BAB II BP
BAB II BP
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bronkopneumonia
2.1.1 Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercakbercak (patchy distribution).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat
(Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk
produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi
meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses
peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang
berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang
paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing
(Sylvia Anderson, 1994).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat
yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.1
2.1.2 Epidemiologi
12
13
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di bawah umur 2 tahun. Pneumokokus merupakan penyebab utama
pneumonia. Pneumokokus dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia
pada orang dewasa lebih dari 80 % sedangkan pada anak ditemukan tipe 14, 1, 6
dan 9.
Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan
mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu
disebabkan oleh pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar,
sedangkan Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.
2.1.3 Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
14
d. Protozoa
Menimbulkan
terjadinya
Pneumocystis
carinii
pneumonia
(CPC).
Streptococcus Streptococcus
grupB,
grup D,
Lysteria H.influenza,
Monocytogenes
Streptococcus
pneumoniae
Virus
3 minggu 3 bulan
CMV, HMV
Bakteri
Bakteri
Clamidia
trachomatis, Bordetella
pertusis,
Streptococcus
influenza
tipe
pneumoniae
Moraxella
Virus
Staphylococcus aureus
H
B,
catarhalis,
CMV
Bakteri
pneumoniae, H
influenza
tipe
catarhalis,
streptococcus
Staphylococcus
pneumoniae
Neisheria Meningitides
Virus
Virus
Adenovirus,
B,
aureus,
H.influenza,
5 tahun remaja
Parainfluenza
Bakteri
Clamidia
Bakteri
pneumoniae, H.influenza,
Legionella
15
Mycoplasma
sp,
Staphylococcus
pneumoniae,
aureus
streptococcus
Virus
pneumoniae
Adenovirus
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien
untuk mencegah infeksi yang terdiri dari :
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di nasofaring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
6. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional
7. Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama Ig A
8. Sekresi enzim-enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang
bekerja sebagai anti mikroba yang non spesifik.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui
jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan
jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli mementuk suatu
proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
16
17
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7 12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
2.1.5 Manifestasi Klinik
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 3940C dan
mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya
daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan.
Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai
sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada
perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi
terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa
pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.
2.1.6 Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang sesuai dengan gejala
dan tanda yang diuraikan sebelumnya dan pemeriksaan fisik disertai pemeriksaan
penunjang.
18
19
Pneumonia berat :
bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Pneumonia :
bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
-
20
Bukan Pneumonia :
hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu
dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.
2.1.7 Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan
uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu
yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi
maka yang biasanya diberikan Ampicillin: 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4
dosis, ditambah dengan kloramfenikol 25-50 mg/kgBB/hari (<6 bulan), 50-75
mg/kgBB/hari (> 6 bulan) atau gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis.
Pemberian antibiotika berdasarkan derajatnya :
a. Pneumonia Ringan
- Amoksisilin 25mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis diberikan selama 3 hari
- Kotrimoksazol (trimetropim 4 mg/kgBB sulfametoksazol
20mg/kgBB) dibagi dalam 2 dosis diberikan selama 5 hari
b. Pneumonia berat
- Kloramfenikol 25mg/kgBB setiap 8 jam
- Seftriaxon 50 mg/kgBB secara intravena setiap 12 jam
- Ampisilin 50mg/kgBB secara intamuskular setiap 6 jam dan
Gentamisin 7,5mg/kgBB/hari
Pemberian antibiotik selama 10 hari pada pasien tanpa komplikasi
Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah
larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah
arteri. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.6
21
50.000-100.000
unit/hari
IV
2.1.8 Prognosis
Dengan penggunaan antibiotik yang tepat dan cukup, mortalitas dapat
diturunkan sampai kurang dari 1 %. Anak dalam keadaan malnutrisi energi
protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
Pada bronkopneumonia yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus,
angka kesembuhan penderita mengalami kemajuan besar dengan penatalaksanaan
sekarang, angka mortalitas berkisar dari 10 30% dan bervariasi dengan lamanya
sakit yang dialami sebelum penderita dirawat, umur penderita, pengobatan yang
memadai serta adanya penyakit yang menyertai. Interaksi sinergis antara
malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek
keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial
tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi
22
23
2. Disentri
Adalah diare yang disertai darah dalam tinja. Penyebab utama disentri akut
adalah Shigella. Entamoeba histolytica dapat menyebabkan disentri yang
serius pada dewasa muda tapi jarang pada anak. Akibat penting disentri
antara lain ialah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat dan
kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif.
3. Diare persisten
Adalah diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari
14 hari. Dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Kehilangan berat
badan yang nyata sering terjadi. Volume tinja dapat dalam jumlah yang
banyak sehingga ada resiko mengalami dehidrasi. Tidak ada penyebab
mikroba tunggal untuk diare persisten.
