Anda di halaman 1dari 9

Pendahuluan

Entitas

memiliki

principles, tetap dipertahankan dalam pengakuan ini,

kewajiban

pajak

sesuai

ketentuan perpajakan yang berlaku di mana entitas


beroperasi. Atas laba yang diperoleh entitas memiliki
kewajiban untuk membayar dan melaporkan pajaknya.
PSAK 46 (2015) : Pajak Penghasilan mengatur bagaimana
entitas menyajikan dan mengungkapkan kewajiban pajak
penghasilan entitas. Peraturan pajak dan standar akuntansi
memiliki

perbedaan

pengakuan

dan

pengukuran

pendapatan dan beban yang dapat memunculkan aset atau


liabilitas paja

k tangguhan yang harus diungkapkan

dan disajikan dalam laporan keuangan.


Untuk entitas, penghasilan yang diterima atau
diperoleh dikenakan pajak setelah dikurangkan beban yang
diperbolehkan. Pajak akan dihitung atas laba entitas bukan
nilai total penghasilan. Namun untuk pendapatan pada
industri tertentu (konstruksi), usaha kecil yang menghitung
pajak dengan norma, pajak dihitung dari nilai penghasilan
bukan laba.
Entitas akan mencatat pajak dibayar dimuka atas

sehingga jika penghasilan tersebut diterima pada suatu


periode maka konsekuensi pajaknya harus diperhitungkan
pada periode tersebut. Walaupun menurut peraturan,
pajaknya akan dibayarkan pada periode yang lain.
Perbedaan permanen adalah perbedaan substansi
yang tidak akan terpulihkan di masa mendatang. Contohnya
biaya pegawai yang diberikan dalam bentuk natura,
sumbangan dengan kriteria tertentu tidak dapat menjadi
pengurang penghasilan, biaya yang tidak terkait dengan
mendapatkan,

menagih

dan memelihara

pendapatan.

Perbedaan permanen dapat juga terjadi karena penghasilan


yang dikenakan pajak final seperti pendapatan bunga, sewa
tanah, sewa bangunan, pengalihan tanah / bangunan,
transaksi di pasar modal. Penghasilan yang dikecualikan
misalnya iuran pensiun yang diterima oleh entitas program
purna karya. Atas perbedaan permanen ini menurut standar
tidak diperhitungkan konsekuensi pajak yang terutang di
masa depan sehingga tidak memunculkan kewajiban atau
aset

pajak tangguhan. Walaupun untuk pajak final ada

pemotongan pajak yang telah dilakukan pihak lain pada

konsekuensi pajak yang harus ditanggung, yaitu sebesar

saat entitas menerima penghasilan. Setiap bulan entitas

tarif pajak finalnya, yang

wajib membayar angsuran pajak (PPh 25) yang jumlahnya

umum. Dalam perhitungan pajak terutang, perbedaan

dihitung berdasarkan pajak tahun sebelumnya dibagi dua

permanen ini tidak dimasukkan dalam menghitung pajak

belas atau dengan cara perhitungan tersendiri jika

terutang. Pajak final dilaporkan dalam laporan pajak

penghasilan tahun sebelumnya diperkirakan berbeda. Pada

terpisah

akhir tahun, entitas akan menghitung jumlah pajak terutang

menggunakan tarif pajak umum.


Perbedaan temporer adalah perbedaan yang

dalam satu tahun fiskal. Pajak dalam satu tahun fiskal


ditambahkan dengan pajak final dan pajak anak perusahaan
akan disajikan sebagai beban pajak kini dalam laporan laba
rugi komprehensif. Pajak terutang satu tahun fiskal
dikurangi dengan pajak yang telah dipotong dan diangsur
akan menghasilkan pajak kurang/lebih bayar (PPh 29/28).
Pajak kurang bayar akan disajikan dalam laporan posisi
keuangan sebagai utang pajak penghasilan (kurang bayar)
atau piutang restitusi pajak (lebih bayar). Dalam standar
disebut sebagai utang pajak kini.
PSAK 46: Pajak Penghasilan

mengatur

dari

penghasilan

berbeda dengan tarif pajak

yang

dihitung

dengan

terjadi karena waktu pengakuan sehingga secara total nilai


beban atau pendapatan sama namun waktu pengakuannya
berbeda. Perbedaan temporer akan menyebabkan jumlah
tercatat aset atau liabilitas dalam laporan posisi keuangan
berbeda dengan dasar pengenaan pajaknya. Misalnya
perbedaan masa manfaat aset tetap antara ketentuan
perpajakan dan kebijakan entitas dalam melakukan
penyusutan.

