Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Saat ini dunia telah masuk ke dalam rezim perdagangan bebas. Baik
negara-negara maupun organisasi internasional mengusung perdagangan
bebas yang diimplementasikan ke dalam bentuk perjanjian-perjanjian
perdagangan bebas. Salah satu perjanjian yang paling penting dan
mempunyai pengaruh cukup besar adalah perjanjian perdagangan bebas
Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang berlaku sejalan dengan
tahapan-tahapan hingga 2018.
ACFTA merupakan perwujudan dari konsep interdepedensi antar
negara, khususnya negara-negara anggota ASEAN dan China. Hal ini
khususnya terwujud dalam hal interdependensi ekonomi, dimana tiap-tiap
negara

memiliki

spesialisasi

masing-masing

dalam

memproduksi

komoditas tertentu sehingga akan lebih efisien bagi negara-negara


tersebut apabila melakukan ekspor dan impor perdagangan. Selain itu,
peluang pasar beserta ikatan geografis juga menjadi faktor utama
interdepedensi negara-negara ASEAN dan China. China melihat peluang
pasar yang besar dari negara-negara anggota ASEAN, begitu pula
sebaliknya negara-negara

ASEAN termasuk Indonesia juga melihat

peluang pasar yang besar dari China. Hal inilah yang menjadi latar
belakang dari tercetusnya ide ACFTA.
Dalam praktiknya, dampak dari perjanjian perdagangan bebas
ACFTA sangat terasa hingga ke sektor-sektor strategis dan dapat
mengancam

kondisi

ekonomi

di

Indonesia,

terutama

dengan

membanjirnya produk China ke Indonesia. Secara khusus, keterlibatan


Indonesia dalam ACFTA perlu untuk dicermati lebih lanjut. Hal ini terkait
dengan banyak faktor seperti kesiapan produk dalam negeri menghadapi
serangan barang impor dari Cina, serta potensi pasar ASEAN yang
menjadi berkurang. Dengan demikian, perjanjian perdagangan bebas
ASEAN-China amat jelas bakal lebih menguntungkan China daripada
1

negara-negara ASEAN, dan sangat jelas terutama sangat merugikan


Indonesia.

Pada era globalisasi ini, suatu negara dituntut untuk dapat


menguasai teknologi, mampu bersaing dengan negara-negara lain dalam
hal ekonomi dan pasar, serta rakyat yang memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi akan IPTEK dan modernisasi. Kerjasama perdagangan dan
ekonomi dengan China dalam rangka Asean-China Free Trade Agreement
(ACFTA) membawa implikasi besar terhadap industri dalam dan luar
negeri. China merupakan salah satu negara yang paling mendapat
perhatian ASEAN karena kekuatan ekonominya. Di tahun 2010, kekuatan
ekonomi China berhasil melampaui Jepang setelah beberapa tahun
sebelumnya

melampaui

Jerman,

Perancis,

dan

Inggris.

Hal

ini

menunjukkan bahwa China tumbuh menjadi negara yang menunjukan


peningkatan ekonomi1 yang di atas rata-rata, mampu bertahan dari
goncangan krisis ekonomi dunia pada akhir abad ke 20. China mampu
menjadi seperti sekarang karena beberapa faktor, seperti aspek politik,
ekonomi, sosial, dan budaya yang juga memiliki peranan yang sangat
penting dalam kemajuan China. Selain itu faktor lainnya yang tidak kalah
penting adalah China pandai memanfaatkan peluang dalam perdagangan.
Pertumbuhan bisnis China yang terus menunjukan peningkatan
menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam lagi terutama keterkaitan nya
dengan ACFTA. Penulis akan membahas mulai dari sejarah berdirinya
ACFTA

sampai

pada

pengaruhnya

terhadap

bisnis

Indonesia

dan

Internasional. Oleh karena itu penulis memberi judul pada makalah ini,
Pengaruh Asean China Free Trade Agreement (ACFTA) Terhadap
Bisnis Indonesia dan Internasional.
1 Muzayyin, M. (2012, 11 30). KEBIJAKAN PEMBANGUNAN CHINA MENGHADAPI
GLOBALISASI NEOLIBERALISME. Retrieved 06 08, 2013, from www.blogspot.com:
http://zayyinsoleh.blogspot.com/2012/11/kebijakan-pembangunan-chinamenghadapi.html

I.II RUMUSAN MASALAH


Setelah penjabaran latar belakang diatas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh Asean China Free Trade Agreement (ACFTA)
terhadap bisnis Indonesia dan Internasional?

