Berdasar kan Tabel 4.1 dapat di ketahui bahwa dari 306 (100%) total
persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu
44
Provinsi lampung pada tahun 2013, yang mengalami seksio sesarea sebanyak 242
(79,1%) dan bukan seksio sesarea sebanyak 64 (20,9%)
b. Berdasarkan Kategori Usia Ibu
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea
Berdasarkan Usia Ibu di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung Tahun 2013
Usia Ibu
Jumlah
Persentase (%)
Beresiko
175
57,2
Tidak Beresiko
131
42,8
Jumlah
306
100 ,0
Berdasar kan Tabel 4.2 dapat di ketahui bahwa dari 306 (100%) total
persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu
Provinsi lampung pada tahun 2013, pada kategori ibu yang beresiko seksio
sesarea berdasarkan usia ibu sebanyak 175 (57,2%) dan yang tidak beresiko
sebanyak 131 (42,8%).
c. Berdasarkan Paritas
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea
Berdasarkan Paritas di RSUD PringsewuKabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung Tahun 2013
Paritas
Jumlah
Persentase (%)
Primipara
180
58,8
Multipara
126
41,2
Jumlah
306
100 ,0
Berdasar kan Tabel 4.3 dapat di ketahui bahwa dari 306 (100%) total
persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu
Provinsi lampung pada tahun 2013, pada kategori paritas , ibu yang primipara
sebanyak 180 (58,8%) dan ibu yang mutipara sebanyak 126 (41,2%)
45
Berdasar kan Tabel 4.4 dapat di ketahui bahwa dari 306 (100%) total
persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu
Provinsi lampung pada tahun 2013, pada kategori ketuban pecah dini (KPD), ibu
yang mengalami KPD sebanyak 206 (67,3%) dan ibu yang tidak KPD sebanyak
100 (32,7%)
e.
Berdasar kan Tabel 4.5 dapat di ketahui bahwa dari 306 (100%) total
persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu
Provinsi lampung pada tahun 2013, pada kategori berat bayi, bayi yang beresiko
sebanyak 183 (59,8%) dan bayi yang tidak beresiko sebanyak 123 (40,2%)
46
Berdasar kan Tabel 4.6 dapat di ketahui bahwa dari 306 (100%) total
persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu
Provinsi lampung pada tahun 2013, pada kategori ancaman gawat janin, janin
yang mengalami gawat sebanyak 193 (63,1%) dan pada janin yang normal
sebanyak 113 (36,9%).
g. Berdasarkan Bayi Kembar
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea
Berdasarkan Bayi Kembar di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung Tahun 2013
Bayi Kembar
Jumlah
Persentase (%)
Kembar
47
15,4
Tidak kembar
259
84,6
Jumlah
306
100 ,0
Berdasar kan Tabel 4.7 dapat di ketahui bahwa dari 306 (100%) total
persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu
Provinsi lampung pada tahun 2013, pada kategori bayi kembar, bayi kembar
sebanyak 47 (15,4%) dan bayi tidak kembar sebanyak 259 (84,6%)
47
a.
Usia Ibu
Sesarea
Total
Tidak
Seksio
Sesarea
Beresiko
149
48,7
26
8,5
175
57,2
Tidak Beresiko
93
30,4
38
12,4
131
42,8
Total
242
79,1
64
20,9
306
100
P
Value
OR
95% CI
0,003
2,342
1335-4108
Berdasar kan Tabel 4.8 pada kategori usia ibu dapat di ketahui bahwa dari
306 (100%) total persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada tahun 2013, dari 175 (57,2) ibu
bersalin pada kategori usia ibu yang beresiko seksio sesarea sebanyak 149
(48,7%) dan pada kategori usia ibu yang beresiko tidak seksio sesarea sebanyak
26 (8,5%). Sedangkan dari 131 (42,8%), ibu bersalin pada kategori usia ibu yang
tidak beresiko seksio sesarea sebanyak 93 (30,4%) dan pada kategori usia ibu
yang tidak beresiko tidak seksio sessarea sebanyak 38 (12,4%).
48
Hasil uji statistik juga di dapat bahwa P-value = 0,003 dengan demikian Pvalue < (0,05) sehingga Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan
yang signifikan antara usia ibu dengan seksio sesarea di RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013 dengan OR = 2,342 yang
berarti ada peluang 2,342 kali lipat antara usia ibu dengan bukan seksio sesarea.
b. Berdasarkan Paritas
Tabel 4.9
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea
Berdasarkan Paritas di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung Tahun 2013
Kategori Ibu
Paritas
Seksio
Sesarea
Total
Tidak
Seksio Sesarea
Primipara
157
51,
3
23
7,5
180
58,8
Multipara
85
27,
8
41
13,4
126
41,2
Total
242
79,
1
64
20,9
306
100
P
Value
OR
C1 95 %
0,000
3,293
1853 - 5850
Berdasarkan Tabel 4.9 pada kategori paritas dapat di ketahui bahwa dari 306
(100%) total persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada tahun 2013, dari 180 (58,8%) ibu
bersalin pada kategori paritas yang primipara yang mengalami seksio sesarea
sebanyak 157 (51,3%) dan pada kategori paritas pada ibu yang primipara tidak
seksio sesarea sebanyk 23 (7,5%). Sedangkan dari 126 (41,2%) ibu bersalin pada
kategori paritas yang multipara yang mengalami seksio sesarea sebanyak 85
49
(27,8%) dan pada kategori paritas pada ibu yang multipara tidak seksio sesarea
sebanyak 41 (13,4).
