Lapkas MOLA
Lapkas MOLA
Identitas Penderita
Nama
: Ny. R.H
Umur
: 29 tahun
Alamat
: Tompaso baru
Status
: Menikah
Agama
: Katolik
Bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Nama suami
Umur suami
: 30 tahun
Pendidikan suami
: SMA
Pekerjaan suami
: Petani
MRS
Anamnesis Utama
Keluhan utama
Anamnesis
BAB/BAK biasa.
1
Kehamilan: G2P1A0.
P1: pada tahun 2005, lahir bayi perempuan, BBL 3.200 gram, hidup, di RS Cantia
Tompasu Baru.
B. Riwayat Haid.
Menarche pada umur 16 tahun, siklus teratur, lamanya 3 hari.
Sakit waktu haid hingga tidak dapat bekerja: tidak.
HPHT: 15 Oktober 2013.
C. Penyakit, Operasi dan Pemeriksaan Dahulu.
Batuk (-)
Penurunan berat badan : (+)
Nafsu makan : menurun
Nyeri saat BAK : (+)
Riwayat KB : Suntik 3 bulan, terakhir tahun 2011
Pemeriksaan PA dahulu: tidak pernah.
Pemeriksaan Fisik
Status Praesens:
Keadaan umum
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg.
Nadi
: 84 x/menit.
Respirasi
: 24 x/menit.
Suhu badan
: 36,5 oC.
Warna Kulit
: Kuning langsat.
Edema
: (-)
Kepala
Lidah
: beslag (-).
1
Gigi
: caries (+)
Kerongkongan
Leher
Dada
Jantung
Paru-paru
Hati
: tak teraba
Limpa
: tak teraba
Kelamin
: normal
Ekstremitas
Neurologis
Status Lokalis
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi
: datar
Palpasi
Perkusi
: WD (-).
Auskultasi
Pemeriksaan ginekologi:
Inspeksi
Inspekulo
: fluksus (+), fluor (-), vagina t.a.k, portio licin, erosi (-), livide (-), OUE
tertutup.
Pemeriksaan dalam:
Fluksus (+)
Portio licin, kenyal, nyeri goyang (-), OUE tertutup.
CU sebesar kehamilan 14-16 minggu
A/P bilateral lemas, massa (-), Nyeri tekan (-).
CD tidak menonjol.
Pemeriksaan lain:
USG (28-02-2004): uterus membesar, Gestational Sack (+), tak tampak gambaran
janin, kedua adneksa baik. Kesan: kehamilan tidak baik.
Hb: 10,3 gr/dl, Leukosit: 7.300/mm3, Trombosit: 302.000/mm3.
RESUME MASUK
G2P1A0, 26 tahun, MRS tanggal 1 Maret 2005 jam 12.00 WITA, dikirim dari Poli
Ginekologi RSU Prof. Kandou dengan diagnosa G2P1A0, 26 tahun, hamil 14-16 minggu,
dengan kehamilan tidak baik. Rencana terminasi kehamilan tidak baik. Perdarahan (+)
sedikit-sedikit, kadang ada yang bergumpal, riwayat terlambat haid (+), mual dan muntah
(+). HPHT 28-11-2004. Hasil USG tanggal 28-02-2005 kesan: kehamilan tidak baik.
Status praesens: T: 120/80 mmHg, nadi: 80 x/menit, respirasi: 24 x/menit, suhu: 36,4 0C.
Status Obstetrik: TFU 2 jari bawah pusat, BJA (-), ballotement (-).
Status Ginekologi:
Inspeksi
Inspekulo
: fluksus (+), v/v t.a.k, portio licin, erosi (-), livide (-), OUE tertutup.
PD
: fluksus (+), v/v t.a.k, portio licin, kenyal, nyeri goyang (-), OUE tertutup,
CU sebesar kehamilan 14-16 minggu, A/P bilateral lemas, massa
(-), CD tidak menonjol.
Diagnosis Sementara : G2P1A0, 26 tahun, hamil 14-16 minggu, dengan kehamilan tidak
baik.
Sikap:
Masuk Rumah sakit.
Periksa laboratorium lengkap.
Terminasi kehamilan, lapor konsulen (Dr. ML, SpOG-K) advis: terminasi kehamilan
dengan misoprostol 3 x tablet pervaginam.