I.III TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan yang hendak dicapai oleh penulis adalah :
Menganalisis pengaruh Asean China Free Trade Agreement (ACFTA)
terhadap

bisnis

Indonesia

dan

Internasional,

sehingga

dapat

diketahui dimulai dari sejarah berdiri nya ACFTA, pertumbuhan


ekonomi China yang semakin meningkat, dan pengaruh nya bagi
bisnis Indonesia dan Internasional.

I.IV METODE PENELITIAN


Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk
menggambarkan

suatu

pertumbuhan

ekonomi

negara

China

yang

semakin meningkat dan menguasai dunia, sehingga pengaruhnya bukan


hanya dirasakan oleh Indonesia tetapi sampai pada dunia internasional.
Teknik penulisan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
3

studi kepustakaan, dimana hasil penelitian didapat melalui buku-buku dan


media cetak. Selain itu, untuk mendapatkan data serta keterangan yang
lengkap, juga dilakukan download pada situs-situs internet.

BAB II
PEMBAHASAN
II.I SEJARAH SINGKAT ACFTA
Asean-China Free Trade Agreement merupakan kesepakatan antara
negara- negara ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan
perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatanhambatan perdagangan barang baik tarif maupun non-tarif, peningkatan
aspek pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, dan sekaligus
peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong perkonomian
para pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
ASEAN dan China.
Inisiatif untuk bekerjasama dalam pengembangan ekonomi datang
dari Cina. Perkembangan ekonomi Cina tampaknya tidak terbendung
untuk menjadi perekonomian terbesar di dunia dalam dua atau tiga
dekade ke depan. Harga produk yang murah dan jenis produk yang
bervariasi serta dukungan penuh pemerintah Cina membuat produk
Negara lain sangat sulit untuk bersaing. Pemerintah Amerika Serikat pun
pada mulanya berupaya melindungi perekonomian dalam negerinya dan
berusaha menekan Cina, antara lain untuk membiarkan mata uang
renminbi

menguat

dan

mengurangi

surplus

perdagangan.

Dalam

perkembangannya, AS harus realistis bahwa Cina tidak dapat lagi ditekan

dan lebih baik bekerjasama dalam memulihkan perekonomian dunia dari


krisis global.
Pada tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN, Cina
menawarkan sebuah proposal ASEAN-China Free Trade Agreement untuk
jangka waktu 10 tahun ke depan. ACFTA dirancang oleh para kepala
negara anggota ASEAN pada pertemuan puncak ASEAN dan Republik
Rakyat Cina pada tanggal 6 November 2001 di Bandar Sri Begawan,
Brunei Darussalam. Dalam prosesnya, negosiasi tersebut akan berlanjut
melalui tahapan-tahapan. Satu tahun berikutnya, yaitu tahun 2002,
pemimpin ASEAN dan China siap menandatangani kerangka perjanjian
Comprehensive Economic Cooperation (CEC), yang didalamnya terdapat
pula diskusi mengenai Free Trade Area (FTA).2 Kerangka Persetujuan CEC
berisi tiga elemen yaitu liberalisasi, fasilitas, dan kerjasama ekonomi.
Elemen liberalisasi meliputi barang perdagangan, servis atau jasa 24 dan
investasi. Tidak diragukan lagi bahwa proposal yang ditawakan oleh China
sangat

menarik

karena

China

dan

ASEAN

sama-sama

melihat

kemungkinan besar akan adanya pertumbuhan ekonomi yang lebih


signifikan dengan perjanjian tersebut.
Sebagai titik awal proses pembentukan ACFTA para kepala negara
kedua pihak menandatangani Framework Agreement on Comprehensive
Economic Cooperation between the ASEAN and Peoples Republic of China
di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 November 2002. Protokol
perubahan Framework Agreement3 ditandatangani oleh menteri-menteri
ekonomi ASEAN-RRC pada tanggal 6 Oktober 2003, di Bali, Indonesia.
Protokol perubahan kedua Framework Agreement ditandatangani pada
tanggal 8 Desember 2006.
2 Hartono, R. (n.d.). FREE TRADE AGREEMENT (FTA);Perdagangan Bebas Yang Berganti
Baju. Retrieved 06 08, 2013, from www.blogspot.com:
http://arahkiri2009.blogspot.com/2008/07/free-trade-agreement-ftaperdagangan.html

