Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memiliki anak yang cerdas dan jenius adalah impian setiap orang, namun
kecerdasan dan kejeniusan anak tidak semata-mata ditentukan oleh kualitas
lembaga pendidikan sebagai tempat belajar anak. Rangsangan yang diberikan oleh
orang tua kepada anak sejak masih berbentuk janin juga ikut menentukan
perkembangan otak anak (Rusdie, 2012).
Otak anak sudah terbentuk dan mengalami perkembangan semenjak anak
masih berbentuk janin. Dengan begitu, rangsangan terhadap otak anak bisa
dilakukan sejak masih berada dalam kandungan. Otak merupakan organ tubuh
yang mengontrol dan mengendalikan semua sistem di dalam tubuh. Disamping itu,
otak juga merupakan pusat kecerdasan atau kemampuan berpikir setiap orang.
Organ yang memiliki banyak fungsi ini mulai terbentuk beberapa saat setelah
terjadi konsepsi atau proses peleburan inti sel telur dan sel sperma dengan
ungkapan lain otak terbentuk sejak janin belum menjelma menjadi manusia
sempurna. Salah satu periode perkembangan otak adalah periode pacuh tumbuh
otak (brain growt spurt). Periode ini mulai sejak janin berusia trimester ketiga,
pada periode tersebut, sel-sel otak mulai terbentuk dan berkembang sangat pesat,
sehingga ibu harus benar-benar memperhatikan kesehatan janin. Selain itu
mengkonsumsi makanan yang bergizi supaya otak janin dapat berkembang secara
optimal (Handayani, 2007).
Menurut pendapat Howard Gardner dalam Rusdie (2012), yang tertuang
dalam bukunya multiple intellgences, sedikitnya ada delapan kecerdasan yang
dimiliki oleh setiap manusia yaitu kecerdasan linguistik, matematis, logis, visual,

musikal, kinestetik jasmani interpersonal, intrapersonal dan naturalis dengan


demikian tugas orang tua adalah mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar
kecerdasan anak agar tetap bertahan sampai dewasa.
Kecerdasan matematika adalah kemampuan seseorang untuk menangani
bilangan dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Kecerdasan ini
juga mencakup kemampuan untuk mengolah angka, matematika, dan juga halhal
lain yang berhubungan dengan angka. Setiap orang tua berharap memiliki anak
yang cerdas, jenius atau menguasai ilmu eksakta misalnya matematika dengan
alasan matematika merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional
sehingga banyak pihak menganggap bahwa matematika merupakan pengetahuan
yang wajib dikuasai oleh setiap anak dan perlu di rangsang sejak masih di dalam
kandungan. Orang tua juga berhak mengupayakan berbagai macam cara agar anak
memiliki kecerdasan matematika sejak masih janin (Rusdie, 2012 ).
Dari beberapa hasil penelitian selama 3 tahun didapatkan orang Yahudi lebih
cerdas dalam bidang matematika karena begitu wanita Yahudi yang mengetahui
bahwa dirinya tengah mengandung anak, maka langsung sang ibu tersebut
membeli buku matematika, sedangkan mengerjakan soal matematika bertujuan
untuk mengembangkan kecerdasan otak janin yang ada dalam kandungannya, agar
anak mereka terlahir dengan otak jenius. Para ibu Yahudi yang sedang
mengandung, terus-menerus mengerjakan soal matematika yang ada sampai tiba
saat melahirkan. Kadang mereka mengerjakan bersama suaminya dan bertanya
kepada saudara-saudaranya bila ada soal yang terasa sulit, artinya mereka tidak
melatih kecerdasan otak anak mereka dari kecil, balita, atau umur
sejak di dalam kandungan (Leon, 2009).

