Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 5 : 1

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH


I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keuangan merupakan faktor penting dalam suatu negara, dikarenakan

pengaruhnya

yang

demikian

menentukan

terhadap

kompleksitas

kelangsungan hidup negara dan masyarakatnya. Pengaruh dari aspek


keuangan negara antara lain juga mencerminkan kualitas keberadaan dari
suatu pemerintahan dalam menjalankan fungsi-fungsi kenegaraannya.
Apabila sumber pendanaan dari keuangan negara yang dimiliki semakin
baik, maka kedudukan Pemerintah di dalam menjalankan keorganisasian
negara, baik dalam rangka melaksanakan urusan-urusan pemerintah dan
pembangunan maupun pelayanan terhadap warganya akan bertambah stabil
dan semakin baik serta positif di mata rakyatnya. Sebaliknya, suatu
pemerintahan dipandang akan menghadapi berbagai problema pelik dalam
memperlancar pelaksanaan segenap fungsi dan tugas kenegaraan, jika tidak
didukung kondisi keuangan negara yang baik pula.
Mengingat eksistensi keuangan demikian vital bagi suatu negara, maka
segala daya upaya akan dilakukan oleh Pemerintah untuk menciptakan dan
memanfaatkan segenap sumber keuangan yang ada. Hasil-hasil yang
diperoleh selanjutnya akan dipergunakan untuk membiayai pengeluaran
kegiatan jalannya pemerintahan dan pembangunan. Sebagian besar hasil
penerimaan yang diperoleh dari upaya pemanfaatan segenap potensi
keuangan yang berhasil diterima oleh Pemerintah Pusat, disalurkan dan
digunakan melalui sektor-sektor yang ditentukan dalam APBN dan APBD.
Dalam rangka penyelenggaraan pemeritahan negara dan pembangunan
nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1 Undang-Undang Dasar
1945 menetapkan Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik. Selanjutnya dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 beserta

Kelompok 5 : 2
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

penjelasannya menyatakan bahwa daerah Indonesia terbagi dalam daerah


yang bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi.
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan
sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan
demokrasi

dan

kinerja

daerah

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi, dan


nepotisme. Penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai sub sistem
pemerintahan negara yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna
dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
Sebagai daerah otonom, Daerah mempunyai kewenangan dan tanggung
jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsipprinsip

keterbukaan,

kepada

masyarakat.

partisipasi
Dalam

masyarakat,

rangka

dan

pertanggungjawaban

menyelenggarakan

pemerintahan,

pelayanan masyarakat, dan pembangunan, maka pemerintahan negara pada


hakekatnya mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi alokasi yang meliputi
antara lain, sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa
pelayanan

masyarakat,

fungsi

distribusi

yang

meliputi

antara

lain,

pendapatan dan kekayaan masyarakat, pemerataan pembangunan, dan


fungsi stabilisasi yang meliputi antara lain, pertahanan keamanan, ekonomi
dan moneter.
Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, karena Daerah pada umumnya lebih
mengetahui kebutuhan serta standar pelayanan masyarakat. Namun dalam
pelaksanaannya perlu diperhatikan kondisi dan situasi yang berbeda-beda
dari masing-masing wilayah. Dengan demikian, pembagian ketiga fungsi
dimaksud

sangat

penting

sebagai

landasan

penentuan

dasar-dasar

pertimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah secara jelas


dan tegas.
Untuk

mendukung

penyelenggaraan

otonomi

Daerah

diperlukan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di Daerah secara

Kelompok 5 : 3
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

proporsional

yang

diwujudkan

dengan

pengaturan,

pembagian,

dan

pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan


keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Sumber pembiayaan pemerintahan
Daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah
dilaksanakan

atas

dasar

desentralisasi,

dekonsentrasi,

dan

tugas

pembantuan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini :
1. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
2. Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat DAN Daerah
3. Dasar-Dasar Pembiayaan Daerah Pemerintah Daerah
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk menjelaskan tentang
Perimbangan Pusat dan Daerah Pembentukan Undang-Undang tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada
Pemerintahan

Daerah

yang

diatur

dalam

Undang-Undang

tentang

Pemerintahan Daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows


function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi
pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing
tingkat pemerintahan.
II.