Akibat

penyusutan

berbeda,

perbedaan

masa

sehingga

akan

manfaat,

nilai

menyebabkan

perbedaan nilai buku aset dalam laporan posisi keuangan

pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan

dengan dasar pengenaan pajaknya.

Perbedaan temporer

pajak penghasilan entitas. Sebagai salah satu beban entitas,

juga dapat muncul karena perbedaan waktu pengakuan

pajak penghasilan dikenakan dan dihitung berdasarkan

maupun cara penilaian. Akuntansi mengakui penurunan

penghasilan yang telah diakui entitas. Konsep matching

piutang saat terdapat bukti obyektif sesuai dengan PSAK

55, sedangkan pajak mengakui penghapusan piutang jika

750. Beban pajak tersebut terdiri pajak kini yang

telah memenuhi ketentuan spesifik yang lebih ketat untuk

dibayarkan ke kas Negara sebesar 500 dan beban pajak

entitas di luar jasa keuangan. Untuk entitas dalam industri

tangguhan sebesar 250. Dampaknya timbul kewajiban

keuangan ada peraturan khusus untuk menghitung nilai

pajak tangguhan. Menurut akuntansi, penyusutanya lebih

cadangan penurunan nilai piutang. Akuntansi mengakui

kecil sehingga laba akuntansi lebih besar sehingga terdapat

penurunan nilai (impairment) aset tetap, investasi dan

pengakuan beban pajak tangguhan selama 4 tahun pertama.

cadangan penurunan persediaan, sedangkan pajak tidak

Pada tahun kelima, entitas membayar pajak lebih besar

memperkenankan

sebagai

karena tidak ada lagi penyusutan. Namun secara akuntansi

pengurang penghasilan.
Perbedaan temporer ini akan menimbulkan

masih terdapat penyusutan sehingga penghasilannya lebih

kerugian

penurunan

nilai

jumlah pajak terutang pada periode mendatang atau jumlah


pajak terpulihkan di masa mendatang. Jika aset atau
liabilitas muncul akibat pengakuan pendapatan menurut

kecil sebesar 3.000. Pada tahun kelima pajak yang


dibayarkan sebesar 1.250 namun beban pajak yang diakui
sebesar 750. Selisihnya 500 merupakan

manfaat pajak

akuntansi lebih besar dibandingkan menurut pajak, maka

tangguhan dan mengurangi kewajiban pajak tangguhan.


Sampai akhir tahun kelima masih ada nilai sisa

akan menimbulkan pajak terutang di masa depan sehingga

2.000 dan saldo kewajiban pajak tangguhan 500. Perbedaan

akan diakui liabilitas pajak tangguhan. Sebaliknya jika

ini akan hilang saat entitas menjual peralatan tersebut. Jika

pengakuan pendapatan menurut akuntansi lebih kecil

tahun ke 7 peralatan dijual seharga 3.000 maka pajak akan

dibandingkan penghasilan menurut pajak, maka entitas

mengakui laba penjualan aset sebesar 3.000 sedangkan

akan melakukan pembayaran pajak terlebih dahulu atas

menurut akuntansi laba penjualan aset 1.000 karena masih

pendapatan tersebut sehingga akan diakui aset pajak

ada nilai sisa 2.000. Pajak atas penjualan tersebut akan

tangguhan. Aset pajak tangguhan juga dapat terjadi karena

dibayarkan sebesar 750, namun secara akuntansi beban

akumulasi kerugian pajak yang belum dikompensasikan

pajak 250, yang 500 manfaat pajak tangguhan. Kewajiban

dan akumulasi kredit pajak yang belum dimanfaatkan.

pajak tangguhan akan habis dikurangkan dan diakui

Untuk fasilitas kredit pajak, ketentuan regulasi di Indonesia

sebagai manfaat pajak tangguhan, karena asetnya sudah

belum mengatur.

terjual.