3 Dideklarasikan Kemitraan ASEAN-Cina. (2003, 10 09). Retrieved from


www.suaramerdeka.com: http://www.suaramerdeka.com/harian/0310/09/nas2.htm

Pelaksanaan perdagangan bebas dalam ASEAN-China Free Trade


Agreement (ACFTA) di Indonesia secara regulasi telah sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Framework Agreement on Comprehensive
Economic Cooperation Between the Association of South East Asian
Nations

and

the

Peoples

Republic

of

China,

sebagaimana

telah

diratifikasi, membentuk peraturan perundangan yang berkaitan dengan


ACFTA melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun
2004, pada tanggal 15 Juni 2004. Didalam framework tersebut disepakati
penetapan pembentukan perdagangan bebas untuk barang pada tahun
2004, sektor jasa tahun 2007, dan investasi tahun 2009. Sementara dari
sisi kesiapan perdagangan bebas bagi ASEAN juga berlaku bertahap.
Perdagangan bebas mulai berlaku tahun 2010 antara Cina dengan ASEAN6 yaitu untuk Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Philipina, dan
Brunei. Sementara tahun 2015 berlaku bagi Cina dengan ASEAN-4 yaitu
Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar. Beberapa isu yang terkait
perkembangan ACFTA, khususnya di Indonesia. Indonesia harus membuka
pasar dalam negeri secara luas kepada negara-negara ASEAN dan Cina.
Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan dari perjanjian perdagangan
bebas antara enam negara anggota ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia,
Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam) dengan Cina, yang disebut
dengan ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA).
Setelah negosiasi

tuntas, secara formal ACFTA pertama kali

diluncurkan sejak ditandatanganinya Trade in Goods Agreement dan


Dispute Settlement Mechanism Agreement pada tanggal 29 November
2004 di Vientiane, Laos. Persetujuan Jasa ACFTA ditandatangani pada
pertemuan KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina, pada bulan Januari 2007.
Sedangkan Persetujuan Investasi ASEAN China ditandatangani pada saat
pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN tanggal 15 Agustus
2009 di Bangkok, Thailand.
ACFTA

itu

sendiri

memiliki

tujuan

untuk

memperkuat

dan

meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi antara


negara-negara anggota, meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan
6

perdagangan barang dan jasa serta menciptakan suatu sistem yang


transparan dan untuk mempermudah investasi, menggali bidang-bidang
kerjasama baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam
rangka

kerjasama

ekonomi

antara

negara-negara

anggota,

serta

memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara anggota


ASEAN

baru

(Cambodia,

Laos,

Myanmar,

dan

Vietnam-CLMV) dan

menjembatani kesenjangan pembangunan ekonomi di antara negaranegara anggota.


Pembentukan ACFTA dimaksudkan juga sebagai tonggak kerja sama
antara kedua wilayah yang akan menciptakan kawasan dengan 1,7 miliar
konsumen, suatu kawasan dengan produk domestik bruto (PDB) sekitar
US$ 2,0 triliun dan total perdagangan setiap tahunnya mencapai nilai US$
1,23 triliun. Penghapusan rintangan perdagangan antara ASEAN dan
China

akan

membantu

menurunkan

biaya,

meningkatkan

volume

perdagangan dan meningkatkan efisiensi ekonomi. ACFTA tersebut akan


menjamin stabilitas di Asia Timur dan memberikan kesempatan baik
negara anggota ASEAN maupun China untuk mempunyai peranan lebih
besar dalam perdagangan internasional yang memberikan keuntungan
bersama. Termasuk meningkatkan kerjasama antara ASEAN dan China
dibidang lainnya.
Semua anggota ASEAN mengharapkan manfaat dari ACFTA. Manfaat
tersebut akan tergantung pada kesiapan sektor swasta di setiap negara
untuk mengeksploitasi berbagai kesempatan dalam ACFTA. Berdasarkan
ACFTA, negara-negara anggota ASEAN dan China terbebas dari pajak atas
7.000 katagori komoditi dan memberikan status bebas bea bagi semua
komoditi tersebut dalam perdagangan bilateral pada 2010.

