Mola Unimus
Mola Unimus
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Ada beberapa pengertian yang menjelaskan tentang mola hidatidosa. Mola
hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin hampir seluruh villi korealis mengalami perubahan hidrofili
(Sarwono, 1997).
Mola hidatidosa adalah kehamilan dengan ciri-ciri stroma villi korealis
langka vaskularisasi dan edematus (Sarwono, 1997).
Mola hidatidosa adalah suatu keadaan patologi dari korion yang ditandai
dengan :
a. Degenerasi kistis dari villi disertai pembengkakan hidropik.
b. Avaskularitas atau tidak adanya perubahan darah janin.
c. Proliferasi jaringan trofoblastic (Ben-Zion, 1994).
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil
konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi
korealis disertai dengan degenerasi hidrofik (Saifuddin, 2000).
: + 5 cm
c. Tebal
: + 2,5 cm
d. Berat
: + 50 gr
Hubungan antara rongga rahim dan saluran leher rahim disebut rahim
dalam (Ostium Uteri Infernum).
Muara saluran leher rahim ke dalam vagina disebut mulut rahim luar
(Ostium Uteri Eksternum).
d. Dinding rahim
Terutama terdiri dari otot polos yang disusun sebegitu rupa hingga
dapat mendorong isinya keluar pada waktu persalinan.
3. Saluran Telur (Tuba Falopi)
Ada 2 saluran telur kiri dan kanan. Berjalan dari tanduk rahim kanan
kiri (kornu uteri) ke arah sisi (lateral). Panjangnya 12 cm. Ujung dari
saluran telur berumbai disebut Umbai (Fimbria). Faal utama saluran telur
adalah untuk membawa telur yang dilepaskan oleh indung telur ke jurusan
rongga rahim. Umbai berperan dalam menangkap telur yang dikeluarkan
oleh indung telur.
4. Indung Telur (Ovarium)
Ada 2 indung telur, kanan dan kiri. Berbentuk seperti kemiri yang
pipih. Indung telur mengandung sel-sel telur muda, folikel primordial,
folikel degraaf, badan kuning (korpus luteum), badan putih (korpus
albikans). Indung telur membentuk zat-zat hormon : estrogen dan
progesteron, yang berperan dalam peristiwa haid.
D. ETIOLOGI
Menurut Moechtar, 1990. Penyebab mola hidatidosa belum diketahui
secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah :
1. Faktor ovum
Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua
serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau
gangguan dalam pembuahan.
2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan
janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi
zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
3. Parietas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang
dapat diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen
atau menotropiris (pergonal).
4. Kekurangan protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah
dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Sarwono, 1994, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa
yaitu karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel
telur patologik yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur
kehamilan 3 5 minggu dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi
maka terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim villi.
Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan mola yang
dini terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal,
namun pada stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua
sering terlihat perubahan sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai
dari spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai
sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten
terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma villus yang
menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk
menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut
trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase
yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari
trofoblas saja (corio carsinom metastasik) atau trofoblas dengan stroma
villus (mola hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut
bisa diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat
terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan
kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan
menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan pengobatan
yang efektif.
5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum
mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat
tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan
sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu.
F. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Wiknjosastro, 2002. Manifestasi klinik dari kehamilan Mola
hidatidosa adalah:
1. Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan peningkatan
pada HCG.
2. Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus iminen tetapi
gejala mual muntah lebih hebat, sering disertai gejala seperti pre eklamsi.
3. Pemeriksaan USG, akan menunjukkan gambaran seperti sarang tawon
tanpa disertai adanya janin.
4. Diagnosa pasti, adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui
ekspulsi spontan ataupun biopsy spontan pasca perasat hanifa dan acosta
sisson.
G. KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosastro, 1999. Komplikasi dari kehamilan Mola hidatidosa
yaitu: PTG (Penyakit Trofoblast Ganas)
H. PENATALAKSANAAN
Berhubungan dengan kemungkinan bahwa mola hidatidosa itu menjadi
ganas maka terapi bagi wanita yang masih mengiginkan anak maka setelah
diagnosa mola dipastikan dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan
disertai dengan pemberian infus oksitosin intra vena. Sesudah itu dilakukan
kerokan dengan karet tumpul untuk mengeluarkan sisa konsepsi sebelum mola
dikeluarkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan rontgen paru-paru untuk
menentukan ada tidaknya metastase di tempat tersebut. Setelah mola
dilahirkan dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista
tuba uteri. Kista ini tumbuh karena pengaruh hormonal dan mengecil sendiri
(Moechtar, 1990).
10
dengan
sitostatika
metotraksan
atau
aktinomicyn
D.
