Anda di halaman 1dari 43

42 TEKNOLOGI INOVATIF PERTANIAN PERKOTAAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2014

KATA PENGANTAR
Sebagai Unit Pelaksana Teknologi (UPT) Badan Peneli an dan
Pengembangan Pertanian yang berada di daerah, Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta wajib mendukung program
pembangunan pertanian di wilayah DKI Jakarta. Sesuai dengan
tupoksinya, BPTP Jakarta telah menghasilkan berbagai inovasi
teknologi pertanian spesik lokasi Jakarta, baik yang diarahkan untuk
memecahkan masalah dihadapi oleh para pelaku usaha di sektor
pertanian maupun teknologi tren-se er sebagai teknologi alterna f
yang an sipa f dan prospek f dalam mendukung pertanian
perkotaan.
Berbagai inovasi yang dihasilkan oleh BPTP Jakarta ini diperoleh melalui pengkajian
yang memas kan bahwa inovasi tersebut aplika f, berdampak signikan dalam pembangunan
pertanian perkotaan dan mampu memberikan manfaat bagi kesejahteraan petani. Hasil
seleksi inilah yang diwujudkan di dalam buku yang berjudul 42 Teknologi Inova f Pertanian
Perkotaan.
Buku ini merupakan upaya pro-ak f BPTP Jakarta dalam upaya mempercepat
proses alih teknologi hasil peneli an dan pengembangan pertanian. Semoga buku ini dapat
menggugah masyarakat pada umumnya, dan petani pada khususnya untuk mengembangkan
inovasi teknologi pertanian dan mendukung pengembangan pertanian baik di Jakarta maupun
di Indonesia secara keseluruhan.

Kepala BPTP Jakarta,

Ir. E y Herawaty, M.Si

bab 1.
pendahuluan

PROFIL BPTP JAKARTA


A. SEJARAH
Balai
Pengkajian
Teknologi
Pertanian (BPTP) Jakarta sebelumnya
bernama Instalasi Peneli an dan
Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP)
Jakarta, di bawah BPTP Jawa Barat. IP2TP
Jakarta merupakan instansi baru hasil
penyatuan antara Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Pusat dari Badan Peneli an dan
Pengembangan Pertanian dengan UPT
Badan Pendidikan dan La han Pertanian
yang ada di daerah, yaitu Balai Informasi
Pertanian (BIP). IP2TP Jakarta dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 798/KPTS/OT.210/12/94,
tanggal 1 April 1995. Tujuan dari
pembentukan instansi ini adalah untuk
mempercepat mekanisme penyaluran
dan adopsi teknologi yang dihasilkan oleh
Badan Peneli an dan Pengembangan
Pertanian kepada pengguna. IP2TP
Jakarta memiliki ciri khas tersendiri
dibandingkan IP2TP/LPTP/BPTP yang
lain, karena instansi ini berbasis SDM
penyuluh. Tenaga fungsional yang ada
umumnya para penyuluh yang berasal
dari BIP, sementara tenaga peneli nya
baru ada setelah adanya mutasi dari
Balai Peneli an (Balit) lingkup Badan
Litbang Pertanian.
Pada tanggal 14 Juni 2001 IP2TP
Jakarta di ngkatkan statusnya menjadi
BPTP Jakarta. Dasar hukum pembentukan
BPTP Jakarta adalah Surat Keputusan
Menteri Pertanian No. 350/KPTS/
OT.210/6/2001. Saat itu BPTP Jakarta
berada di bawah koordinasi langsung
Pusat Peneli an dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian. Namun
sejalan
dengan
perkembangan
situasi dan
kebutuhan teknologi
pertanian, serta untuk op malisasi
pelaksanaan tugas dan fungsi BPTP,
6

Peraturan Menteri Pertanian No. 16/


Permentan/OT.140/3/2006
diubah
dengan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 48/Permentan/OT.140/6/2007
lalu kemudian menjadi Peraturan
Menteri Pertanian No. 20/Permentan/
OT.140/3/2013 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian.

B. VISI DAN MISI


Visi
Menjadi agen pengembangan
inovasi pertanian perkotaan terdepan di
Indonesia.
Misi
1. Melakukan peneli an, pengkajian,
dan perakitan teknologi spesik
perkotaan.
2. Menyediakan dan mendistribusikan
informasi rakitan teknologi pertanian
spesik perkotaan.
3. Ak f melakukan koordinasi secara
ver kal dan horisontal dengan
stakeholders terkait pengembangan
teknologi pertanian perkotaan.
4. Melakukan pendampingan terhadap
pelaksanaan program strategis
Kementerian
Pertanian
dalam
pembangunan pertanian wilayah.

C. TUGAS DAN FUNGSI


Pelaksanaan tugas dan fungsi
BPTP Jakarta didasari oleh Peraturan
Menteri Pertanian No. 20/Permentan/
OT.140/3/2013 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi


Pertanian. BPTP Jakarta merupakan
UPT di bidang pengkajian pertanian
yang berada di bawah dan brtanggung
jawab kepada Kepala Badan Peneli an
dan Pengembangan Pertanian. Dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya,
BPTP Jakarta dikoordinasikan oleh
Kepala Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP), Kementerian Pertanian.
Sebagai UPT se ngkat Eselon III
di lingkup Badan Litbang Pertanian
di wialayah Jakarta, BPTP Jakarta
mempunyai
tugas
melaksanakan
pengkajian,
perakitan,
dan
pengembangan teknologi pertanian
tepat guna spesik lokasi. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, BPTP
Jakarta menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan program,
rencana kerja, anggaran, evaluasi,
dan laporan pengkajian, perakitan
dan
pengembangan
teknologi
pertanian tepat guna spesik lokasi;
b. Pelaksanaan
inventarisasi
dan
iden kasi kebutuhan teknologi
pertanian tepat guna spesik lokasi;
c. Pelaksanaan peneli an, pengkajian
dan perakitan teknologi pertanian
tepat guna spesik lokasi;
d. Pelaksanaan
pengembangan
teknologi dan diseminasi hasil
pengkajian serta perakitan mareri
penyuluhan;
e. Penyiapan kerjasama, informasi,
dokumentasi, serta penyebarluasan
dan
pendayagunaan
hasil
pengkajian,
perakitan,
dan
pengembangan teknologi pertanian
tepat guna spesik lokasi;
f.

Pemberian
pengkajian,

pelayanan
perakitan

teknik
dan

pengembangan teknologi
guna spesik lokasi;

tepat

g. Pelaksanaan urusan kepegawaian,


keuangan, rumah tangga dan
perlengkapan BPTP.
BPTP Jakarta memiliki kebijakan
mutu dalam pelaksanaan tugasnya.
Kebijakan mutu tersebut terdiri dari:
1. Meningkatkan
kapasitas,
profesionalisme,
kompetensi
sumber daya manusia, dan inovasi.
2. Mengop malkan
kerja
sama,
kemitraan, dan promosi pengkajian
teknologi pertanian.
3. Menerapkan,
memelihara,
mengkomunikasikan,
dan
meningkatkan
kinerja
sistem
manajemen
mutu
sesuai
persyaratan ISO 9001 : 2008.
4. Melakukan peninjauan ulang sistem
manajemen mutu secara berkala
untuk melakukan perbaikan yang
berkelanjutan.

D. STRUKTUR ORGANISASI
Secara struktur, BPTP Jakarta
dipimpin oleh seorang Kepala Balai
dan didukung oleh Sub Bagian Tata
Usaha, Seksi Kerjasama dan Pelayanan
Pengkajian, dan Kelompok Jabatan
Fungsional.
Kelompok
Jabatan
Fungsional terdiri dari fungsional
peneli , penyuluh, dan jabatan
funghsional lainnya seper
teknisi
litkayasa,
pustakawan,
analisis
kepegawaian, arsiparis, pustakawan, dll.
Khusus Kelompok Jabatan Fungsional
Peneli di BPTP Jakarta, sesuai dengan
Keputusan Badan Litbang Pertanian
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kelompok Pengkajian Sumberdaya
7

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BPTP JAKARTA

KEPALA

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SEKSI KERJASAMA DAN


PELAYANAN PENGKAJIAN

KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL

Gambar 1. Bagan struktur organisasi BPTP Jakarta berdasarkan Peraturan


Menteri Pertanian No. 20/Permentan/OT.140/3/2013

2. Kelompok Pengkajian Budidaya


3. Kelompok Pengkajian Pasca Panen
4. Kelompok Pengkajian Sosial Ekonomi
Sejak tahun pembentukannya
hingga sekarang, BPTP Jakarta yang
dulu bernama IP2TP telah mengalami
delapan kali penggan an pimpinan,
yaitu:
Kepala IP2TP Jakarta :
1. Ir. Santoso Wibowo (1995 1997)
2. Ir. Syaiful Bahrain, M.Sc (1997 1999)
3. Dr. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed
(1999 2001)
IP2TP berubah menjadi BPTP
Jakarta pada tahun 2001, dengan Kepala
Balai sebagai berikut:
1. Dr. Edi Abdul Rachman
2. (2001, selama 3 bulan)
8

3.
4.
5.
6.
E.

Dr. Adi Widjono (2001 2004)


Ir. Suwandi, MS. (2004 2011)
Ir. Sri Sulihan , M.Sc. (2011 2013)
Ir. E y Herawa , M.Si. (2013
sekarang)

SUMBER DAYA MANUSIA


Sumber daya manusia (SDM)
merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan keberhasilan suatu
kegiatan. Peranan SDM dak hanya
dilihat dari kuan tasnya, tetapi juga
kualitas dan kinerjanya. Menyadari
sepenuhnya bahwa SDM merupakan
aset pen ng untuk meningkatkan
kinerja instansi, BPTP Jakarta secara
berkesinambungan mengembangkan
dan mendukung sepenuhnya atas
peningkatan kualitas SDM yang ada,
yaitu dengan membangun sistem
pengelolaan kebijakan SDM dengan
menerapkan suatu sistem standar yang

digunakan untuk menjadikan karyawan


yang berintegritas, berkualitas dan
profesional di bidangnya baik dalam
sikap, pengetahuan dan keahlian
dengan pengembangan karyawan yang
bersifat komprehensif dan terintegrasi
dan diharapkan dapat meningkatkan
kinerja instansi.
Untuk menghadapi tantangan
pelaksanaan tugas yang semakin
berat, peningkatan kualitas SDM terus
dilakukan. Langkah pertama adalah
mendorong tenaga fungsional non klas
menjadi fungsional peneli , penyuluh,
dan fungsional lainnya yang mendukung
kinerja BPTP Jakarta. Peningkatan

kualitas SDM juga dilakukan melalui


program pendidikan dan pela han,
bimbingan senior kepada junior, dan juga
dengan pelaksanaan magang di lembagalembaga riset yang kompeten dan
par sipasi dalam kegaiatan terbimbing
(termasuk kegiatan konsultasi, baik
langsung maupun tak langsung secara
berkesinambungan dengan para tenaga
ahli/pakar di bidangnya). Dalam rangka
meningkatkan kompetensi SDM, BPTP
Jakarta menugaskan beberapa stafnya
untuk mengiku
program-program
pendidikan baik di dalam maupun di
luar negeri ke jenjang yang lebih nggi.
Sejak tahun keberadaannya, SDM

Tabel 1. Perkembangan SDM BPTP Jakarta sejak tahun 1994 2014.