II.II PERTUMBUHAN EKONOMI CHINA

Perekonomian China tumbuh pada tingkat rata-rata 10% per tahun


selama periode 1990-20044 dan ini merupakan tingkat pertumbuhan yang
tertinggi di dunia. PDB China tumbuh 10,0% pada tahun 2003, 10,1%,
pada tahun 2004, dan bahkan lebih cepat 10,4% pada tahun 2005. Pada
1990-an, ekonomi China terus tumbuh dengan pesat, sekitar 9,5%,
disertai dengan inflasi yang rendah. Krisis keuangan di Asia juga
berpengaruh terhadap China terutama melalui penurunan investasi
langsung asing dan penurunan tajam dalam pertumbuhan perusahaan
ekspor. Namun, China memiliki cadangan besar, mata uang yang tidak
bebas konversi, dan aliran modal yang sangat terdiri dari investasi jangka
panjang. Untuk alasan inilah sebagian besar tetap terisolasi dari krisis
regional dan berkomitmen untuk tidak mendevaluasi faktor tersebut.
Data Badan Statistik Nasional China menyebutkan, pertumbuhan
ekonomi pada kuartal kedua di tahun 2011 ini (Juni 2011) sebesar 9,5%
dan hanya sedikit lebih lambat dari laju kuartal pertama (Maret 2011)
yang mencapai 9,7%. Namun, pertumbuhan tersebut tetap mengalahkan
ekspektasi pasar yaitu 9,4%. Pertumbuhan output industri naik 15,1
persen pada bulan Juni dari tahun sebelumnya. Kinerja ini merupakan
percepatan cukup tajam dari bulan Mei yang sebesar 13,3 persen. Saat
ini, Gross Domestic Product (GDP) China mencapai 20.446 triliun yuan
atau 3.146 triliun dolar Amerika dalam enam bulan terakhir. Sementara
itu, investasi aset tumbuh 25,6% dalam enam bulan pertama. Sedangkan
penjualan ritel naik 16,8%.
Pertumbuhan perekonomian China dapat dirasakan oleh penduduk
dunia. Kita bisa melihat bahwa sekarang ini banyak sekali produk- produk
dari China yang dapat menguasai pasar Indonesia. Hal ini dikarenakan
harga

yang

murah

dengan

kualitas

barang

yang

baik.

Dengan

mempertahankan jumlah ekspor yang menanjak sambil mempertahankan


impor, maka ekonomi China pun melonjak. Partner utama China dalam
4 Endrawan. (2008, 12 08). Sejarah Kemajuan China Sejak 1978. Retrieved from
www.wordpress.com: http://nusantaranews.wordpress.com/2008/12/08/tonggaksejarah-kemajuan-china-sejak-1978/
8

ekspor antara lain Uni Eropa (21,14%), Amerika Serikat (20.03%), Hong
Kong (12.03%), Jepang (8.32%), Korea Selatan (4.55%), dan Jerman
(4.27% ). Barang- barang yang diekspor antara lain peralatan listrik dan
mesin lainnya, termasuk peralatan pengolahan data, pakaian, tekstil, besi
dan baja, peralatan optik dan medis. Sedangkan untuk partner utama
China dalam kegiatan impor adalah Jepang (12,27%), Hong Kong
(10,06%), Korea Selatan (9,04%), Amerika Serikat (7,66%), Taiwan
(6,84%), dan Jerman (5,54%). Barang- barang yang diimpor antara lain
peralatan listrik dan mesin lainnya, minyak dan bahan bakar mineral,
peralatan optik dan medis, bijih logam, plastik, bahan kimia organik.
Untuk kepemilikan saham Foreign Direct Investment (FDI) China sebesar
$100 milyar.
Salah satu hasil dari kesuksesan perekonomian China 5 ini ternyata
berdampak terhadap kegiatan moneternya. China terus menaikkan tingkat
suku bunganya, yang pada tahun ini sudah dilakukan sebanyak tiga kali.
Terakhir, suku bunga bank di China dinaikkan Mei 2011. Dengan inflasi
pada periode Juni yang merupakan tertinggi dalam tiga tahun terakhir,
kemungkinan besar China bakal menerapkan kebijakan moneter lebih
lanjut. Saat ini, tingkat suku bunga bank di China mencapai 6,56 persen,
dan kemungkinan bisa naik lagi sebesar 50 basis poin pada akhir
September 2011. Tentu saja perlambatan pertumbuhan ekonomi China
meningkatkan