11
4. Pengawasan lanjut
Pengawasan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang uterusnya
dikosongkan sangat penting karena mungkin timbul tumor ganas.
Penentuan kadar kuantitatif HCG subyektif unit beta dilakukan tiap
minggu.
I. PENGKAJIAN FOKUS
Menurut Doenges, 1999. Pengkajian fokus yang mungkin terjadi pada
pasien Mola hidatidosa yaitu sebagai berikut :
1. Sirkulasi
Perdarahan yang berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan volume
cairan dalam tubuh. Sehingga sirkulasi darah dalam tubuh terganggu, serta
dapat mengakibatkan Syok hipovolemik.
2. Integritas ego
Dapat mengekspresikan perasaan tidak adekuat.
3. Makanan / Cairan
Penambahan berat badan mungkin tidak sesuai dengan masa gestasi
(penambahan yang lebih kecil dapat berakibat negatif bagi janin). Diabetes
dependen-insulin pada ibu. Adanya gangguan pola makan (misal:
anoreksia nervosa, bulimia, atau obesitas).
4. Keamanan
Infeksi (misal: penyakit hubungan kelamin [PHS], penyakit inflamasi
pelvis). Adanya gangguan kejang, derajat / metode kontrol. Pemajanan
12
bermakna pada radiasi, kimia toksin, atau infeksi teratogen (misal: rubella,
toksoplasmosis, sitomegalovirus, human immunodeficiency virus / AIDS
dan PHS lain), infeksi pascanatal (misal: meningitis, ensefalitis),
kekurangan stimulasi / nutrisi pascanatal. Presentasi bokong (khususnya
pada anensefali).
5. Seksualitas
Riwayat pernah melakukan aborsi dua kali atau lebih pada trimester
pertama, kematian janin, atau anak dengan abnormalitas kromosom.
Trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat
diidentifikasi. Penggunaan stimulan ovulasi seperti klomifen atau
menotropins (pergonal).
6. Interaksi Sosial
Pernikahan antar-keluarga (konsanguinitas). Rasa bersalah / menyalahkan
diri sendiri atau pasangan yang membawa gen defektif.
7. Penyuluh / Pembelajaran
Riwayat keluarga yang positif diketahui ada penyimpangan genetic atau
penyimpangan keturunan (misal: sel sabit, fibrosis, kistik, hemofilia,
phenilketonuria, cacat kraniospinal, malformasi ginjal, talasemia, korea
Huntington), penyimpangan pada keluarga (kanker, penyakit jantung,
diabetes, alergi), abnormalitas congenital (sindrom down, retardasi mental,
kerusakan tuba neural), atau penyimpangan metabolic bawaan dari lahir
(misal: penyakit urin sirup maple, penyakit Tay-Sachs).
13
14
J. PATHWAYS KEPERAWATAN
MOLA HIDATIDOSA
Ovum yang sudah atropi, sosial ekonomi yang rendah (kekurangan gizi), infeksi
virus, parietas yang tinggi, imunoselektif dari trofoblast
Pre Curetage
Kehilangan
cairan darah
yang banyak
Kekurangan volume
darah atau cairan
Curetage
Psikologis
Fisik
< pengetahuan
Cemas
Perdarahan
Nyeri
Resti Infeksi
Kehilangan darah
Perubahan volume
cairan
Resti Syok
Hypovolemik
Lemah
15
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Mola hidatidosa
adalah sebagai berikut :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan.
2. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri.
3. Resti infeksi berhubungan dengan pengeluaran darah pervaginam yang abnormal,
dan perlukaan jalan lahir.
4. Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot atau dilatasi serviks.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keadaan umum yang lemah.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan dan tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
16
Intervensi
17
mampu
melakukan
sesuatu
untuk
membantu
darah
berlebihan
dengan
penurunan
Hb,
18
4. Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot atau dilatasi servik ditandai dengan
melaporkan nyeri dan perilaku disfraksi.
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri / ketidaknyamanan hilang / terkontrol.
Intervensi
sebagai
respon
terhadap
situasi
darurat
dapat
19
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keadaan umum yang lemah ditandai
dengan keadaan umum pasien lemah.
Kriteria hasil : - Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aktivitas
perawatan diri.
- Pasien
dapat
mewujudkan
kebersihan
optimal
sesudah
terhadap aktivitas.
c. Tingkatkan harga diri dan inisiatif diri.
Rasional : Memberikan motivasi pada pasien tentang pentingnya Personal
hygiene.
d. Evaluasi keterbatasan untuk berpartisipasi dalam perawatan diri (makan,
berpakaian, mandi, dan toileting).
Rasional : Mengevaluasi pasien tentang keterbatasan untuk berpartisipasi
dalam pemenuhan Personal hygiene.
20
21