Pajak
Pendapatan
Penyusutan untuk tujuan pajak
Penghasilan kena pajak
Pajak terutang menurut fiskal
Akuntansi
Pendapatan
Penyusutan untuk tujuan akuntansi
Laba (rugi) pajak
Beban pajak akuntansi 25%

Thn 1
5.000
3.000
2.000
500
5.000
2.000
3.000
750

Untuk penghasilan yang dikenakan pajak final,


standar

menjelaskan secara khusus walaupun tidak ada

dalam IAS 21. Atas aset dan liabilitas yang berhubungan


dengan pajak penghasilan final berbeda dengan dasar
pengenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut tidak diakui
sebagai aset dan liabilitas pajak tangguhan. Alasannya
karena pajak final tidak dilaporkan dalam menentukan
pajak penghasilan. Karena

tidak terdapat

perbedaan

temporer maka tidak diakui adanya aset dan liabilitas pajak


Perbedaan laba
Beban (manfaat) pajak tangguhan
Kewajiban pajak tangguhan
Total beban pajak penghasilan
Beban pajak kini 25%
Beban (manfaat) pajak tangguhan
Beban pajak penghasilan

1.000
250
250
500
250
750

tangguhan. Atas penghasilan yang dikenakan pajak final


beban pajak diakui proporsional dengan pendapatan
menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan.
Ketentuan

standar

mengharuskan

penghasilan

yang

dikenakan pajak final diakui sebesar nilai bruto, kemudian


beban pajak (kini) akan diakui pada periode yang sama.

Menurut akuntansi, beban pajak akan dihitung

Atas pengakuan penghasilan yang dikenakan pajak final

berdasarkan laba akuntansi sehingga beban pajak sebesar

menurut akuntansi dan belum dibayarkan pajak finalnya,

maka akan diakui beban pajak final pada periode tersebut

Tujuan utama dari standar ini adalah untuk

dan pajak yang masih harus dibayar. Untuk kondisi

mendeskripsikan perlakuan akuntansi terhadap pajak

sebaliknya, atas pendapatan yang dikenakan pajak final

penghasilan. Maka dari itu, Pajak Penghasilan termasuk

diterima dimuka, akan diakui pajak final dibayar dimuka,

pajak dalam negeri dan luar negeri yang didasarkan pada

karena pembebanan pajak hanya sebesar beban yang diakui

laba yang terkena pajak. Pajak penghasilan juga meliputi

menurut akuntansi. Pajak penghasilan final dibayar dimuka

seluruh jenis pajak dipotong dan pajak dipungut yang

harus disajikan terpisah dari pajak penghasilan final yang

berkaitan dengan perusahaan atau entitas terkait.

masih harus dibayar.


Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 2009 yang diundangkan
pada tanggal 4 Juni 2009 yang merupakan Perubahan atas
Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2008 yang telah
diundangkan tanggal 23 Juli 2008 tentang Pajak atas
Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi sebagai pengganti
Peraturan Pemerintah RI Nomor 140 Tahun 2000,
Perusahaan Konstruksi dikenakan tarif 3% final untuk

Isu terpenting dari akuntansi terhadap perpajakan


adalah bagaimana akuntansi dalam menghitung kewajiban
pajak kini dan yang akan datang dengan kondisi sebagai
beriktu :
1. Pelunasan atau penyelesaian dari jumlah tercatat aset
(kewajiban) yang diakui di dalam laporan neraca
perusahaan;
2. Transaksi atau kejadian lain pada periode berjalan yang
diakui di dalam laporan keuangan perusahaan.

kontrak yang diperoleh mulai 1 Agustus 2008.


Pajak final atas kontrak konstruksi sebelum diatur
dalam

PSAK 46

(2010): Pajak

Penghasilan

yang

Pengakuan IAS 12 : Income Taxes


Pajak sekarang untuk periode sekarang dan masa

dikeluarkan 18 Desember 2010. Dalam PSAK 46 (2010)


tersebut, pajak final merupakan bagian dari pajak
penghasilan.
Namun, dalam PSAK 46 (2014) yang berlaku

lalu, dalam kategori belum dibayar, akan diakui sebagai


kewajiban. Apabila pajak tersebut telah dibayar untuk
periode sekarang dan masa lalu dengan jumlah yang

efektif pada 1 Januari 2015, tidak ada lagi pengaturan

melebihi

mengenai pajak final. Hal ini mempertimbangkan tidak

selisihnya akan diakui sebagai aset. Kewajiban pajak untuk

adanya pengaturan pajak final dalam IAS 12 Income Taxes

periode sekarang dan masa lalu akan diukur dengan jumlah

yang menjadi rujukan PSAK 46 (2014).