PEMBAHASAN
A. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menurut

Ketentuan Umum UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara


Pusat dan Pemerintah Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan
yang adil, proporsional, demikratis, transparan, dan bertanggung jawab
dalam

rangka

pendanaan

mempertimbangkan

potensi,

penyelenggaraan
kondisi,

dan

desentralisasi,

kebutuhan

daerah.

dengan
Dana

Kelompok 5 : 4
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

perimbangan ini terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana
alokasi khusus. Jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN (UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 10 tentang Dana Perimbangan: 273).
1. Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka presentase
tertentu. Dana Bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
Dana bagi hasil dari pajak meliputi pajak bumi dan bangunan,
penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan pajak
penghasilan. Dan dana bagi hasil dari sumber daya alam berasal dari
kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak
bumi, pertambangan gas bumi dan pertambangan panas bumi (UU No.
33 Th. 53 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Pemerintah Daerah Pasal 11 tentang Dana Bagi Hasil: 273).
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan antar
daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan
dan potensi daerah. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya
celah fiskal suatu daerah, yang merupakan selisih dari kebutuhan
daerah dan potensi daerah. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi
fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh
alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil,
namun kebutuhan fiskalnya besar akan memperoleh alokasi DAU relatif
besar. Secara implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai
faktor pemerataan kapasitas fiskal (Penjelasan UU No. 33 Th. 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah:
324). DAU untuk daerah propinsi dan daerah kabupaten ditetapkan
masing-masing 10% dan 90% dari DAU. DAU bagi masing-masing
propinsi dan kabupaten dihitung berdasarkan perkalian dari jumlah DAU
bagi seluruh daerah, dengan bobot daerah yang bersangkutan dibagi

Kelompok 5 : 5
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

dengan jumlah masing-masing

bobot

seluruh

daerah di

seluruh

Indonesia (Bratakusumah dan Solihin, 2001: 183).


3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan
khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan
sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum
mencapai

standar

tertentu

atau

untuk

mendorong

percepatan

pembangunan daerah (Penjelasan UU No. 33 Th. 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah : 324).
B. Undang-Undang

Tentang

Perimbangan

Keuangan

Antara

Pemerintah Pusat Dan Daerah


Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah
suatu

sistem

pembiayaan

pemerintahan

dalam

kerangka

negara

kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah


Pusat dan Daerah serta pemerataan antar-Daerah secara proporsional,
demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi,
kondisi,

dan

kebutuhan

Daerah,

sejalan

dengan

kewajiban

dan

pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan


tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya;
2. Pemerintah Pusat adalah Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud
dalam 5 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah;
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah;
4. Otonomi Daerah adalah Otonomi Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
5. Daerah Otonom, yang selanjutnya disebut Daerah, adalah Daerah
Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah;

Kelompok 5 : 6
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

6. Kepala Daerah adalah Gubernur bagi Daerah Propinsi bagi Daerah


Kabupaten atau Walikota bagi Daerah Kota sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah;
7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD,
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
8. Desentralisasi adalah Desentralisasi sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
9. Dekonsentrasi adalah Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
10. Tugas Pembantuan adalah Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah;
11. Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah
salah satu Sekretariat dalam Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah;
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat
APBN, adalah suatu rencana keuangan tahunan negara yang ditetapkan
berdasarkan Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat
APBD, adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan
berdasarkan Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah;
14. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan
APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk membiayai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanan Desentralisasi;
15. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah
menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang
sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali,
tidak

termasuk

perdagangan;

kredit

jangka

pendek

yang

lazim terjadi

dalam

Kelompok 5 : 7
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

16. Anggaran Dekonsentrasi adalah pelaksanaan APBN di Daerah Propinsi,


yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran untuk membiayai
pelaksanaan Dekonsentrasi;
17. Anggaran Tugas Pembantuan adalah pelaksanaan APBN di Daerah dan
Desa, yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran untuk
membiayai pelaksanaan Tugas Pembantuan;
18. Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN, yang
dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan
tertentu;
19. Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang 6
dialokasikan kepada Daerah untuk membantu kebutuhan tertentu;
20. Dokumen Daerah adalah semua dokumen yang diterbitkan Pemerintah
Daerah yang bersifat terbuka dan ditempatkan dalam Lembaran
Daerah.
C. Dasar-Dasar Pembiayaan Daerah Pemerintah Daerah
1) Penyelenggaraan
tugas
Daerah
dalam
rangka
pelaksanaan
Desentralisasi dibiayai atas beban APBD.
2) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat yang dilaksanakan oleh
perangkat Daerah Propinsi dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi
dibiayai atas beban APBN.
3) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat yang dilaksanakan oleh
perangkat Daerah dan Desa dalam rangka Tugas Pembantuan dibiayai
atas beban APBN.
4) Penyerahan dan pelimpahan kewenangan Pemerintah Pusat kepada
Gubernur atau penyerahan kewenangan atau penugasan Pemerintah
Pusat