Tahun

Peneli

Penyuluh

Calon Peneli
dan Penyuluh

Administrasi

Jumlah

1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

1
4
4
6
5
4
4
6
6
11
9
11
13
12
13
13
14
14

2
2
2
2
2
4
4
2
3
3
6
13
9
9
7
6
6
9
9
6
4

9
9
9
11
12
15
15
17
17
17
15
7
10
11
8
9
9
3
4
6
7

12
12
12
11
12
17
17
19
20
21
23
23
24
26
27
28
28
32
31
31
30

23
23
23
25
30
40
42
43
44
45
50
49
54
55
53
56
55
57
57
57
55
9

Secara keseluruhan jumlah pegawai


BPTP Jakarta pada pertengahan Juli
2014 sebanyak 67 orang, terdiri dari 57
PNS dan 10 orang tenaga kontrak yang
terdiri dari pengemudi, satpam, dan
tenaga kebun. Pada saat ini, SDM yang
dimiliki sebanyak 57 orang, terdiri dari
4 orang S3, 16 orang S2, 17 orang S1,
6 orang D3, dan sisanya sebanyak 14
orang yang berpendidikan mulai dari
SMA ke bawah.

10

Sebaran pegawai menurut tugas


dan jabatan fungsional di unit kerja BPTP
Jakarta, terbanyak adalah administrasi
yaitu 30 orang, kemudian diiku peneli
sebanyak 14 orang, peneli non klas
sebanyak 6 orang, penyuluh sebanyak
4 orang, penyuluh non klas sebanyak
1 orang, dan pustakawan sebanyak 1
orang.

bab 2.
pembangunan sistem
pertanian perkotaan di
wilayah dki jakarta

11

yang dimiliki BPTP Jakarta mengalami


peningkatan, khususnya pada tenaga
peneli , sedangkan untuk tenaga
penyuluh peningkatannya dak terlalu
signikan.
Seiring
dengan
pertambahan
penduduk dan alih fungsi lahan
pertanian yang dak akan pernah bisa
dihen kan, maka kemandirian pangan
menjadi isu pen ng yang muncul ke
permukaan. Kemandirian pangan yang
dicirikan dengan tersedianya pangan
yang bergizi dan aman untuk kesehatan
dalam jumlah yang cukup sepanjang
waktu merupakan keniscayaan yang
dak terbantahkan sehingga berbagai
upaya untuk mewujudkannya harus
terus dilakukan. Dalam hal ini, karena
sebagian besar penduduk dan alih
fungsi lahan ada di daerah perkotaan,
maka pertanian perkotaan adalah salah
satu cara terbaik untuk meraih dan
mempertahankan kemandirian pangan
khususnya di wilayah DKI Jakarta.
Pertanian
perkotaan
pada
prinsipnya adalah segala upaya
pemanfaatan ruang/lahan yang masih
ada di perkotaan, sesempit apapun
itu, mulai dari pekarangan, lahan
dur, pagar dan bahkan dinding serta
atap suatu bangunan (wall and roof
gardening) agar dapat menghasilan
produk-produk pertanian. Berbeda
dengan pertanian yang dilakukan di
daerah pedesaan, pertanian perkotaan
dak
hanya
berkaitan
dengan
pemenuhan
kebutuhan
pangan,
melainkan juga terkait dengan aspek
lingkungan, kenyamanan, esete ka/
keindahan, serta sebagai sarana rekreasi
dan relaksasi bagi pelakunya. Pertanian
perkotaan memberikan dampak, baik
langsung maupun
dak langsung,
terhadap masyarakat melalui berbagai
cara, mulai dari penyediaan sumber
12

pangan dalam rangka mewujudkan


ketahanan pangan, meningkatkan
kebersihan/kesehatan lingkungan, dan
bahkan mampu memberikan bentuk
dan tatanan sebuah kota menjadi lebih
nyaman dan asri.
Berbeda
dengan
pertanian
konvensional yang lebih mengutamakan
aspek ekonomi, maka pertanian
perkotaan harus dikembangkan melalui
ga perspek f, yaitu lingkungan,
kesehatan dan keindahan. Aspek
keuntungan ekonomi harus dibiarkan
menjadi aspek yang tak terlihat namun
pas terasa, sehingga
dak perlu
banyak disebutkan dan dikedepankan.
Tingginya daya beli yang memungkinkan
masyarakat perkotaan mampu membeli
produk hasil pertanian dengan mudah
seringkali memberikan pemikiran bahwa
masyarakat perkotaan seolah-olah dak
merasa perlu lagi untuk memproduksi
hasil pertanian sendiri sehingga
berdampak
pada
terhambatnya
pengembangan pertanian perkotaan.
Oleh karena itu, perspek f pelestarian
dan kebersihan lingkungan serta
perspek f kesehatan dapat menjadi
pilihan utama dalam pengembangan
pertanian kota daripada hanya sekedar
perspek f ekonomi.
Tingginya polusi udara yang
mengancam kesehatan masyarakat
perkotaan dapat diminimalkan melalui
penanaman berbagai jenis tanaman.
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa tanaman
adalah pensuplai oksigen yang dapat
menyegarkan udara. Selain itu, tanamantanaman yang umumnya berwarna
hijau dapat memberikan kenyamanan
sekaligus keindahan bagi warga kota.
Pandangan warga kota akan lebih teduh
karena adanya tanaman yang menghijau
dan mampu melawan sinar-sinar silau
yang terpantul dari bangunan-bangunan

nggi di daerah perkotaan.


Lebih dari itu, akses terhadap
makanan
yang
bergizi
dapat
menjadi persepk f yang mendukung
pengembangan pertanian perkotaan.
Karena harus melalui jarak dan waktu yang
rela f lama untuk sampai ke kota, maka
kesegaran hasil pertanian seper sayur
dan buah akan mengalami penurunan
sehingga masyarakat kota seringkali
harus menerima produk pertanian yang
dak segar lagi dan atau dak sehat
karena adanya zat-zat pengawet pada
produk pertanian. Praktek-praktek
pertanian di daerah sentra produksi
yang masih mengandalkan pupuk dan
pes sida sinte s, dapat dijadikan alasan
kenapa pertanian perkotaan perlu
dikembangkan. Luas lahan yang rela f
sempit justru memberikan kemudahan
untuk mengembangkan pertanian
organik di daerah perkotaan. Melalui
pengembangan pertanian organik di
perkotaan maka peluang warga kota
untuk mendapatkan bahan pangan yang
lebih sehat akan lebih nggi. Selain itu,
pengembangan pertanian organik akan
membantu meningkatkan kebersihan
daerah perkotaan. Dalam hal ini,
pemanfaatan sampah dan limbah
menjadi pupuk dan pakan ternak dapat
secara signikan membantu kebersihan
lingkungan.
Seiring
dengan
peningkatan
kesadaran
akan
pen ngnya
pengembangan pertanian di daerah
perkotaan, perlu disadari bahwa
pertanian kota dak hanya sekedar tebar
benih di lahan. Untuk memfasilitasi
pengembangan pertanian perkotaan,
perlu dikembangkan pula teknikteknik pertanian yang cocok dengan
kondisi lingkungan dan situasi sosial
masayarakat kota. Rekayasa teknologi
yang berorientasi dan fokus terhadap

kondisi khas perkotaan perlu terus


dilakukan. Teknologi-teknologi yang
dikembangkan harus ramah lingkungan
dan tepat guna. Teknologi budidaya
pertanain, teknologi budidaya ternak/
ikan dan juga teknologi pascapanen/
pengolahan hasil-hasil pertanian harus
dikembangkan secara holis k dan saling
mendukung. Selain itu, pemanfaatan
sampah atau limbah dan bahan-bahan
yang seolah-olah tak dapat diambil
manfaatnya lagi dapat dijadikan
media tanam, pupuk, pes sida, pakan
ternak, maupun produk pangan perlu
dikembangkan sebagai pendukung
utama pertanian perkotaan.
Selam kurun waktu 20 tahun
ini, BPTP Jakarta telah menghasilkan
beberapa teknologi yang dapat
mendukung
pertanian
perkotaan.
Teknologi-teknologi tersebut layak untuk
dikembangkan dan cocok dengan situasi
spesik perkotaan, antara lain adalah
teknologi pembuatan pupuk organik
berbahan baku sampah dan limbah,
teknologi budidaya tanaman secara
ver kultur, aquaponik, dan hidroponik,
teknologi integrasi tanaman dan ternak/
ikan, serta teknologi pembuatan pakan
ternak/ikan berbahan baku sampah/
limbah, dan masih banyak lagi. Di sisi
lain, perlu dikembangkan pula teknologi
pascapanen/pengolahan
hasil-hasil
pertanian yang mampu meningkatkan
nilai tambah produk pertanian yang
dihasilkan. Dengan adanya teknologi
spesik lokasi perkotaan yang tepat guna
diharapkan akselerasi pembangunan
dan
pengembangan
pertanian
perkotaan di Jakarta akan lebih nggi.
Sinergi
antara
peningkatan
kesadaran masyarakat dan penyediaan
teknologi tepat guna spesik lokasi
perkotaan
sangat
menentukan
keberhasilan pembangunan pertanian
perkotaan. BPTP Jakarta masih
13

terus
mengembangkan
inovasiinovasi berbasiskan teknologi yang
memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh
daerah perkotaan dan sesuai dengan
kondisi lingkungan sosial kota Jakarta.
Sebaliknya, kesadaran masyarakat akan
pen ngnya pertanian perkotaan harus
disertai pengetahuan dan kemudahan
akses
terhadap
teknologi
yang
mendukungnya. Kedua aspek, kesadaran
masyarakat dan tersedianya teknologi
yang tepat guna, dak bisa dipisahkan
untuk mensukseskan pengembangan
pertanian perkotaan khususnya di