Bagi Perusahaan Konstruksi,

yang diharapkan dapat dibayarkan (melunasi) kewajiban


tidak

adanya

pengaturan pajak final dalam PSAK 46 (2014) akan


menimbulkan permasalahan apakah pajak final merupakan
pajak penghasilan atau bukan pajak penghasilan. Jika pajak
final merupakan pajak penghasilan, maka pajak final akan
disajikan dalam pos pajak penghasilan. Jika bukan, maka
pajak final tidak dapat disajikan dalam pos pajak
penghasilan, dimana hal ini akan memberi dampak
terhadap penilaian atas kinerja keuangan Perusahaan
Konstruksi.

nilai tertunggaknya,

maka

kelebihan

atau

pajak tersebut, dengan menggunakan tarif pajak (dan


peraturan pajak) yang telah berlaku atau secara substansial
berlaku bagi pelaporan keuangan perusahaan.
Sudah menjadi sifat dalam pengakuan aset atau
kewajiban

bahwa

laporan

keuangan

perusahaan

mengharapkan untuk melunasi atau menyelesaikan jumlah


dari aset atau kewajiban. Apabila ada kemungkinan terjadi
penyelesaian atau pelunasan jumlah kewajiban malah akan
membuat kewajiban pajak untuk masa depan menjadi lebih
besar (lebih kecil), maka standar akuntansi mensyaratkan
entitas untuk mengakui kewajiban pajak tangguhan (aset
pajak tangguhan).
Aset pajak tangguhan diakui untuk saldo rugi

IAS 12 : Income Tax


Esensi Penting IAS 12 : Income Taxes

fiskal yang belum digunakan dan kredit pajak yang belum


digunakan apabila besar kemungkinan bahwa jumlah laba

fiskal pada masa mendatang akan memadai untuk

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009 tentang

dikompensasi dengan saldo rugi fiskal dan kredit pajak

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 51

yang belum digunakan.

Tahun

2008

tentang

Pajak

Penghasilan

atas

Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi


Pengukuran
Aktiva pajak dan kewajiban pajak tangguhan
harus diukur dengan tarif pajak yang diharapkan akan
digunakan pada periode ketika aktiva direalisasikan atau
kewajiban tersebut diselesaikan, berdasarkan tarif pajak
(dan peraturan pajak) yang sudah berlaku atau berlaku

Pasal 10 mengatakan, terhadap kontrak yang


ditandatangani sebelum tanggal 1 Agustus 2008, untuk
pembayaran kontrak atau bagian dari kontrak yang
dilakukan sampai dengan tanggal 31 Desember 2008,
pengenaan Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut :

secara subtansi saat akhir periode pelaporan.


Pengukuran atas aktiva pajak dan kewajiban
pajak tangguhan harus merefleksikan konsekuensi pajak
yang akan mengikuti dari cara yang diharapkan oleh
entitas, pada akhir periode pelaporan, untuk memulihkan
atau menyelesaikan nilai tercatat dari aktiva atau kewajiban
tersebut.
Aktiva pajak dan kewajiban pajak tangguhan tidak boleh
didiskontokan.
Nilai tercatat atas aset pajak harus direview pada
masing-masing akhir periode pelaporan. Entitas akan
mengurangi nilai tercatat aktiva pajak tangguhan apabila
kemungkinan besar bahwa laba fiskal akan tersedia untuk
mengkompensasikan sebagian atau seluruh aktiva pajak
tangguhan. Seluruh penurunan tersebut harus dipulihkan
sampai dengan batas kemungkinan nilai laba fiskal
memadai untuk tersedia.
Alokasi
IAS 12 mensyaratkan suatu perusahaan untuk menghitung
konsekuensi pajak dari transaksi dan kejadian lain dengan
cara yang sama ketika perusahaan menghitung transaksi
atau kejadian kejadian lainnya. Oleh karena itu, bagi
transaksi atau kejadian lain yang mengakui laba atu rugi
dari transaksi tersebut, pajak juga mengakui laba atau rugi
dari pajak itu sendiri. Sama halnya dengan pengakuan aset
dan kewajiban pajak tangguhan dlaam kombinasi bisnis

a. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib


Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap dari
usaha di bidang jasa konstruksi ditentukan sebagai
berikut :
1. Dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan
Ketiga atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.
2. Dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat Final
bagi Wajib Pajak yang memenuhi kualifikasi
sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, serta
yang mempunyai nilai pengadaan sampai dengan
Rp 1.000.000.000,- (1 milyar rupiah).
b. Atas penghasilan yang diterima atau diperolah Wajib
Pajak yang dikenakan dikenakan Pajak Penghasilan
sesuai UU No. 17 Tahun 2000, dikenakan pemotongan
pajak berdasarkan ketentuan Pasal 23 oleh pengguna
jasa yang ditunjuk oleh Ditjen Pajak sebagai pemotong,
yang dilakukan pada saat pembayaran uang muka dan
termin.
Dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan Pasal
23 UU No. 17 Tahun 2000 jika pemberi penghasilan adalah
pengguna jasa selain yang ditunjuk Ditjen Pajak sebagai
pemotong.
c. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan Final,
dikenakan pemotongan pada saat pembayaran uang
muka atau termin oleh pengguna jasa yang ditunjuk
oleh Ditjen Pajak sebagai pemotong.

yang mempengaruhi jumlah kenaikan goodwill dalam

Dikenakan Pajak Penghasilan Final jika pengguna jasa

kombinasi bisnis tersebut.

adalah selain yang ditunjuk Ditjen Pajak sebagai pemotong.


d. Besar Pajak Penghasilan Final yang terutang dan harus
dipotong oleh pengguna jasa atau disetor sendiri oleh
WP penyedia jasa ditetapkan sebagai berikut :

1. 4% (empat persen) dari jumlah bruto, yang diterima


WP penyedia jasa perencanaan konstruksi.
2. 2% (dua persen) dari jumlah bruto, yang diterima
WP penyedia jasa pelaksanaan konstruksi.
3. 4% (empat persen) dari jumlah bruto, yang diterima
WP penyedia jasa pengawasan konstruksi.

Pencabutan Pajak Final Dari PSAK 46 (2015) : Pajak

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Agustus

pendapatan/penjualan, bukan pada penghasilan


Berdasarkan PSAK 23 (2015), Pendapatan

2008.

Penghasilan
Alasan pajak final dikeluarkan dari PSAK 46 (2015) adalah
sebagai berikut :
1.

Pajak

Final

lebih

mengacu

kepada

(revenue) adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi

Dasar Kesimpulan Penghapusan Pajak Final (PSAK 46


(2015)
DK01. : PSAK 46 : Pajak Penghasilan menghilangkan
pengaturan tentang pajak final dan pengaturan untuk hal
khusus. Hal ini dilakukan dalam rangka menyelaraskan
pengaturan yang ada dalam PSAK 46 dengan IAS 12 :
Income Taxes.

yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu


periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Berdasarkan PSAK 23 (2015), Penghasilan (income) adalah
peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset
atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan ekuitas,
yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

DK03. : Pajak Penghasilan final sesuai ketentuan

Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue)

perpajakan di Indonesia dikenakan atas nilai brutonya


(yaitu atas jumlah uang yang diterima). Pajak ini tetap

maupun keuntungan (gain).


Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik

dikenakan

kesimpulan,

walaupun

atas

transaksi

tersebut

entitas

bahwa

penghasilan

mengalami kerugian. Oleh karena itu, pajak penghasilan

pendapatan/penjualan,

final sesuai dengan ketentuan perpajakan di Indonesia tidak

merupakan bagian dari penghasilan. Tentu saja hal tersebut

termasuk dalam lingkup PSAK 46.

membuat ruang lingkup penghasilan lebih besar daripada

Pandangan dari Organisasi Ikatan Akuntan Indonesia


Wilayah Provinsi Kalimantan Barat
Sebagai
konsekuensi
atas

konvergensi

sedangkan

meliputi

pendapatan/penjualan

pendapatan, dan pengenaan tarif pajak untuk penghasilan


juga lebih luas. Pajak final lebih mengacu atau mengarah
terhadap pendapatan, karena pendapatan terdiri atas

pajak

sekelompok transaksi tertentu, dimana objek pajak final

(2015): Pajak Penghasilan

juga hanya untuk transaksi yang terbatas. Transaksi tersebut

maka pengaturan pajak final dan hal khusus dikeluarkan

diantaranya :
Beberapa kategori penghasilan yang dikenakan

terhadap IFRS
final

dengan

serta tidak sesuainya


PSAK

46

konsep

dari ruang lingkup PSAK 46 (2015). Penggunaan dalam


revisi 2014 ini, mengeluarkan pajak final (final tax) dari
komponen pajak penghasilan. Hal ini sejalan dengan

Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah sebagai berikut:

