, :lapisan
Motor Pembakaran Dalam
Program Studi D3- T. Mesin Fakultas Teknologi Industri I T S 38 minyak pelumas diantara torak dan dinding silinder di sekitar TMB masih cukup tebal, karena temperaturnya relatif lebih rendah. Karena itu, hambatan yang terjadi tidak disebabkan oleh gesekan permukaan bagian yang kasar, melainkan oleh gesekan lapis minyak pelumas. Gaya geseknya adalah h u A F
= 26 di mana : u =kekentalan absolut minyak pelumas A =luas bidang permukaan lapisan minyak pelumas yang saling bergesekan u =kecepatan relatif antar kedua bagian yang bergesekan h =tebal lapisan minyak pelumas Gesekan seperti ini dinamakan gesekan viscous. Dari persamaan (26) ternyata, gesekan viscous pada torak dapat diperkecil jika luas.permukaan dinding torak diperkecil dan menggunakan minyak pelumas yang lebih encer. Sebaliknya, gaya gesek akan bertambah besar sejalan dengan naiknya kecepatan, sedangkan tebal lapisan minyak pelumas harus tipis. Berdasarkan eksperimen, besarnya gesekan torak lebih banyak dipengaruhi oleh kecepatan torak dari pada oleh tekanan gas pembakaran atau tekanan efektif rata-ratanya. Gesekan viscous, pada umumnya terjadi antarar poros dengan bantalannya. Pada waktu poros berputar, sebagian dari minyak pelumas yang melekat pada permukaan poros ikut berputar. Apabila kemudian celah di bawah poros menyempit, menjadi lebih kecil dar ipada celah tempat minyak pelumas memasuki ruang bantalan, maka minyak pelumas yang tikut berputar itu akan mengalami hambatan. Akibatnya, sebagian akan mengalir kembali, menimbulkan tekanan hidrodinamik di dalam lapisan minyak-pelumas. Tekanan ini cukup kuat untuk mengangkat poros sehingga poros tidak menyentuh permukaan bantalan (Gb. 25). Untuk menentukan kerugian gesek pada bantalan luncur, perhatikanlah Gb. 25 dan 26. harga A =DL, u =Dn, dan h =c/2 ke dalam persamaan (26), akan didapatkan : 2 / c Dn DL F
= c Ln D F 2 2 2 = dimana : n : kecepatan putaran poros
Motor Pembakaran Dalam
Program Studi D3- T. Mesin Fakultas Teknologi Industri I T S 39 c : selisih antara diameter bantalan dengan diameter poros D : diameter poros Kerugian daya karena gesekan : c Ln D Fu 2 3 3 2 = 27
Gambar 28 : Aliran pelumas pada bantalan luncur
Gambar 29: Bantalan luncur
Persaman 27 menyatakan kerugian daya karena gesekan tersebut tergantung pada kekentalan pelumas, kecepatan poros dan dimensi poros tetapi tidak tergantung pada beban poros. Koefisien geseknya adalah : PLD c Ln D f 1 2 2 2
= 28 dimana :
Motor Pembakaran Dalam
Program Studi D3- T. Mesin Fakultas Teknologi Industri I T S 40 W : beban pada poros P : tekanan pada permukaan bantalan Dari persamaan 28 dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara f vs.(n/P), seperti terlihat pada Gb. 27.
Gambar 30 : Gesekan pada bantalan luncur Ternyata ada penyimpangan dari bentuk grafik teoretis. Pada harga (n/P) yang rendah, tekanan hidrodinamik tidak dapat mengimbangi beban poros, sehingga poros akan jatuh (bergesekan ) pada bantalan. Oleh karena itu koefisien gesekannya menjadi jauh lebih besar daripada yang diperoleh menurut perhitungan teoretis. Pada kenyataannya grafik f vs. (n/P) menunjkkkan adanya .titik minimum (A). Sebagai fluida pendingin, minyak pelumas akan naik temperaturnya, sehingga. kekentalannya berkurang. Berkurangnya kekentalan ini menyebabkan f naik, dan kenaikan tersebut akan menambah besarnya gaya gesek, selanjutnya penambahan gaya gesek ini akan menaikkan temperatur minyak pelumas. Selanjutnya kenaikan temperatur tersebut menyebabkan kekentalan minyak pelumas berkurang, dan seterusnya. Karena itu daerah di sebelah kiri titik A disebut daerah takstabil. Sedangkan daerah di sebelah kanan titik A, disebut daerah stabil. Mengecilnya (n/P) berarti turunnya f, sehingga gaya gesek juga berkurang. Dengan demikian, minyak pelumas mempunyai kesempatan untuk menjadi dingin kembali, sehingga kekentalannya juga kembali pada kekentalan semula. J adi, sebaiknya pelumasan bekerja di daerah stabil; akan tetapi tidak terlalu jauh dari titik A, di mana f =(n/P) agar kerugian gesek tidak terlalu besar.
Motor Pembakaran Dalam
Program Studi D3- T. Mesin Fakultas Teknologi Industri I T S 41 Memilih jenis minyak pelumas sangat penting. Mesin yang besar, pada umumnya memakai minyak peluimas yang lebih kental. J adi kerugian gesiekan (mekanis), sebagian besar disebabkan oleh gesekan torak dengan dinding,silinder. Kerugian ini semakin bertambah karena keausan bagian-bagian mesin tidak mungkin dapat dihindari.