Hasil uji statistik juga di dapat bahwa P-value = 0,000 dengan demikian Pvalue < (0,05) sehingga Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan
yang signifikan antara paritas dengan seksio sesarea di RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013 dengan OR = 3,293 yang
berarti ada peluang 3,293 kali lipat antara paritas dengan bukan seksio sesarea.
c.
Seksio Sesarea
Total
Tidak
Seksio Sesarea
KPD
193
63,1
13
4,2
206
67,3
Tidak KPD
49
16,0
51
16,7
100
32,7
Total
242
79,1
64
20,9
306
100
P
Value
OR
95% CI
0,000
15,452
7790 30651
Berdasarkan Tabel 4.10 pada kategori ketuban pecah dini (KPD) dapat di
ketahui bahwa dari 306 (100%) total persalinan yang ada pada ibu bersalin di
RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada tahun 2013, dari
206 (67,3%) ibu bersalin pada kategori KPD yang KPD yang mengalami seksio
sesarea sebanyak 193 (63,1%) dan pada kategori KPD pada ibu yang KPD tidak
seksio sesarea sebanyk 13 (4,2%). Sedangkan dari 100 (32,7%) ibu bersalin pada
50
kategori KPD yang tidak KPD yang mengalami seksio sesarea sebanyak 49 (16,0)
dan pada kategori KPD pada ibu yang tidak KPD tidak seksio sesarea sebanyak
51 (16,7).
Hasil uji statistik juga di dapat bahwa P-value = 0,000 dengan demikian Pvalue < (0,05) sehingga Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan
yang signifikan antara ketuban pecah dini (KPD) dengan seksio sesarea di RSUD
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013 dengan OR =
15,452 yang berarti ada peluang 15,452 kali lipat antara ketuban pecah dini (KPD)
dengan bukan seksio sesarea.
d.
Seksio
Sesarea
Total
Tidak
Seksio Sesarea
Beresiko
164
53,6
19
6,2
183
59,8
Tidak Beresiko
78
25,5
45
14,7
123
40,2
Total
242
79,1
64
20,9
306
100
P
Value
OR
95% CI
0,000
4,980
2732 9075
Berdasarkan Tabel 4.11 pada kategori berat bayi dapat di ketahui bahwa dari
306 (100%) total persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada tahun 2013, dari 183 (59,8%) ibu
bersalin pada kategori berat bayi yang beresiko yang mengalami seksio sesarea
sebanyak 164 (53,6%) dan pada kategori berat bayi pada ibu yang beresiko tidak
51
seksio sesarea sebanyk 19 (6,2%). Sedangkan dari 123 (40,2%) ibu bersalin pada
kategori berat bayi yang tidak beresiko yang mengalami seksio sesarea sebanyak
78 (25,5%) dan pada kategori berat bayi pada ibu yang tidak beresiko tidak seksio
sesarea sebanyak 45 (14,7%).
Hasil uji statistik juga di dapat bahwa P-value = 0,000 dengan demikian Pvalue < (0,05) sehingga Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan
yang signifikan antara berat bayi dengan seksio sesarea di RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013 dengan OR = 4,980 yang
berarti ada peluang 4,980 kali lipat antara berat bayi dengan bukan seksio sesarea
e.
Seksio Sesarea
Total
Tidak
Seksio Sesarea
Gawat
182
59,5
11
3,6
193
63,1
Normal
60
19,6
53
17,3
113
36,9
Total
242
79,1
64
20,9
306
100
P
Value
OR
95% CI
0,000
14,615
7172 29784
Berdasarkan Tabel 4.12 pada kategori ancaman gawat janin dapat di ketahui
bahwa dari 306 (100%) total persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada tahun 2013, dari 193
(63,1%) ibu bersalin pada kategori ancaman gawat janin yang gawat yang
mengalami seksio sesarea sebanyak 182 (59,5%) dan pada kategori ancaman
52
gawat janin pada ibu yang gawat tidak seksio sesarea sebanyk 11 (3,6%)
Sedangkan dari 113 (36,9%) ibu bersalin pada kategori ancaman gawat janin yang
normal yang mengalami seksio sesarea sebanyak 60 (19,6%) dan pada kategori
ancaman gawat janin pada ibu yang normal tidak seksio sesarea sebanyak 53
(17,3%).
Hasil uji statistik juga di dapat bahwa P-value = 0,000 dengan demikian Pvalue < (0,05) sehingga Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan
yang signifikan antara ancaman gawat janin dengan seksio sesarea di RSUD
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013 dengan OR =
14,615 yang berarti ada peluang 14,615 kali lipat antara usia ibu dengan bukan
seksio sesarea.
f.
Total
Tidak
53
Bayi Kembar
Seksio
Sesarea
Kembar
34
11,1
13
4,2
47
15,4
Tidak Kembar
208
68,0
51
16,7
259
84,6
Total
242
79,1
64
20,9
306
100
P
Value
OR
95 % CI
0,217
0,41
316 1303
Berdasarkan Tabel 4.13 pada kategori bayi kembar dapat di ketahui bahwa
dari 306 (100%) total persalinan yang ada pada ibu bersalin di RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada tahun 2013, dari 47 (15,4%) ibu
bersalin pada kategori bayi kembar yang kembar yang mengalami seksio sesarea
sebanyak 34 (11,1%) dan pada kategori bayi kembar pada kembar tidak seksio
sesarea sebanyk 13 (4,2%) Sedangkan dari 259 (84,6%) ibu bersalin pada kategori
bayi kembar yang tidak kembar yang mengalami seksio sesarea sebanyak 208
(68,0%) dan pada kategori bayi kembar pada tidak kembar tidak seksio sesarea
sebanyak 51 (16,7%).
Hasil uji statistik juga di dapat bahwa P-value = 0,217 dengan demikian Pvalue < (0,05) sehingga Ha di tolak dan Ho di terima yang berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara bayi kembar dengan seksio sesarea di RSUD
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013 dengan OR =
0,41 yang berarti ada peluang 0,41 kali lipat antara usia ibu dengan seksio sesarea.
54
2013, yang mengalami seksio sesarea sebanyak 242 (79,1%) dan bukan seksio
sesarea sebanyak 64 (20,9%)
Penelitian ini sejalan dengan teori yang telah di kemukakan oleh
Prawirohardjo (2010) Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Data persalinan di RSUD
Pringsewu pada bulan januari desember 2012 tercatat bahwa jumlah seluruh ibu
bersalin sebanyak 1.512 terdapat persalinan secara spontan 748 (49%), pasien
dengan persalinan seksio sesarea 639 (42%), dan persalinan dengan komplikasi
terdapat 135 (9%) (Profil Kesehatan RSUD Pringsewu, 2012), dan pada tahun
2013 mengalami peningkatan total persalinan ibu sejumlah 1286 baik itu
persalinan secara spontan yang berjumlah 409 (31,8%), persalinan secara seksio.
Hal ini tidak sesuai dengan standar WHO standar operasi seksio sesarea di sebuah
negara pertahun adalah 5-11% dan secara nasional presentasi operasi seksio
sesarea sekitar 5% sementara untuk RS swasta bisa mencapai lebih dari 30%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Priandani di
Ruang Bersalin RSUD dr. Adjidarmo pada bulan Maret-Juni 2012, tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian persalinan secara seksio sesarea di
RSUD dr. Adjidarmo tahun 2011 yang menunjukan dari 100% ibu bersalin ada
24,8% yang bersalin secara normal dan 75,2% dengan tindakan seksio sesarea.
Menurut analisa peneliti dari 306 (100%) total persalinan yang ada pada ibu
bersalin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada tahun
2013, yang mengalami seksio sesarea sebanyak 242 (79,1%) dan bukan seksio
sesarea sebanyak 64 (20,9%).
55
yang
56
pada penelitian priandani pada faktor Usia ibu menunjukan proporsi persalinan
dengan seksio sesarea berdasar kan Sebagian besar (86,2%) berumur < 20 thn dan
>35 tahun. Hasil uji statistik chi square p-value < yaitu 0,001 < 0,05 artinya Ho
di tolak dan Ha di terima, ada hubungan antara seksio sesarea dengan umur.
Menurut analisa peneliti Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian
seksio sesarea di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada
tahun 2013, seperti pada tabel 4.2 yang sebagian besar yang mengalami seksio
sesarea sebanyak 175 (57,2%) dan yang tidak beresiko sebanyak 131 (42,8%).
4.2.3 Paritas Dengan Kejadian Seksio Sesarea
Diketahui bahwa dari 306 (100%) total persalinan yang ada pada ibu
bersalin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada tahun
2013, pada kategori paritas , ibu yang primipara sebanyak 180 (58,8%) dan ibu
yang mutipara sebanyak 126 (41,2%)
Penelitian ini sejalan dengan teori yang telah dikemukakan Depdikbud
(2010), yang dimaksud dengan paritas adalah banyaknya jumlah kelahiran hidup
yang dimiliki seorang wanita. Selain itu juga, Paritas merupakan keadaan wanita
yang berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi persalinan secara seksio sesarea, paritas
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hasil konsepsi.
Paritas diklasifikasi sebagai berikut :
1. Primipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah
mencapai usia cukup bulan. Tanpa mengingat janinya hidup atau mati pada saat
57
lahir. Kematian maternal di bawah usia 20 tahun (primi muda beresiko) ternyata 2
sampai 5 kali lebih tinggi untuk terjadi nya tindakan seksio sesarea karena umur
ibu mempengaruhi intensitas His menyebab kan meningkatnya seksio sesarea oleh
karena kemajuan persalinan yang gagal dan Kematian maternal juga meningkat
pada usia di atas 30 tahun ke atas (primi tua beresiko) karena usia tua mengalami
penyulit kehamilan yang tinggi seperti kematian maternal, preeklamsia, eklamsia,
diabetes gestasional, plasenta previa, solutio placenta, IUFD, distosia, persalinan
lama, insersia uteri, perdarahan post partum, dan kesakitan serta kematian
perinatal. Penyulit kehamilan dan persalinan primi lebih besar di bandingkan usia
normal yaitu 20 30 tahun. Hal ini di sebabkan karena kekakuan jaringan panggul
yang belum pernah di pengaruhi oleh kehamilan dan persalinan di samping ada
nya perubahan yang terjadi karena proses menua nya jaringan reproduksi dan
jalan lahir,sedang kan Multipara (2 anak atau lebih) pada usia kehamilan yang
produktif yaitu usia 20 sampai 30 tahun paling aman di tinjau dari sudut kematian
maternal. Resiko pada primipara muda beresiko dengan primipara tua beresiko
dapat di tangani dengan asuhan obsetrik lebih baik yaitu tindakan bedah seksio
sesarea (Cunningham, 2006)
2. Multipara
Seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang
berakhir pada saat janin telah mencapai usia cukup bulan (Arisman,2010).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Priandani di
Ruang Bersalin RSUD dr. Adjidarmo pada bulan Maret-Juni 2012, tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian persalinan secara seksio sesarea di
58
RSUD dr. Adjidarmo tahun 2011 Dengan sebagian besar berparitas primipara &
grande multipara (88,2%). Hasil uji statistik chi square p-value < yaitu 0,000 <
0,05 artinya Ho di tolak dan Ha di terima, ada hubungan antara seksio sesarea
dengan paritas.