14

wilayah DKI Jakarta. Adaya kesadaran


dan par sipasi ak f masyarakat serta
tersedianya
teknologi
pertanian
perkotaan adalah pendorong utama
pembangunan dan pengembangan
pertanian perkotaan. Mudah-mudahan
dengan semakin ngginya kesadaran
masyarakat dengan didukung oleh
teknologi yang tepat guna, pertanian
perkotaan akan
semakin
cepat
berkembang di kota-kota di Indonesia,
khususnya di wilayah DKI Jakarta.

bab 3.
teknologi inovatif
bptp jakarta

15

BUDIDAYA PERTANIAN

1. Teknologi Produksi Pupuk Organik dari Sampah Pasar Menggunakan Cacing


(Vermicompos ng) Serta Pemanfaatannya Sebagai Media Pembibitan Sayuran
Yudi Sastro, Indar Puji Lestari, Ikrarwa , Listyawa , Kar ka Mayasari, Chery Soraya
Amma llah, Lukman Hakim

Sampah organik pasar berpotensi


untuk dimanfaatkan sebagai bahan
pupuk organik. Kandungan nutrien
yang terdapat dalam sampah organik
pasar mencapai 100 kilogram per ton
berat kering sampah. Kandungan
unsur hara makro, melipu N, P, K,
Ca, Mg, dan S masing-masing berkisar
101-3.771 mg.kg-1, sedangkan unsur
hara mikro Fe, Mn, Cu, dan Zn berkisar
0,2-0,62 mg.kg-1 .
Salah satu strategi
pengomposan yang
dapat
dilakukan
adalah
melalui
sistem pengomposan
menggunakan cacing
atau vermicompost.

16

BPTP Jakarta telah mengkaji teknologi


Teknologi Produksi Pupuk Organik
dari Sampah Pasar Menggunakan
Cacing (Vermicompos ng) Serta
Pemanfaatannya Sebagai Media
Pembibitan Sayuran. Hasil pengujian
menunjukkan
bahwa
kualitas
keharaan
vermikompos
dak
berbeda nyata dengan kompos yang
dihasilkan dari proses pengomposan
biasa. Lindi yang dihasilkan pada
proses pengomposan, baik pada
sistem
vermikompos
ataupun
pengomposan
biasa
mampu
meningkatkan pertumbuhan bibit
sawi, selada, cabai, dan tomat.
Penyertaan Vermikompos sebanyak
60% dalam media pembibitan
memberikan pertumbuhan terbaik
untuk bibit selada, sawi, dan tomat,
sedangkan perlakuan terbaik untuk
bibit cabai adalah penyertaan kompos
dalam media sebanyak 100%.

2. Teknologi
Terpal dan Paralon

Sayuran Di Pekarangan Ramah Lingkungan Model

Indar Puji Lestari, Yudi Sastro, Chery Soraya Amma llah, Listyawa , Wylla Sylvia
Maharani, Kar ka Mayasari, Erna Puji Astu , Lukman Hakim, Muhammad Nur,
Winarto, Asep Maulana

BPTP Jakarta telah mengembangkan paket


teknologi wall gardening berbasis sayuran
yang dibudidayakan secara ramah lingkungan
untuk mendukung pengembangan pertanian
perkotaan. Model wall gardening yang
dikembangkan terdiri atas model terpal
dan paralon sedangkan tanaman yang diuji
melipu kangkung, bayam, caisim dan selada.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa


pengembangan sistem
kangkung, bayam, caisim, dan selada model
paralon lebih baik dibandingkan model terpal.
Keunggulan model paralon didasarkan atas
respon pertumbuhan dan produksi kangkung,
bayam, sawi, dan selada. Sedangkan persepsi
warga kooperator terhadap inovasi teknologi
wall gardening termasuk katagori baik

17

3.

Teknologi Budidaya Terpadu Sayuran dan Ikan (Aquaponik) Skala Rumah


Tangga di Pekarangan
Yudi Sastro, Indar Puji Lestari, Chery Soraya Ama lah, Lukman Hakim, Erna
Puji Astu , Muhamad Nur

Besarnya
dampak
perubahan iklim global
menyebabkan
strategi
penyediaan
pangan
yang bersandar kepada
sentra penghasil pangan
mutlak perlu dilakukan
perubahan.
Salah
satu
strategi
untuk
mendukung perubahan
tersebut adalah melalui
pemanfaatan pekarangan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam
pemanfaatan pekarangan adalah budidaya tanaman sistem akuaponik. BPTP
Jakarta telah mengembangkan teknologi budididaya terpadu sayuran dan ikan
(sistem akuaponik) skala rumah tangga di pekarangan.

Berdasarkan hasil pengkajian, secara keseluruhan disimpulkan bahwa media tanam


zeolit serta sistem drainase yang disertai pipa kontrol nyata meningkatkan hasil
panen sayuran (kangkung, sawi, selada, dan bayam) serta ikan. Tingkat persepsi
masyarakat yang didasarkan pada sifat inovasi yang melipu keuntungan rela ve,
kesesuaian (kompabilitas), kerumitan (kompleksitas), kemudahan untuk dicoba
(triabilitas) dan observabilitas tergolong baik hingga sangat baik. Hasil pengukuran
ini mengindikasikan bahwa teknologi ini memiliki peluang untuk diadopsi dan
dikembangkan oleh pengguna.
18

4. Teknologi Pemanfaatan Limbah Bawang Merah sebagai Pupuk Organik dan


Biopes sida di DKI Jakarta
Emi Sugiar ni, Syamsu Bahar, Dini Andayani, Usmiza Astu , Rini Indria
Produksi rata-rata bawang merah per
minggu yang masuk di pasar Kramat Ja
mencapai 87 ton. Dari volume produksi
bawang merah tersebut, limbah bawang
merah mencapai 35% dari produksi
atau setara dengan 30,45 ton/minggu.
Limbah bawang merah tersebut
potensial untuk diolah manjadi pupuk
organik maupun digunakan sebagai
biopes sida.
BPTP Jakarta telah mengembangkan
teknologi pemanfaatan limbah bawang
merah sebagai pupuk organik dan
biopes sida pada tanaman sayuran daun
dan sayuran buah. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk bawang
merah secara konsisten dapat meningkatkan pertumbuhan nggi tanaman, jumlah
cabang, jumlah bunga, jumlah cabe hijau maupun produksi dari cabe. Biopes sida
dari bawang merah dan bipes sida komersil (neemplus), memberikan efek tas
yang sama terhadap persentase serangan hama oteng - oteng pada tanaman cabe,
sehingga dak diperlukan penambahan pes sida kimia. Paket teknologi penggunaan
pupuk organik bawang merah yang dikembangkan oleh BPTP Jakarta layak dan
menguntungkan dengan dengan nilai R/C rasio 1,74.

19

5. Teknologi Budidaya Sayuran di Pekarangan Ramah Lingkungan


Indar Puji Lestari, Yudi Sastro, Heni Wijayan , Erna Puji Astu , Chery Soraya
Ama lah, Lukman Hakim
Kesadaran masyarakat akan konsumsi produk-produk pertanian yang aman dari
residu pes sida, bahan kimia, serta kelestarian lingkungan juga telah menyadarkan
masyarakat untuk melakukan budidaya tanaman secara ramah lingkungan di lahan
pekarangan. Permasalahan keterbatasan lahan merupakan salah satu faktor utama
yang telah menumbuhkan minat masyarakat untuk memanfaatkan teknologi
ver kultur di pekarangan. Teknologi wall gardening merupakan salahsatu teknologi
ver kultur yang memanfaatkan ruang dinding.
BPTP Jakarta telah
mengambangkan
teknologi
wall
gardening
tanaman
sayuran. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa
teknologi
wall
gardening sawi, selada,
bayam dan kangkung
dengan media tanam
kompos daun bambu,
cocopeat dan sekam
serta
pemupukan
dengan menggunakan
pupuk
organik
d i re ko m e n d a s i ka n
untuk dikembangkan,
khususnya
dalam
budidaya sayuran di
perkotaan.

20

6. Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Pupuk Organik dari Limbah Dapur Rumah
Tangga Mendukung Budidaya Pertanian di Pekarangan Ramah Lingkungan
Yudi Sastro, Indar Puji Lestari, Chery Soraya Amma llah, Muhammad Nur

Salah satu faktor pen ng dalam


budidaya sayuran di perkotaan secara
ramah lingkungan adalah ketersediaan
pupuk organik. Penyediaan pupuk
organik secara mandiri dengan
memanfaatkan limbah organik rumah
tangga mampu mengurangi debit
sampah rumah tangga harian serta
peningkatan
produk vitas
lahan
pekarangan, khususnya di perkotaan.
BPTP jakarta telah mengkaji teknologi
produksi dan pemanfaatan pupuk
organik dari limbah dapur rumah tangga.

Hasil
pengkajian
menunjukkan
bahwa teknologi pupuk dari limbah
organik
dapur
rumah
tangga
menggunakan teknologi mini fermentor
vermicomposter menghasilkan pupuk
organik yag memenuhi standar dan
sesuai dengan baku mutu pupuk
organik (Permentan 24/Permentan/
SR.140/4/2011). Tanaman tomat, cabe,
pak coy dan selada memberikan respon
sangat baik terhadap pupuk kascing
berbahan baku limbah organik dapur
rumah tangga.

21

7.