OBSERVASI
1 Maret 2005 jam 14.00 WITA
Kes: CM, T: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, R: 24 x/menit.
His: (-)
PD: fluksus (+), portio tebal, lunak, arah axial, pembukaan (-).
Sikap: misoprostol tablet pervaginam
14.00-22.00
His (-)
22.00
PD: fluksus (+), portio tebal, lunak, arah axial, pembukaan (-).
Sikap: misoprostol tablet pervaginam.
22.00-06.00
His (-)
06.00
PD: fluksus (+), portio tebal, lunak, arah axial, pembukaan (-).
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 120/70 mmHg, N: 80x/mnt, R: 24x/mnt, Sb:
36,5 0C.
Kepala
Abdomen
Ekstremitas
: akral hangat.
Diagnosa
Sikap
: - terminasi kehamilan.
misoprostol dilanjutkan 3 x tab. Pervaginam.
3 Maret 2005
Keluhan
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 120/70 mmHg, N: 80x/mnt, R: 24x/mnt, Sb:
36,5 0C.
Kepala
Abdomen
Ekstremitas
: akral hangat.
Diagnosa
Sikap
: - terminasi kehamilan.
- roboransia
advis visite besar: titrasi HCG.
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 120/80 mmHg, N: 84x/mnt, R: 24x/mnt, Sb:
36,5 0C.
Status lokalis
Diagnosa
Sikap
: - roboransia.
- antibiotika
- tunggu hasil -HCG
- IVFD RL:D5% = 1:1 8gtt/mnt
5 Maret 2005
Keluhan
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 110/70 mmHg, N: 88x/mnt, R: 24x/mnt, Sb:
36,7 0C.
Status lokalis
Diagnosa
Sikap
6 Maret 2005.
Keluhan
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 110/70 mmHg, N: 88x/mnt, R: 24x/mnt, Sb:
36,7 0C.
Status lokalis
Diagnosa
Sikap
7 Maret 2005.
Keluhan
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 120/80 mmHg, N: 84x/mnt, R: 24x/mnt, Sb:
36,8 0C.
Status lokalis
Diagnosa
Sikap
: - roboransia
- antibiotika
Hasil -HCG: 569.041 mIU/mL.
Advis visite besar: konsul di meeting
Hasil konsul di meeting: rawat sebagai mola hidatidosa, kuretase hisap setelah periksa
laboratorium lengkap, EKG, X-Foto thorax dan sedia donor.
8 Maret 2005.
Keluhan
: perdarahan (+)
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 120/80 mmHg, N: 84x/mnt, R: 24x/mnt, Sb:
36,6 0C.
Status lokalis
Diagnosa
Sikap
: - Laboratorium lengkap.
- EKG, X-foto thorax.
- sedia donor
- R/ kuretase hisap
- roboransia
Hasil laboratorium:
Hb
: 8,8 gr/dl
Leukosit
: 5.700/mm3
Trombosit : 267.000/mm3
Ureum
Kreatinin
SGOT
: 16 U/L
SGPT
: 18 U/L
: 21 mg/dl
: 0,9 mg/dl
9 Maret 2005.
Keluhan
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 130/80 mmHg, N: 88x/mnt, R: 24x/mnt, Sb:
36,8 0C.
Status lokalis
Diagnosa
Sikap
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 90/60 mmHg, N: 120x/mnt, R: 32x/mnt, Sb:
36,8 0C.
Kepala
: konjungtiva anemis /
Toraks
Abdomen
Ekstremitas
: akral dingin
Pemeriksaan ginekologi:
Inspeksi
: fluksus (+), vulva t.a.k. Tampak keluar gelembung mola campur darah
500 cc.
Inspekulo : fluksus (+), v/v t.a.k, portio licin, erosi (-), livide (+), OUE terbuka,
tampak gelembung mola dan jaringan keluar dari OUE.
Diagnosa
Sikap
: - IVFD 2 jalur
- sedia donor, informed consent.
- konsul penyakit dalam.
- kuretase hisap
- lapor konsulen setuju kuretase hisap.
Jam 10.15
Kuretase hisap dimulai:
Ringtang dilepas.
Kontrol perdarahan.
Spekulum dilepas.