kepada

Bupati/Walikota

diikuti

dengan

pembiayaannya

Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menurut


Ketentuan Umum UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Pemerintah Daerah adalah suatu sistem pembagian
keuangan

yang

bertanggung

adil,

jawab

proporsional,

dalam

rangka

demikratis,

transparan,

dan

pendanaan

penyelenggaraan

Kelompok 5 : 8
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

desentralisasi,

dengan

mempertimbangkan

potensi,

kondisi,

dan

kebutuhan daerah.
D. Prinsip Dana Perimbangan
Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan
dengan

memperhatikan

potensi,

kondisi,

dan

kebutuhan

Daerah.

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah


merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian
tugas antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintahan Daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas
oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan
stabilitas

dan

keseimbangan

fiskal.

Perimbangan

Keuangan

antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah merupakan suatu sistem yang


menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi,
Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
E. Analisis Dana Perimbangan Daerah
Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah

Kelompok 5 : 9
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Alokasi Dana
N Jenis

Dana

o Perimbangan

Daerah
Pemerintah Pusat

Kota/

Provinsi

Lain

Kabupaten

1 Dana Bagi Hasil


A.

Bersumber dari
pajak
Pajak Bumi dan
Bangunan ( PBB)
a.
(UU

10% dengan imbangan :


65% dibagikan merata ke

Nomor

33 kabupaten dan kota


b.
35% dibagikan sebagai
Tahun 2004 pasal
insentif
kepada
daerah
11 ayat 2 huruf a)
kabupaten dan kota yang
realisasinya

tahun

sebelumnya

mencapai

16%

disalurkan

ke

64,8% disalurkan ke

9%

rekening Kas Umum

rekening Kas Umum

pemung

Daerah Provinsi

daerah

(UU

(UU Nomor 33 Tahun

Kota

2004 dalam pasal 12

(UU

ayat 2 huruf a)

Tahun 2004 dalam


pasal

Kabupaten

Tahun
Nomor
12

ayat

33
2

huruf b)

rencana penerimaan sektor


tertentu
(UU Nomor 33 Tahun 2004
dalam pasal 12 ayat 3)
20% dibagikan dengan porsi

16%

ke

64% disalurkan ke

sama besar untuk seluruh

rekening Kas Umum

rekening Kas Umum

Hak atas Tanah

kabupaten dan kota

Daerah Provinsi

daerah

dan

(UU Nomor 33 Tahun 2004

(UU Nomor 33 Tahun

Kota

dalam pasal 12 ayat 5)

2004 dalam pasal 12

(UU

ayat 4 huruf a)

Tahun 2004 dalam

2.
Bea

Perolehan
bangunan

(BPHTB)
(UU Nomor

33

disalurkan

Tahun 2004 pasal

pasal

11 ayat 2 huruf b)
3.

80% Untuk Pemerintah

Pajak
Penghasilan
(UU Nomor

33

Tahun 2004 pasal


11 ayat 2 huruf c)

Kabupaten
Nomor
12

ayat

33
4

40% dari jumlah total

huruf b)
60% dari

20%

total 20%

Misal : Dana PPh total

Misal : Dana PPh

Rp.200.000.000,00

total

maka bagian Provinsi

Rp.200.000.000,00

adalah

maka

bagian

Rp.80.000.000,00

Provinsi

adalah

(UU Nomor 33 Tahun

Rp.120.000.000,00

jumlah

pasal

huruf c)

Kelompok 5 : 10
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
2004 dalam pasal 13

(UU

Nomor

33

ayat 3)

Tahun 2004 dalam


pasal 13 ayat 3)

2.

Bersumber

SDA
1.

Penerimaan
Kehutanan
(UU Nomor

33

Tahun 2004 pasal


a.

11 ayat 3 huruf a)
Iuran
Hak

20 %

16 %

64 %

Pengusahaan

Untuk Pemerintah

Untuk provinsi

Untuk

(UU Nomor 33 Tahun 2004

(UU Nomor 33 Tahun

kabupaten/kota

dalam pasal 14 huruf a)

2004 dalam pasal 15

penghasil

ayat 1 huruf a)

(UU

Hutan (IHPH)
(UU Nomor

33

Tahun 2004 pasal


14 huruf a)

Nomor

33

Tahun 2004 dalam


pasal

15

ayat

huruf b)
b.

