Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Laboratorium
Urinalisis sampel urin segar dan tidak disentrifugasi (lekosituria > 5/LPB atau
dipstick positif untuk lekosit) dan biakan urin adalah pemeriksaan yang
penting dalam penegakkan diagnosis ISK. Diagnosis ISK ditegakkan dengan
biakan urin yang sampelnya diambil dengan urin porsi tengah dan ditemukan
pertumbuhan bakteri >100.000 koloni/ml urin dari satu jenis bakteri, atau bila
ditemukan > 10.000 koloni tetapi disertai gejala yang jelas dianggap ISK.
Cara pengambilan sampel lain yaitu melalui kateterisasi kandung kemih,
pungsi suprapubik dan menampung urin melalui steril collection bag yang
biasa

dilakukan

pada

bayi.

Akurasi

cara

pengambilan

urin

tersebut

memberikan nilai intepretasi yang berbeda.


Pemeriksaan darah yang dapat dilakukan selain pemeriksaan rutin adalah:
kadar CRP, LED, LDH dan Antibody Coated Bacteria.

Pencitraan
ISK kompleks beruhubungan dengan adanya kelainan anatomi dan fungsi
saluran kemih. Pencitraan dilakukan dengan tujuan untuk:
-

Mendeteksi adanya kelainan struktural dan fungsional seperti obstruksi,


RVU atau gangguan pengosongan kandung kemih

Mendeteksi akibat dini dan lanjut ISK

Mendeteksi dan memonitor anak yang mempunyai risiko ISK

Terdapat beberapa kontroversi mengenai konsensus pemeriksaan pencitraan


dalam evaluasi ISK pada anak. Teknik pencitraan yang umum digunakan
adalah sebagai berikut.
a. Ultrasonograf
Pemeriksaan ultrasonograf (USG) sering digunakan untuk menggantikan
urograf intravena sebagai skrining inisial, karena lebih cepat, non-invasif,
aman, tidak mahal, sedikit menimbulkan stres pada anak, dapat diulang
untuk kepentingan monitoring dan mengurangi paparan radiasi. Dengan
pemeriksaan USG dapat terlihat formasi parut ginjal, tetapi beberapa parut
juga dapat luput dari pemeriksaan karena pemeriksaan USG sangat
tergantung dengan keterampilan orang yang melakukan USG tersebut. Dan
pemeriksaan

dengan

USG

saja

tidak

cukup,

kombinasi

dengan

pemeriksaan foto polos abdomen dapat membantu memberikan informasi


mengenai ukuran ginjal, konstipasi, spina bifda occulta, kalsifkasi ginjal
dan adanya batu radioopak. Secara teori, obstruksi dan RVU dapat mudah

dideteksi, tetapi kadang-kadang lesi yang ditemukan dikatakan sebagai


kista jinak atau penyakit polikistik apabila pemeriksaan USG tersebut tidak
diikuti dengan pemeriksaan radiologi.
b. Urogaf Intravena
Urograf intravena adalah pemeriksaan saluran kemih yang paling sering
dilakukan apabila dicurigai adanya refluks atau parut. Dengan urograf
intravena dapat diketahui adanya duplikasi ginjal dan ureter, dimana
sangat sulit dideteksi dengan USG. Kelainan lain yang dapat pula dideteksi
dengan urograf adalah horseshoe kidney dan ginjal/ureter ektopik.
Kekurangan urograf intravena adalah kurang sensitif dibandingkan Renal
Scintigraphy dalam mendeteksi Pyelonephritis dan parut ginjal. Tingkat
radiasi yang tinggi dan risiko dari reaksi kontras juga menjadi hal yang
harus dipertimbangkan.
c. Renal Cortical Scintragphy ( RCS)
Renal cortical scintragphy telah menggantikan urograf intravena sebagai
teknik standard dalam deteksi skar dan inflamasi ginjal. RCS dengan
glucoheptonate atau Dimercaptosuccinic acid (DMSA) yang dilabel dengan
technetium yang memiliki sensitiftas dan spesiftas yang tinggi. DMSA
scan mempunyai kemampuan lebih baik dalam deteksi dini perubahan
inflamasi akut dan skar permanen dibandingkan dengan USG atau urograf
intravena. Computerized Tomography (CT) juga sensitif dan spesifk dalam
mendeteksi pielonephritis akut, tetapi belum terdapat penelitian yang
membandingkan CT dengan skintigraf. CT juga lebih mahal dibandingkan
skintigraf dan pasien terpajan radiasi dalam tingkat yang tinggi, selain itu
penggunaanya belum ditunjang oleh bukti penelitian.
d. Voiding Cystourethrography ( VCUG )
VCUG biasanya dilakukan apabila terdapat kelainan yang bermakna pada
pemeriksaan USG seperti hidronefrosis, disparitas panjang ginjal atau
penebalan dinding kandung kemih. VUR merupakan kelaianan yang paling
sering ditemukan dengan VCUG yaitu sekitar 40%. Kapan waktu yang tepat
dilakukan VCUG masih kontroversi, menginga dapat timbulnya efek
transien

infeksi.

dibandingkan

Apabila

VCUG

tersedia,

kontras

pada

VCUG
anak

radionuklid

perempuan

lebih

karena

baik
dapat

mengurangi efek radiasi pada gonad. Pemeriksaan VCUG merupakan


tindakan invasif dan traumatik bagi anak, sehingga tidak rutin dilakukan.
e. Isotope Cystogram

Meskipun Isotope Cystogram menyebabkan ketidaknyamanan seperti


kateterisasi kandung kemih pada VCUG, isotope cystogram memiliki dosis
radiasi 1% dari VCUG, dan monitoring kontinyunya juga lebih sensitif untuk
identifkasi refluks dibandingkan fluoruskopi, intermiten VCUG.

Hitung koloni
Kemungkinan UTI diduga adanya bakteri dalam urin. Kriteria utama adanya
infeksi didapat dari hitung koloni sekitar 100.000 koloni/ml urin dari urin
tampung aliran tengah atau spesimen dalam kateter. Namun, UTI dan sepsis
berikutnya terjadi dengan hitung koloni bakteri yang rendah. Gejala infeksi
akut yang ditunjukkan pada hampir sepertiga wanita ditunjukkan dengan
kultur urin aliran tengah yang negatif dan terabaikan jika 100.000CFU/ml tetap
digunakan sebagai kriteria infeksi. Adanya bakteri dalam spesimen yang
dikumpulkan melalui aspirasi jarum suprapubis ke dalam urin kandung kemih
atau melalui kateter dianggap indikatif terhadap infeksi

Temuan di tingkat sel


Hampir 50% pasien yang mengalami infeksi akut terdapat hematuria
mikroskopik. Sel darah putih juga terdeteksi pada infeksi traktus urinarius,
namun sejumlah besar sel ini lebih berhubungan dengan UTI bagian atas
daripada bawah.

Kultur urin
Kultur urin dilakukan untuk mengidentifkasi adanya organisme spesifk.
Namun

kultur

sering

diabaikan

akibat

tingginya

kemungkinan

bahwa

organisme pada wanita muda yang jarang menderita UTI untuk pertama
kalinya adalah Eschericia coli. Kelompok pasien yang harus dilakukan kultur
urin jika terdapat bakteriuria meliputi :
1) Semua pria. Karena kemungkinan adanya abnormalitas
2) Semua anak-anak
3) Wanita dengan riwayat gangguan fungsi imun atau masalah renal
4) Pasien diabetes melitus
5) Pasien yang baru saja menjalani pemasangan alat ke dalam traktus
urinarius, termasuk katerisasi
6) Pasien yang baru saja dirawat di rumah sakit
7) Pasien dengan gejala menetap dan lama
8) Pasien yang memiliki riwayat UTI sebanyak 3 kali atau lebih
9) Wanita hamil

Tes dipstik multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan tes nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat)
Merupakan tindakan umum yang dilakukan tertama untuk pasien rawat jalan.
Jika tes ssterase positif mala pasien mengalami piuria (WBC dalam urin) dan
harus segera mendapat penanganan. Tes pengurangan nitrat dianggap positif
jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

Tes penyakit menular seksual (PMS)


Evaluasi terhadap adanya PMS perlu dilakukan sebab uretritis akut akibat
organisme yang menular secara seksual (Klamida trakomatis, Neisseria
gonorrhoeae

dan

herpes

simplek)

atau

infeksi

vaginitis

akut

karena

Trikomonas atau Kandidia menyebabkan gejala yang hampir sama dengan UTI

Pada individu berisiko tinggi mengalami komplikasi atau kambuhan perlu


dilakukan tindakan seperti urogram intravena (UVI) atau pielogram, sistograf,
ultrasonograf untuk menentukan apakah infeksi akibat abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, masa renal atau abses, hidronrfrosis, atau hiperplasia
prostat (hipertropi).

Urigram IV atau evaluasi ultrasonik, sistoskopik, dan prosedur urodinamik


dapat dilakukan untuk mengidentifkasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten terhadap terapi.

Referensi:
Elder JS. Urinary Tract Infections. Dalam: Behrman RM, Kliegman RM, Jenson HB,
penyunting. Nelson textbook of pediatrics, edisi ke-17. Philadelphia:WB
Saunders, 2004;1785-94
Jones VK, Asscher. Urinary Tract Infection and Vesicoureteral reflux. Dalam:
Edelman, Jr CM. Pediatric Kidney Disease. Edisi ke-2. Boston: Little
brownCo.1992; 1943-9
Frita Ferdina 115070200111031

Anda mungkin juga menyukai