Perencana PLTMH
Perencana PLTMH
PLTMH di desa Padasuka, telah dibangun pada tahun 1982, dengan kapasitas daya sebesar
25 kVA. Pada mulanya digunakan untuk mensuplai daya listrik perkebunan teh, dan penduduk
setempat. Bertambahnya beban listrik membuat kapasitas daya listrik yang ada sudah tidak
mampu lagi mensuplay beban, sehingga direncanakan untuk menambah kapasitas daya listrik.
Sehingga perlu dilakukan studi analisis lebih lanjut. Tujuan yang ingin di capai adalah
meningkatkan daya listrik terpasang dari 25 kVA, menjadi 60 kVA, sesuai kemampuan daya
teoritis PLTMH, debit air tersedia, saluran penghantar air, menghasilkan data beban listrik
tersambung, sehingga dapat direncanakan kapasitas turbin dan generator, serta type jaringan
listrik, dan menghasilkan tegangan listrik yang konstan antara -5% s.d + 10 % dari tegangan
listrik efektif sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000). Metodologi yang dilakukan
adalah melakukan pengukuran ulang debit air ( Q), diamater pipa pesat (d), tinggi jatuh air ( H),
mendata jumlah beban terpasang, hingga dapat menentukan turbin dan generator. Hasil yang
diperoleh debit air (Q) di sungai mencapai 3,9 m3/dt, , serta tinggi jatuh air 12 m, sehingga
daya teoritis PLTMH yang dapat dibangkitkan sebesar 450 kW. Sementara debit air yang
digunakan sebesar 0,9 m3/dt, dengan ketinggian jatuh air 12 meter, efisiensi turbin 0,88 dan
efisiensi generator 0,9, maka daya yang diperoleh sebesar 105 kW. Berdasarkan hasil survai
pendataan beban listrik jumlah daya terpasang direncanakan sebesar 50,325 kW, sehingga
dapat dipilih type turbin Francis dan generator sinkron kapasitas 60 kW atau 75 kVA.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
PLTMH mulai dibangun pada tahun 1982 di desa Padasuka, Kecamatan Pegalaran
Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Pada mulanya digunakan untuk keperluan perkebunan Teh.
Tenaga penggerak berupa kincir air over shoot untuk menggerakan dynamo listrik. Unjuk kerja
PLTMH sangat buruk, efisiensi daya listrik hanya 40 %, tidak aman dan mudah rusak. Daya
listrik yang dibangkitkan 20 kVA pada sistem tegangan listrik 380/220 volt. (Yayasan Mandiri,
2007).
Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah memodifikasi instalasi PLTMH, mulai
perbaikan bendungan, konstruksi kincir air menggunakan plat baja, tetapi masih banyak
masalah karena berat dan tidak balance menyebabkan bantalan poros mudah rusak, selain dari
itu putaran kincir air sangat rendah ( 512 rpm), membutuhkan sistem transmisi daya yang
komplek, dan hasilnya tidak memuaskan, frekuensi listrik tidak stabil dan merusak peralatan
elektronik. Sementara beban listrik setiap tahunya terus bertambah dari tahun 2002, 20 kVA
dan pada tahun 2006 menjadi 45 kVA (Yayasan Mandiri, 2007).
Tujuan yang ingin dicapai adalah, meningkatkan daya listrik terpasang dari 25 kVA,
menjadi 60 kVA, sesuai kemampuan daya teoritis PLTMH, debit air tersedia, saluran penghantar
air, menghasilkan data beban listrik tersambung, sehingga dapat direncanakan kapasitas
turbin dan generator, serta type jaringan listrik, dan menghasilkan tegangan listrik yang konstan
antara -5% s.d + 10 % dari tegangan listrik efektif sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL
2000).
1. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian PLTMH adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air sebagai
media utama untuk penggerak turbin dan generator. Tenaga mikro hidro, dengan skala daya
yang dapat dibangkitkan 5 kilo watt hingga 50 kilo watt. Pada PLTMH proses perubahan energy
kinetic berupa (kecepatan dan tekanan air), yang digunakan untuk menggerakan turbin air dan
generator listrik hingga menghasilkan energi listrik(NOTOSUDJONO, D. 2002).
2.1 Prinsip kerja PLTMH
Secara teknis, mikrohidro mempunyai tiga komponen utama yaitu air sumber energi,
turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dengan ketinggian
tertentu melalui pipa pesat menuju rumah instalasi (powerhouse). Di rumah instalasi, air
tersebut akan menumbuk turbin sehingga akan menghasilkan energi mekanik berupa
berputarnya poros turbin. Putaran poros turbin ini akan memutar generator sehingga dihasilkan
energi listrik. Secara skematis ditunjukkan pada gambar 2.1. berikut ini :
c. Turbin air akan berputar setelah mendapat tekanan air ( P ), dan perputaran turbin
dimanfaatkan untuk memutar generator,
d. Setelah mendapat putaran yang constan maka generator akan menghasilkan tegangan listrik,
yang dikirim kekonsumen melalui saluran kabel distribusi ( JTM atau JTR).
2.2 Pendekatan Analisis
Pendekatan analisis yang digunakan umumnya bersifat parametrik ZUHAL, 1981).
Secara teoritis daya yang dapat dibangkitkan oleh PLTMH dilakukan dengan pendekatan :
Dimana :
Q
H
Daya teoritis PLTMH tersebut di atas, akan berkurang setelah melalui turbin dan generator,
yang diformulasikan sebagai berikut :
Dimana :
eff T
eff G
Dimana :
ns =
Kecepatan medan putar (rpm)
f
=
Frekuensi (Hz)
p
=
Jumlah kutub motor induksi
Kecepatan putar rotor tidak sama dengan kecepatan medan putar, perbedaan tersebut
dinyatakan dengan slip :
Dimana :
s
=
slip
ns =
kecepatan medan putar stator (rpm)
nr =
kecepatan putar rotor (rpm)
Dan daya maksimum yang di hasilkan dirumuskan :
2.3
Survei potensi
Peninjauan lapangan untuk survai potensi ini bersifat pengecekan/konfirmasi hasil desk
study terhadap situasi-kondisi lokasi yang sebenarnya. Survai potensi ini sering juga disebut
sebagai survai identifikasi lokasi. Disamping mengidentifikasi lokasi, di dalam survai potensi
juga dilakukan evaluasi, modifikasi dan sebagainya sehingga prospek selanjutnya dari rencana
lokasi tersebut dapat diperkirakan. Tidak selalu bahwa lokasi yang dimaksud akan mempunyai
prospek untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya. Ada kalanya suatu lokasi terlihat sulit untuk
dikembangkan, kemungkinan karena faktor kondisi air sungainya, situasi topografinya, sulit dan
jauh dari lokasi penduduk.
Kegiatan pokok di dalam lapangan (survai, pengukuran, dan lain-lain) pada survai potensi
antara lain sebagai berikut :( WIBAWA,U. 2006)
a.
b.
c.
d.
Tahap survai potensi dalam hal ini harus dapat menghasilkan prediksi secara awal bahwa
potensi PLTMH yang dimaksud cukup layak untuk dikembangkan.
2.3.1 Tinggi Jatuh air (Head)
Penentuan debit dan head pada PLTMH mempunyai arti yang sangat penting dalam
menghitung potensi tenaga listrik.Seperti pada gambar 2. Variabel debit diwakili oleh jumlah
rata-rata bulan kering dalam satu tahun. Artinya dicari areal-areal yang jumlah bulan keringnya
kecil atau bahkan tidak ada bulan keringnya sama Pengukuran debit air (Q) sungai pada
dasarnya terdapat banyak metode pengukuran debit air. Untuk sistem konversi energi air skala
besar pengukuran debit bisa berlangsung bertahun-tahun. Sedangkan untuk sistem konversi
energi air skala kecil waktu pengukuran dapat lebih pendek, misalnya untuk beberapa musim
yang berbeda saja. (WIBAWA,U. 2006). Tingkat kemiringan yang diwakili oleh indikator gradien
skematik, semakin miring areal, semakin besar kemungkinan untuk ditemukannya head yang
cukup untuk PLTMH.
Dimana :
h1 = Elevasi titik tertinggi (m)
h2 = Elevasi titik terendah (m)
A = Luas areal (m2)
1.3.2
d. Luas diperoleh dengan mengalikan kedalaman rata-rata dengan lebar sungai, yaitu :
A = X(rata). l
Mengukur kecepatan aliran sungai (v), langkah langkah pengukuran:. Carilah bagian
sungai yang lurus dengan panjang sekitar 20 meter, dan tidak mempunyai arus putar yang
menghambat jalannya pelampung. ( SUBROTO, I . 2002)
A. Ikatlah sebuah pelampung kemudian dihanyutkan dari titik t 0 t1 seperti terlihat pada gambar
2.3 berikut.
C.
trata
D.
= (sigma t) / n
Kecepatan aliran air sungai (v) diperoleh dengan membagi jarak sungai (s) dengan waktu
tempuh rata-rata dari pelampung tersebut, yaitu :
(t0 t1), v = s / trata
Setelah luas dan kecepatan aliran sungai diketahui, maka besar debit pada sungai tersebut
dapat dianalisis:
Q = A xv
(m3/det)
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.
Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Padasuka Kecamatan Pegalaran Kabupaten
Cianjur Jawa Barat. Lama waktu penelitian selama satu tahun ( Juni 2006 hingga Juni 2007),
dimulai survai lapangan hingga laporan akhir.
3.2 Pelaksanaan Survay Lapangan.
Pelaksanaan survey dan kerja lapangan meliputi:
a. Pengukuran ulang head (h) dan debit air (Q).
b. Pengecekan kondisi bendungan
c. Pengecekan pipa pesat
d. Pengecekan turbin dan generator serta proteksinya
e. Pendataan beban listrik dikonsumen.
3.3 Alat dan Bahan Kerja Survey Lapangan.
Beberapa unit alat dan bahan kerja yang perlu disipakan:
a. Alat keselamatan kerja, seperti P3K, sepatu boat, tali pendaki gunung, sarung tangan, dan helm
atau topi.
b. Alat Kerja, rol meter, alat tulis, slang plastic, papan mistar, serta beberapa alat pendukung
lainnya.
3.4 Alat Ukur dan Pengujian
Beberapa alat ukur dan alat pengujian yang digunakan adalah, debit meter 1 unit,
spidometer 1 unit, volt meter, amper meter dan watt meter masing-masing satu unit, osiloskop
kapasitas 20MHz, unit dan taco meter 1 unit, serta beberapa Mini Circuit Breaker.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data, agar pelaksanaan dan
keputusan yang diterapkan menjadi efisien. Data yang diperoleh berupa:
Data heat dan debit air
Data beban konsumen terpasang
Data saluran penghantar air
Data turbin
Data pipa pesat
Data Generator
Data Jaringan Listrik Tegangan Rendah ( JTR).
Dan bentuk dari grafik beban listrik diperlihatkan pada gambar 4.5 berikut.
4.6
Efisiensi PLTMH
Efisiensi adalah perbandingan daya output maksimum dengan daya input yang dapat
dibangkitkan. Mengacu persamaan ( 2.7) dihasilkan efisiensi :
d.
e.
f.
g.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil
dari peningkatan kapasitas daya listrik dari PLTMH di Padasuka dari 25 kVA menjadi 60 kVA
dapat dilakukan dengan cara:
a. Debit air sungai yang tersedia cukup besar yaitu 3,9 m3/dt, sementara yang dimanfaatkan
hanya 0,996 m3/dt, dan dapat menghasilkan daya listrik 105 kW. pada ketinggian jatuh air 12
meter, efisiensi turbin 88%, dan generator 90%, sehingga dari debit 0,996 m3/dt tersebut di atas
masih banyak yang terbuang.
b.
Beban maksimum 42 kW, terjadi pada pukul 09.00 12.00 dan 17.00 22.00, dan rata-rata
konsumsi energy listrik sebanyak 702 kWh perhari, sementara daya terpasang 60 kVA atau 51
kW.
c. Tegangan listrik yang dibangkitkan pada saat melayani beban maksimum dan minimum berkisar
378 382 volt ( system phasa-ke phasa), masih memenuhi ketentuan PUIL 2000 yaitu ( - 5 %
s.d + 10 % ) dari tegangan efektif.