Anda di halaman 1dari 6

CONTOH KASUS :

Mahasiswi aborsi, tarik janin kepala putus


tertinggal di rahim
Merdeka.com - Kisah cinta pasangan kekasih yang masih tercatat sebagai mahasiswa Akademi
Maritim Cilacap, MK (19) dan RH (20), berakhir di balik jeruji besi. Sebab mereka harus
mempertanggungjawabkan perbuatan aborsi mengerikan itu.
Mereka berdua nekat melakukan aborsi janin berusia 5 bulan dari hasil hubungan gelap
sepasang kekasih ini. Ironisnya, kepala janin tertinggal dalam rahim RH. Dari pengakuan RH dan
MK, keduanya memang berniat melakukan aborsi.
Kepala UPT Puskesmas Kroya dr Pujianto Basuki mengatakan, Senin pagi sekitar pukul 05.00
WIB, kedua pelaku datang ke Puskesmas karena RH mengalami pendarahan.
"Yang kami tahu, pagi itu ada pasien yang menderita pendarahan hebat," kata Kepala UPT
Puskesmas Kroya Dr Pujianto Basuki saat dihubungi, Jumat (4/4).
Melihat pasien pendarahan, pihaknya langsung melakukan pertolongan lantaran saat itu RH
dalam kondisi kritis. Dari keterangan petugas di Puskesmas, saat RH datang sudah terlihat tali
pusarnya keluar dari rahim.
Setelah dilakukan pemeriksaan secara lengkap ternyata di dalam (perut) hanya kepala bayi saja.
"Sempat ditanya oleh bidan, kenapa hanya ada kepala dan di mana badan dan kaki, RH
menjawab ditarik sama suaminya," katanya.
MK pun diminta untuk mengambil kepala janin, agar bisa disambung dengan cara dijahit.
Sehingga janin seberat 0,5 kg dan berjenis kelamin perempuan itu bisa dikuburkan. "Saat itu,
kami baru tahu jika mereka bukan suami istri setelah saudaranya datang kemari," katanya.
Melihat adanya kejanggalan dalam kasus tersebut, pihak kepolisian resor Cilacap kemudian
mengamankan MK.

PEMBAHASAN

1. Definisi Abortus
Definisi

abortus

secara

umum

adalah

menggugurkan

kandungan.

Berdasarkan ilmu kedokteran, abortus adalah keadaan terputusnya suatu


kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum
sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya 400 1000 g, atau usia kehamilan
kurang dari 28 minggu.1
Abortus menurut hukum adalah pengguguran kandungan atau tindakan
menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa
melihat

usia

kandungannya.

Juga

tidak

dipersoalkan,

apakah

dengan

pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati. Yang dianggap
penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan
tersebut masih hidup.2
Pada

kasus

ini,

dilakukan

pengguguran

kandungan

atau

tindakan

menghentikan kehamilan pada saat usia kehamilan 5 bulan.


2. Klasifikasi abortus
Abortus di dalam ilmu kedokteran terbagi menjadi : 1
1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului
faktor faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan
oleh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus Provokatus (Induced Abortion)
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus provokatus ini terbagi
lagi menjadi :
a. Abortus Provokatus Medisinalis (Abortus Provocatus Therapeutica)
Abortus provokatus medisinalis adalah abortus yang dilakukan dengan
alasan

bila

kehamilan

dilanjutkan,

dapat

membahayakan

jiwa

ibu

(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua


sampai tiga tim dokter ahli.
b. Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

Pada kasus di atas, tindakan tersangka (MK dan RH) merupakan suatu
tindakan abortus provokatus kriminalis karena tindakan aborsi di atas tidak
berdasarkan indikasi medis.
3. Jenis - Jenis Tindakan Abortus Provokatus Kriminalis
1.

Kekerasan mekanik lokal


Dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari luar dapat

dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan fisik
berlebihan,
langsung

jatuh,

pada

pemijatan/pengurutan

perut

atau

uterus,

perut

pengaliran

bagian
listrik

bawah,
pada

kekerasan

serviks

dan

sebagainya.2
Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasi vagina atau
uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air
sabun atau air panas pada porsio; aplikasi asam arsenik, kalium permanganat
pekat, atau jodium tinktur; pemasangan laminaria stift atau kateter ke dalam
serviks; atau manipulasi serviks dengan jari tangan. Manipulasi uterus, dengan
melakukan pemecahan selaput amnion atau dengan penyuntikan ke dalam
uterus. Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat
apa saja yang cukup panjang dan kecil melalui serviks. Penyuntikan atau
penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan menggunakan Higginson tipe
syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan atau air biasa/air
panas. Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara. 2
2.