kekhawatiran

banyak

kalangan

karena

dinilai

dapat

mempengaruhi perekonomian global. Meskipun melambat, pertumbuhan


ekonomi China tetap tercatat sebagai yang tertinggi di Asia, dan itu
memperkuat posisi China sebagai negara dengan perekonomian terbesar
kedua di dunia, di bawah Amerika Serikat. Tingginya permintaan domestik
serta persoalan produksi pangan yang sudah mengglobal membuat harga
pangan dan komoditas utama lainnya seperti bahan bakar mengalami
peningkatan. Hal ini, pada gilirannya menyebabkan Pemerintah China
ingin melakukan kontrol lebih ketat dan membatasi pertumbuhan
ekonominya.
5 Launa. (2010). Perdagangan Bebas Asean-Chiona. Sosial Demokrasi, 4-82.

II.III DAMPAK ACFTA BAGI INDONESIA DAN INTERNASIONAL


Munculnya China sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, dan
pada beberapa perhitungan ekonomi yang sudah menyentuh Amerika
Serikat

untuk

tempat

teratas,

tidaklah

mengherankan

apabila

menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana pergeseran yang luar biasa


dan cepat dalam kekuatan dunia akan mempengaruhi tatanan ekonomi
global seperti yang kita kenal dan apa peran China sekarang dapat
diharapkan dalam menjalankan perekonomian dunia.
Dampak China pada komoditas global sudah jelas. 6 Pertumbuhan
pesat China dalam kebutuhan strategis terlihat dalam peningkatan jumlah
komoditas. Misalnya, ada sekitar sepertiga dari permintaan global untuk
aluminium dan tembaga, dan sebanyak 38 persen untuk seng. Pada
semester pertama tahun ini telah terjadi penimbunan oleh China dari
berbagai komoditas. Penimbunan ini dapat dijelaskan oleh banyak faktor,
termasuk kekuatan Yuan China dan kelemahan harga komoditas.
Dalam tahun-tahun mendatang negara- negara lain tentunya
mengharapkan agar hal ini tetap dilanjutkan. Dan itu tidak hanya akan
logam. Permintaan terhadap makanan dan komoditas lunak akan menjadi
penting. Sementara pendapatan meningkat maka selera makanan juga
6 Dampak China Asean Free Trade dan Strategi Menghadapinya. (n.d.). Retrieved
06 08, 2013, from http://www.sohibuliman.net/:
http://www.sohibuliman.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=328:dampak-china-asean-free-tradearea-cafta-dan-strategi-dalam-menghadapinya&catid=37:artikel&Itemid=62
10

akan berubah. Selanjutnya, 28 persen lahan Eropa ditanami, sedangkan


angka ini adalah 19 persen untuk AS, tapi untuk China hanya 10 persen.
Akibatnya, China tidak hanya akan membeli komoditi, tetapi juga akan
berinvestasi di negara-negara penghasil komoditas. Ini akan memperkuat
koridor baru perdagangan dan arus investasi antara China dan Afrika,
Amerika Latin dan Timur Tengah.

Perdagangan barang China surplus

untuk 2010 sebesar $ 183.000.000.000, sekitar 7% kurang dari $


196.000.000.000 yang dicatat pada 2009, dan 39% kurang dari surplus
hampir $ 300 miliar 2008. Uni Eropa mengalami defisit perdagangan
dengan seluruh dunia sebesar $ 190 miliar pada 2010, yang naik 26% dari
2009 tapi turun 49% dari $ 375.000.000.000 itu tercatat pada tahun 2008.

Perdagangan antara negara-negara ASEAN dengan Cina terus


menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun. Dari sisi ASEAN, Cina
termasuk mitra dagang penting sebagai negara tujuan ekspor. Rata-rata
pangsa ekspor ke Cina oleh negara ASEAN dari 2001-2008 bervariasi
namun secara umum cukup tinggi. Vietnam sebagai negara yang
menempatkan Cina sebagai mitra dagang utama dengan pangsa tertinggi
mencapai 9%, sementara bagi Indonesia pangsa ekspor ke Cina mencatat
7%. Dari sisi Cina, negara ASEAN menjadi mitra dagang penting terutama
untuk pasokan bahan baku. Pangsa impor Cina dari Singapura mencatat
35% dari total impor dari ASEAN atau merupakan pangsa tertinggi di
antara negara ASEAN lainnya. Sementara pangsa impor barang dari
Indonesia sebesar 13% dari total impor dari ASEAN. Perdagangan antara
ASEAN dan Cina mempunyai kecenderungan menimbulkan dampak bagi
pelaksanaan ACFTA terhadap perdagangan internasional Indonesia terus
meningkat yang semakin menunjukkan relatif pentingnya perdagangan
ASEAN-China bagi keduanya. Dengan demikian, potensi keuntungan dari
penghapusan hambatan perdagangan kawasan ASEAN-Cina akan menjadi
relatif besar.
Meskipun