Penghasilan Dari Transaksi Penjualan Saham Di

Bursa Efek
Penghasilan Atas Bunga Deposito Dan Tabungan
Penghasilan Dari Hadiah Atas Undian
Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah

Dan/Atau Bangunan.
Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan/Atau

Bangunan.
Penghasilan Atas Bunga Atau Diskonto Obligasi

Yang Diperdagangkan Dibursa Efek


Penghasilan Atas Jasa Konstruksi
Penghasilan Atas Perusahaan Pelayaran Dalam

konsep bahwa pajak final memang tidak dikenakan pada


penghasilan (income), namun pada nilai pendapatan
/penjualan (revenue/sales). Yang menjadi pertanyaan, untuk
entitas yang atas pendapatannya dikenakan pajak final,
pada bagian mana dari laporan laba rugi, pajak final
tersebut harus dilaporkan, apakah sebagai pengurang
pendapatan atau sebagai bagian dari beban.

Negeri

Penghasilan

Perusahaan

penghasilan-penghasilan tertentu. Berdasarkan ketentuan

Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri


Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing Di

ini Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah untuk

Indonesia
Penghasilan Atas Selisih Lebih Revaluasi Aktiva

pertimbangan

Tetap
Penghasilan Atas Penjualan Hasil Produksi

ketentuan Pasal 4 ayat (2) ini. Namun demikian, ada juga

Pertamina
Penghasilan Atas Bunga Simpanan Anggota
Koperasi
Penghasilan Perusahaan Modal Ventura Dari

undang PPh.Dengan demikian maka penghasilan yang telah

Transaksi Penjualan Saham Atau Pengalihan

akan dihitung lagi Pajak Penghasilannya pada SPT Tahunan

Penyertaan Modal Pada Perusahaan Pasangan

dengan penghasilan lain yang non final untuk dikenakan

Usaha.
Penghasilan Atas Diskonto Surat Perbendaharaan

tarif progresssif (pasal 17 UU PPh). Namun atas pelunasan

Negara
Penghasilan Atas Transaksi Derivatif Berupa

bukan merupakan kredit pajak pada SPT Tahunan.

Atas

mengenakan PPh final atas penghasilan tertentu dengan


kesederhanaan,

kemudahan,

serta

pengawasan.Pengenaan PPh Final sebagian berasal dari


pengenaan PPh final berdasarkan Pasal lain yaitu Pasal 15,
Pasal 19, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 26 Undangdikenakan Pajak Penghasilan Final (PPh final) ini tidak

pemotongan atau pembayaran PPh final tersebut juga

Kontrak Berjangka Yang Diperdagangkan Di

Dari penjelasan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan

Bursa.
Penghasilan Atas Deviden Yang Diterima Oleh

bahwa Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan


Final (PPh Final) adalah sebagai berikut:

Orang Pribadi Dalam Negeri.


Oleh karena itu, pajak final lebih mengacu pada

Penghasilan yang dikenakan PPh final tidak

pendapatan daripada penghasilan dilihat dari sisi transaksi

perlu digabungkan dengan penghasilan lain

dan sisi tarif pajak (tarif pajak telah ditentukan sesuai

(yang non final) dalam penghitungan Pajak

dengan pasal 17 UU PPh Final).


2.

Pemotongan Pajak Final tidak akan dihitung di SPT

lain ataupun dibayar sendiri tidak dapat

Tahunan (dikoreksi)
Pengenaan PPh secara final mengandung arti

bahwa atas penghasilan yang diterima atau diperoleh akan

menagih

dan

untuk

memelihara

penghasilan yang pengenaan PPh-nya bersifat

pajak tertentu pada saat penghasilan tersebut diterima atau

final tidak dapat dikurangkan

diperoleh. PPh finalyang dikenakan, baik yang dipotong


pembayaran di muka atas PPh terutang tetapi sudah

dikreditkan pada SPT Tahunan.


Biaya-biaya
yang
digunakan
menghasilkan,

dikenakan PPh dengan tarif tertentu dan dasar pengenaan

pihak lain maupun yang disetor sendiri, bukan merupakan

Penghasilan pada SPT Tahunan.


Jumlah PPh Final yang telah dipotong pihak

3.

