PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hewan coba / hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium adalah
hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan
percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada
manusia. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah
berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan
pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan umat
manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi
tentang segi etik percobaan yang meng-gunakan manusia
antara lain
makanan
yang
terjadi
dalam
mulut
hingga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Anatomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas ana artinya
memisah-misahkan atau mengurai dan tomus artinya memotong-motong,
berarti anatomi adalah menguraikan dan memotong. Ilmu yang mempelajari
bentuk dan susunan tubuh dapat diperoleh dengan cara menguraikan tubuh
melalui potongan-potongan bagian tubuh dan bagaiman hubungan organ
tubuh satu dengan yang lain (Syaifuddin, 2009)
Fisiologi mempelajari tentang fungsi atau kerja tubuh manusia dalam
keadaan normal. Ilmu ini sangat erat kaitannya dengan pengatahuan tentang
semua makhlup hidup yang tercakup dalam biologi. Di bawah ini akan di
jelaskan beberapa bagian tubuh beserta fungsinya.
Pada mencit (Mus musculus) mulut merupakan jalan masuk untuk
sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian dalam dari mulut dilapisi
oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan
dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar mulut terdapat
lidah, yang berfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotongpotong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara
(trakea) dan ke paru paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (pal
atum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam
hidung.
Kerongkongan
berdinding
tipis
dan
(esofagus)
dilapisi
merupakan
oleh
selaput
saluran
berotot
yang
lendir.
Kerongkongan
kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi
dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltik (Anonim,2010).
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal,
sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Enzim yang terdapat dalam
lambung adalah pepsin. Pepsin bertanggungjawab atas pemecahan sekitar
10% protein. Pepsin merupakan satu-satunya enzim yang mencerna kolagen,
yang merupakan suatu protein dan kandungan utama dari daging (Roger
Watson, 2002).
Untuk reproduksi mamalia, Semua jenis mamalia misalnya sapi,
kambing marmut, dan mencit merupakan hewan vivipar (kecuali Platypus).
Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga
pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal,
mamalia jantan mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat
kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina). Ovarium
menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju
uterus. Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada
vagina (Anonim, 2010).
Pernapasan pada manusia dan mamalia Sebagian besar sel tubuh
memperoleh energi dari reaksi kimia yang melibatkan O 2. Sel itu harus
mampu melenyapkan CO2 yang merupakan hasil akhir utama dari
metabolisme oksidasi. Organisme bersel satu pertukaran O2 dan CO2 terjadi
secara langsung dengan lingkungan luar, tetapi hal itu sama sekali tidak
mungkin untuk sebagian besar sel organisme yang kompleks seperti manusia
maupun hewan/ternak. Oleh karena itu, evaluasi hewan besar memerlukan
perkembangan suatu sistem khusus yaitu sistem respirasi (Roger Watson,
2002).
10
6. Hati
Hati merupakan organ homeostasis yang memainkan peranan
penting dalam proses metabolisme dalam manusia dan hewan. Hati
berwarna coklat kemerahan dan terletak di bawah diafragma yaitu
di dalam rongga abdomen. Hati menerima makanan terlarut dalam
darah apabila makanan ini tercerna dan diserap di usus. Fungsi hati
terdiri dari mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan
yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, mengubah zat buangan
dan bahan racun untuk di ekskresi dalam empedu dan urin,
menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen4.Sekresi
empedu, garam empedu dibuat di hati dibentuk dalam sistem
retikuloendothelium dialirkan ke empedu, pembentukan ureum,
menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan
air.
7. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk
proses pencernaan. Kandung empedu berwarna hijau gelap, warna
ini bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna
cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan
hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Letak kandung
empedu yaitu dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah
hati. Fungsi kandung empedu adalah sebagai persediaan getah
empedu, membuat getah empedu menjadi kental.
8. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kacang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus,
antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
11
makanan,
menghancurkan
dan
menghaluskan
mempertahankan
suasana
keseimbangan
cairan,
12
pencernaan
dan
penyerapan
dengan
cara
mengaduk
dan
kelamin
luar
terdiri
dari
vulva,
mons
pubis,
dan
13
: AETHER
: Eter
: CuH2O
14
BM
Pemerian
: 74,12
: cairan tranparan tidak berwarna bau khas, rasa
manis dan menguap sangat mudah terbakar,
Kelarutan
BAB III
METODE PERCOBAAN
III. 1 Alat dan Bahan Percobaan
III.1.1 Alat Percobaan
1.
2.
3.
4.
3. Kapas
III.2
Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditangani hewan uji mencit sesuai dengan cara penanganannya yang
tepat
3. Dibius hewan uji mencit dengan cara dimasukkan ke dalam toples dan
diberi kapas yang telah diberi eter, kemudian ditutup hingga mencit
tersebut pingsan.
4. Diletakkan mencit di atas papan
5. Ditusuk bagian kaki, tangan dan ekor dengan menggunakan paku
kemudian mencit dibedah dengan mengggunakan pisau bedah
6. Diamati anatomi dari mencit yang telah dibedah.
BAB IV
PEMBAHASAN
Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di
dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini
mudah ditangani dan bersifat penakut fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya
dan bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan
mengurangi aktivitasnya.
Sebelum dilakukan percobaan pembedahan pada mencit, dilakukan
penanganan pada mencit terlebih dahulu. Untuk pengambilan mencit tidak
dilakukan secara sembarangan karena jika diambil secara sembarang dapat
mempengaruhi mencit sehingga mencit menjadi stres dan terganggu. Untuk proses
penanganan mencit, mula-mula hewan coba dipegang ujung ekor dengan tangan
kanan dan dibiarkan kaki depan terpaut pada kawat kasa kandang. Kulit kepala
dipegang sejajar dengan telinga hewan coba dengan menggunakan jari telunjuk
16
dan ibu jari tangan kiri. Ekor dijepit dari pada jari kelingking kiri supaya mencit
itu dapat dipegang dengan sempurna. Hewan coba siap untuk diberikan perlakuan.
Metode yang biasa dilakukan dalam penanganan hewan coba mencit yaitu
Handling. Handling dilakukan dengan cara ekor dipegang di daerah tengah ekor
dengan tangan kiri, lalu Leher dipegang dengan tangan kanan, dan jangan terlalu
menggencet. Telunjuk dan ibu jari memegang kulit leher, jari kelingking menjepit
ekor.
Setelah dilakukan penanganan kemudian dilakukan anastesi pada mencit
dengan cara membiusnya dengan menggunakan eter. Hewan coba dimasukkan ke
dalam toples dan diberikan kapas yang telah diberi eter, kemudian toples ditutup
sampai mencit tersebut pingsan. Mencit yang telah di anastesi diletakkan di atas
papan dan ditusuk bagian kaki dan tangan mencit untuk memudahkan proses
pembedahan.
Pembedahan dilakukan dengan membuka bagian badan mencit dengan
mengiris secara horizontal, ini dilakukan agar semua organ yang menyusun tubuh
mencit dapat dilihat dengan jelas. Setelah itu diamati organ-organ tersebut. Organ
tubuh bagian dalam mencit memiliki struktur anatomi yang sama dengan manusia
mulai dari jantung, ginjal, paru-paru dan organ tubuh lainnya.
17
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Melalui percobaan ini dapat disimpulkan bahwa sebelum dilakukannya
pembedahan, dilakukan terlebih dahulu anastesi dengan menggunakan eter.
Pembedahan dilakukan untuk mengamati anatomi tubuh mencit. Anatomi
tubuh mencit sama dengan anatomi tubuh manusia. Organ tubuh yang ada
pada mencit yaitu seperti jantung, lambung, hati, ginjal, dan lain sebagainya.
V.2 Saran
Diharapkan dengan adanya praktikum ini, mahasiswa dapat lebih
memahami dan mengetahui cara penanganan, anastesi dan pembedahan
pada hewan coba tanpa bantuan atau bimbingan lagi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Penanganan Hewan Percobaan. Available from:
http://medicafarma.blogspot.com/2010/04/penanganan-hewanpercobaan_24.html (Diakses tanggal 25 mei 2015)
Anonim, 2013. Morfologi Mencit, internet (avable) from http//:mencit.rsf.pdf
(Diakses pada tanggal 25 mei 2015)
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan
Indonesia : Jakarta
Hall E John, 2009, Fisiologi Kedokteran Edisi 11, Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Malole, 1989, Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium, Institute
Pertanian Bogor: Bogor
Moriwaki, K., T. Shiroishi dan H. Yonekawa. 1994. Genetic in Wild Mice. Its Aplication
to Biomedical Research. Japan ScientificSocieties Press. Karger : Tokyo.
19
20