Provisi

Sumber

Daya Hutan
(UU Nomor

33

Tahun 2004 pasal

20 %

16 %

32 %

32 %

Untuk Pemerintah

Untuk Provinsi yang

Untuk

Di bag

(UU Nomor 33 Tahun 2004

bersangkutan

kabupaten/kota

porsi

dalam pasal 14 huruf a)

(UU Nomor 33 Tahun

penghasil

besar

2004 dalam pasal 15

(UU

33

Kabupa

ayat 2 huruf a)

Tahun 2004 dalam

lainnya

pasal

provins

14 huruf a)

Nomor
15

ayat

huruf b)

bersang
(UU
Tahun
pasal

huruf c)
c. Reboisasi
(UU Nomor

33

Tahun 2004 pasal


14 huruf b)

60 %

40 %

Untuk Pemerintah

Untuk

(UU Nomor 33 Tahun 2004

rehabilitasi

dalam pasal 14 huruf b)

dan

kegiatan
lahan

kabupaten;

hutan
di
kota

penghasil
(UU

Nomor

33

Tahun 2004 dalam

Kelompok 5 : 11
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
pasal 16 huruf b)

2.

Penerimaan

20 %

Pertambangan

Untuk Pemerintah

Umum
(UU Nomor

(UU Nomor 33 Tahun 2004

33

dalam pasal 14 huruf c)

Tahun 2004 pasal


a.

14 huruf c)
Penerimaan

16 %

64 %

Iuran Tetap (Land-

Untuk provinsi yang

Untuk

rent)
(UU Nomor

bersangkutan

kabupaten/kota

(UU Nomor 33 Tahun

penghasil

2004 dalam pasal 17

(UU

ayat 2 huruf a)

Tahun 2004 dalam

33

Tahun 2004 pasal


17 ayat 1 huruf a)

pasal
b.

Penerimaan
Iuran

Eksplorasi

dan

Iuran

Eksploitasi
(Royalty)
(UU Nomor

33

perikanan
(UU Nomor

33

Tahun 2004 pasal

ayat

huruf b)
32 %

Untuk provinsi yang

Untuk

bersangkutan

kabupaten/kota

(UU Nomor 33 Tahun

penghasil

2004 dalam pasal 17

(UU

ayat 3 huruf a)

Tahun 2004 dalam


pasal

17 ayat 1 huruf b)
Penerimaan

17

33

16 %

Tahun 2004 pasal


3.

Nomor

Nomor
17

33

ayat

20 %

huruf b)
80 %

Untuk Pemerintah Pusat

Untuk

(UU Nomor 33 Tahun 2004

kabupaten/kota

dalam pasal 14 huruf d)

(UU

14 huruf d)

Nomor

33

Tahun 2004 dalam


pasal 14 huruf d)

4.

Penerimaan

84,5%

untuk

pemerintah.

3%

untuk

provinsi

untuk

(UU Nomor 33 Tahun 2004

yang

minyak Bumi
(UU Nomor 33

dalam

(UU Nomor 33 Tahun

(UU

2004 pasal 19 angka

Tahun 2004 dalam

tersebu

2 huruf a)

pasal 19 angka 2

dengan

huruf b)

sama

Tahun 2004 pasal


14huruf e)

angka 1)

14

huruf

kabupaten
Nomor

kota.

6%

Pertambangan

pasal

bersangkutan.

6%

33

kabupa
dalam

Nomor

Kelompok 5 : 12
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

2004 d
Anggaran

0,2

(UU Nomor 33 Tahun

kabupaten/kota

dari

2004dalam pasal 20

(UU

33

dakam

pertambangan

angka 2 huruf a)

Tahun 2004 dalam

yang b

minyak bumi. (UU

pasal 20 angka 2

(UU

Nomor 33 Tahun

huruf b)

Tahun

pendidikan

5.

dasar

untuk

19 angk
0,2

0,1 % untuk provinsi.

Nomor

kabupa

2004 pasal 20)


Penerimaan

69,5%

Pertambangan

(UU Nomor 33 Tahun 2004

yang bersangkutan.

kabupaten/kota

kabupa

gas Bumi.
(UU Nomor

dalam pasal 14 huruf f angka

(UU Nomor 33 Tahun

penghasil.

lainnya

1)

2004 pasal 19 angka

(UU

3 huruf a)

Tahun 2004 dalam

bersang

pasal 19 angka 3

dibagik

huruf b)

porsi

33

untuk

pemerintah.

Tahun 2004 pasal


14 huruf f)

6%

untuk

provinsi

12%

untuk

Nomor

33

20 angk
12%

provins

besar.
(UU
Tahun

pasal 1
6.