China

dan

ASEAN

telah

berupaya

meliberasikan

perdagangannya, pada kenyataannya tingkat tarif dan hambatan antara


11

keduanya ternyata masih cukup tinggi, sehingga memungkinkan untuk


terciptanya trade creation. China memberlakukan tarif rata-rata sebesar
9,4% untuk barang dari ASEAN. Sebaliknya, tarif yang diberlakukan
negara ASEAN terhadap barang dari China secara rata-rata hanya sebesar
2,3%. Namun tak dapat dipungkiri bahwa selain peluang terdapat pula
tantangan

dengan

berlakunya

ACFTA.

Tantangan

terbesar

yaitu

peningkatan kompetisi produk. Ketakutan akan ketidakmampuan untuk


bersaing produk dalam negeri menghadapi serangan produk impor dari
China maupun ketakutan akan ketidakmampuan produk ekspor untuk
masuk ke potensi pasar China yang terbuka lebar merupakan tantangan
yang apabila dikelola dengan bijaksana maka dapat menjadi peluang yang
cukup potensial.
Dengan dibuka ACFTA pada tahun 2011 di negara Indonesia 7 tidak
berjalan tanpa hambatan, tetapi terjadi pro dan kontra di kalangan para
pelaku ekonomi, para ekonom, pelaku industri dan elite politik. Dampak
positif ACFTA terhadap ekonomi negara Indonesia adalah kegiatan
ekonomi dalam negeri meningkat, kegiatan produksi akan effisien, ekspor
akan meningkat, dan inventasi juga akan meningkat. Adapun dampak
negatif ACFTA8 terhadap Indonesia diantaranya adalah serbuan produk
asing terutama dari Cina dapat mengakibatkan kehancuran sektor sektor
ekonomi

yang

diserbu, karakterisasi perekonomian

Indonesia

akan

semakin lemah dan tidak mandiri karena segalanya akan bergantung


kepada impor, dan neraca perdagangan Indonesia masih dalam kondisi
defisit.

7 Kontorversi Pelaksanaan ASEAN-China Free Trade Area (CAFTA) Dan Kebijakan Luar
Negeri Indonesia. (2010, 02 24). Retrieved from www.wordpress.com:
http://isias.wordpress.com/2010/02/24/kontorversi-pelaksanaan-asean-china-free-tradearea-cafta-dan-kebijakan-luar-negeri-indonesia/

8 Gao, H. (2010, 04 20). STRATEGI CHINA DALAM FREE TRADE AGREEMENT :


PERTARUNGAN POLITIS ATAS NAMA PERDAGANGAN. Retrieved from
http://www.igj.or.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=409&Itemid=164
12

Di

panggung

global,

kebangkitan

China

juga

menyebabkan

munculnya negara kapitalisme. Beberapa tahun lalu kita mungkin melihat


ini dalam konteks dana kekayaan negara. Kini dengan menambah
besarkan cadangan devisa, dana pemerintah dan perusahaan milik
pensiun negara, dan peran negara telah menjadi jauh lebih penting.
Akhirnya, pengaruh China pada forum kebijakan global adalah penting.
Kini kita telah melihat pergeseran, dengan G20 mengambil peran penting.
China mengambil peran pro-aktif dalam KTT London, yang disambut, dan
mungkin tanda hal-hal yang akan datang. Satu keajaiban, bagaimanapun,
apakah itu adalah G2 AS dan China yang mungkin muncul sebagai
kekuasaan

yang

sesungguhnya.

Awal

tahun

ini

Presiden

Obama

mengisyaratkan pergeseran dari Dialog Ekonomi Strategis, untuk Dialog


Strategis dan Ekonomi. Kata tambahan "dan" pada Dialog Strategis dan
Ekonomis mungkin sinyal perubahan yang signifikan.

BAB III
PENUTUP
III.I KESIMPULAN
Peranan Investasi dalam Pembangunan Perekonomian antar negara
semakin berkaitan erat, keadaan ekonomi di sebuah negara dengan cepat
dan mudah merambah ke negara-negara lain. Dalam situasi seperti

13

sekarang, keunggulan bisnis dan perekonomian bukan lagi berdasarkan


pada strategi keunggulan komparatif (comparative advantage) melainkan
strategi

keunggulan

mengubah

struktur

Interdependensi

kompetitif

(competitive

perekonomian

perekonomian

advantage).

dunia

negara

secara

semakin

Globalisasi

fundamental.
erat,

keeratan

interdependensi ini bukan saja berlangsung antara negara maju, tapi juga
antara negara berkembang dan negara maju.
China telah memberikan pelajaran yang sangat berharga mengenai
bagaimana seharusnya negara mampu bertindak dan berperan dalam
ekonomi politik global sekarang ini. Disini Negara mampu menainkankan
perusahaan yang efektif
dalam

skala

relatif

dalam

yang

menjaga integrasi pasar untuk selalu

disesuaikan

dengan

kondisi

dan

tidak

menyerahkan sepenuhnya kepada totalitas pasar. Begitupun dengan


kesepakatan

perdagangan

bebas

ACFTA

dapat

memperkuat

dan

meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan dan penanaman modal


antara pihak-pihak yang bersangkutan sehingga membangun hubungan
perdagangan yang saling menguntungkan.
III.II SARAN
Hal yang harus diperhatikan dalam ACFTA ini adalah apakah
pemerintah telah melakukan sosialisasi publik terhadap kesepakatan
ACFTA ini dan strategi apakah yang akan diterapkan dalam menghadapi
ACFTA.

Pemerintah

perlu

melakukan

kajian

apakah

kesepatan

perdagangan ini lebih banyak merugikan ataukah menguntungkan,


mengingat pasar Indonesia yang dibanjiri oleh produk dari China.
Perdagangan bebas ini jangan sampai membuat perusahaan Indonesia
akan tutup akibat tidak mampu bersaing dengan produk-produk dari
China.

DAFTAR PUSTAKA

14

Muzayyin, M. (2012, 11 30). KEBIJAKAN PEMBANGUNAN CHINA


MENGHADAPI GLOBALISASI NEOLIBERALISME. Retrieved 06 08, 2013, from
www.blogspot.com: http://zayyinsoleh.blogspot.com/2012/11/kebijakanpembangunan-china-menghadapi.html
Hartono, R. (n.d.). FREE TRADE AGREEMENT (FTA);Perdagangan Bebas
Yang Berganti Baju. Retrieved 06 08, 2013, from www.blogspot.com:
http://arahkiri2009.blogspot.com/2008/07/free-trade-agreementftaperdagangan.html
Dideklarasikan Kemitraan ASEAN-Cina. (2003, 10 09). Retrieved from
www.suaramerdeka.com:
http://www.suaramerdeka.com/harian/0310/09/nas2.htm
Endrawan. (2008, 12 08). Sejarah Kemajuan China Sejak 1978. Retrieved
from www.wordpress.com:
http://nusantaranews.wordpress.com/2008/12/08/tonggak-sejarahkemajuan-china-sejak-1978/
Launa. (2010). Perdagangan Bebas Asean-Chiona. Sosial Demokrasi, 4-82.
Dampak China Asean Free Trade dan Strategi Menghadapinya. (n.d.).
Retrieved 06 08, 2013, from http://www.sohibuliman.net/:
http://www.sohibuliman.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=328:dampak-china-asean-freetrade-area-cafta-dan-strategi-dalammenghadapinya&catid=37:artikel&Itemid=62
Kontorversi Pelaksanaan ASEAN-China Free Trade Area (CAFTA) Dan
Kebijakan Luar Negeri Indonesia. (2010, 02 24). Retrieved from
www.wordpress.com: http://isias.wordpress.com/2010/02/24/kontorversipelaksanaan-asean-china-free-trade-area-cafta-dan-kebijakan-luar-negeriindonesia/
Gao, H. (2010, 04 20). STRATEGI CHINA DALAM FREE TRADE AGREEMENT :
PERTARUNGAN POLITIS ATAS NAMA PERDAGANGAN. Retrieved from

15

http://www.igj.or.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=409&Itemid=164

16

Anda mungkin juga menyukai