Penetapan Tarif Pajak khusus untuk industri/jenis

langsung melunasi PPh terutang untuk penghasilan

usaha tertentu (Konstruksi)


WajibPajak memiliki kewajiban untuk membayar

tersebut. Dengan demikian, penghasilan yang dikenakan

pajak kepada negara sesuai dengan Undang-Undang Pajak

PPh final ini tidak akan dihitung lagi PPh nya di SPT

Penghasilan. Kewajiban tersebut mengikat untuk semua

Tahunan untuk dikenakan tarif umum bersama-sama

entitas bisnis (badan atau bentuk usaha tetap) dan individu.

dengan penghasilan lainnya. Begitu juga, PPh yang sudah

Undang-Undang Pajak menyebutkan atas penghasilan yang

dipotong atau dibayar tersebut juga bukan merupakan

diterima individu atau entitas (badan) akan dikenakan pajak

kredit pajak di SPT Tahunan.


Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang-undang

sesuai dengan tarif yang berlaku. Secaraumum,penghasilan

Pajak Penghasilan, Undang-undang memberikan mandat


kepada Pemerintah untuk mengenakan PPh final atas

yang diterima atau diperoleh dikenakan pajak setelah


dikurangkandengan beban yang diperbolehkan(biaya-biaya

untuk memperoleh, menagih dan memelihara penghasilan).

dan biaya antara satu tahun pajak ke tahun pajak lainnya,

Pajak akan dihitung atas laba entitas, bukan darinilai total

sehingga ada konsekuensi pajak di masa yang akan datang.

penghasilan. Namun untuk industri tertentu (contoh:


konstruksi),

pajak

dihitung

dari

nilai

penghasilan.

bukandarilabaentitas (pajak final). Atas dasar perbedaan


tersebut, maka pajak final dikeluarkan dari PSAK 46.

Atas dasar tersebut, PSAK 46 (2015) telah


membuat pengaturan bahwa Pajak Final sudah tidak diatur
lagi di dalam PSAK tersebut, dan telah dipisahkan dari pos
pajak penghasilan. Sehingga, pajak final sudah tidak

4.

Untuk kepentingan pemasukkan pajak pemerintah ,

digabung lagi dengan pos pajak penghasilan.

pemotongan Pajak Final juga dikenakan pada entitas


yang mengalami rugi operasional di dalam periode
berjalan
Berdasarkan Dasar Kesimpulan PSAK 46 Nomor
3 menyebutkan bahwa : Pajak Penghasilan final sesuai
ketentuan perpajakan di Indonesia dikenakan atas nilai
brutonya (yaitu atas jumlah uang yang diterima). Pajak ini
tetap dikenakan walaupun atas transaksi tersebut entitas
mengalami kerugian. Oleh karena itu, pajak penghasilan
final sesuai dengan ketentuan perpajakan di Indonesia tidak
termasuk dalam lingkup PSAK 46. Karena alasan tersebut,
pajak final bertentangan dengan pajak penghasilan, yang
lebih fokus kepada laba operasional. Sehingga, pajak final
dikeluarkan dari PSAK 46.
5.

Terdapat perbedaan permanen antara Pajak Final


dengan Pajak Penghasilan
Di dalam akuntansi Pajak Penghasilan, pelaporan

laba dibedakan menjadi dua, yaitu labakomersil dan laba


fiskal (pajak). Perbedaan pelaporan ini akan menyebabkan
timbulnya pajak tangguhan. Dalam suatu transaksi bisnis,
perlakuan akuntansi dan perpajakan dapat menimbulkan
perbedaan dalam menentukan jumlah pajak yang terutang.
Perbedaan yang terjadi dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu perbedaan permanen (tetap) dan perbedaan temporer
(sementara).
Perbedaan permanen tidak berdampak pada
laporan keuangan, karena perbedaan permanenterjadi
akibat perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya
berdasarkan peraturan perpajakan dengan standar akuntansi
yang sifatnya permanen sehingga tidak ada konsekuensi
terhadap pajak di masa yang akan datang.
perbedaan

temporer

berdampak

Sedangkan

terhadap

laporan

keuangan, karena terjadi pergeseran pengakuan penghasilan

Perbedaan PSAK 46 Setelah Konvergensi IFRS dan


Sebelum Konvergensi IFRS

Untuk kondisi tertentu, dimana terdapat pendapatan final


yang dikenakan pajak final dibayar dimuka, maka
pelaporannya di dalam laporan keuangan juga harus dipisah
dari pajak dibayar dimuka (untuk pajak penghasilan).
Seharusnya, terdapat akun baru yang muncul yang
Pengungkapan Pajak Final di Laporan Keuangan

memisahkan pajak final dibayar dimuka dengan pajak

Berdasarkan PSAK 46 (2015) yang telah mengatur

dibayar dimuka (untuk pajak penghasilan). Dan pajak

pencabutan atas Pajak Final di dalam laporan keuangan

penghasilan final dibayar dimuka harus disajikan terpisah

seperti laporan keuangan perusahaan konstruksi, maka

dari pajak penghasilan yang masih harus dibayar.

pelaporan pajak final dilakukan secara terpisah dari pos


pajak penghasilan. Oleh karena itu, terdapat akun baru di

Contoh Pelaporan Pajak Final (Sebelum menerapkan

luar dari pos pajak penghasilan, yang khusus menjelaskan

PSAK 46 (2015)
Berikut disajikan

tentang beban pajak final yang harus dibayar oleh

menyajikan pajak final, dimana masih digabung dengan pos

perusahaan.

pajak penghasilan. Laporan keuangan yang disajikan

Selain itu, pajak final juga tidak menciptakan atau


menimbulkan adanya aset dan kewajiban tangguhan,

contoh

laporan

keuangan

yang

berasal dari perusahaan konstruksi PT Adhi Karya untuk


tahun pelaporan Desember 2014.

karena aset dan kewajiban tangguhan hanya muncul dari


pajak penghasilan. Karena tidak terdapat perbedaan
temporer, maka tidak diakui adanya aset dam liabilitas
pajak tangguhan.
Pada proses pengukurannya, masih menggunakan cara
yang lama dengan PSAK sebelumnya yang mengatur
bahwa beban pajak final diakui secara proporsional dengan
pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode
berjalan. Hal tersebut juga dijelaskan di dalam catatan atas
laporan keuangan perusahaan konstruksi, misalnya.

Terlihat bahwa, penempatan pajak final masih digabung


dengan pos pajak penghasilan di dalam laporan keuangan
tersebut.
Pelaporan untuk pajak dibayar di muka adalah sebagai
berikut :

Standar juga tetap mengatur bahwa pajak final dikenakan


atas jumlah penghasilan bruto yang diperoleh oleh
perusahaan pada tahun berjalan, kemudian beban pajak kini
akan diakui pada periode yang sama. Atas pengakuan
penghasilan yang dikenakan pajak final menurut akuntansi
dan belum dibayarkan pajak finalnya, maka akan diakui

Terlihat bahwa, pajak dibayar dimuka untuk pajak final

beban pajak final pada periode tersebut dan pajak yang

juga masih disajikan secara bersama dengan pajak

masih harus dibayar.

penghasilan, dan disajikan di dalam pos akun Pajak dibayar


dimuka.

Dan catatan atas laporan keuangan atas pajak final adalah

Kesimpulan
Berdasarkan atas analisa tentang pajak
final dan pajak penghasilan, didapat beberapa
kesimpulan yang mendasar atas efek konvergensi
IFRS terhadap PSAK 46 (2015) : Pajak
Penghasilan.
1.

Kesimpulan

yang

diperoleh

diantaranya :
Pajak final telah dipisahkan secara sendiri dari
PSAK : Pajak Penghasilan. Karena efek dari
konvergensi IFRS atas IAS 12 : Income Taxes,
maka pajak final sudah dilaporkan secara

2.

terpisah dari akun pos beban pajak penghasilan.


Terdapat
perbedaan
permanen
yang
menyebabkan pemisahan pajak final dengan
pajak penghasilan yang menjadi titik tolak
pencabutan pajak final dari PSAK 46. Selain
itu, terdapat juga beberapa alasan lain : 1) Pajak
Final

lebih

mengacu

kepada

pendapatan/penjualan, bukan pada penghasilan,


2) Pemotongan Pajak Final tidak akan dihitung
di SPT Tahunan (dikoreksi), 3) Penetapan Tarif
Pajak khusus untuk industri/jenis usaha tertentu
(Konstruksi),

4)

Untuk

kepentingan

pemasukkan pajak pemerintah, pemotongan


Pajak Final juga dikenakan pada entitas yang
mengalami rugi operasional di dalam periode
berjalan, 5) Terdapat perbedaan permanen
3.

antara Pajak Final dengan Pajak Penghasilan


Karena disajikan secara terpisah, maka pajak
final akan membuat akun baru, yang khusus
diperuntukkan

oleh

seluruh

berkaitan dengan pajak final saja.

beban

yang

Anda mungkin juga menyukai