Status ginekologis : PD: portio lunak, CU sebesar umur kehamilan 8-10 mgg.
A/P kanan/kiri: massa (-), Nyeri tekan (-).
Diagnosa
Sikap
: - antibiotika
- metilergometil 3 x 1 tab
- transfusi
- cek Hb
- advis konsulen (dr. ML, SpOG): pasang kateter.
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - cefadroxil 3 x 500 mg
- SF 2 x 1 tab
- IVFD
- transfusi
- balance cairan
- lapor konsulen (dr. ML, SpOG-K)
advis: pasang ulang kateter, konsul interna, lasix 1 ampul.
Kateter dilepas karena merembes dan penderita mengeluh kesakitan.
Lapor konsulen advis: - tampung urin.
- asam mefenamat.
12 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - cefadroxil 3 x 500 mg
- SF 2 x 1 tab
- IVFD
- transfusi
- cek Hb
- balance cairan (tampung urin 24 jam)
- konsul interna.
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - cefadroxil 3 x 500 mg
- SF 2 x 1 tab
- IVFD
Hb sahli: 9 gr/dl.
14 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - cefadroxil 3 x 500 mg
- SF 2 x 1 tab
- cek hasil PA
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - cefadroxil 3 x 500 mg
- SF 2 x 1 tab
- advis konsulen (dr. ML,SpOG-K)
periksa -HCG urin kualitatif sebelum kuret II & -HCG
kuantitatif setelah kuret II.
- rencana kuret tajam (kuret II) tgl 17 Maret 2005.
- roboransia.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - roboransia
- rencana kuret II besok (17 Maret 2005)
Hasil PA (Kuret I): villi khorialis dengan degenerasi hidropik dan sel-sel trofoblast, tampak
juga bagian perdarahan. Kesan: mola hidatidosa.
17 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - rencana kuret II
- roboransia
- uterotonika
Jam 11.45.
Dilakukan kuretase II (kuretase tajam).
Penderita dibaringkan terlentang dalam posisi litotomi di atas meja ginekologi.
Antisepsis vulva dan sekitarnya.
Pasang spekulum cocor bebek.
Portio dan sekitarnya dilakukan antisepsis dengan kasa betadin.
Dilakukan anestesi paraservikal blok di arah jam 4 dan jam 8.
Portio dijepit dengan tenakulum di arah jam 11.
Dilakukan sondase, uterus antefleksi, ukuran 6 cm.
Dilakukan kuretase tajam sesuai arah jarum jam sampai yakin bersih. Kontrol
perdarahan (-).
Diberikan injeksi methergin IM 1 ampul.
Tenakulum dilepas, kontrol perdarahan ulang (-).
: 20 cc diperiksa PA.
N: 84 x/mnt
R: 20 x/mnt.
18 maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - roboransia
- antibiotika
- uterotonika
- rencana periksa -HCG kuantitatif (tgl 21 Maret 2005).
19 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - roboransia
- antibiotika
- uterotonika
- rencana kemoterapi profilaksis dengan MTX.
20 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Status lokalis
Diagnosa
: P1A1, 26 tahun, dengan mola hidatidosa, post kuret ke-2 hari III
Sikap
: - roboransia
- antibiotika
- uterotonika
- rencana kemoterapi dengan MTX.
- Laboratorium lengkap dan -HCG besok.
21 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - roboransia
- antibiotika
- rencana kemoterapi dengan MTX.
- Laboratorium lengkap dan -HCG.
Laboratorium:
Hb
: 10,6 gr/dl
Leukosit : 8.100/mm3
Trombosit: 357.000/mm3
Ureum
SGOT
: 9 U/L
SGPT
: 12 U/L.
: 18 mg/dl
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - roboransia
- antibiotika
- rencana kemoterapi dengan MTX.
: tidak ada
Diagnosa
: P1A1, 26 tahun, dengan mola hidatidosa (post kuret ke-2 hari VIII)
Sikap
: - roboransia
- kemoterapi profilaksis dengan MTX obat sudah ada.
: tidak ada
Diagnosa
: P1A1, 26 tahun, dengan mola hidatidosa (post kuret ke-2 hari VIII)
Sikap
: - roboransia
Jam 20.00 (28 Maret 2005) Lapor konsulen (dr. ML, SpOG-K)
Advis: - pulang.