Menurut analisa peneliti Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian
seksio sesarea di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada
tahun 2013, seperti pada tabel 4.3 yang sebagian besar paritas , ibu yang
primipara sebanyak 180 (58,8%) dan ibu yang mutipara sebanyak 126 (41,2%).
4.2.4 Ketuban pecah dini dengan kejadian seksio sesarea
Diketahui bahwa dari 306 (100%) total persalinan yang ada pada ibu
bersalin di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada tahun
2013, pada kategori ketuban pecah dini (KPD), ibu yang mengalami KPD
sebanyak 206 (67,3%) dan ibu yang tidak KPD sebanyak 100 (32,7%).
Penelitian ini sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh Ai Yeyeh
Rukiyah (2010) Ketuban pecah dini (KPD) ialah sebagai pecah nya ketuban
sebelum waktu nya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktu nya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum
usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih
dari 12 jam sebelum waktu nya melahirkan.
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum di sebab kan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebab kan selaput ketuban inferior
rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Resiko infeksi ibu dan anak
59
meningkat pada KPD. Pada ibu terjadi korioamnionitis pada bayi dapat terjadi
septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum
janin terinfeksi. Pada KPD prematur, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara
umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lama nya
periode laten. Hal ini yang dapat menyebab kan terjadi nya infeksi maternal atau
pun neonatal yang dapat meningkat kan insiden seksio sesarea atau pun gagal
persalinan normal (Prawirohardjo, 2010).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang yang di lakukan oleh
Sutianingrum, di RSU A. Yani Metro tahun 2008 yang menemukan ada nya
hubungan yang signifikan antara seksio sesarea dengan Ketuban Pecah Dini
(KPD). Hasil yang di dapat kan dalam pada penelitian Sutianingrum pada faktor
Ketuban Pecah Dini (KPD)
sesarea berdasar kan faktor KPD sebesar 40 ibu bersalin. Hasil uji statistik chi
square p-value < yaitu 0,006 < 0,05 artinya Ho di tolak dan Ha di terima, ada
hubungan antara seksio sesarea dengan KPD.
Menurut analisa peneliti Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian
seksio sesarea di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada
tahun 2013, seperti pada tabel 4.4 yang sebagian besar ketuban pecah dini (KPD),
ibu yang mengalami KPD sebanyak
60
2013, pada kategori berat bayi, bayi yang beresiko sebanyak 183 (59,8%) dan
bayi yang tidak beresiko sebanyak 123 (40,2%).
Penelitian ini sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh Aini, (2010)
Berat badan bayi normal adalah berat badan bayi antara 2.500 - 4000 gram
(Musbikin, 2007). Bayi yang lahir dengan berat badan di atas 4 kilogram ( > 4000
gram ) dapat di kategorikan sebagai giant baby (bayi besar). Dalam dunia
kedoktean, giant baby disebut makrosomia. Kemunculan bayi seperti ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor kondisional atau hanya diduga penyebabnya, misalnya orang tuanya
memang bear atau karena memang lingkungannya (faktor gizi yang
2.
3.
4.
5.
Dari faktor-faktor diatas, yang sering terjadi pada ibu adalah pada faktor ibu
hamil yang menderita diabetes melitus.
Menit-menit pertama menjelang kelahiran bayi sangat menentukan. Hal
ini disebabkan karena resiko pada bayi besar adalah hipoglikemi (kadar gula
kurang dari 40). Padahal hipoglikemi pada bayi tidak boleh terjadi, karna
ancaman yang paling besar adalah bayi bisa kejang dan hipoksia, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan otak pada bayi. Karena itulah dalam kondisi seperti ini
oprasi seksio sesarea menjadi altenatif terbaik bagi ibu (Aini, 2010).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Priandani di
Ruang Bersalin RSUD dr. Adjidarmo pada bulan Maret-Juni 2012, tentang faktor-
61
62
63
Tidak selama nya bayi kembar di lahir kan secara sesarea, bisa juga pada
ibu yang memiliki janin kembar melakukan proses persalinan normal atau
pervaginam. Pada ibu yang memiliki janin kembar, proses persalinan normal
dapat terjadi bila ibu dan janinnya tidak memiliki penyulit kehamilan dan
persalinan.
Penyulit mekanis yang dapat di jumpai pada kehamilan kembar yang
menyebabkan ibu harus melakukan tindakan seksio sesarea yang dapat di jumpai
pada kehamilan kembar ialah :
1. Turunnya kedua bagian kepala anak-anak bersamaan kedalam rongga panggul
(collision, impaction, compaction). Dalam hal ini bagian kepala yang paling
tinggi hendaknya ditolak sedikit keatas.
2. Kait mengait antara dagu anak kalau anak I lahir dengan letak sungsang dan
anak ke II dengan letak kepala (interlocking).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Sutianingrum,
di RSU A. Yani Metro tahun 2008, yang menemukan ada nya hubungan yang
signifikan antara seksio sesarea dengan faktor gemeli atau bayi kembar. hasil yang
di temukan oleh Sutianingrum pada faktor Gemeli atau ancaman gawat janin
sebesar 73 ibu bersalin (29,7%). Hasil uji statistik chi square p-value < yaitu
0,015 < 0,05 artinya Ho di tolak dan Ha di terima, ada hubungan antara seksio
sesarea dengan gemeli atau bayi kembar.