24
sebagainya
Infeksi virus : Enterovirus ( virus ECHO, Coxsackie,
Insiden
Patogenesis
Keterangan
Penyebab hingga Bersifat sitopatik Diare disertai
50% diare pada
muntah
anak berumur 6-
usus halus
demam
dan
25
24 bulan
serotip
Penyebab
5-10%
rotavirus
jumlah
semua
manusia sudah
diare
dalam
diketahui yaitu
masyarakat
serotipe A,B,C
Infeksi
Penyebarannya
asimptomatik
melalui
juga
oral
dapat
fekal-
orang
dewasa
di
penting
pada
musim
seluruh dunia
Enterotoxigenic E Kuman patogen Menghasilkan
yang
paling
tinggi
Prevalen
coli (ETEC)
Insiden
dingin
atau hujan
Penyebab
enterotoksin
tersering
travellers
orang dewasa
(ST)
diarrhea
Menyebabkan
tak
sampai
25%
jumlah
semua
diare
dan
pada
semua golongan
yang
ditularkan
menyebabkan
melalui
makanan
usus halus
minuman
atau
umur di negara
Shigella
berkembang
Penyebab sampai Sindrom
10%
jumlah
disentri Shigella
flexneri
karena invasi ke
paling
usus besar
terjadi di negara
sering
berkembang
umumnya
manusia
dari
ke
26
dewasa
manusia, jarang
melalui
makanan
atau
air.
Shigella
dysentriae
menyebabkan
epidemi
angka
dengan
kematian
yang
tinggi,
umumnya
kebal
terhadap beberapa
Vibrio cholera
macam antibiotika
Muncul sebagai
kolera, umumnya
diare sekretorik
penyebab diare
pada
anak
epidemi karena
berumur
2-10
karena
penyebaran
tahun
adanya
enterotoksin
Vibrio
El
cholera
Tor
yang
Di daerah yang
telah terjadi ke
baru terjangkiti,
beberapa negara
biasanya dimulai
di dunia
pada
orang
dewasa
ditularkan
jumlah
yang
dari
semua golongan
umur
keadaan
Biasanya
dalam
non
melalui
makanan
air
atau
27
epidemi
Salmonella
non Di
typhoid
Menyebabkan
negara Penyerangan
intraseluler
berkembang
sampai
jumlah
diare
pada
pada anak
ditularkan
Insiden bertambah
melalui
dengan
makanan,
perkembangan
terutama bahan
sosial ekonomi
makanan
berasal
yang
dari
hewan
Kebal
terhadap
beberapa macam
antibiotika
5- Mungkin bersifat Dapat
Campylobacter
Menyebabkan
jejuni
menyebabkan
di seluruh dunia
menghasilkan
enterotoksin
disentri dengan
demam
Biasanya
ditularkan
melalui
makanan
terutama bahan
makanan
berasal
hewan
yang
dari
28
29
2.2.3 Klasifikasi
Semua akibat diare cair disebabkan karena kehilangan air dan elektrolit
tubuh melalui tinja. Kehilangan sejumlah air dan elektrolit bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Kehilangan tersebut
dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan kekurangan kalium.
Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
penurunan volume darah (hipovolemia), kolaps kardiovaskuler dan kematian.
Penilaian dehidrasi pada anak:
Penilaian
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Lesu
lunglai/tidak
sadar
Mata
Normal
Cekung
Sampai
cekung
&kering
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Minum
Haus,
biasa,tidak haus
minum banyak
ingin Malas
minum
Kembali cepat
Kembali lambat
Kembali
sangat
lambat
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi
Dehidrasi Berat.
ringan/sedang.
30
di atas ditambah 1/
1/lebih
lebih
tanda
tanda lain
lain
Terapi
DEHIDRASI BERAT
DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
* Mata cekung
* Haus, minum dengan lahap
* Cubitan kulit perut kembalinya
Lambat
Tidak ada cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan
sebagi
dehidrasi
TANPA DEHIDRASI
31
yang diperiksa
Keadaan umum
Sehat
Gelisah,
2
cengeng, Mengigau,
apatis, mengantuk
koma/syok
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
UUB
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Denyut
Sedang (120-140)
nadi/menit
2.2.5 Patogenesis
32
elektrolit.
Invasi mukosa
Shigella, C.jejuni, E.coli enteroinvasive dan Salmonella dapat
menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel
mukosa. Ini terjadi sebagian besar di kolon dan bagian distal ileum.
Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus
superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah
putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan
oleh kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan
33
intoleransi, anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering.
Pemeriksaan darah yang dilakukan yaitu pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan pH, cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan
keseimbangan asam-basa serta pemeriksaan kadar ureum untuk mengetahui
adanya gangguan faal ginjal.
Pemeriksaan tinja dari penderita dengan diare akut dapat mengungkapkan
proses patofisiologi yang mendasarinya dan sangat berharga dalam mempersempit
diagnosis banding yang luas dan dengan demikian dapat mempertajam evaluasi
diagnostiknya
34
Tinja sebaiknya diambil dari tinja yang baru keluar, termasuk komponen
cairnya. Residu yang ada di popok kurang nilai diagnostiknya. Segera setelah
diambil, contoh tinja harus segera diperiksa, sedang yang untuk dibiakkan harus
segera dimasukkan dalam media transport agar kuman patogen yang terkandung
di dalamnya tidak segera mati.
Pada pemeriksaan kasar, warna tinja tidak terlalu banyak menolong, dalam
diagnostic, kecuali bila mengandung lendir atau darah. Terdapatnya mucus yang
berlebihan pada tinja menunjukkan kemungkinan adanya keradangan kolon. Bau
dari tinja jarang pula memberikan nilai diagnostik, walaupun pada kolera terdapat
bau yang spesifik. Terlihatnya parasit pada tinja dapat merupakan petunjuk yang
penting.
Pada uji kimia tinja , malabsorpsi hidrat arang dapat ditentukan dengan
adanya tinja dengan pH rendah dan adanya substansi yang mereduksi (reducing
substances) dengan menggunakan Clinitest. Disakarida seperti sukrosa tidak
memberikan nilai yang positif, untuk itu perlu dipecah dulu dengan cara
menambah HCl dan dipanasi.
Sediaan hapusan tinja pada pemeriksaan mikroskopis membutuhkan
campuran dari sedikit tinja segar dengan beberapa tetes garam fisiologis di bawah
sebuah kaca penutup pada gelas objektif yang menghasilkan lapisan tipis tembus
pandang. Lapisan yang tipis ini berguna untuk melihat adanya parasit seperti
Giardia lamblia dan atau Amoeba. Leukosit dalam tinja tidak terlihat pada infeksi
dengan virus, giardia dan diare osmotik.
2.2.7 Penatalaksanaan
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan
nutrisi, pemberian obat sesuai indikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan
pengobatan:
1. Mencegah dehidrasi
2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada
3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah
35
diare
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc
1) Rehidrasi
Salah satu komplikasi diare yang paling sering terjadi adalah dehidrasi.
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai memberikan cairan
rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur atau air sup. Bila
terjadi dehidrasi, anak harus segera dibawa ke petugas kesehatan untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat yaitu dengan oralit. Komposisi
cairan rehidrasi oral sangat penting untuk memperoleh penyerapan yang
optimal.
Cairan Rehidrasi Oral (CRO) yang dianjurkan WHO selama 3 dekade
terakhir ini menggunakan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa
telah berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada diare, karena
kombinasi gula dan garam ini dapat meningkatkan penyerapan cairan di usus.
CRO selain murah, mudah digunakan juga aman. Sesuai dengan anjuran
WHO saat ini dianjurkan penggunaan CRO dengan formula baru yaitu
komposisi Natrium 75 mmol/L, Kalium 20 mmol/L, Klorida 65 mmol/L,
Sitrat 10 mmol/L, Glukosa 75 mmol/L. Total osmolaritas 245 mmol/L.
Rehidrasi disesuaikan derajat dehidrasi yang sudah ditentukan.
Di masyarakat, masih beredar oralit dengan formulasi lama yaitu oralit
yang mengandung Natrium sebanyak 90 mmol/L, Kalium 20 mmol/L, Sitrat
10 mmol/L, Klorida 80mmol/L, Glukosa 111mmol/L dengan total osmolaritas
311mmol/L. Oralit ini kemudian dilarutkan dalam 200ml air matang. Oralit
dengan formulasi lama sebenarnya digunakan untuk pengobatan kolera,
sehingga apabila diberikan untuk diare bukan kolera, maka akan berisiko
terjadinya hipernatremia.
2) Dukungan nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk pengganti nutrisis yang hilang serta mencegah
agar tidak menjadi gizi buruk. Pada diare berdarah nafsu makan akan
36
37
berkompetisi dengan tembaga (Cu) dan besi (Fe). Tembaga dan besi yang
bebas dapat menimbulkan radikal bebas.
Zinc berperan dalam penguatan sistem imun. Zinc berperan dalam modulasi
sel T dan sel B. Dalam perkembangan sel T dan sel B, terjadi pembelahan selsel limfosit. Zinc berperan dalam ekspresi enzim timidin kinase. Enzim ini
berperan dalam menginduksi limfosit dalam siklus pembelahan sel, sehingga
pembelahan sel-sel imun dapat berlangsung. Selain itu zinc berperan sebagai
kofaktor berbagai enzim lain dalam transkripsi dan replikasi, dan berperan
dalam factor transkripsi yang dikenal sebagai zinc finger DNA binding
protein.