Teknologi Pengendalian Kumbang Gajah Pada Anggrek Dendrobium


Ana F. C. Irawa , S.P.,M.P, Dr. Yudi Sastro, M.P. Ikrarwa , S.P.
Kumbang Gajah/Kumbang Moncong
(Orchidophilus
(=Acythpeus)
aterrimus
Wat
(Coleoptera:
Curculionidae)),
merupakan
salah
satu
faktor
pembatas
dalam pengembangan anggrek
di DKI Jakarta. Hama ini banyak
menyerang
jenis
Dendrobium,
Coelogyne, Phalaenopsis, Vanda,
dan Bulbophyllum. BPTP Jakarta
telah memformulasikan teknologi
rekomendasi pengendalian hama
(khususnya Kumbang Gajah), secara
terpadu yang ramah lingkungan
dengan melakukan aplikasi agensia
haya , dan pes sida naba (Mimba/
Nimba).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan teknologi pengendalian


kumbang gajah (O. a erimus) secara ramah lingkungan dapat mengimbangi
penggunaan pes sida kimia sinte k. Bahkan dapat secara umum lebih menekan
intensitas serangan kumbang. Di samping itu penggunaan pes sida naba dan
agensia haya juga lebih aman bagi lingkungan

22

8. Teknologi Media Tanam Yang Dapat Meningkatkan Pertumbuhan Dan


Produk vitas Anggrek Dendrobium Asal Meriklon
Yudi Sastro, Ikrarwa , Ana Feronika C. Irawa , Yosef Padillah
Salah satu aspek budidaya anggrek
yang menjadi faktor pembatas
belum tercapainya potensi gene s
anggrek 8-10 tangkai per tanaman
adalah kesesuaian media tanam.
BPTP Jakarta telah mengkaji
teknologi media tanam pada
anggrek Dendrobium asal meriklon.
Penggunaan media tanam mineral
dan media tanam semi organic
mampu mendukung pertumbuhan
dan hasil anggrek Dendrobium.
Persentase
peningkatan
pada
beberapa peubah pertumbuhan
vegeta f berkisar 70 hingga 100%,
sedangkan persentase pertumbuhan
genera f meningkat hingga 116%.

23

9. Teknologi Pupuk Organik Penggan Pupuk Kimia pada Hidroponik Tomat,


Selada, Sawi, Bayam dan Kangkung
Yudi Sastro, Ikrarwa , Emi Sugiar ni, Rita Indras , Anna Feronika C.I., Sostenis
Sampeliling, Muhamad Nur
Budidaya sayuran sistem hidroponik
organik merupakan salah satu
terobosan yang dapat ditempuh guna
meningkatkan kuan tas dan kualitas
serta daya saing produk sayuran
yang dihasilkan petani di DKI Jakarta.
Sistem hidroponik diharapkan dapat
mengatasi
keterbatasan
lahan
pertanian yang ada, sedangkan
sistem budidaya organik dipercaya
dapat meningkatkan daya saing
produk sayuran yang dihasilkan.
Guna mendukung wacana tersebut,
BPTP Jakarta mengkaji jenis nutrisi
organik yang dapat mendukung
sistem hidroponik organik tersebut.
BPTP Jakarta mengkaji kemampuan
pupuk organik dalam menggan kan
nutrisi kimia hingga seratus persen
dalam sistem hidroponik tomat,
sawi, selada, bayam, dan kangkung.
Model hidroponik yang digunakan
adalah
sistem
kultur
media
menggunakan sekam dan pelet
campuran bahan organik dan mineral
(3:1). Pemberian nutrisi dilakukan
secara terus menerus menggunakan
sistem gravitasi. Jenis nutrisi yang

24

diuji adalah nutrisi organik hasil


fermentasi bahan organik kaya hara.
Hasil
pengkajian
menunjukkan
bahwa ngkat pertumbuhan dan
hasil yang dicapai pada perlakuan
nutrisi organik
lebih rendah
dibandingkan AB-mix, namun lebih
nggi dibandingkan HB-101. Hasil
sawi, selada, bayam, kangkung, dan
tomat pada perlakuan nutrisi organik
berturut-turut sebesar 59,9%; 87,8%;
49,1%; 26,7%; dan 91,7% dari hasil
yang diperoleh pada perlakuan ABmix dan berturut-turut sebesar
136,8%; 132,7%; 111,6%; 108,6%,
dan 126,4% dibandingkan HB-101.

10. Teknologi Pupuk Organik Penggan Pupuk Kimia


pada Ver kultur Selada, Sawi, Bayam dan Kangkung
Yudi Sastro, Ikrarwa , Emi Sugiar ni, Rita Indras ,
Lis yawa , Anna Feronika C.I., Muhamad Nur

Kebutuhan sayuran di DKI Jakarta umumnya dipasok dari luar


daerah, hanya sebagian kecil yang dihasilkan oleh petani di DKI
Jakarta. Kecilnya produksi sayuran yang dihasilkan di DKI Jakarta
terutama disebabkan semakin sempitnya lahan usaha. BPTP
Jakarta telah mengkaji teknologi op malisasi produksi sayuran
di wilayah DKI Jakarta, dengan sistem budidaya ver kultur secara
organik. Teknologi ini menggunakan pupuk organik sebagai satusatunya sumber hara tanaman dalam sistem ver kultur.

Pupuk organik BPTP yang dikombinasikan dengan media tanam


organik dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman menggan kan
pupuk kimia NPK dan HB-101 pada komoditas selada, bayam dan
kangkung. Dengan demikian penggunaan pupuk organik 100%
penggan pupuk kimia pada budidaya secara ver kultur dapat
diterapakan. Media kompos memberikan pengaruh lebih baik
dibanding media pelet, tetapi pada komoditas yang memiliki
umur tanam lebih panjang, media pelet akan memberi pengaruh
lebih baik.
Media kompos memberikan pengaruh lebih baik dibanding media pelet, tetapi
pada komoditas yang memiliki umur tanam lebih panjang, media pelet memberi
pengaruh lebih baik dibandingkan media kompos. Dari aspek efek vitas, sosial
dan ekonomis, teknologi budidaya sayur organik secara ver kultur memiliki
peluang untuk dikembangkan terutama di lahan yang terbatas.

25

11. Teknologi Produksi dan Pemanfaatan pupuk


Organik Pasar dan Rumah Tangga di DKI
Jakarta
Yudi Sastro, Suwandi, Ikrarwa

Limbah organik di perkotaan


berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik. BPTP Jakarta
telah merakit teknologi pemanfaatan limbah organik pasar
dan rumah tangga sebagai pupuk organik padat maupun
cair yang memiliki nilai hara, este ka, ekonomis, serta
efek vitas yang lebih nggi dibandingkan pupuk organik
konvensional.
Hasil pengkajian yang dilakukan oleh BPTP Jakarta
menunjukkan bahwa Teknologi pembuatan pupuk organik
berbahan baku limbah organik pasar
dan rumah tangga menggunakan sistem
pengomposan dipercepat menghasilkan
pupuk
organik
padat (kompos)
dengan kandungan hara paling nggi
dibandingkan sistem open windrow dan
fermentasi anaerobik. Namun demikian,
pembuatan
pupuk
menggunakan
teknologi fermentasi secara anaerobik
menghasilkan pupuk organik cair
dengan kecepatan proses paling cepat,
yakni selama 4 hari.
Pengkayaan
pupuk
kompos
menggunakan batuan fosfat, arang
sekam, zeolit, serta mikroba penambat
N bebas (A. vinelandii) dan mikroba
pelarut fosfat (P. aeruginosa) dak
meningkatkan kandungan hara N,
namun meningkatkan kandungan hara
P dan K dalam formula pupuk, masingmasing hingga 8,3 dan 156%.
Pengkayaan
menggunakan
hasil
fermentasi batuan fosfat dapat
meningkatkan
pertumbuhan
dan
hasil bayam (152,4%), kangkung
(172,3%), sawi (118,1%), dan selada
(114,3%). Pengkayaan menggunakan
inokulum mikroba dak meningkatkan
26

pertumbuhan dan hasil bayam serta


kangkung, akan tetapi meningkatkan
pertumbuhan dan hasil sawi (120%)
serta selada (145,5%).
Pengkayaan hasil fermentasi batuan
fosfat dan bahan organik dalam formula
pupuk organik cair hasil fermentasi
limbah organik pasar dan rumah tangga,
meningkatkan pertumbuhan dan hasil
bayam, kangkung, sawi dan selada.
Peningkatan hasil keempat tanaman
tersebut berturut-turut adalah 123,4;
131,0; 214,8; dan 106,3%. Sementara
itu,
pengkayaan menggunakan
inokulum mikroba meningkatkan hasil
bayam, kangkung, sawi, dan selada,
masing-masing sebesar 102,5; 118,2;
168,0; dan 119,3%.
Pupuk granul kompos yang diperkaya
bahan mineral dan inokulum mikroba
serta pupuk organik cair yang diperkaya
hasil fermentasi batuan fosfat dan
bahan organik, serta inokulum mikroba
penambat N bebas (A. vinelandii) dan
mikroba pelarut fosfat (P. aeruginosa)
(POC) mampu menggan kan
50%
kebutuhan pupuk NPK pada bayam,
kangkung, sawi dan selada.

12. Teknologi Pemanfaatan Limbah Sayuran dan Buah-Buahan sebagai Pupuk


Organik Cair dan Pakan Ternak
Yudi Sastro, Rita Indras , Bachtar Bakrie, Indar
Soedarsono, Emi Sugiar ni, Andi Saenab, Winarto

Puji Lestari, Gatot B.

Produksi limbah organik di DKI


Jakarta mencapai 4.500 ton per
hari. Sebagian besar diantaranya
(60%) adalah limbah sayuran dan
buahan. Limbah tersebut potensial
untuk dimanfaatkan sebagai pupuk
dan bahan pakan ternak.
Berdasarkan hasil kajian BPTP
Jakarta secara laboratoris, pupuk
organik cair yang berasal dari
saripa limbah sayuran dan buahan
memenuhi syarat sebagai pupuk,
baik sebagai sumber unsur makro
maupun mikro. Kandungan unsur
makro yang melipu N, P, K, Ca,
Mg, dan S berkisar 101-3.771 mg.l1
, sedangkan unsur hara mikro
melipu Fe, Mn, Cu, dan Zn berkisar
antara 0,2-0,62 mg.l-1.
Tepung ampas perasan limbah, juga
layak untuk dimanfaatkan sebagai
bahan pakan ternak (unggas dan
ruminansia). Karakteris k kimiawi
bahan pakan, melipu kandungan
protein kasar (11,79-14,35), lemak
kasar (2,15-3,45), Beta-N (35,8638,84), fosfor (0,31-0,39), kalsium
(1,32-1,47), dan serat kasar (9,4114,35); bahan kering (66,57-76,38);
dan energi bruto (2.805-3.753).