Menurut analisa peneliti Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian
seksio sesarea di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada
tahun 2013, seperti pada tabel 4.6 yang sebagian besar ancaman bayi kembar, bayi
kembar sebanyak 47 (15,4%) dan bayi tidak kembar sebanyak 259 (84,6%).
64
65
dengan kejadian persalinan secara seksio sesarea di RSUD dr. Adjidarmo tahun
2011 yang menemukan ada nya hubungan yang signifikan antara seksio sesarea
dengan Usia ibu. Hasil yang di dapat kan dalam pada penelitian priandani pada
faktor Usia ibu menunjukan proporsi persalinan dengan seksio sesarea berdasar
kan Sebagian besar berumur < 20 thn dan >35 tahun. Hasil uji statistik chi square
p-value < yaitu 0,001 < 0,05 artinya Ho di tolak dan Ha di terima, ada hubungan
antara seksio sesarea dengan umur.
Menurut analisa peneliti tentang usia ibu di RSUD Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Provinsi lampung pada tahun 2013, usia ibu yang beresiko sebanyak
175 (57,2%) dan yang tidak beresiko sebanyak 131 (42,8%).
pada kategori usia ibu, ibu yang beresiko mengalami seksio sesarea
sebanyak 149 (48,7%), dalam keadaan ini yang di maksud usia beresiko ialah ibu
yang berumur di bawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun ke atas, peneliti
berpendapat bahwa tinggi nya angka kejadian seksio sesarea di RSUD Pringsewu
terhadap ibu pada kategori usia beresiko yang mengalami sesarea hal ini disebab
kan karena pada usia ini, biasa nya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,
misal nya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis dan preeklamsi.
Usia dianggap penting karena ikut menentukan prognosis dalam persalinan.
Karena dapat mengakibatkan kesakitan (komplikasi) baik pada ibu maupun janin,
serta organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna sehingga bila
terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami komplikasi.
Pada kategori usia ibu, ibu yang beresiko tetapi tidak mengalami seksio
sesarea sebanyak 26 (8,5%), peneliti berpendapat bahwa 26 ibu bersalin dengan
usia yang beresiko tetapi dapat melahirkan secara normal hal ini di sebabkan
66
karena ibu masih memiliki power atau kekuatan (His) yang cukup, kontraksi otototot perut yang baik, sehingga mampu mendorong janin keluar secara normal
tanpa melakukan tindakan secara seksio sesarea.
Pada kategori usia ibu yang tidak beresiko tetapi mengalami seksio sesarea
sebanyak 93 (30,4%) peneliti berpendapat hal ini di karenakan atas dasar
permintaan ibu untuk melakukan tindakan seksio sesarea, hal ini juga di
karenakan kondisi ibu yang memiliki kencenderungan perkembangan kejiwaan
yang belum matang sehingga ibu belum siap merasakan rasa sakit pada saat
persalinan secara normal.
pada kategori usia ibu, ibu yang tidak beresiko dan tidak mengalami seksio
sesarea sebanyak 38 (12,4)
komplikasi dalam persalinan sehingga ibu dapat melahirkan secara normal tanpa
harus melakukan tindakan seksio sesarea.
4.3.2 Hubungan Faktor Paritas Dengan Seksio Sesarea
Hasil uji statistik juga di dapat bahwa P-value = 0,000 dengan demikian Pvalue < (0,05) sehingga Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan
yang signifikan antara paritas dengan seksio sesarea di RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013 dengan OR = 3,293 yang
berarti ada peluang 3,293 kali lipat antara paritas dengan bukan seksio sesarea.
Menurut Depdikbud (2010), yang dimaksud dengan paritas adalah
banyaknya jumlah kelahiran hidup yang dimiliki seorang wanita. Selain itu juga,
Paritas merupakan keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang
dilahirkan. Paritas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
67
Primipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah
mencapai usia cukup bulan. Tanpa mengingat janinya hidup atau mati pada saat
lahir.
Kematian maternal di bawah usia 20 tahun (primi muda beresiko) ternyata 2
sampai 5 kali lebih tinggi untuk terjadi nya tindakan seksio sesarea karena umur
ibu mempengaruhi intensitas His menyebab kan meningkatnya seksio sesarea oleh
karena kemajuan persalinan yang gagal dan Kematian maternal juga meningkat
pada usia di atas 30 tahun ke atas (primi tua beresiko) karena usia tua mengalami
penyulit kehamilan yang tinggi seperti kematian maternal, preeklamsia, eklamsia,
diabetes gestasional, plasenta previa, solutio placenta, IUFD, distosia, persalinan
lama, insersia uteri, perdarahan post partum, dan kesakitan serta kematian
perinatal. Penyulit kehamilan dan persalinan primi lebih besar di bandingkan usia
normal yaitu 20 30 tahun. Hal ini di sebabkan karena kekakuan jaringan panggul
yang belum pernah di pengaruhi oleh kehamilan dan persalinan di samping ada
nya perubahan yang terjadi karena proses menua nya jaringan reproduksi dan
jalan lahir,sedang kan Multipara (2 anak atau lebih) pada usia kehamilan yang
produktif yaitu usia 20 sampai 30 tahun paling aman di tinjau dari sudut kematian
maternal. Resiko pada primipara muda beresiko dengan primipara tua beresiko
68
dapat di tangani dengan asuhan obsetrik lebih baik yaitu tindakan bedah seksio
sesarea (Cunningham, 2006).
2.