3 bulan, tetapi

Menurut Leon (2009), sejak awal mengandung, ibu hamil suka sekali
memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya
roti dan ikan tanpa kepala (sekali lagi, tanpa kepala) bersama salad yang dicampur
dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan. Menurut wanita Yahudi,
daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandung
kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan pertumbuhan otak
anak didalam kandungan. Sama seperti kebiasaan orang Jepang yang jenius juga
dalam kerajinan memakan daging ikan (Leon, 2009).
Menurut Carr (2003), untuk ibu hamil tentang cara menyiapkan kecerdasan
matematika sejak di dalam kandungan misalnya; ibu hamil dapat memberikan
stimulasi kepada janinnya melalui permainanpermainan yang bersifat logis. Oleh
sebab itu, ibu dapat memainkan sebuah game dalam komputer, seperti menyusun
balok atau menebak kata dan angka, saat memainkan game tersebut otak ibu hamil
akan terpacu untuk berpikir keras untuk menyelesaikan permainan itu. Ibu hamil
perlu menciptakan pengalaman-pengalaman matematika dan mengenalkannya
kepada janin melalui suara, misalnya saat memotong sayur, ibu harus dapat
melakukannya sambil berhitung sesuai dengan jumlah bagian yang dipotong. Saat
mengandung tidak ada salahnya ibu mencoba untuk menghafal nomor telepon
anggota keluarga, teman dan nomor telepon penting lainya, seperti rumah sakit
terdekat, petugas pemadam kebakaran, polisi dan lain sebagainya, walaupun
nomor-nomor tersebut sudah tersimpan dalam phone book di hp ibu. Semakin
sering ibu menghafal nomor-nomor baru, kecerdasan matematika janin semakin
terasah.
Data jumlah ibu hamil dari bulan Januari sampai dengan bulan April tahun
2014 pada Ruang Poliklinik KIA RSHK Langgur berjumlah 246 orang, sedangkan

pada bulan April 2014 jumlah ibu hamil pada Ruang Poliklinik KIA RSHK
Langgur berjumlah 51 orang dan data jumlah ibu hamil yang memeriksa
kehamilannya per minggu pada Ruang Poliklinik KIA RSHK Langgur berjumlah
13 orang.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan 5 orang ibu hamil di Poliklinik
KIA RSHK Langgur didapatkan bahwa 4 orang ibu hamil tidak mengetahui
pentingnya menyiapkan kecerdasan matematika anak sejak masih dalam
kandungan.
Berdasarkan berbagai uraian permasalahan yang telah dipaparkan diatas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian karya tulis ilmiah dengan judul
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Menyiapkan Kecerdasan
Matematika Anak Sejak Dalam Kandungan Di Ruang Poliklinik KIA RSHK
Langgur
B. Rumusan masalah

Berdasarkan berbagai uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat


merumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut Bagaimana Gambaran
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Menyiapkan Kecerdasan Matematika Anak Sejak
Dalam Kandungan Di Ruang Poliklinik KIA RSHK Langgur?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang menyiapkan


kecerdasan matematika anak sejak dalam kandungan Di Ruang Poliklinik KIA
RSHK Langgur.
2. Tujuan khusus

Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu hamil tentang menyiapkan


kecerdasan matematika anak sejak dalam kandungan Di Ruang Poliklinik KIA
RSHK Langgur
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis

Merupakan pengalaman berharga karena dapat menambah pengalaman dalam


meneliti
2. Bagi Institusi

Sebagai sumbangan ilmiah dan bahan informasi bagi peneliti berikutnya


3. Bagi Ibu Hamil

Sebagai informasi dan pengetahuan bagi ibu hamil agar ibu hamil dapat
mengetahui sejauh mana mempersiapkan janin agar pandai matematika
4. Bagi Rumah Sakit/Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi rumah sakit agar tenaga kesehatan

E. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini meliputi tiga bagian besar yaitu
bagian awal, bagian utama dan bagian akhir. Bagian awal yang berisikan halaman
judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto, kata pengantar,
daftar isi, daftar lampiran, daftar tabel dan intisari. Bagian utama terdiri dari 3 bab
antara lain bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat
penelitian serta sistematika penulisan. Bab II yaitu tinjauan pustaka yang terdiri
dari konsep teori dan kerangka konsep. Bab III yaitu metode penelitian yang
terdiri dari jenis penelitian, waktu dan lokasi penelitian, populasi dan sampel
penelitian, variabel dan definisi operasional, pengumpulan data, bahan atau

instrumen penelitian, jalannya penelitian, pengolahan dan analisa data. Bab IV


terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan. Bab V penutup terdiri dari
kesimpulan dan saran. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiranlampiran.

Anda mungkin juga menyukai