27

13. TEKNOLOGI PERTANIAN PERKOTAAN BERBASIS ORGANIK PADA SAYURAN


BUAH
Indar Puji Lestari, Emi Sugiar , Heni Wijayan , Syarifah Aminah, Yudi Sastro,
Darmanto
Perbaikan mutu kehidupan dan
gaya hidup sehat telah mendorong
masyarkat untuk mengkonsumsi
produk pertanian organik. BPTP
Jakarta telah mengkaji alterna f
paket teknologi pertanian organik
pada usahatani sayuran buah
(kacang panjang dan terong)
di DKI Jakarta. Paket teknologi
BPTP Jakarta tersebut terdiri dari
penggunaan pupuk organik pelet
dari sampah kota yang diperkaya
dan
penggunaan
pes sida
naba mimba serta penggunaan
perangkap lalat buah dengan
atrakan minyak melaleuca.
Keragaan agronomis terong dan kacang panjang menunjukkan bahwa penggunaan
teknologi BPTP dapat mempertahan hasil panen. Rata-rata hasil panen dari
teknologi BPTP Jakarta mempunynai kecenderungan lebih nggi dibandingkan
dengan teknologi petani (penggunaan pupuk kandang + pupuk kimia + pes sida
kimia decis dan furadan)
Hasil analisis kelayakan ekonomi menunjukkan paket teknologi pertanian organik
pada usahatani sayuran buah (kacang panjang dan terong) yang dikembangkan
oleh BPTP Jakarta layak dan menguntungkan dengan dengan nilai R/C rasio
masing-masing 2,76 dan 1,98.
28

14. Pertanian Perkotaan Berbasis Organik di DKI Jakarta


Emi Sugiar ni, Syarifah Aminah, Indar Puji Lestari, Heni Wijayan ,
Rachmawa La Side, Rita Indras , Gatot. B. Soedarsono, Tezar
Ramdhan
Pertanian perkotaan berbasis organik yang dimaksud adalah penggunaan pupuk
organik dan pes sida naba dalam melakukan budidaya pertanian di perkotaan.
Ada ga jenis pupuk organik yang digunakan antara lain pupuk dari sampah
kota, Pupuk dari limbah sapi potong, dan pupuk dari eceng gondok. Sedangkan
pes sida naba yang digunakan antara lain beauvaria, metarizium, biji sirsak,
mimba, tembakau, babandotan, mimba, mindi, dan beras.
Keunggulan dari teknologi ini antara lain, meningkatkan pertumbuhan dan hasil
pada tanaman, dan memberikan keuntungan yang cukup nggi bagi petani dengan
R/C rasio 3,5. Kehadiran pertanian berbasis organik di perkotaan berpotensi
memperluas ruang terbuka hijau kota dan mengurangi residu pencemaran udara
di perkotaan.
15. Teknologi Pengelolaan Pohon Belimbing untuk Mengatasi Kerontokan Bungga
Emi Sugiar ni, Indar Puji Lestari, Rahmawa Laside, Rita Indras , Nurjaya,
Sudarmadi Purnomo
Teknologi ini merupakan salah satu teknologi yang bertujuan untuk mengurangi/
menekan kerontokan bunga belimbing. Kerontokan bunga belimbing, selain
disebabkan oleh ke dak seimbangan pemberian unsur hara baik dalam jenis
maupun jumlah, juga disebabkan oleh perbedaan yang cukup tajam antara suhu
panas dan curah hujan yang cukup nggi.Teknologi pengelolaan yang digunakan
ialah pemupukan dan pemangkasan. Teknologi pemupukkan yang digunakan
adalah pemberian pupuk tunggal antara lain adalah Urea, SP-36 dan KCl.
Sedangkan teknologi pemangkasan yang digunakan pemangkasan anjuran (35%
pada satu pohon).
Keunggulaan dari teknologi pengelolaan pohon belimbing adalah memberikan
hasil lebih baik terhadap pembentukan bunga kuncup, bunga mekar, pembentukan
buah muda dan produksi pohon belimbing.

29

16. PENGENDALIAN HAMA DENGAN PESTISIDA NABATI PADA TANAMAN SAWI


Indar Puji Lestari, Tony K. Mukasan, Lis yawa , Munawar Kasim, Agus Heri
Purnomo, Syarifah Aminah, Ineu Sulastrini
Tujuan dari penggunaan teknologi ini adalah untuk mengatasi serangan hama
Phyllotreta vitata pada tanaman sawi. Pes sida naba yang digunakan berasal
dari culan dan senyawa azadirach n yang berasal dari tanaman nimba.
Pes sida naba yang tebuat dari Culan + Kenikir, dan Azadirach n ini efek f
mengendalikan OPT pada tanaman sawi khususnya Phyllotreta vitata, ekasinya
setara dengan penggunaan pes sida kimia, selain itu secara ekonomi penggunaan
pes sida naba jenis ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan
pes sida kimia. B/C rasio Culan+kenikir dan Azadirach n masing-masing sebesar
1,93 dan 1,87. Sedangkan B/C rasio menggunakan pes sida kimia (regent) 1,73.
Penggunaan pes sida naba dari culan dan Azadirach n berpotensi untuk
dikembangkan sebagai pengendali haya komoditas lainnya, selain itu karena
produk ini ramah lingkungan berpotensi mengurangi cemaran udara yang
disebabkan oleh pes sida.

30

BUDIDAYA PETERNAKAN
17. Pengkajian Pemanfaatan Limbah Sayur dan Limbah RPA Sebagai Bahan
Pakan Ternak di DKI Jakarta
Bachtar Bakrie, Umming Sente, Dini Andayani, Neng Risris Sudolar, Winarto

Salah satu permasalahan dalam pengelolaan RPA adalah limbah padat yang
berupa ayam ma (ayam ren), limbah bulu, limbah jeroan, serta limbah padat
lainnya. Beberapa metode yang sering digunakan untuk mengatasi limbah ayam
ma ini maupun limbah padat lainnya antara lain dengan pembakaran/insinerasi,
disposal di lahan/penguburan dan pengomposan. Sedangkan metode yang belum
banyak diketahui dan dilakukan orang yaitu fermentasi dengan menggunakan
asam laktat. Metode fermentasi ayam ma maupun limbah padat lainnya dapat
dilakukan dengan peralatan yang sederhana dan dak memerlukan waktu yang
lama. Proses fermentasi dapat selesai dalam waktu dua minggu, dan produk
dapat tahan hingga berbulan-bulan, se daknya hingga delapan bulan sebelum
digunakan atau diolah menjadi bahan pakan. Fermentasi asam lakatat ini dapat
menjadi solusi pengolahan limbah padat RPA/RPU terutama bangkai ayam ma
(ayam ren) menjadi bahan pakan bernilai tambah nggi. Berdasarkan hasil
kajian BPTP Jakarta formulasi fermentasi ayam ma yang paling baik adalah:
ayam ma + molases 20% + tepung jagung 20% + Lactobacillus sp. dengan lama
fermentasi 3 minggu, menghasilkan tepung dengan kadar protein 18,71%, lemak
34,39%, dan energi 2315 kkal/kg.

31

18. Kajian Penampilan Reproduksi dalam Persilangan Kambing Boer x Lokal


untuk Menghasilkan Kambing Pedaging Unggul di Wilayah DKI Jakarta
Bachtar Bakrie, Umi Adia , Neng Risris Sudolar, Umming Sente, Muhammad
Nur, Chairul Ihsan

Tingkat produk vitas kambing yang


ada di wilayah DKI Jakarta masih
tergolong rendah dan bahkan
cenderung menurun, terutama
karena sistem pemeliharaan yang
kurang baik. Untuk meningkatkan
produk vitas
kambing
lokal
yang dipelihara di wilayah ini
agar menjadi kambing pedaging
yang lebih baik, maka diperlukan
teknologi persilangan, yaitu melalui
inseminasi buatan (IB), dengan jenis
kambing pe pedaging unggul.

BPTP Jakarta telah mengembangkan


teknologi persilangan Boer x local
melalui IB menggunakan semen
beku kambing Boer terhadap 4
jenis kambing lokal yaitu kambing
Kacang, PE, Saanen dan Jawa
Randu. Hasil persilangan ini dapat
meningkatkan penampilan dan
pertumbuhan anak kambing yang
dihasilkan, oleh sebab itu untuk
meingkatkan kualitas kambing
lokal menjadi kambing pedaging
yang lebih unggul, maka kegiatan
persilangan dengan kambing Boer
ini sebaiknya dapat dilaksanakan
secara terus menerus di wilayah
perkotaan DKI Jakarta.

32

19. Kajian Pembuatan Wafer Limbah Sayuran Pasar di


DKI Jakarta untuk mengatasi kelangkaan Hijauan
Pakan Ternak Kambing
Andi Saenab, Benny V. Lotulung, Dwi Yulis ani, Erna
Puji Astu

Produk vitas
ternak
sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan
pakan, baik secara kualitas
maupun kuan tas. Pakan dasar
ternak ruminansia adalah hijauan.
Namun di perkotaan ketersediaan
lahan untuk penanaman pakan
ternak sangat terbatas. Salah
satu alterna f peyedia hijauan
pakan ternak diperkotaan adalah
pengolahan limbah sayuran pasar
menjadi wafer pakan ternak.

BPTP Jakarta telah melakukan


perakitan teknologi pembuatan
wafer limbah sayuran pasar
untuk hijauan pakan ternak
kambing.
Penggunaan
wafer
limbah sayuran pasar sebagai
hijaun dalam ransum berpengaruh
baik terhadap performa ternak
kambing penggemukan. Hal ini
dapat dilihat dari perlakuan wafer
limbah sayuran, yaitu 50% wafer +
50% konsentrat menunjukkan nilai
konsumsi bahan kering sebesar
1078.70 gr/ekor/hari dan nilai
pertambahan bobot badan harian
kambing sebesar 129.76 gram/hari/
hari serta nilai konversi pakan yang
paling rendah sebesar 2.270,38.

33

20. Teknologi Pembibitan Tiktok


Dini Andayani, Umming Sente, Usmiza Astu , Winarto

Permintaan daging i k di DKI Jakarta


dari tahun ke tahun terus meningkat
(mencapai 9.733,33 kg/th), seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk,
pendapatan dan pengetahuan masyarakat
tentang manfaat protein hewani dalam
menunjang kesehatan. Alterna f unggas
penghasil daging adalah ktok yaitu i k
hasil persilangan antara i k lokal be na
dengan entok (i k manila). Tiktok memiliki
beberapa kelebihan antara lain mudah
beradaptasi dengan lingkungan, tahan
penyakit, serta dapat memanfaatkan pakan
berkualitas rendah secara esien menjadi
daging.