38
Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus. Zinc berperan sebagai
kofaktor berbagai faktor transkripsi dalam sel usus dapat terjaga.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama
dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selam 2-3 bulan. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Dosis Zinc untuk anak-anak:
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak sudah sembuh.
Cara pemberian tablet Zinc :
Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI,atau oralit.
Untuk anak-anak yang lebih besar zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam
air matang atau oralit.
4) Antibiotik selektif
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan
indikasi yaitu pada diare berdarah dan kolera. Secara umum tatalaksana pada
disentri dikelola sama dengan kasus diare lain sesuai dengan acuan tatalaksana
diare akut. Hal khusus mengenai tatalaksana disentri adalah pemberian
antibiotika oral selama 5 hari yang masih sensitif terhadap Shigella menurut
pola kuman setempat. Obat pilihan untuk pengobatan disentri berdasarkan
WHO 2005 adalah golongan Kuinolon seperti siprofloksasin dengan dosis 3050 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari. Pemantauan dilakukan
setelah 2 hari pengobatan, dilihat apakah ada perbaikan tanda-tanda seperti
tidak adanya demam, diare berkurang, darah dalam feses berkurang dan
peningkatan nafsu makan. Jika tidak ada perbaikan maka amati adanya
penyulit, hentikan pemberian antibiotic sebelumnya dan berikan antibiotic
yang sensitive terhadap shigella berdasarkan area. Jika kedua jenis antibiotika
tersebut di atas tidak memberikan perbaikan maka amati kembali adanya
penyulit atau penyebab selain disentri. Pada pasien rawat jalan dianjurkan
pemberian sefalosporin generasi ketiga seperti sefiksim 5 mg/kgBB/hari per
oral.
39
40
Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan oralit seperti
di bawah.
41
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan porsi
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu
4. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari
atau menderita sebagai berikut:
Muntah terus-menerus
Demam
Tinja berdarah
Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang dating ke petugas
kesehatan merupakan kebijakan pemerintah
Jika akan diberikan larutan oralit di rumah, maka diperlukan oralit dengan
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam
Berikan larutan oralit pada anak setiap buang air besar, dengan ketentuan
sebagai berikut :
42
Untuk anak berumur kurang dari 2 tahun : berikan 50-100mL tiap kali
buang air besar
Untuk anak berumur 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 mL tiap kali
buang air besar
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa
larutan itu harus dibuang
Berikan 1 sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah usia 2 tahun
Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua
Bila diare berlanjut setelah oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan
cairan lain seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali kepada
petugas kesehatan untuk mendapatkan tambahan oralit.
Rencana Terapi B
( Penderita Diare dengan Dehidrasi Ringan Sedang)
4-12 bulan
6- < 10 kg
400-700
12 bulan-2 tahun
10 - < 12 kg
700-900
2-5 tahun
12-19 kg
900-1400
43
Setelah 4 jam
a. Nilai ulang derajat dehidrasi anak
b. Tentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan terapi
c. Mulai beri makan anak di klinik
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
b. Berikan oralit untuk rehidrasi selam 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
Rencana Terapi A
c. Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
-
Ikuti arah anak panah. Bila jawaban dari pertanyaan adalah Ya, teruskan ke
kanan, bila Tidak, teruskan ke bawah.
Mulai diberi cairan IV (intravena) segera. Bila penderita bisa
Apakah saudara dapat
menggunakan cairan
IV secepatnya?
Tidak
Ya
1 jam
5 jam
30 menit
2 jam
Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum
tercapai, percepat tetesan intravena
Juga berikan oralit (5mL/kgBB/jam)bila penderita bisa
minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam
(anak)
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak), nilai lagi penderita
menggunakan table penilaian. Kemudian pilihlah rencana
terapi yang sesuai (A,B, atau C) untuk melanjutkan terapi
44
Ya
Tidak
Apakah saudara
dapat menggunakan
pipa nasogastrik
untuk rehidrasi ?
Ya
Tidak
Catatan :
-
Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah
saudara maka pikirkan kemungkinan kolera dan berikan antibiotik yang
tepat secara oral setelah anak sadar
2.2.8 Prognosis
45
Pada bayi pun lebih mudah terjadi dehidrasi akibat kehilangan cairan
karena permukaan area usus per kg BB lebih luas, peran ginjal belum
sempuna dan meningkatnya kecepatan metabolisme tubuh.
2.2.9 Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik )
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram )
4. Hipoglikemi
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa usus halus
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita
juga mengalami kelaparan
2.2.10 Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal
oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara
penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
46