- kontrol tiap 2 minggu.
29 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
: P1A1, 26 tahun, dengan mola hidatidosa (post kuret ke-2 hari VIII)
Sikap
: - R/ pulang.
DISKUSI
Permasalahan yang akan didiskusikan pada kasus ini adalah:
1. diagnosis
2. penanganan
3. komplikasi
4. prognosis
Diagnosis
Permasalahan utama pada kasus ini adalah adanya kesalahan diagnosis pada
awalnya sebelum diagnosis mola hidatidosa ditegakkan.
Secara ringkas gambaran diagnostik yang berhubungan dengan mola hidatidosa
adalah sebagai berikut:
Perdarahan pervaginam sedikit-sedikit yang ireguler, dapat juga profus yang
dimulai setelah kehamilan 2 bulan.
Pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Pada pemeriksaan palpasi maupun radiologis tidak ditemukan adanya janin
seperti pada kehamilan normla.
Denyut jantung janin tidak ditemukan.
kehamilan
muda
yang
berlebihan
seperti
hiperemesis,
yang lebih dari 100.000 mIU/ml dapat dicurigai sebagai suatu mola
hidatidosa.4,5 Karena tingginya kadar dari -hCG pada penderita ini sehingga mulai tanggal
8 Maret 2005 dirawat sebagai mola hidatidosa dan direncanakan untuk dilakukan evakuasi
mola hidatidosa dengan kuretase hisap.
Diagnosa mola hidatidosa pada penderita ini belum dapat ditegakkan sejak awal
karena pada awalnya tidak ditemukan gejala maupun tanda yang dapat menunjang
diagnosa mola hidatidosa. Gejala yang ada pada penderita ini hanya berupa perdarahan
dari jalan lahir yang sedikit-sedikit yang bisa juga ditemukan pada kelainan ginekologi lain
seperti pada mioma uteri. Gejala lain yaitu gejala kehamilan muda yang berlebih yang
merupakan gejala dari mola hidatidosa seperti hiperemesis, hipertiroidisme, dan
preeklamsi juga tidak menonjol. Pada pemeriksaan fisik terdapat pembesaran uterus tetapi
bila dilihat dari keterlambatan haid (riwayat amenore), pembesaran uterusnya sesuai
dengan umur kehamilan. Pada mola hidatidosa salah satu tanda klasiknya adalah
pembesaran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan. Namun tidak semua penderita
mola hidatidosa dapat menunjukkan pembesaran uterus yang lebih besar dari usia
kehamilan. Berdasarkan penelitian hanya kira-kira 50% dari penderita mola hidatidosa
yang menunjukkan pembesaran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan. 5 Bahkan ada
juga penderita mola hidatidosa dengan besar uterus lebih kecil dari usia kehamilan yang
bisa ditemukan pada jenis dying mole.2 Selain itu, dengan pemeriksaan hCG urin kualitatif
di poliklinik ginekologi hasilnya negatif.
Diagnosa mola hidatidosa baru dapat ditegakkan dengan pasti bila kita melihat
lahirnya gelembung mola. Tetapi bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar
biasanya sudah terlambat karena pengeluaran gelembung mola umumnya disertai
perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun. 2 Pada penderita ini
gelembung mola baru terlihat setelah diagnosa mola hidatidosa ditegakkan dari
pemeriksaan -hCG.
Untuk membantu dalam mendiagnosa mola hidatidosa, salah satu pemeriksaan
yang dianggap memiliki ketepatan dan sensitifitas yang tinggi yaitu dengan USG. Dari
USG suatu mola hidatidosa dapat terlihat berupa gambaran khas yaitu menyerupai badai
salju (snow flake pattern) atau gambaran sarang tawon (honey comb appereance) dan
terlihat gambaran seperti rangkaian buah anggur (grape de raisins) bila gelembung mola
mempunyai diameter yang lebih besar.6,10,11 Namun USG pada penderita ini tidak
menunjukkan gambaran khas tersebut, yang terlihat hanya berupa kantung kehamilan
(gestational sack) tanpa ada gambaran janin sehingga didiagnosa sebagai suatu kehamilan
tidak baik. Tidak ditemukannya gambaran khas dari mola hidatidosa dengan USG pada
penderita ini kemungkinan disebabkan oleh mola yang tidak terlalu besar sehingga tidak
terlihat dengan jelas. Berdasarkan kepustakaan pada kehamilan trimester I gambaran mola
hidatidosa tidak spesifik, sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik
atau mioma uteri. Gambaran spesifik biasanya terlihat pada trimester II.2
Dengan demikian diagnosa mola hidatidosa pada penderita ini sebelum evakuasi
mola hanya ditegakkan melalui pemeriksaan kadar -hCG darah yang tinggi (569.041
mIU/ml). Diagnosa yang pasti pada pasien ini baru dapat ditegakkan setelah terlihat
gelembung mola yang keluar, yang dipertegas dengan pemeriksaan PA terhadap jaringan
yang dievakuasi dengan kuretase hisap.