BPTP Jakarta telah melakukan pela han


Inseminasi Buatan (IB), penetasan telur
dengan menggunakan mesin tetas dan
pela han cara penyusunan ransum i k
pedaging. Hasil yang diperoleh dengan
mencoba teknologi IB tersebut yaitu daya
tunas sekitar 65 75% sedangkan daya
tetas sekitar 26,67 40%. Analisa usahatani
penangkaran ktok dengan daya tunas dan
daya tetas seper tersebut di atas akan
mendapatkan keuntungan dengan B/C Ra o
sebesar 1,2 dalam waktu ga bulan.

34

21. Kajian Pemanfaatan Limbah TPA-TPnA Sebagai Pupuk Organik dan Bahan
Pakan
Yudi Sastro, Neng Risris Sudolar, Bachtar Bakrie
Pemanfaatan limbah TPA dan TPnA sebagai salah satu sumber bahan pakan
ternak sangat berpotensi untuk dikembangkan. Total limbah yang dihasilkan
oleh TPA/TPnA di DKI Jakarta per hari dapat mencapai 57,6 ton darah; 43,2 ton
bulu; 5,04 ton sisa pembersihan daging, usus, dan tembolok; dan 8,0 ton ayam
ma . Limbah bulu, dan hasil pembersihan daging ayam mengandung berbagai
asam amino dengan kisaran 0,15-13,6%. Tepung bulu mempunyai kandungan
protein 86,50%, lemak 3,90%, serat kasar 0,40% dan energi metabolis sebesar
3.047 kkal. Persentase kandungan protein, serat kasar, dan energi metabolis dari
limbah tersebut setara dengan konsentrat pakan unggas maupun ruminansia.
Proses pengolahan limbah ayam non bulu dilakukan secara sederhana, melipu
perebusan, pengeringan dan penghancuran. Sedangkan pengolahan limbah
bulu dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang dapat mempercepat
penghancuran materi bahan pakan. Dari hasil kegiatan ini diperoleh bahan
pakan asal limbah TPA/TPnA berupa tepung bulu dan tepung ayam non bulu
dengan kandungan protein kasar yang cukup nggi melalui metode yang dapat
dilaksanakan oleh industri rumahan maupun usaha perorangan.

22. Kajian pemanfaatan limbah pasar sebagai pakan sapi potong di DKI Jakarta
Umming Sente, Bachtar Bakrie, Dini Andayani, Neng Risris Sudolar

Limbah pasar yang sebagian besar terdiri dari limbah sayur sangat potensial
untuk menjadi bahan pakan ternak. Salah satu teknik pengawetan limbah pasar
yang paling mudah dan murah dilakukan peternak adalah dengan metode
fermentasi atau yang lebih dikenal dengan silase. Limbah pasar utamanya
limbah sayur sangat berpotensial untuk dijadikan salah satu bahan pakan ternak
ruminansia karena kandungan nilai gizinya yang rela f nggi yaitu kadar protein
24,85% untuk limbah sawi, limbah kol mengandung protein 20,30% dan kepala
tauge kadar proteinnya 14,42%.
Formulasi silase yang memberikan kualitas yang paling bagus adalah limbah
pasar 60% (terdiri dari kepala tauge : petsai : caisin dengan perbandingan
3:1:1), 20% onggok dan dedak 20%. Tepung singkong dapat juga dipakai untuk
menggan kan onggok, tetapi dak ekonomis dilakukan oleh peternak karena
harganya yang jauh lebih nggi dibandingkan onggok. Komposisi ini dapat
menghasilkan silase dengan kadar air 44,18%, kadar protein 16,32%, berat
susut 456 gr, pH 3,8 dan skor kualitas mencapai 90. Dengan metode pembuatan
dan formulasi yang tepat, silase limbah pasar dapat tahan disimpan sampai 1,5
bulan, sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga peternak serta kon nuitas
pakan ternak lebih terjamin.
35

23. Teknologi Penggunaan Tepung Limbah Organik Pasar (TLOP) Sebagai Penggan
Dedak pada Ransum Ternak I k Petelur
Bachtar Bakrie, Umming Sente, Dini Andayani, Neng Risris, One Tigor, Winarto

Bahan berupa tepung limbah organik pasar mempunyai potensi untuk digunakan
sebagai penggan dedak padi di dalam ransum ternak. BPTP Jakarta mengkaji
teknologi penggunaan tepung limbah organik pasar sebagai penggan dedak
pada ransum ternak i k petelur
Hasil kajian menunjukkan dalam pengolahan limbah sayur menjadi tepung,
persentase hasil tepung dari berat segarnya hanya sekitar 5-8%. Produksi telur
harian yang ter nggi terdapat pada perlakuan menggan 30% dedak dengan TLOP
(80,48%). Pengamatan terhadap kualitas telur secara keseluruhan dak terlihat
perbedaan yang sangat signikan. Perbedaan yang signikan hanya terjadi pada
Haugh-Unit atau kekentalan pu h telur dan warna kuning telur. Dimana sebelum
pengkajian rata-rata nilai Haugh-Unit adalah 87 dan sesudah pengkajian adalah
92.

24. TEKNOLOGI PEMELIHARAAN TERPADU TIKTOK DENGAN PADI, IKAN DAN


AZOLLA
Dini Andayani, Bachtar Bakrie, Umming Sente, Darmanto, Irzal Indra

Pemeliharaan i k di wilayah DKI Jakarta telah dilakukan turun temurun. Pada


umumnya pemeliharaan i k berada dekat areal persawahan yang berada dak
jauh dari rumah tempat nggal peternak. Sistem pemeliharaan terpadu ktok
dengan padi, ikan dan azolla sangat potensial untuk dikembangkan, selain
dapat meningkatkan jumlah pasokan i k pedaging di DKI Jakarta juga dapat
meningkatkan pendapatan petani selain dari padi.
Pemeliharaan terpadu ktok dengan padi, ikan dan azolla diawali dengan
penanaman padi dengan sistem jajar legowo 2 baris. Tiktok yang dilepas
berumur 14 hari dengan kepadatan 70 ekor/2000 m2 dengan lama pemeliharaan
75 hari. Penanaman Azolla sp. Dilakukan bersamaan dengan penanaman padi.
Dua minggu setelah tanam padi; ktok dan ikan dilepas dengan padat tebar
2500 ekor/ha. Tiktok dipanen pada saat bu r padi akan keluar dan dua minggu
kemudian saat air akan dikeringkan, ikan juga dipanen. Hasil analisis kelayakan
ekonomi menunjukkan bahwa teknologi pemeliharaan terpadu ktok dengan
padi, ikan dan azolla layak dan menguntungkan dengan nilai B/C ra o 1,67.

36

25. TEKNOLOGI PEMANFAATAN BIOMASSA TANAMAN JAGUNG QPM SEBAGAI


PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI PERKOTAAN
Andi Saenab, Suwandi, Bachtar Bakrie, Srijono, Umming Sente, Darmanto

Teknologi pemanfaatan biomassa tanaman Jagung QPM (Quality Protein Maize)


menjadi silase dapat digunakan sebagai alterna f pengembangan sumber pakan
ternak di perkotaan. BPTP Jakarta telah melakukan kajian pengolahan biomassa
jagung Srikandi Pu h dan Srikandi Kuning yang berumur 75 hari menjadi
silase. Pembuatan silase menggunakan bahan dasar cacahan tanaman jagung
yang masih segar difermentasi dengan dedak, molases dan probio k.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa masa simpan silase dari tanaman srikandi
pu h yang terbaik adalah pada umur 45 hari dengan kadar air 65.4%, bahan
kering 34.6% dan protein 10.2%. begitupun, masa simpan silase dari tanaman
Srikandi Kuning yang baik adalah pada umur 45 hari dengan kadar air 67.5%,
bahan kering 33.2% dan protein 9.2%. Teknologi ini potensial untuk dikembangkan
oleh peternak di perkotaan, dalam mencukupi kebutuhan pakan ternak yang
berkualitas terutama pada musim kemarau serta membantu sanitasi lingkungan.

26. Dosis dan Frekwensi Pemberian Jamu untuk Perbaikan Kualitas Daging Ayam
Buras
Andi Saenab, Bachtar Bakrie, Darmanto, Tezar Ramdhan, Benny V. Lotulung

Pemberian jamu pada ayam buras merupakan salah satu cara untuk memperbaiki
kualitas daging ayam buras. Dosis dan waktu pemberian yang efek f dan esien
adalah dosis jamu 90 ml per liter air minum dengan waktu pemberian se ap 7
hari.
Keunggulan dari pengaturan dosis dan frekuensi pemberian jamu adalah adanya
peningkatan penambahan bobot badan ayam buras, ngkat kema an yang
menurun, jumlah ayam yang sakit berkurang, penampakan/bentuk, warna
dan aroma karkas ayam menjadi lebih disukai oleh konsumen dan didapatkan
keuntungan yang layak untuk diusahakan oleh peternak. Pemberian jamu juga
terbuk memperbaiki kualitas karkas ayam dimana terlihat bahwa kandungan
lemak daging dada dan daging paha ayam yang diberi jamu lebih sedikit dibanding
ayam tanpa jamu.
Teknologi ini berpotensi dikembangkan oleh peternak sebagai salah satu cara
perbaikan kualitas daging ayam yang dihasilkan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak

37

27. Teknologi Suplementasi Terpadu untuk Meningkatkan Produksi dan Kualitas


Susu Sapi Perah
H. Suryahadi, Bachtar Bakrie, Amrullah, Benny V. Lotulung, Rachmawa Laside

Teknologi suplementasi terpadu merupakan ramuan suplemen yang berasal dari


kompilasi dan evaluasi dari hasil-hasil peneli an sebelumnya kemudian disesuaikan dengan kondisi setempat kemudian dievaluasi manfaat biologis dan ekonomisnya baik bagi peternak maupun industri pakan .
Keunggulan dari teknologi ini adalah dapat mengatasi sebagian permasalahan
kekurangan nutrisi pada sapi, meningkatkan produksi air susu dan cenderung
meningkatkan kualitas air susu (kadar lemak, kadar bahan kering tanpa lemak).
Pemberian suplemen terpadu ini juga terbuk mampu memberikan kenaikan
pendapatan bagi peternak. Penggunaan teknologi ini berpotensi untuk dikembangkan secara komersil oleh industri pakan ternak.

28. TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN DAN AGROINDUSTRI UNTUK


ITIK PETELUR
Dini Andayani, Bachtar Bakrie, Muihani Yanis, Benny Victor Lotulung

Teknologi ini merupakan teknologi penggunaan limbah pertanian dan agroindustri yang banyak tersebar di DKI Jakarta, untuk pakan i k petelur, yang bertujuan menekan biaya pakan yang merupakan komponen terbesar dari total biaya
produksi. Limbah pertanian dan agroindustri dapat dimanfaatkan menjadi salah
satu alterna f campuran pakan i k petelur karena limbah tersebut rela f murah
dan mudah didapat serta masih mempunyai kandungan gizi yang baik.
Keunggulan dari teknologi ini adalah dapat meningkatkan produksi telur, kualitas
telur dan nilai esiensi ekonomi. Esiensi Penggunaan Ransum (FCR) juga mempunyai nilai yang baik yaitu berkisar antara 2.055-2.328. Penggunaan teknologi
ini juga terbuk meningkatkan pendapatan harian (gross margin) peternak i k
petelur di beberapa lokasi. Potensi dari penggunaan teknologi ini selain meningkatkan keuntungan usaha ternak, penggunaan teknologi ini berpotensi untuk
dikembangkan secara komersil oleh industri pakan ternak

38

29. PAKAN ALAMI INFUSORIA, ROTIFERA, MONIA/DAPHNIA UNTUK BENIH IKAN


HIAS DAN KONSUMSI
Dar Satyani, Adhisa Putra, Chumaidi, Darmanto, Iriandi Ekaputra, Waryat,
Gatot B. Soedarsono, Slamet Sugito, Suwidah

Pakan alami Infusoria merupakan pemberian pakan dengan media kol,


pelepah pisang, kulit pepaya dan daun kipahit. Ro fera menggunakan media
pupuk an-organik dan organik. Sedangkan pada budidaya Monia dan Daphnia
menggunakan pupuk organik dan pelet.
Keunggulan pemberian pakan alami ini didapat derajat kehidupan larva yang
sangat baik pada berbagai jenis ikan , keunggulan lainya dari pemberian pakan ini
adalah pertambahan panjang benih ikan yang signikan. Potensi dari teknologi
ini ialah diharapkan dapat mengatasi terbatasanya ketersediaan pakan alami di
alam dan meningkatkan pendapatan petani ikan.

30. PAKAN DARI CANGKANG UDANG/IKAN RUCAH UNTUK ITIK PETELUR


Dini Andayani, Muihani Yanis, Y.C. Rahardjo, B. Wibowo, B. Bakrie

Pakan dari cangkang udang/ikan rucah untuk i k petelur merupakan salah satu
contoh teknologi pemberian pakan yang bertujuan memenuhi kebutuhan zat
gizi i k petelur. Dedak, cangkang udang, ikan rucah, dan ditambahkan bahan
lain seper menir, kapur, ZnSO4 dan Top Mix Komposisi pakan ini terdiri dari
dedak, cangkang udang, ikan rucah, dan ditambahkan bahan lain seper menir,
kapur, ZnSO4 dan Top Mix.

Keunggulan dari teknologi ini adalah tercapainya pemberian pakan yang hemat
dan esien. Penggunaan teknologi ini menghemat biaya pakan dan meningkatkan produksi i k petelur. Teknologi pemberian pakan dari cangkang udang
dan ikan rucah ini berpotensi meningkatkan tambahan pendapatan peternak
i k petelur dan mempunyai nilai esiensi ekonomi lebih nggi daripada pakan
tradisional.

39

PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

31. Kajian Teknologi Pembuatan Velva Buah Jambu Biji dan Pepaya Berbasis
Puree di DKI Jakarta
Syarifah Aminah, Muihani Yanis, Noveria Sjafrina, Tezar Ramdhan, Yossi
Handayani, Yosep Padilah
Velva buah merupakan produk
olahan seper
eskrim tetapi
berasal dari hancuran buah dengan
kandungan lemak rendah dibanding
es krim yang terbuat dari susu. Hal
ini memungkinkan velva buah akan
lebih disukai oleh orang dewasa
maupun anak-anak dan merupakan
salah satu alterna f bentuk olahan
buah untuk dapat meningkatkan konsumsi buah. Jambu biji dan pepaya dapat
ditemui sepanjang tahun dan harganya pun cukup murah.
BPTP Jakarta telah mengembangkan teknologi pembuatan velva buah jambu biji
dan pepaya berbasis puree. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa puree : air (2:1)
merupakan perbandingan air terhadap puree yang terbaik untuk pembuatan
velva jambu biji dengan menggunakan bahan penstabil CMC 0,5%. Begitupun,
Puree :air (2:1) merupakan perbandingan air terhadap puree yang terbaik untuk
pembuatan velva pepaya dengan menggunakan bahan penstabil CMC 0,5%

32. Teknologi Pulsing Dan Teknologi Pewarnaan Bunga Potong di DKI Jakarta
Syarifah Aminah, Muihani Yanis, Noveria Sjafrina, Gama Noor Oktarina, Yossi
Handayani, Dwi Amiarsi
Upaya untuk memperpanjang masa kesegaran bunga potong adalah melalui
teknologi pulsing dan pewarnaan. Teknologi ini diharapkan dapat memberikan
nilai tambah dan mengatasi kendala utama pada bunga potong. BPTP Jakarta
telah mengambangkan teknologi pulsing dan pewarnaan terhadap bunga
potong sedap malam.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa Penggunaan larutan perendam AgNO3
dengan waktu perendaman yang berbeda setelah panen memberikan masa
kesegaran (vaselife) bunga potong sedap malam selama 5.70 hari, perendaman
dengan Sodium benzoat 5.63 hari, dan perendaman dengan Aluminium sulfat
5.20 hari. Perlakuan pewarnaan dengan larutan pulsing memperlihatkan masa
kesegaran yang lebih lama, yaitu berkisar 4.61 4.90 hari.
40

33. Teknologi Pengembangan Pangan Alterna f Berbasis


Mendukung Ketahanan Pangan Di Provinsi DKI Jakarta

Umbi-umbian

Syarifah Aminah, Muihani Yanis, Noveria Sjafrina


Indonesia sangat kaya akan sumber karbohidrat non beras baik umbiumbian maupun biji-bijian, akan tetapi konsumsinya baru mencapai 5%.
Rendahnya angka konsumsi ini karena sebagian besar sumber karbohidrat
ini masih dikonsumsi dalam bentuk cemilan atau makanan ringan dan belum
sebagai pangan alterna f penggan beras. Oleh karena itu perlu upaya untuk
mengembangkan pangan alterna f dan sumber karbohidrat dalam bentuk
penggan makanan pokok dan menjadikan komoditas ini dak lagi menjadi
inferior.
BPTP Jakarta telah mengembangkan teknologi produksi Sweet Potatos Flakes
(SPF) dan produksi beras singkong (Rasi) berbahan baku ubi jalar yang aplika f
di ngkat petani olahan. SPF berbahan baku ubi jalar dan beras singkong
berpotensi untuk dikembangkan menjadi pangan alterna f bagi kalangan
masyarakat. SPF berbahan baku ubi jalar dapat menggan kan sarapan sereal
berbahan baku beras dan terigu yang selama ini banyak di konsumsi oleh
masyarakat. Beras singkong dapat menjadi penggan beras padi melalui
pengolahan lebih lanjut menjadi beras analog.

34. Teknologi Pengolahan Minuman Fungsional Jahe


Rosela
Syarifah Aminah, Muihani Yanis, Asep W. Permana,
Noveria Sjafrina, Gama Noor Oktarina, Yossi
Handayani
Jahe dan rosela mempunyai potensi besar sebagai
olahan minuman kesehatan. Salah satu alterna f
pengembangan olahan jahe rosela adalah minuman
fungsional teh jahe rosela sebagai minuman
kesehatan yang dapat memberikan kesegaran
tubuh, juga memperbaiki fungsi-fungsi siologis, agar dapat melindungi
tubuh dari penyakit, khususnya penyakit-penyakit degenera f. BPTP Jakarta
telah mengembangkan formula, teknologi produksi dan Standar Operasional
Prosedur (SOP) proses produksi minuman jahe-rosela berbahan baku jahe
dan rosela yang esien dan mudah diaplikasikan dan sesuai prinsip-prinsip
keamanan pangan.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa formula minuman teh jahe rosela
terbaik, yaitu formula dengan perbandingan 75% jahe : 25% rosela. Sedangkan
formula terbaik teh jahe rosela adalah formula dengan perbandingan 5 gram
jahe instan : 2 garam jahe bubuk : 2 gram rosela.
41

35. Teknologi Pengolahan Temulawak Menjadi Kudapan Fungsional Bagi Anakanak


Muihani Yanis, Syarifah Aminah, Asep W. Permana, Noveria Sjafrina
Temulawak mempunyai khasiat yang banyak untuk kesehatan, antara lain
dapat menambah nafsu makan. Namun pengolahan temulawak masih sangat
terbatas. BPTP Jakarta mengembangkan alterna f produk olahan biofarmaka
yang baru dalam hal ini, pengolahan temulawak menjadi so candy dan
marshmallow menjadi kudapan fungsional yang mudah dan murah dilakukan,
sekaligus disukai anak-anak.
Berdasarkan hasil uji hedonik terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan
penerimaan secara umum. Formula marshmallow dan so candy yang lebih
dapat diterima oleh anak-anak adalah marshmallow dengan konsentrasi
temulawak 0.5% dan so candy adalah konsentrasi temulawak 1%.
36. Teknologi pembuatan selai lembaran dan leder buah (fruit leather)
berbahan baku puree jambu biji
Tezar Ramdhan, Muihani Yanis, Syarifah Aminah
Buah jambu biji salah satu buah yang sepanjang tahun
berproduksi ribuah ton. Sebagai upaya untuk mengan sipasi
produk jambu biji segar yang mudah rusak (perishable) dan
over produksi maka diperlukan proses pengolahan untuk
meningkatkan daya simpan dan nilai tambah produk. BPTP
Jakarta telah mengembangkan teknologi produksi selai
lembaran dan leder buah (fruit leather) berbasis puree jambu
biji yang esien, mudah dan murah serta menghasilkan
produk yang aman dan bermutu primer.
Formulasi leder jambu biji terpilih adalah leder dengan
perlakuan penambahan air 100%
dari total puree tanpa tambahan
bahan pengisi apapun. Karakteris k
leder terpilih adalah: dapat diangkat
utuh sesuai bentuk cetakan, tekstur
permukaan kasar (ada bin k-bin k
kecil merata di seluruh permukaan
leder), tanpa retak, warna merah
merata, ketebalan merata (0,1 cm
dihasilkan dari 300 g puree + 300 ml air
pada cetakan berukuran 30 x 30 cm),
tekstur ke ka digigit kenyal.
Pada Proses pembuatan selai lembaran,
konsentrasi agar yang op mal adalah
42

2% dengan penambahan air 50% dari


total puree, yaitu menghasilkan selai
yang berbentuk lembaran (dapat
diangkat berbentuk lembaran besar
sesuai bentuk loyang/cetakan) dengan
kepadatan yang op mal ( dak basah
namun dak terlalu kering).
Uji organolep k menunjukkan bahwa
ngkat kesukaan konsumen terhadap
selai lembaran dan leder sangat nggi
(suka dan sangat suka) baik dari segi
rasa maupun penampilan secara
keseluruhan.

37. Teknologi pembuatan selai lembaran dan leder buah (fruit leather) berbahan
baku puree mangga
Muihani Yanis, Tezar Ramdhan, Syarifah Aminah
Mangga memiliki daging buah yang tebal dan aroma yang kuat sehingga
sangat cocok untuk diolah menjadi produk yang berbasis puree (bubur
buah). Untuk memperoleh manfaat yang op mal dari buah mangga,
perlu diiku dengan upaya perbaikan mutu produk olahan yang sudah
ada dan diversikasi pengolahan menjadi produk-produk olahan lain,
diantaranya selai lembaran dan fruit leather (leder buah). BPTP Jakarta
telah mengembangkan teknologi produksi selai lembaran dan leder buah
(fruit leather) berbasis puree mangga yang esien, mudah dan murah serta
menghasilkan produk yang aman dan bermutu primer.
Berdasarkan hasil kajian formula selei lembaran diperoleh konsentrasi agar yang
op mal adalah 1,5%, yaitu menghasilkan selai yang berbentuk lembaran (dapat
diangkat berbentuk lembaran besar sesuai bentuk loyang/cetakan) dengan
kepadatan yang op mal ( dak basah namun dak terlalu kering).
Formulasi leder mangga terpilih adalah leder tanpa bahan pengisi karena lebih
mudah dilakukan dan lebih esien mengingat dak perlu tambahan biaya untuk
agar atau tepung beras ketan. Hasil uji organolep k untuk kedua produk tersebut
menunjukkan bahwa ngkat kesukaan dan penerimaan konsumen masih nggi (suka
dan sangat suka) baik rasa, warna, aroma maupun penampilan secara keseluruhan.

38. Teknologi Penggunaan Tepung Ubi Jalar sebagai Penggan Tepung Terigu
Hingga 50% Untuk Produk Olahan
Muihani Yanis, Tezar Ramdhan, Syarifah Aminah, Heni Wijayan , Benny V.
Lotulung
Pemanfaatan tepung ubi jalar sebagai pengsubs tusi tepung
terigu diharapkan dapat mengurangi penggunaan tepung
terigu sehingga import tepung terigu dapat dikurangi,
disamping itu dapat meningkatkan nilai tambah ubi jalar.
BPTP Jakarta telah mengkaji penggunaan tepung ubi jalar
untuk mensubs tusi penggunaan terigu hingga 50% pada
produk olahan goreng, bakar dan kukus.
Hasil kajian penggunaan tepung ubi jalar menunjukkan bahwa tepung ubi jalar dapat
digunakan untuk mensubs tusi terigu sampai 30% dalam produk donat dengan
daya kembang yang cukup op mal serta memiliki karakteris k yang cukup disukai
konsumen. Untuk produk bolu kukus masih memiliki karakteris k yang baik meski
subs tusi terigu dengan tepung ubi jalar mencapai 60% serta dak memberikan efek
yang berbeda terhadap penambahan bobot dan daya kembang ( ngkat kemekaran)
bolu kukus. Disamping itu ngkat kesukaan konsumen terhadap penggunaan 60%
tepung ubi jalar terhadap bolu kukus masih cukup nggi. Sedangkan pada cake (bolu
panggang) subs tusi terigu dengan tepung ubi jalar dapat mencapai 50%. Subs tusi
tersebut mampu menghasilkan cake yang baik dan disukai konsumen.

43

39. TEKNOLOGI PENGGUNAAN TEPUNG JALEJO SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG


TERIGU HINGGA 50% UNTUK PRODUK OLAHAN
Muihani Yanis, Tezar Ramdhan, Syarifah Aminah, Heni Wijayan , Benny V. Lotulung

Tepung jalejo merupakan tepung komposit dari ga jenis


bahan pangan, yaitu jagung, kedelai dan kacang hijau. Tepung
ini memiliki kandungan protein yang nggi, sehingga apabila
penggunaannya dicampurkan dengan tepung lain maka
akan meningkatkan kandungan gizi dari hasil olahannya.
Penggunaan tepung jalejo bersama dengan tepung terigu
dapat menghasilkan produk dengan rasa yang enak dan
bentuk yang menarik. Selain itu juga dapat meningkatkan
nilai gizi dari produk makanan yang dihasilkan.
Hasil pengkajian BPTP Jakarta menunjukkan bahwa Tepung jalejo dapat digunakan untuk
mensubs tusi terigu sampai 30% pada produk donat, sedangkan pada produk bolu kukus dan
cake (bolu panggang), subs tusi terigu dengan tepung jalejo dapat mencapai 60%. Subs tusi
tersebut mampu menghasilkan cake yang baik dan disukai konsumen.

40. Teknologi Pengolahan dan Pengemasan Sari Wornas (Wortel Nanas) Tahan
Simpan Satu Bulan Pada Suhu Ruang Untuk Meningkatkan Nilai Tambah
Produk Hasil Olahan di DKI Jakarta
Syarifah Aminah, Muihani Yanis, Tezar Ramdhan

Salah satu produk olahan minuman yang banyak dikembangkan oleh kelompok wanita tani
(KWT) di DKI Jakarta adalah sari wornas (wortel nanas). BPTP Jakarta telah mengkaji formula
dan proses produksi yang dapat meningkatkan mutu produk, alat/mesin (alsin) tepat guna
untuk meningkatkan esiensi dan produk vitas produksi serta teknologi pengemasan yang
berdaya saing.
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh formula
terbaik, yaitu formula dengan perbandingan wortel
lokal : wortel impor = 2:1 (wortel lokal : wortel
impor : nanas = 4 : 2 : 3). Proses produksi yang
esien menghasilkan sari wornas yang baik adalah
blanching pencelupan selama 5 menit menggunakan
alsin parutan dan penyaringan dengan kain monil 2x
41T. Berdasarkan uji organolep k (konsumen), umur
simpan sari wornas dalam botol kaca bisa mencapai
28 hari dan dalam botol plas k mencapai 21 hari jika
disimpan di tempat yang dak terkena sinar matahari
secara langsung pada suhu ruang (28-300C). Sedangkan berdasarkan perubahan pH, sari
wornas dapat disimpan sampai 4,7 minggu jika dikemas dalam botol kaca dan 3,7 minggu
dalam kemasan botol plas k.

44

41. Teknologi Pemanfaatan Pewarna dan Pemanis Alami pada Produk Olahan
Syarifah Aminah, Tezar Ramdhan, Muihani Yanis, Waryat, Benny V. Lotullung, Srijono

Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang dak terkontrol, termasuk di dalamnya pewarna
dan pemanis merupakan salah satu masalah keamanan pangan yang terjadi pada industri skala
rumah tangga. Pemanfaatan sumber daya naba yang mempunyai fungsi yang sama dengan BTP
sinte s dan dak memberikan efek berbahaya bagi kesehatan adalah salah satu solusi yang dapat
dilakukan.
BPTP Jakarta melakukan pengkajian iden kasi pewarna dan pemanis alami yang dapat
dimanfaatkan serta efek tasnya terhadap produk olahan sari belimbing di DKI Jakarta. Pewarna
alami dari kayu secang dan pemanis alami stevia sangat potensial untuk bisa dikembangkan dan
digunakan oleh petani pengolah/industri rumah tangga karena murah dan mudah diperoleh atau
mudah dibudidayakan sendiri di pekarangan rumah.
Selain itu, standar prosedur operasional (SPO) proses pembuatan ekstrak dan pencampurannya
ke dalam sari buah sangat mudah, murah dan aplika f. Konsentrasi stevia yang paling mendeka
rasa manis sukrosa 10% dalam sari buah belimbing adalah 4% stevia + 6% gula atau 1% stevia
+ 8% gula. Sedangkan untuk kayu secang, konsentrasi terbaiknya adalah 9-10% dengan
penambahan asam sitrat 0,1% (1 g/L). Dengan mengiku acuan cara berproduksi sesuai standar
prosedur operasional (SPO) yang telah disusun, diharapkan kedua jenis bahan alami tersebut
dapat menjadi alterna f pilihan bagi pengolah untuk meningkatkan kualitas produknya dengan
tetap memperha kan keamanannya

42. Teknologi Pemanfaatan Asam Organik sebagai Bahan Pengawet Non Formalin
untuk Daging Ayam
Dini Andayani, Muihani Yanis, Umming Sente, Neng Risris Sudolar, Gatot B. Soedarsono, One
Tigor Pakpahan, Andriani, Irzal Indra, winarto

Permintaan daging ayam di Jakarta terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk, pendapatan, pendidikan serta kesadaran masyarakat akan gizi. Peningkatan
kebutuhan daging ayam tersebut menuntut peningkatan kualitas dan keamanannya. Dalam
rangka meningkatkan kualitas dan keamanan pangan daging ayam di pasaran, BPTP Jakarta
mengkaji penggunaan asam asetat 4% sebagai bahan preservasi/pengawet non formalin untuk
daging ayam.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa dengan perendaman menggunakan asam asetat 4%
selama 30 de k warna daging ayam mentah yang dicelup asam menjadi pucat dengan konsistensi/
tekstur daging ayam tetap kenyal dan kecenderungan aroma berbau asam/cuka (jam ke-10).
Sedangkan kontrol, warna daging ayam mentah tetap berwarna agak merah, Konsistensi/tekstur
daging ayam kenyal, daging ayam cenderung berbau busuk (jam ke-10).
Data TPC (jumlah total kuman) menunjukkan bahwa perlakuan asam asetat 4% menurunkan 3,3
log10 cfu/g total mikroorganisme pada siang hari (jam ke-10). Rasa daging ayam setelah dimasak
dak berbeda nyata, namun konsistensi daging ayam masak yang dicelup asam rela f lebih
empuk, sedangkan kontrol cenderung agak keras.

Anda mungkin juga menyukai