Multipara
Seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang
berakhir pada saat janin telah mencapai usia cukup bulan (Arisman,2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Priandani
di Ruang Bersalin RSUD dr. Adjidarmo pada bulan Maret-Juni 2012, tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian persalinan secara seksio sesarea
di RSUD dr. Adjidarmo tahun 2011 Dengan sebagian besar berparitas primipara &
grande multipara (88,2%). Hasil uji statistik chi square p-value < yaitu 0,000 <
0,05 artinya Ho di tolak dan Ha di terima, ada hubungan antara seksio sesarea
dengan paritas.
Menurut analisa peneliti tentang Paritas di RSUD Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Provinsi lampung pada tahun 2013, yang primipara sebanyak 180
(58,8%) dan ibu yang mutipara sebanyak 126 (41,2%).
Pada kategori paritas, ibu primipara yang mengalami seksio sesarea
sebanyak 157 (51,3%), hal ini di karenakan usia ibu di bawah 20 tahun (primi
muda beresiko) yang dapat mempengaruhi intensitas His yang menyebabkan
terjadi nya tindakan seksio sesarea dan pada primipara tua beresiko (30 tahun ke
atas) memiliki penyulit kehamilan yang tinggi (kematian maternal, preeklamsia,
hiprtensi,dll) dan kesakitan serta kematian perinatal.
Pada kategori paritas, ibu primipara yang tidak mengalami seksio sesarea
sebanyak 23 (7,5%), Hal ini di karenakan usia ibu masuk dalam kategori usia
69
produktif ( 20 tahun) untuk melahirkan secara normal dan ibu tidak masuk dalam
golongan primipara muda beresiko maupun primipara tua beresiko.
Pada kategori paritas, ibu multipara yang mengalami seksio sesarea
sebanyak 85 (27,8%) hal ini di karenakan multipara beresiko (30 tahun ke atas)
memiliki penyulit kehamilan yang tinggi (kematian maternal, preeklamsia,
hiprtensi dl) dan kesakitan serta kematian perinatal.
Pada kategori paritas, ibu multipara yang tidak mengalami seksio sesarea
sebanyak 41 (13,4%) hal ini di karenakan usia ibu masuk dalam kategori usia
produktif (20 tahun- 30 tahun) untuk melahirkan secara normal dan ibu tidak
masuk dalam golongan multipara beresiko (>30 tahun).
4.3.3
< (0,05) sehingga Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara ketuban pecah dini (KPD) dengan seksio sesarea di RSUD
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013 dengan OR =
15,452 yang berarti ada peluang 15,452 kali lipat antara ketuban pecah dini (KPD)
dengan bukan seksio sesarea.
Sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Ai Yeyeh Rukiyah (2010)
Ketuban pecah dini (KPD) ialah sebagai pecah nya ketuban sebelum waktu nya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktu nya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktu nya melahirkan.
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum di sebab kan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
70
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebab kan selaput ketuban inferior
rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Resiko infeksi ibu dan anak
meningkat pada KPD. Pada ibu terjadi korioamnionitis pada bayi dapat terjadi
septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum
janin terinfeksi. Pada KPD prematur, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara
umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lama nya
periode laten. Hal ini yang dapat menyebab kan terjadi nya infeksi maternal atau
pun neonatal yang dapat meningkat kan insiden seksio sesarea atau pun gagal
persalinan normal (Prawirohardjo, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Sutianingrum, di RSU A. Yani Metro tahun 2008 yang menemukan ada nya
hubungan yang signifikan antara seksio sesarea dengan Ketuban Pecah Dini
(KPD). Hasil yang di dapat kan dalam pada penelitian Sutianingrum pada faktor
Ketuban Pecah Dini (KPD)
sesarea berdasar kan faktor KPD sebesar 40 ibu bersalin. Hasil uji statistik chi
square p-value < yaitu 0,006 < 0,05 artinya Ho di tolak dan Ha di terima, ada
hubungan antara seksio sesarea dengan KPD.
Menurut analisa peneliti tentang Ketuban Pecah dini (KPD) di RSUD
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada tahun 2013, ibu yang
mengalami KPD yaitu sebanyak 206 (67,3%) dan ibu yang tidak KPD sebanyak
100 (32,7%).
Pada kategori Ketuban pecah dini (KPD), ibu yang mengalami KPD dengan
seksio sesarea sebanyak 193 (63,1%). KPD ialah sebagai pecah nya ketuban
sebelum waktu nya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
71
maupun jauh sebelum waktu nya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum
usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih
dari 12 jam sebelum waktu nya melahirkan, pada keadaan ini ibu harus segera di
lakukan tindakan seksio sesarea sebelum janin terinfeksi, insiden infeksi
meningkat sebanding dengan lama nya terjadi KPD.
Pada kategori Ketuban pecah dini (KPD), ibu yang mengalami KPD tetapi
tidak seksio sesarea sebanyak 13 (4,2%), hal ini di sebabkan karena ibu
melahirkan bayi secara persalinan spontan meskipun umur janin belum cukup
bulan (Prematur).
Pada kategori Ketuban pecah dini (KPD), ibu yang tidak mengalami KPD
tetapi mengalami seksio sesarea sebanyak 49 (16%) hal ini di karenakan atas
dasar permintaan ibu untuk melakukan tindakan seksio sesarea, hal ini juga di
karenakan kondisi ibu yang memiliki kencenderungan perkembangan kejiwaan
yang belum matang sehingga ibu belum siap merasakan rasa sakit pada saat
persalinan secara normal .
Pada kategori Ketuban pecah dini (KPD), ibu yang tidak mengalami KPD
dan tidak seksio sesarea sebanyak 51 (16,7%) hal ini di karenakan tidak ada
penyulit atau komplikasi dalam persalinan sehingga ibu dapat melahirkan secara
normal tanpa harus melakukan tindakan seksio sesarea.
4.3.4
< (0,05) sehingga Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara berat bayi dengan seksio sesarea di RSUD Pringsewu Kabupaten
72
Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013 dengan OR = 4,980 yang berarti ada
peluang 4,980 kali lipat antara berat bayi dengan bukan seksio sesarea.
Berat badan bayi normal adalah berat badan bayi antara 2.500 - 4000 gram
(Musbikin, 2007). Bayi yang lahir dengan berat badan di atas 4 kilogram (> 4000
gram) dapat di kategorikan sebagai giant baby (bayi besar). Dalam dunia
kedoktean, giant baby disebut makrosomia (Aini, 2010). Kemunculan bayi
seperti ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor kondisional atau hanya diduga penyebabnya, misalnya orang tuanya
memang bear atau karena memang lingkungannya (faktor gizi yang
2.
3.
4.
5.
6.
disebabkan karena resiko pada bayi besar adalah hipoglikemi (kadar gula kurang
dari 40). Padahal hipoglikemi pada bayi tidak boleh terjadi, karna ancaman yang
paling besar adalah bayi bisa kejang dan hipoksia, sehingga dapat menyebabkan
kerusakan otak pada bayi. Karena itulah dalam kondisi seperti ini oprasi seksio
sesarea menjadi altenatif terbaik bagi ibu (Aini, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Priandani, di Ruang Bersalin RSUD dr. Adjidarmo tahun 2011 yang menemukan
ada nya hubungan yang signifikan antara seksio sesarea dengan Berat Bayi . hasil
yang di temukan oleh Priandani pada faktor Berat Bayi sebesar Sebagian besar.
73
Hasil uji statistik chi square p-value < yaitu 0,014 < 0,05 artinya Ho di tolak dan
Ha di terima, ada hubungan antara seksio sesarea dengan indikai medis yaitu
faktor janin (berat bayi).
Menurut analisa peneliti tentang Berat bayi di RSUD Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Provinsi lampung pada tahun 2013, bayi kembar sebanyak 47 (15,4%)
dan bayi tidak kembar sebanyak 259 (84,6%).
Pada kategori Berat Bayi yang beresiko mengalami seksio sesarea sebanyak
183 (59,8%) Hal ini disebabkan karena berat bayi beresiko pada bayi besar adalah
hipoglikemi (kadar gula kurang dari 40). Padahal hipoglikemi pada bayi tidak
boleh terjadi, karna ancaman yang paling besar adalah bayi bisa kejang dan
hipoksia, sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak pada bayi. Karena itulah
dalam kondisi seperti ini oprasi seksio sesarea menjadi altenatif terbaik bagi ibu.
Pada kategori Berat Bayi yang beresiko dan tidak mengalami seksio sesarea
sebanyak 19 (6,2%) Hal ini disebabkan karena keadaan jalan lahir yang baik
(ukuran panggul yang lebar, kapasitas renggang saluran vagina dan intoritus
vagina yang elastis dan keadaan perineum, dasar panggul yang baik) yang
memungkin kan untuk melahirkan secara normal meskipun berat bayi besar.
Pada kategori Berat Bayi yang tidak beresiko dan mengalami seksio sesarea
sebanyak 78 (25,5%) hal ini di karenakan atas dasar permintaan ibu untuk
melakukan tindakan seksio sesarea, hal ini juga di karenakan kondisi ibu yang
memiliki kencenderungan perkembangan kejiwaan yang belum matang sehingga
ibu belum siap merasakan rasa sakit pada saat persalinan secara normal.
Pada kategori Berat Bayi yang tidak beresiko dan tidak mengalami seksio
sesarea sebanyak 45 (14,7%) hal ini di karenakan
74
komplikasi dalam persalinan sehingga ibu dapat melahirkan secara normal tanpa
harus melakukan tindakan seksio sesarea.
4.3.5
Hasil
uji statistik di dapat bahwa P-value = 0,000 dengan demikian P-value < (0,05)
sehingga Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan yang signifikan
antara ancaman gawat janin dengan seksio sesarea di RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013 dengan OR = 14,615 yang
berarti ada peluang 14,615 kali lipat antara usia ibu dengan bukan seksio sesarea.
Pemeriksaan DJJ dilakukan sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu
dan perkembangan janin khususnya denyut jantung janin dalam rahim. Detak
jantung janin normal permenit yaitu : 120 - 60x/menit Pemeriksaan denyut
jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil.
Sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Prawirohadjo (2010) Dapat di
katakan ancaman gawat janin bila di bila di temukan denyut jantung janin di atas
160x/menit atau di bawah 100x/menit, denyut jantug tidak teratur atau keluar nya
mekonium yang kental pada awal persalinan. Keadaan pada ancaman gawat janin
ini lah yang kemudian berakhir dengan seksio sesarea atau persalinan buatan lain
nya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Sutianingrum, di RSU A. Yani Metro tahun 2008, yang menemukan ada nya
hubungan yang signifikan antara seksio sesarea dengan Fetal distress atau
Ancaman gawat janin. hasil yang di temukan oleh Sutianingrum pada faktor
Ancaman gawat janin sebesar 33 ibu bersalin. Hasil uji statistik chi square p-
75
value < yaitu 0,000 < 0,05 artinya Ho di tolak dan Ha di terima, ada hubungan
antara seksio sesarea dengan fetal distress atau gawat janin.
Dalam penelitian ini, ancaman gawat janin memiliki resiko yang cukup
tinggi terhadap terjadinya persalinan secara seksio sesarea. Ancaman gawat janin
di anggap penting karena ikut menentukan prognosa dalam keputusan tindakan
persalinan sesuai dengan keadaan tingkat ancaman gawat janin tersebut untuk
pengambilan tindakan medis secara cepat untuk mengeluar kan janin dalam perut
ibu agar menghindari sesuatu yang tidak di ingin kan seperti bayi yang meninggal
karena terlambat nya di lakukan tindakan bedah.
Menurut analisa peneliti Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian
seksio sesarea di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada
tahun 2013, seperti pada tabel 4.6 yang sebagian besar ancaman gawat janin, janin
yang mengalami gawat sebanyak 193 (63,1%) dan pada janin yang normal
sebanyak 113 (36,9%).
Pada kategori Ancaman gawat janin, janin yang gawat dan melakukan
seksio sesarea sebanyak 182 (59,5) hal ini di karenakan
untuk menghindari
kematian janin.
Pada kategori Ancaman gawat janin, janin yang gawat dan tidak melakukan
seksio sesarea sebanyak 11 (3,6%) hal ini di sebabkan karena ibu melahirkan bayi
secara persalinan spontan meskipun janin dalam kategori gawat tetapi persalinan
spontan atau alamiah terjadi begitu saja dan tidak dapat di hindari ketika tindakan
seksio sesarea belum sempat di lakukan.
Pada kategori Ancaman gawat janin, janin yang normal dan melakukan
seksio sesarea sebanyak 60 (19,6%) hal ini di karenakan atas dasar permintaan
ibu untuk melakukan tindakan seksio sesarea, hal ini juga di karenakan kondisi
76
< (0,05) sehingga Ha di tolak dan Ho di terima yang berarti tidak ada hubungan
yang signifikan antara bayi kembar dengan seksio sesarea di RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung tahun 2013 dengan OR = 0,41 yang
berarti ada peluang 0,41 kali lipat antara usia ibu dengan seksio sesarea
Tidak selama nya bayi kembar di lahir kan secara sesarea, bisa juga pada
ibu yang memiliki janin kembar melakukan proses persalinan normal atau
pervaginam. Pada ibu yang memiliki janin kembar, proses persalinan normal
dapat terjadi bila ibu dan janinnya tidak memiliki penyulit kehamilan dan
persalinan.
Penyulit mekanis yang dapat di jumpai pada kehamilan kembar yang
menyebabkan ibu harus melakukan tindakan seksio sesarea yang dapat di jumpai
pada kehamilan kembar ialah :
1. Turunnya kedua bagian kepala anak-anak bersamaan kedalam rongga panggul
(collision, impaction, compaction). Dalam hal ini bagian kepala yang paling
tinggi hendaknya ditolak sedikit keatas.
77
2. Kait mengait antara dagu anak kalau anak I lahir dengan letak sungsang dan
anak ke II dengan letak kepala (interlocking).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Sutianingrum, di RSU A. Yani Metro tahun 2008, yang menemukan ada nya
hubungan yang signifikan antara seksio sesarea dengan faktor gemeli atau bayi
kembar. hasil yang di temukan oleh Sutianingrum pada faktor Gemeli atau
ancaman gawat janin sebesar 73 ibu bersalin. Hasil uji statistik chi square p-value
< yaitu 0,015 < 0,05 artinya Ho di tolak dan Ha di terima, ada hubungan antara
seksio sesarea dengan gemeli atau bayi kembar.
Menurut analisa peneliti tentang Bayi kembar di RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Provinsi lampung pada tahun 2013, bayi kembar sebanyak
47 (15,4%) dan bayi tidak kembar sebanyak 259 (84,6%).
Pada kategori Bayi kembar, bayi yang kembar dan melakukan seksio
sesarea sebanyak 34 (11,1%) hal ini di karenakan adanya penyulit mekanis yang
dapat di jumpai pada kehamilan kembar yang menyebabkan ibu harus melakukan
tindakan seksio sesarea yang dapat di jumpai pada kehamilan kembar yaitu
dikarenakan turunnya kedua bagian kepala anak-anak bersamaan kedalam rongga
panggul (collision, impaction, compaction). Dalam hal ini bagian kepala yang
paling tinggi hendaknya ditolak sedikit keatas dan kait mengait antara dagu anak
kalau anak I lahir dengan letak sungsang dan anak ke II dengan letak kepala
(interlocking).
Pada kategori Bayi kembar, bayi yang kembar dan tidak melakukan seksio
sesarea sebanyak13 (4,2%) hal ini di karenakan tidak selama nya bayi kembar di
lahir kan secara sesarea, bisa juga pada ibu yang memiliki janin kembar
78
melakukan proses persalinan normal atau pervaginam. Pada ibu yang memiliki
janin kembar, proses persalinan normal dapat terjadi bila ibu dan janinnya tidak
memiliki penyulit kehamilan dan persalinan.
Pada kategori Bayi kembar, bayi yang tidak kembar dan melakukan seksio
sesarea sebanyak 208 (68,0%) hal ini di karenakan atas dasar permintaan ibu
untuk melakukan tindakan seksio sesarea, hal ini juga di karenakan kondisi ibu
yang memiliki kencenderungan perkembangan kejiwaan yang belum matang
sehingga ibu belum siap merasakan rasa sakit pada saat persalinan secara normal.
pada kategori Bayi kembar, bayi yang tidak kembar dan tidak melakukan
seksio sesarea sebanyak 51 (16,7%) hal ini di karenakan hal ini di karenakan
tidak ada penyulit atau komplikasi dalam persalinan sehingga ibu dapat
melahirkan secara normal tanpa harus melakukan tindakan seksio sesarea.
79