Penanganan
1. Perbaiki keadaan umum
Dengan ditegakkannya diagnosa mola hidatidosa pada penderita ini maka
dilakukan penanganan yang sesuai untuk mola hidatidosa. Pada penderita ini dilakukan
perbaikan keadaan umum terlebih dahulu yaitu dengan pemberian cairan IVFD dan
roboransia. Selain itu disiapkan juga donor darah untuk mengantisipasi perdarahan yang
banyak saat evakuasi mola. Disamping perbaikan keadaan umum, pada pasien ini juga
dilakukan pemeriksaan lain sebagai persiapan yaitu EKG, X-foto toraks dan laboratorium
lengkap.
2. Evakuasi
Tahap berikutnya adalah evakuasi jaringan mola. Pada pasien ini evakuasi pertama
dengan kuretase hisap (vakum kuretase). Kuretase hisap merupakan pilihan saat ini untuk
evakuasi mola karena memiliki beberapa keunggulan yaitu tindakan yang lebih cepat,
perdarahan kurang, tidak memerlukan pembukaan serviks yang terlalu besar dan tidak
memerlukan pembiusan.2,10
Sebelum dilakukan kuretase hisap, pasien sempat mengalami perdarahan
pervaginam yang banyak sehingga pada hari itu juga langsung diambil tindakan kuretase.
Setelah kuretase dilakukan perbaikan keadaan umum dengan pemberian transfusi. Untuk
mencegah infeksi maka diberikan antibiotika dan selain itu juga diberikan uterotonika
(metilergometil) untuk memperkuat kontraksi uterus sehingga dapat mencegah perdarahan
setelah evakuasi mola. Setelah kuretase yang pertama, jaringan diperiksa PA dan hasilnya
adalah mola hidatidosa. Setelah kuret yang pertama, satu minggu kemudian dilakukan
kuret kedua berupa kuret tajam untuk membersihkan sisa-sisa jaringan, dan hasilnya
dikirim lagi untuk pemeriksaan PA. Hasil pemeriksaan PA untuk jaringan hasil kuret kedua
yaitu sel-sel desidua dan jaringan nekrotik, tanda-tanda keganasan tidak ada.
Pada penderita ini setelah evakuasi mola, dilakukan pemeriksaan -hCG ulang dan
hasilnya kadar -hCG menurun menjadi 14.961 mIU/ml. Hal ini memberikan prognosa
yang baik karena terjadi penurunan kadar hCG dan diharapkan penurunannya terjadi terus
sampai normal.
3. Terapi profilaksis.
Penanganan tahap berikutnya yaitu pemberian terapi profilaksis dengan sitostatika.
Pada penderita ini sempat direncanakan tetapi karena ada perbedaan pendapat sehingga
sampai penderita pulang terapi ini belum diberikan. Terapi profilaksis biasanya diberikan
apabila pengamatan lanjutan sukar dilakukan dan pada kasus mola dengan resiko tinggi
akan terjadi keganasan, misalnya umur tua (> 35 tahun), paritas yang tinggi atau kasus
mola dengan hasil histopatologi yang mencurigakan.2 Untuk pasien ini pengamatan lanjut
tidak sulit untuk dilakukan dan tidak termasuk pada mereka yang beresiko tinggi. Tujuan
profilaksis dengan sitostatika adalah untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan
terjadinya koriokarsinoma. Ada beberapa ahli yang kurang sependapat dengan terapi
profilaksis dengan alasan bahwa kasus mola hidatidosa yang menjadi ganas tidak banyak
dan sitostatika adalah obat yang berbahaya.2,10
Terapi profilaksis yang kedua yang dapat dilakukan pada penderita pasca mola
hidatidosa adalah dengan histerektomi totalis. Indikasi tindakan ini adalah bila usia
penderita > 35 tahun dan jumlah anak cukup.14 Pada kasus ini terapi ini belum dianjurkan
karena umur penderita yang masih muda (26 tahun) dan belum memiliki anak.
4. Pengawasan lanjut
Saat pulang penderita disarankan untuk melakukan kontrol setiap 2 minggu dengan
tujuan untuk pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya keganasan. Lama pengawasan
ini dianjurkan berkisar satu sampai dua tahun. Selama pengawasan, secara berkala
dilakukan pemeriksaan ginekologi, kadar hCG dan radiologi. Selama pengawasan
penderita juga dianjurkan untuk jangan dulu hamil dengan menggunakan alat kontrasepsi
seperti kondom, diafragma atau pil KB agar tidak mengacaukan pemeriksaan selama
periode pengawasan.2,3 Jadwal pengawasan yang dianjurkan sesuai protap di bagian
Obstetri dan Ginekologi RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado yaitu 3 bulan I dua minggu
sekali, 3 bulan II 1 bulan sekali dan 6 bulan terakhir 2 bulan sekali.14 Pengawasan diakhiri
bila selama satu tahun setelah keluar dari perawatan kadar hCG pasien dalam batas normal,
atau bila telah hamil lagi.14
Komplikasi
Pada penderita mola hidatidosa kadang terjadi komplikasi-komplikasi yang dapat
membahayakan, seperti perdarahan hebat sampai syok, infeksi sekunder, perforasi karena
keganasan dan karena tindakan serta menjadi ganas pada kira-kira 18-20% kasus.3 Pada
kasus ini selama perawatan dan setelah evakuasi mola juga pada pemeriksaan PA tidak
ditemukan komplikasi yang membahayakan.
Prognosa
Prognosa pada penderita ini saat pulang adalah dubia ad bonam karena tidak
terdapat komplikasi yang membahayakan. Namun prognosa dapat saja berubah bila suatu
saat timbul keganasan yaitu koriokarsinoma. Prognosa yang baik tergantung pada
diagnosis yang cepat dan terapi yang tepat. Kematian pada kasus mola hidatidosa biasanya
disebabkan oleh adanya perdarahan yang banyak, infeksi, eklampsi, payah jantung dan
tirotoksikosis.1,2 Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3
tahun pasca mola, tetapi paling banyak dalam 6 bulan pertama. Kejadian mola berulang
agak jarang. Martaadisoebrata, di RS Hasan Sadikin bandung hanya menemukan 4 dari
323 kasus atau 1,23%. Ada yang mengatakan bahwa mola berulang mempunyai resiko
lebih tinggi untuk menjadi koriokarsinoma. 2 Untuk menentukan kapan kembalinya fungsi
reproduksi agak sukar karena umumnya mereka diharuskan untuk memakai kontrasepsi.
Namun pada umumnya kemampuan reproduksi pasca mola tidak banyak berbeda dari
kehamilan lainnya dan anak-anak yang dilahirkan setelah mola hidatidosa ternyata
umumnya normal.2
4. Pada pasien ini tidak terjadi komplikasi yang membahayakan dan dari hasil PA
tidak menunjukkan tanda-tanda keganasan.
Saran
Pemeriksaan terhadap pasien dengan mola hidatidosa harus dilakukan dengan teliti
dan terpadu sehingga diagnosa dapat ditegakkan lebih awal dan tidak terjadi
kesalahan dalam mendiagnosa. Bila mungkin dapat dilakukan pemeriksaan USG
lebih dari satu kali untuk memastikan diagnosa mola hidatidosa dan pengukuran
kadar -hCG bila memungkinkan dapat dilakukan lebih awal.
Dianjurkan pada penderita untuk tetap melakukan kontrol sampai selama 1 atau 2
tahun untuk menghindari kemungkinan keganasan dan seharusnya jangan dulu
hamil selama dalam masa pengawasan.