Obat / zat tertentu


Pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan yang mengandung

minyak eter tertentu yang dapat merangsang saluran cerna hingga terjadi kolik
abdomen,

jamu

perangsang

kontraksi

uterus

dan

hormon

wanita

yang

merangsang kontraksi uterus melalui hiperemi mukosa uterus. Hasil yang dicapai
sangat bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas individu dan keadaan
kandungannya (usia gestasi).2
Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu peluntur, nenas
muda, bubuk beras dicampur lada hitam, dan lain-lain. Ada juga yang agak
beracun seperti garam logam berat, laksans dan lain-lain; atau bahan yang
beracun, seperti strichnin, prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina dan lain-lain.
Kombinasi kina atau menolisin dengan ekstrak hipofisis (oksitosin) ternyata
sangat efektif. Akhir-akhir ini dikenal juga sitostatika (aminopterin) sebagai
abortivum.2

Pada kasus di atas, tersangka melakukan kekerasan mekanik dari luar,


seperti kekerasan langsung pada perut dan penarikan janin secara langsung
dari rahim.
4. Pemeriksaan Pada Abortus Provokatus Kriminalis

(3,4)

1. Korban Hidup
a.

Tanda kehamilan
b. Usaha penghentian kehamilan tanda kekerasan pada genitalia, perut
bawah dan pemeriksaan toksikologi.

c.

Hasil dari usaha penghentian kehamilan


IUFD (Intra Uterine Fetal death)
Sisa jaringan ------> Mikroskopis/ PA

2.

Korban mati
Pemeriksaan

dilakukan

secepat

mungkin,

sebaiknya

12-16

jam),

pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa.


Pemeriksaan post mortem meliputi :

Tentukan apakah hamil/ baru saja hamil

Tanda baru saja abortus

Tanda kekerasan

Tentukan sebab kematian.


Pada kasus di atas, korban masih hidup dan pada pemeriksaan didapatkan
sisa jaringan berupa kepala janin di dalam rahim korban.
5. Komplikasi Abortus Provocatus Kriminalis. (3,4)
1. Kematian segera (Immediate Death)
a.

Vagal refleks, tanda utama sesak nafas, vagal refleks terjadi oleh
karena karbon, serta intervensi instrument atau penyuntikan cairan
secara tiba-tiba yang mana cairan tersebut dapat terlalu panas atau
terlalu dingin.

b. Emboli udara/lemak
Emboli

udara

yang

terjadi

beberapa

jam

setelah

tindakan,

dimungkinkan udara yang masuk dalam uterus tertahan di dalam


sampai terjadi separasi plasenta yang membuka pembuluh darah
sehingga memungkinkan masuknya udara ke dalam sirkulasi. Adanya
muleus plug dapat menjelaskan mengapa udara dalam uterus tidak
dapat keluar melalui mulut rahim.

Dosis dari udara yang dapat mematikan dipengaruhi oleh berbagai


factor, diantaranya keadaan umum korban dan kecepatan masuk udara
ke

dalam

tubuh.

menyebabkan

Pada

kematian

umumnya
minimal

jumlah
100

udara

ml,

yang

walaupun

dapat
secara

eksperimental udara yang dapat menyebabkan kematian berkisar


antara 10 ml sampai 480 ml.
c. Perdarahan lebih jarang dijumpai bila dibandingkan dengan kedua hal
tersebut.
2. Kematian tidak begitu cepat/ lambat ( Delayed death )
a.

Emboli cairan

b.

Perdarahan

c.

Septikemia

d.

Peritonitis generalisata

e.

Infeksi lokal/ toxemia

f.

Tetanus
3. Kematian Paling Lambat ( Remote Death)

a.

Sepsis : tercium bau busuk dari vagina (foetor), demam tinggi,gemetar.

b.

Gagal ginjal akut

c.

Jaundice dan renal suppression

d.

Endocarditis bacterial

e.

Pneumoni, empyema, meningitis


Pada kasus di atas, belum didapatkan komplikasi abortus berupa kematian.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, R. 2004. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Edisi 2. Jilid 1. Jakarta : EGC.
2. Budiyanto A, dkk. 2004. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Idries, Abdul Munim. 2000. Abortus dan Abortus Provokatus dalam
Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta : Bina Rupa
Aksara.
4. Chadha, PV. 2000. Abortus dalam Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan
Toksikologik. Jakarta : Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai