Anda di halaman 1dari 6

PERBEDAAN ANTARA MAKELAR DENGAN KOMISIONER

MAKELAR
Dilihat dari segi pengertiannya makelar adalah seorang perantara yang
menghubungkan pengusaha dengan pihak ke tiga untuk mengadakan pelbagai
perjanjian. Misalnya: perjanjian jual beli barang dagangan, kapal-kapal, obligasiobligasi, efek-efek, wesel, aksep, dan surat berharga lainnya, asuransi, dsb.
Makelar mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu:
1. Makelar

harus mendapat pengangkatan resmi dari pemerintah

(pasal 62 ayat (1)).


2. Sebelum menjalankan tugasnya, makelar harus bersumpah di muka
ketua Pengadilan Negeri, bahwa ia akan menjalankan kewajibannya
dengan baik (pasal 62 ayat (2)).
3. Seorang makelar mendapat upah yang disebut provisi atau courtage.
Provisi atau Courtage adalah pendapatan yang diterima dalam
bentuk presentasi.
Hubungan dan Sifat hubungan hukum antara makelar dan pengusaha adalah
sebagai perantara atau pembantu pengusaha, makelar mempunyai hubungan yang
tidak tetap dengan pengusaha (pasal 62 ayat (1)). Hubungan ini sama halnya dengan
pengacara, tetapi lain dengan hubungan antara agen prusahaan dengan pengusaha.
Dalam hal ini sifat hukum dari hubungan tersebut adalah campuran, yaitu sebagai
pelayanan berkala dan pemberian kuasa. Sifat pemberian kuasa makelar adalah
delegataris yakni tanggungjawab masih ada pada pemberi kuasa.
Karena makelar adalah suatu jabatan yang diakui oleh undang-undang dan
tugasnya juga ditentukan oleh undang-undang, maka dia mempunyai tanggungjawab
yang tidak kecil. Tanggungjawab ini mengenai kemungkinan timbulnya kerugian
berdasarkan pebuatan makelar. Bila kerugian ini timbul, maka makelar wajib
mengganti kerugian.

Tanggungjawab ini juga mengenai perbuatan mekelar:


1. dalam perjanjan jual-beli atas contoh, maka makelar diharuskan
menyimpan contoh itu sampai pada saat perjanjian telah selesai
dilaksanakan seluruhnya (pasal 69).
2. dalam perjanjian jual-beli wesel atau surat berharga lainnya, maka
makelar harus menanggung sahnya tanda tangan penjual, agar pembeli
jangan merugi disebabkan debitar wesel tidak mau membayar wesel
karena tanda tangan penjual (andosan) itu palsu (pasal 70).
Pada umumnya makelar berbuat atas nama pemberi kuasa (sifat umum).
Makelar menerima pesanan dari seorang pemberi kuasa untuk membelikan atau
menjualkan barang tertentu. Dalam makelar berbuat untuk memenuhi pesanan itu
dengan cara mengadakan perjanjian jual beli dengan pihak ke tiga. Jadi makelar
hanya berfungsi sebagai perantara yang murni, tidak menjadi pihak dalam perjanjian,
sedang yang menjadi pihak dalam perjanjian adalah pemberi kuasa dan pihak ke tiga.
Seorang makelar dapat diberhentikan sementara atau digugurkan jabatannya.
Seperti yang diketahui makelar adalah suatu jabatan resmi yang mendapat provisinya
dari orang-orang yang mempergunakan jasanya. Makelar tidak bisa di pensiunkan.
Tetapi seorang makelar dapat diberhentikan sementara atau digugurkan jabatanya,
bilamana ia melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan (bag. II, bab IV,
buku I. KUHD ps 71). Makelar yang sudah digugurkan jabatannya tidak boleh
diangkat kembali (pasal 73). Apabila seorang makelar jatuh pailit, dia diberhentikan
sementara dari pekerjaannya dan dapat digugurkan oleh Hakim Pengadilan Negeri
setempat.

KOMISIONER
Dilihat dari segi pengertiannya komisioner adalah orang yang menjalankan
perusahaan dengan membuat perjanjian-perjanjian atas namanya sendiri, mendapat
provisi atas perintah dan atas pembiyayaan orang lain (pasal 76).
Ciri-ciri seorang komisioner, yaitu:
1. berbeda dengan makelar di dalam komisioner tidak ada syarat
pengangkatan resmi dan penyumpahan.
2. komisioner menghubungkan komiten dengan pihak ketiga atas
namanya sendiri (pasal 76).
3. komisioner tidak berkewajiban untuk menyebut namanya komiten.
Disini komisioner menjadi pihak dalam perjanjian.
4. komisioner dapat bertindak atas nama pemberi kuasanya (pasal 79).
Perjanjian komisi ialah perjanjian antara komisioner dengan komiten yakni
perjanjian pemberi kuasa. Dari perjanjian ini timbul hubungan hukum yang bersifat
tidak tetap, sebagai halnya makelar dan pengacara. Sifat hukum perjanjian komisi ini
tidak diatur secara tegas dalam undang-undang. Ada pendapat bahwa hubungan
tersebut bersifat sebagai perjanjian pemberian kuasa khusus, yakni pemberian kuasa
yang mempunyai sifat-sifat khusus, yang terletak pada:
a) seorang pemegang kuasa bertindak pada umumnya atas nama
pemberi kuasa. Tetapi pada umumnya seorang komisioner bertindak
atas namanya sendiri.
b) Pemegang kuasa bertindak tanpa upah, kecuali kalau diperjanjikan
dengan upah. Tetapi komisioner mendapat provisi bila pekerjaannya
telah selesai.
Dengan begitu hubungan antara komisioner dan komiten adalah sebagai pemegang
kuasa dan pemberian kuasa. Komisioner bertanggungjawab atas pelaksanaan perintah
kepada pemberi kuasa dan pemberi kuasa bertanggungjawab atas biaya pelaksanaan

perintah dan pembayaran privisi. Dengan kata lain sifat pemberian kuasanya adalah
mandataris.
Seperti yang telah diketahui bahwa perjanjian komisi adalah perjanjian antara
komisioner dengan komiten. Dalam perjanjian itu komisioner meningkatkan diri
untuk melaksanakan perintah komiten atas biayanya. Disinilah letak tanggungjawab
komisioner. Komisioner harus melaksanakan perjanjian komisi itu dengan sebaikbaiknya. Komisioner bertanggungjawab kepada komiten bila pemberian kuasa itu
tidak dijalankan sebagaimana mestinya.
Tidak seperti makelar yang berbuat atas nama pemberi kuasa, komisioner
pada umumnya membuat perjanjian atas namanya sendiri. Jadi dapat dikatakan bagi
komisioner bahwa berbuat atas nama sendiri adalah sifat umum.
Berbeda dengan makelar komisioner mempunyai hak-hak khusus , karena
pertanggungjawaban komisioner berat. Hak-hak khusus tersebut, yaitu:
1. Hak retensi, yakni hak komisioner untuk menahan barang-barang
komiten, bila provisi dan biaya-biaya yang lain belum dibayar.
2. Hak istimewa (privilege), komisioner mempunyai hak istimewa pada
barang-barang komiten yang ada di tangan komisioner untuk
dijualkan, untuk ditahan bagi kepentingan lain yang akan datang, dan
yang dibeli dan yang diterimanya untuk kepentingan komiten.
Didalam komisioner ada berakhirnya pemberian kuasa pada perjanjian komisi.
Pemberian kuasa berakhir karena:
1. meninggalnya si pemberi atau si pemegang kuasa, jika pemberi kuasa
meninggal dunia sedang perjanjian komisi belum selesai dilaksanakan,
maka komisioner wajib menyelesaikan dengan baik. Kalau komisioner
alpa, sehingga oleh karenanya timbul kerugian, maka ia dianggap
dapat dibebani pembayaran ganti kerugian.
2. dicabutnya pemberian kuasa oleh si pemberi kuasa.
3. pengembalian pemberian kuasa oleh pemegang kuasa.
4. pengampuan, pailit, ketidak mampuan si pemberi maupun si pemegang
kuasa.

PERBEDAAN ANTARA MAKELAR DENGAN KOMISIONER

Disusun oleh:

FESTI PRAMITA SARI


NIM: 09291

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA


2007

Anda mungkin juga menyukai