Pertambangan
Panas Bumi
(UU Nomor

33

Tahun 2004 pasal


14 huruf g)

huruf c)
32

20% untuk pemerintah (UU

16 % untuk provinsi.

32

Nomor 33 Tahun 2004 dalam

(UU Nomor 33 Tahun

kabupaten/kota.

pasal 14 huruf g)

2004 pasal 21 angka

(UU

33

lainnya

2 huruf a)

Tahun 2004 pasal

provins

21angka 2 huruf b)

bersang

Nomor

kabupa

Nomor
2004

angka 2

2 Dana

Alokasi

Umum (UU Nomor


33

Tahun

2004

pasal 27-37)

3 Dana

Alokasi

Kelompok 5 : 13
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Khusus

(UU

Nomor 33 Tahun
2004 pasal 3842)

Kelompok 5 : 14
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Keterangan :
1.

PBB adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan karena
adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik
bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau
memperoleh manfaat dari padanya.

2.

BPHTB atau bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak
yang

dikenakan

atas

perolehan

perolehan

hak

atas

tanah

dan

bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah


perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya
atau dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang
perseorangan pribadi atau badan.
3.

Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan


perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan
bisa diberlakukan progresif, proporsional, atau regresif.

4.

Penerimaan dari sektor Kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran


Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan
imbangan 20% untuk Pemerintah dan 60% untuk daerah. Sedangkan
penerimaan yang berasal dari Dana Reboisasi dibagi dengan imbangan
sebesar 60% untuk Pemerintah dan 40% untuk daerah.

5.

Dana Bagi Hasil dari penerimaan Pertambangan Umum yang dihasilkan


dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan 20%
untuk Pemerintah dan 80% untuk daerah.

6.

Dana Bagi Hasil dari penerimaan perikanan yang diterima secara


nasional dibagi dengan imbangan 20% untuk Pemerintah dan 80%
untuk seluruh Kabupaten dan Kota.

7.

Penerimaan pertambangan minyak bumi yang dibagikan ke daerah


adalah penerimaan negara dari sumber daya alam pertambangan
minyak bumi dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi
komponen pajak dan pungutan lainnya dengan imbangan 84,5% untu
Pemerintah dan 15,5% untuk daerah.

Kelompok 5 : 15
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

8.

Penerimaan pertambangan minyak bumi yang dibagikan ke daerah


adalah penerimaan negara dari sumber daya alam pertambangan
minyak bumi dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi
komponen pajak dan pungutan lainnya dibagi dengan imbangan 69,5%
untuk Pemerintah dan 30,5% untuk daerah.

9.

Pertambangan panas bumi yang dihasilkan dari wilayah daerah yang


bersangkutan yang merupakan penerimaan negara bukan pajak, dibagi
dengan imbangan 20% untuk Pemerintah dan 80% untuk daerah.

III.

PENUTUP
Kesimpulan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemda

merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian


tugas antara Pemerintah dan Pemda. Penyelenggaraan urusan Pemda dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi didanai oleh APBD. Penyelenggaraan
urusan

Pemerintah

yang

dilaksanakan

oleh

Gubernur

dalam

rangka

pelaksanaan Dekonsentrasi didanai oleh APBN. Sedangkan penyelenggaraan


urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka Tugas
Pembantuan didanai oleh APBN.
Dana Perimbangan terdiri atas : 1.Dana Bagi Hasil : a). Bersumber dari
pajak : PBB, BPHTB, PPh. b). Sumber Daya Alam : kehutanan, pertambangan
umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi dan
pertambangan panas bumi. 2.Dana Alokasi Umum : jumlah keseluruhan DAU
ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Netto
yang ditetapkan dalam APBN. 3.Dana Alokasi Khusus : besarnya DAK
ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Lain-lain Pendapatan terdiri atas
pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat. Untuk Hibah kepada
Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah.
Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri.
Sedangkan Dana Darurat, Pemerintah mengalokasikannya yang bersumber
dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana

Kelompok 5 : 16
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh
Daerah dengan menggunakan sumber APBD.

DAFTAR PUSTAKA
http://pustakabakul.blogspot.com/2012/03/perimbangan-keuangan-pusatdan-daerah.html diakses tanggal 9 Mei 2015
http://www.ampl.or.id/digilib/read/perimbangan-keuangan-antara-pusat-danpemerintah- daerah/47620 diakses tanggal 9 Mei 2015
http://www.radioprssni.com/prssninew/internallink/legal/uu_keuangan_daerah
.html diakses tanggal 9 Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai