KATA PENGANTAR
Sebagai Unit Pelaksana Teknologi (UPT) Badan Peneli an dan
Pengembangan Pertanian yang berada di daerah, Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta wajib mendukung program
pembangunan pertanian di wilayah DKI Jakarta. Sesuai dengan
tupoksinya, BPTP Jakarta telah menghasilkan berbagai inovasi
teknologi pertanian spesik lokasi Jakarta, baik yang diarahkan untuk
memecahkan masalah dihadapi oleh para pelaku usaha di sektor
pertanian maupun teknologi tren-se er sebagai teknologi alterna f
yang an sipa f dan prospek f dalam mendukung pertanian
perkotaan.
Berbagai inovasi yang dihasilkan oleh BPTP Jakarta ini diperoleh melalui pengkajian
yang memas kan bahwa inovasi tersebut aplika f, berdampak signikan dalam pembangunan
pertanian perkotaan dan mampu memberikan manfaat bagi kesejahteraan petani. Hasil
seleksi inilah yang diwujudkan di dalam buku yang berjudul 42 Teknologi Inova f Pertanian
Perkotaan.
Buku ini merupakan upaya pro-ak f BPTP Jakarta dalam upaya mempercepat
proses alih teknologi hasil peneli an dan pengembangan pertanian. Semoga buku ini dapat
menggugah masyarakat pada umumnya, dan petani pada khususnya untuk mengembangkan
inovasi teknologi pertanian dan mendukung pengembangan pertanian baik di Jakarta maupun
di Indonesia secara keseluruhan.
bab 1.
pendahuluan
Pemberian
pengkajian,
pelayanan
perakitan
teknik
dan
pengembangan teknologi
guna spesik lokasi;
tepat
D. STRUKTUR ORGANISASI
Secara struktur, BPTP Jakarta
dipimpin oleh seorang Kepala Balai
dan didukung oleh Sub Bagian Tata
Usaha, Seksi Kerjasama dan Pelayanan
Pengkajian, dan Kelompok Jabatan
Fungsional.
Kelompok
Jabatan
Fungsional terdiri dari fungsional
peneli , penyuluh, dan jabatan
funghsional lainnya seper
teknisi
litkayasa,
pustakawan,
analisis
kepegawaian, arsiparis, pustakawan, dll.
Khusus Kelompok Jabatan Fungsional
Peneli di BPTP Jakarta, sesuai dengan
Keputusan Badan Litbang Pertanian
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kelompok Pengkajian Sumberdaya
7
KEPALA
SUBBAGIAN
TATA USAHA
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
3.
4.
5.
6.
E.
Peneli
Penyuluh
Calon Peneli
dan Penyuluh
Administrasi
Jumlah
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
1
4
4
6
5
4
4
6
6
11
9
11
13
12
13
13
14
14
2
2
2
2
2
4
4
2
3
3
6
13
9
9
7
6
6
9
9
6
4
9
9
9
11
12
15
15
17
17
17
15
7
10
11
8
9
9
3
4
6
7
12
12
12
11
12
17
17
19
20
21
23
23
24
26
27
28
28
32
31
31
30
23
23
23
25
30
40
42
43
44
45
50
49
54
55
53
56
55
57
57
57
55
9
10
bab 2.
pembangunan sistem
pertanian perkotaan di
wilayah dki jakarta
11
terus
mengembangkan
inovasiinovasi berbasiskan teknologi yang
memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh
daerah perkotaan dan sesuai dengan
kondisi lingkungan sosial kota Jakarta.
Sebaliknya, kesadaran masyarakat akan
pen ngnya pertanian perkotaan harus
disertai pengetahuan dan kemudahan
akses
terhadap
teknologi
yang
mendukungnya. Kedua aspek, kesadaran
masyarakat dan tersedianya teknologi
yang tepat guna, dak bisa dipisahkan
untuk mensukseskan pengembangan
pertanian perkotaan khususnya di
14
bab 3.
teknologi inovatif
bptp jakarta
15
BUDIDAYA PERTANIAN
16
2. Teknologi
Terpal dan Paralon
Indar Puji Lestari, Yudi Sastro, Chery Soraya Amma llah, Listyawa , Wylla Sylvia
Maharani, Kar ka Mayasari, Erna Puji Astu , Lukman Hakim, Muhammad Nur,
Winarto, Asep Maulana
17
3.
Besarnya
dampak
perubahan iklim global
menyebabkan
strategi
penyediaan
pangan
yang bersandar kepada
sentra penghasil pangan
mutlak perlu dilakukan
perubahan.
Salah
satu
strategi
untuk
mendukung perubahan
tersebut adalah melalui
pemanfaatan pekarangan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam
pemanfaatan pekarangan adalah budidaya tanaman sistem akuaponik. BPTP
Jakarta telah mengembangkan teknologi budididaya terpadu sayuran dan ikan
(sistem akuaponik) skala rumah tangga di pekarangan.
19
20
6. Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Pupuk Organik dari Limbah Dapur Rumah
Tangga Mendukung Budidaya Pertanian di Pekarangan Ramah Lingkungan
Yudi Sastro, Indar Puji Lestari, Chery Soraya Amma llah, Muhammad Nur
Hasil
pengkajian
menunjukkan
bahwa teknologi pupuk dari limbah
organik
dapur
rumah
tangga
menggunakan teknologi mini fermentor
vermicomposter menghasilkan pupuk
organik yag memenuhi standar dan
sesuai dengan baku mutu pupuk
organik (Permentan 24/Permentan/
SR.140/4/2011). Tanaman tomat, cabe,
pak coy dan selada memberikan respon
sangat baik terhadap pupuk kascing
berbahan baku limbah organik dapur
rumah tangga.
21
7.
22
23
24
25
27
29
30
BUDIDAYA PETERNAKAN
17. Pengkajian Pemanfaatan Limbah Sayur dan Limbah RPA Sebagai Bahan
Pakan Ternak di DKI Jakarta
Bachtar Bakrie, Umming Sente, Dini Andayani, Neng Risris Sudolar, Winarto
Salah satu permasalahan dalam pengelolaan RPA adalah limbah padat yang
berupa ayam ma (ayam ren), limbah bulu, limbah jeroan, serta limbah padat
lainnya. Beberapa metode yang sering digunakan untuk mengatasi limbah ayam
ma ini maupun limbah padat lainnya antara lain dengan pembakaran/insinerasi,
disposal di lahan/penguburan dan pengomposan. Sedangkan metode yang belum
banyak diketahui dan dilakukan orang yaitu fermentasi dengan menggunakan
asam laktat. Metode fermentasi ayam ma maupun limbah padat lainnya dapat
dilakukan dengan peralatan yang sederhana dan dak memerlukan waktu yang
lama. Proses fermentasi dapat selesai dalam waktu dua minggu, dan produk
dapat tahan hingga berbulan-bulan, se daknya hingga delapan bulan sebelum
digunakan atau diolah menjadi bahan pakan. Fermentasi asam lakatat ini dapat
menjadi solusi pengolahan limbah padat RPA/RPU terutama bangkai ayam ma
(ayam ren) menjadi bahan pakan bernilai tambah nggi. Berdasarkan hasil
kajian BPTP Jakarta formulasi fermentasi ayam ma yang paling baik adalah:
ayam ma + molases 20% + tepung jagung 20% + Lactobacillus sp. dengan lama
fermentasi 3 minggu, menghasilkan tepung dengan kadar protein 18,71%, lemak
34,39%, dan energi 2315 kkal/kg.
31
32
Produk vitas
ternak
sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan
pakan, baik secara kualitas
maupun kuan tas. Pakan dasar
ternak ruminansia adalah hijauan.
Namun di perkotaan ketersediaan
lahan untuk penanaman pakan
ternak sangat terbatas. Salah
satu alterna f peyedia hijauan
pakan ternak diperkotaan adalah
pengolahan limbah sayuran pasar
menjadi wafer pakan ternak.
33
34
21. Kajian Pemanfaatan Limbah TPA-TPnA Sebagai Pupuk Organik dan Bahan
Pakan
Yudi Sastro, Neng Risris Sudolar, Bachtar Bakrie
Pemanfaatan limbah TPA dan TPnA sebagai salah satu sumber bahan pakan
ternak sangat berpotensi untuk dikembangkan. Total limbah yang dihasilkan
oleh TPA/TPnA di DKI Jakarta per hari dapat mencapai 57,6 ton darah; 43,2 ton
bulu; 5,04 ton sisa pembersihan daging, usus, dan tembolok; dan 8,0 ton ayam
ma . Limbah bulu, dan hasil pembersihan daging ayam mengandung berbagai
asam amino dengan kisaran 0,15-13,6%. Tepung bulu mempunyai kandungan
protein 86,50%, lemak 3,90%, serat kasar 0,40% dan energi metabolis sebesar
3.047 kkal. Persentase kandungan protein, serat kasar, dan energi metabolis dari
limbah tersebut setara dengan konsentrat pakan unggas maupun ruminansia.
Proses pengolahan limbah ayam non bulu dilakukan secara sederhana, melipu
perebusan, pengeringan dan penghancuran. Sedangkan pengolahan limbah
bulu dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang dapat mempercepat
penghancuran materi bahan pakan. Dari hasil kegiatan ini diperoleh bahan
pakan asal limbah TPA/TPnA berupa tepung bulu dan tepung ayam non bulu
dengan kandungan protein kasar yang cukup nggi melalui metode yang dapat
dilaksanakan oleh industri rumahan maupun usaha perorangan.
22. Kajian pemanfaatan limbah pasar sebagai pakan sapi potong di DKI Jakarta
Umming Sente, Bachtar Bakrie, Dini Andayani, Neng Risris Sudolar
Limbah pasar yang sebagian besar terdiri dari limbah sayur sangat potensial
untuk menjadi bahan pakan ternak. Salah satu teknik pengawetan limbah pasar
yang paling mudah dan murah dilakukan peternak adalah dengan metode
fermentasi atau yang lebih dikenal dengan silase. Limbah pasar utamanya
limbah sayur sangat berpotensial untuk dijadikan salah satu bahan pakan ternak
ruminansia karena kandungan nilai gizinya yang rela f nggi yaitu kadar protein
24,85% untuk limbah sawi, limbah kol mengandung protein 20,30% dan kepala
tauge kadar proteinnya 14,42%.
Formulasi silase yang memberikan kualitas yang paling bagus adalah limbah
pasar 60% (terdiri dari kepala tauge : petsai : caisin dengan perbandingan
3:1:1), 20% onggok dan dedak 20%. Tepung singkong dapat juga dipakai untuk
menggan kan onggok, tetapi dak ekonomis dilakukan oleh peternak karena
harganya yang jauh lebih nggi dibandingkan onggok. Komposisi ini dapat
menghasilkan silase dengan kadar air 44,18%, kadar protein 16,32%, berat
susut 456 gr, pH 3,8 dan skor kualitas mencapai 90. Dengan metode pembuatan
dan formulasi yang tepat, silase limbah pasar dapat tahan disimpan sampai 1,5
bulan, sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga peternak serta kon nuitas
pakan ternak lebih terjamin.
35
23. Teknologi Penggunaan Tepung Limbah Organik Pasar (TLOP) Sebagai Penggan
Dedak pada Ransum Ternak I k Petelur
Bachtar Bakrie, Umming Sente, Dini Andayani, Neng Risris, One Tigor, Winarto
Bahan berupa tepung limbah organik pasar mempunyai potensi untuk digunakan
sebagai penggan dedak padi di dalam ransum ternak. BPTP Jakarta mengkaji
teknologi penggunaan tepung limbah organik pasar sebagai penggan dedak
pada ransum ternak i k petelur
Hasil kajian menunjukkan dalam pengolahan limbah sayur menjadi tepung,
persentase hasil tepung dari berat segarnya hanya sekitar 5-8%. Produksi telur
harian yang ter nggi terdapat pada perlakuan menggan 30% dedak dengan TLOP
(80,48%). Pengamatan terhadap kualitas telur secara keseluruhan dak terlihat
perbedaan yang sangat signikan. Perbedaan yang signikan hanya terjadi pada
Haugh-Unit atau kekentalan pu h telur dan warna kuning telur. Dimana sebelum
pengkajian rata-rata nilai Haugh-Unit adalah 87 dan sesudah pengkajian adalah
92.
36
26. Dosis dan Frekwensi Pemberian Jamu untuk Perbaikan Kualitas Daging Ayam
Buras
Andi Saenab, Bachtar Bakrie, Darmanto, Tezar Ramdhan, Benny V. Lotulung
Pemberian jamu pada ayam buras merupakan salah satu cara untuk memperbaiki
kualitas daging ayam buras. Dosis dan waktu pemberian yang efek f dan esien
adalah dosis jamu 90 ml per liter air minum dengan waktu pemberian se ap 7
hari.
Keunggulan dari pengaturan dosis dan frekuensi pemberian jamu adalah adanya
peningkatan penambahan bobot badan ayam buras, ngkat kema an yang
menurun, jumlah ayam yang sakit berkurang, penampakan/bentuk, warna
dan aroma karkas ayam menjadi lebih disukai oleh konsumen dan didapatkan
keuntungan yang layak untuk diusahakan oleh peternak. Pemberian jamu juga
terbuk memperbaiki kualitas karkas ayam dimana terlihat bahwa kandungan
lemak daging dada dan daging paha ayam yang diberi jamu lebih sedikit dibanding
ayam tanpa jamu.
Teknologi ini berpotensi dikembangkan oleh peternak sebagai salah satu cara
perbaikan kualitas daging ayam yang dihasilkan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak
37
Teknologi ini merupakan teknologi penggunaan limbah pertanian dan agroindustri yang banyak tersebar di DKI Jakarta, untuk pakan i k petelur, yang bertujuan menekan biaya pakan yang merupakan komponen terbesar dari total biaya
produksi. Limbah pertanian dan agroindustri dapat dimanfaatkan menjadi salah
satu alterna f campuran pakan i k petelur karena limbah tersebut rela f murah
dan mudah didapat serta masih mempunyai kandungan gizi yang baik.
Keunggulan dari teknologi ini adalah dapat meningkatkan produksi telur, kualitas
telur dan nilai esiensi ekonomi. Esiensi Penggunaan Ransum (FCR) juga mempunyai nilai yang baik yaitu berkisar antara 2.055-2.328. Penggunaan teknologi
ini juga terbuk meningkatkan pendapatan harian (gross margin) peternak i k
petelur di beberapa lokasi. Potensi dari penggunaan teknologi ini selain meningkatkan keuntungan usaha ternak, penggunaan teknologi ini berpotensi untuk
dikembangkan secara komersil oleh industri pakan ternak
38
Pakan dari cangkang udang/ikan rucah untuk i k petelur merupakan salah satu
contoh teknologi pemberian pakan yang bertujuan memenuhi kebutuhan zat
gizi i k petelur. Dedak, cangkang udang, ikan rucah, dan ditambahkan bahan
lain seper menir, kapur, ZnSO4 dan Top Mix Komposisi pakan ini terdiri dari
dedak, cangkang udang, ikan rucah, dan ditambahkan bahan lain seper menir,
kapur, ZnSO4 dan Top Mix.
Keunggulan dari teknologi ini adalah tercapainya pemberian pakan yang hemat
dan esien. Penggunaan teknologi ini menghemat biaya pakan dan meningkatkan produksi i k petelur. Teknologi pemberian pakan dari cangkang udang
dan ikan rucah ini berpotensi meningkatkan tambahan pendapatan peternak
i k petelur dan mempunyai nilai esiensi ekonomi lebih nggi daripada pakan
tradisional.
39
31. Kajian Teknologi Pembuatan Velva Buah Jambu Biji dan Pepaya Berbasis
Puree di DKI Jakarta
Syarifah Aminah, Muihani Yanis, Noveria Sjafrina, Tezar Ramdhan, Yossi
Handayani, Yosep Padilah
Velva buah merupakan produk
olahan seper
eskrim tetapi
berasal dari hancuran buah dengan
kandungan lemak rendah dibanding
es krim yang terbuat dari susu. Hal
ini memungkinkan velva buah akan
lebih disukai oleh orang dewasa
maupun anak-anak dan merupakan
salah satu alterna f bentuk olahan
buah untuk dapat meningkatkan konsumsi buah. Jambu biji dan pepaya dapat
ditemui sepanjang tahun dan harganya pun cukup murah.
BPTP Jakarta telah mengembangkan teknologi pembuatan velva buah jambu biji
dan pepaya berbasis puree. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa puree : air (2:1)
merupakan perbandingan air terhadap puree yang terbaik untuk pembuatan
velva jambu biji dengan menggunakan bahan penstabil CMC 0,5%. Begitupun,
Puree :air (2:1) merupakan perbandingan air terhadap puree yang terbaik untuk
pembuatan velva pepaya dengan menggunakan bahan penstabil CMC 0,5%
32. Teknologi Pulsing Dan Teknologi Pewarnaan Bunga Potong di DKI Jakarta
Syarifah Aminah, Muihani Yanis, Noveria Sjafrina, Gama Noor Oktarina, Yossi
Handayani, Dwi Amiarsi
Upaya untuk memperpanjang masa kesegaran bunga potong adalah melalui
teknologi pulsing dan pewarnaan. Teknologi ini diharapkan dapat memberikan
nilai tambah dan mengatasi kendala utama pada bunga potong. BPTP Jakarta
telah mengambangkan teknologi pulsing dan pewarnaan terhadap bunga
potong sedap malam.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa Penggunaan larutan perendam AgNO3
dengan waktu perendaman yang berbeda setelah panen memberikan masa
kesegaran (vaselife) bunga potong sedap malam selama 5.70 hari, perendaman
dengan Sodium benzoat 5.63 hari, dan perendaman dengan Aluminium sulfat
5.20 hari. Perlakuan pewarnaan dengan larutan pulsing memperlihatkan masa
kesegaran yang lebih lama, yaitu berkisar 4.61 4.90 hari.
40
Umbi-umbian
37. Teknologi pembuatan selai lembaran dan leder buah (fruit leather) berbahan
baku puree mangga
Muihani Yanis, Tezar Ramdhan, Syarifah Aminah
Mangga memiliki daging buah yang tebal dan aroma yang kuat sehingga
sangat cocok untuk diolah menjadi produk yang berbasis puree (bubur
buah). Untuk memperoleh manfaat yang op mal dari buah mangga,
perlu diiku dengan upaya perbaikan mutu produk olahan yang sudah
ada dan diversikasi pengolahan menjadi produk-produk olahan lain,
diantaranya selai lembaran dan fruit leather (leder buah). BPTP Jakarta
telah mengembangkan teknologi produksi selai lembaran dan leder buah
(fruit leather) berbasis puree mangga yang esien, mudah dan murah serta
menghasilkan produk yang aman dan bermutu primer.
Berdasarkan hasil kajian formula selei lembaran diperoleh konsentrasi agar yang
op mal adalah 1,5%, yaitu menghasilkan selai yang berbentuk lembaran (dapat
diangkat berbentuk lembaran besar sesuai bentuk loyang/cetakan) dengan
kepadatan yang op mal ( dak basah namun dak terlalu kering).
Formulasi leder mangga terpilih adalah leder tanpa bahan pengisi karena lebih
mudah dilakukan dan lebih esien mengingat dak perlu tambahan biaya untuk
agar atau tepung beras ketan. Hasil uji organolep k untuk kedua produk tersebut
menunjukkan bahwa ngkat kesukaan dan penerimaan konsumen masih nggi (suka
dan sangat suka) baik rasa, warna, aroma maupun penampilan secara keseluruhan.
38. Teknologi Penggunaan Tepung Ubi Jalar sebagai Penggan Tepung Terigu
Hingga 50% Untuk Produk Olahan
Muihani Yanis, Tezar Ramdhan, Syarifah Aminah, Heni Wijayan , Benny V.
Lotulung
Pemanfaatan tepung ubi jalar sebagai pengsubs tusi tepung
terigu diharapkan dapat mengurangi penggunaan tepung
terigu sehingga import tepung terigu dapat dikurangi,
disamping itu dapat meningkatkan nilai tambah ubi jalar.
BPTP Jakarta telah mengkaji penggunaan tepung ubi jalar
untuk mensubs tusi penggunaan terigu hingga 50% pada
produk olahan goreng, bakar dan kukus.
Hasil kajian penggunaan tepung ubi jalar menunjukkan bahwa tepung ubi jalar dapat
digunakan untuk mensubs tusi terigu sampai 30% dalam produk donat dengan
daya kembang yang cukup op mal serta memiliki karakteris k yang cukup disukai
konsumen. Untuk produk bolu kukus masih memiliki karakteris k yang baik meski
subs tusi terigu dengan tepung ubi jalar mencapai 60% serta dak memberikan efek
yang berbeda terhadap penambahan bobot dan daya kembang ( ngkat kemekaran)
bolu kukus. Disamping itu ngkat kesukaan konsumen terhadap penggunaan 60%
tepung ubi jalar terhadap bolu kukus masih cukup nggi. Sedangkan pada cake (bolu
panggang) subs tusi terigu dengan tepung ubi jalar dapat mencapai 50%. Subs tusi
tersebut mampu menghasilkan cake yang baik dan disukai konsumen.
43
40. Teknologi Pengolahan dan Pengemasan Sari Wornas (Wortel Nanas) Tahan
Simpan Satu Bulan Pada Suhu Ruang Untuk Meningkatkan Nilai Tambah
Produk Hasil Olahan di DKI Jakarta
Syarifah Aminah, Muihani Yanis, Tezar Ramdhan
Salah satu produk olahan minuman yang banyak dikembangkan oleh kelompok wanita tani
(KWT) di DKI Jakarta adalah sari wornas (wortel nanas). BPTP Jakarta telah mengkaji formula
dan proses produksi yang dapat meningkatkan mutu produk, alat/mesin (alsin) tepat guna
untuk meningkatkan esiensi dan produk vitas produksi serta teknologi pengemasan yang
berdaya saing.
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh formula
terbaik, yaitu formula dengan perbandingan wortel
lokal : wortel impor = 2:1 (wortel lokal : wortel
impor : nanas = 4 : 2 : 3). Proses produksi yang
esien menghasilkan sari wornas yang baik adalah
blanching pencelupan selama 5 menit menggunakan
alsin parutan dan penyaringan dengan kain monil 2x
41T. Berdasarkan uji organolep k (konsumen), umur
simpan sari wornas dalam botol kaca bisa mencapai
28 hari dan dalam botol plas k mencapai 21 hari jika
disimpan di tempat yang dak terkena sinar matahari
secara langsung pada suhu ruang (28-300C). Sedangkan berdasarkan perubahan pH, sari
wornas dapat disimpan sampai 4,7 minggu jika dikemas dalam botol kaca dan 3,7 minggu
dalam kemasan botol plas k.
44
41. Teknologi Pemanfaatan Pewarna dan Pemanis Alami pada Produk Olahan
Syarifah Aminah, Tezar Ramdhan, Muihani Yanis, Waryat, Benny V. Lotullung, Srijono
Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang dak terkontrol, termasuk di dalamnya pewarna
dan pemanis merupakan salah satu masalah keamanan pangan yang terjadi pada industri skala
rumah tangga. Pemanfaatan sumber daya naba yang mempunyai fungsi yang sama dengan BTP
sinte s dan dak memberikan efek berbahaya bagi kesehatan adalah salah satu solusi yang dapat
dilakukan.
BPTP Jakarta melakukan pengkajian iden kasi pewarna dan pemanis alami yang dapat
dimanfaatkan serta efek tasnya terhadap produk olahan sari belimbing di DKI Jakarta. Pewarna
alami dari kayu secang dan pemanis alami stevia sangat potensial untuk bisa dikembangkan dan
digunakan oleh petani pengolah/industri rumah tangga karena murah dan mudah diperoleh atau
mudah dibudidayakan sendiri di pekarangan rumah.
Selain itu, standar prosedur operasional (SPO) proses pembuatan ekstrak dan pencampurannya
ke dalam sari buah sangat mudah, murah dan aplika f. Konsentrasi stevia yang paling mendeka
rasa manis sukrosa 10% dalam sari buah belimbing adalah 4% stevia + 6% gula atau 1% stevia
+ 8% gula. Sedangkan untuk kayu secang, konsentrasi terbaiknya adalah 9-10% dengan
penambahan asam sitrat 0,1% (1 g/L). Dengan mengiku acuan cara berproduksi sesuai standar
prosedur operasional (SPO) yang telah disusun, diharapkan kedua jenis bahan alami tersebut
dapat menjadi alterna f pilihan bagi pengolah untuk meningkatkan kualitas produknya dengan
tetap memperha kan keamanannya
42. Teknologi Pemanfaatan Asam Organik sebagai Bahan Pengawet Non Formalin
untuk Daging Ayam
Dini Andayani, Muihani Yanis, Umming Sente, Neng Risris Sudolar, Gatot B. Soedarsono, One
Tigor Pakpahan, Andriani, Irzal Indra, winarto
Permintaan daging ayam di Jakarta terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk, pendapatan, pendidikan serta kesadaran masyarakat akan gizi. Peningkatan
kebutuhan daging ayam tersebut menuntut peningkatan kualitas dan keamanannya. Dalam
rangka meningkatkan kualitas dan keamanan pangan daging ayam di pasaran, BPTP Jakarta
mengkaji penggunaan asam asetat 4% sebagai bahan preservasi/pengawet non formalin untuk
daging ayam.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa dengan perendaman menggunakan asam asetat 4%
selama 30 de k warna daging ayam mentah yang dicelup asam menjadi pucat dengan konsistensi/
tekstur daging ayam tetap kenyal dan kecenderungan aroma berbau asam/cuka (jam ke-10).
Sedangkan kontrol, warna daging ayam mentah tetap berwarna agak merah, Konsistensi/tekstur
daging ayam kenyal, daging ayam cenderung berbau busuk (jam ke-10).
Data TPC (jumlah total kuman) menunjukkan bahwa perlakuan asam asetat 4% menurunkan 3,3
log10 cfu/g total mikroorganisme pada siang hari (jam ke-10). Rasa daging ayam setelah dimasak
dak berbeda nyata, namun konsistensi daging ayam masak yang dicelup asam rela f lebih
empuk, sedangkan kontrol cenderung agak keras.