Singgih Arto*
10-2012-005
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
*Alamat Korespendensi:
Singgih Arto
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: singgih.arto@civitas.ukrida.ac.id
Pendahuluan
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang
diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anemia ini merupakan bentuk anemia yang paling
sering ditemui. Saat ini di Indonesia anemia defeisiensi besi masih merupakan salah satu
masalah gizi utama disamping kekurangan kalori-protein, vitamin A dan yodium. Selain
berfungsi sebagai sintesis hemoglobin , besi juga juga berperan dalam metabolisme oksidatif,
sintesis DNA, neurotransmitter dan proses katabolisme yang dalam berkerjanya
membutuhkan ion besi. Oleh sebab itu penting untuk mengetahui gejala-gejala penyakit ini
sehingga dapat membantu mengobati sebelum stadium lebih lanjut dan menimbulkan suatu
komplikasi.1
Anamnesis
Dilihat dari gejala nya, pasien kemungkinan menderita anemia, oleh karena itu perlu
ditanyakan pertanyaan yang lebih rinci untuk mengetahui anemia jenis apakah itu.1
1. Gejala apa yang dirasakan oleh pasien? Lelah, malaise, sesak napas, nyeri dada, mata
berkunang-kunang, atau tanpa gejala? Bila terdapat gejala tersebut, itu merupakan
suatu sindrom anemia yang biasanya dijumpai apabila kadar hemoglobin turun di
bawah 7-8 g/dL.
2. Apakah gejala tersebut muncul mendadak atau bertahap? Pada anemia defisiensi besi
1
gejala yang muncul mungkin dapat perlahan karena ada mekanisme kompensasi
tubuh.
3. Adakah petunjuk mengenai penyebab anemia? Misal pada anemia defisiensi besi bisa
karena perdarahan interna, diet yang tidak seimbang, atau riwayat pernah menderita
penyakit yang kronis.
4. Tanyakan kecukupan makanan dan kandungan Fe. Adakah gejala yang konsisten
dengan malabsorpsi dan tanda kehilangan darah dari saluran cerna berupa tinja gelap,
pendarahan rektal, muntah butiran kopi.
5. Jika pasien seorang wanita tanyakan adakah kehilangan darah menstruasi berlebihan.
Tanyakan frekuensi dan durasi menstruasi, dan penggunaan tampon serta pembalut.
6. Tanyakan juga sumber perdarahan lain.
7. Tanyakan apakah ada rasa ingin memakan bahan yang tidak lazim seperti es, tanah,
dan sebagainya. Gejala tersebut dapat ditemukan pada anemia defisensi Fe.
Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah ada dugaan penyakit ginjal kronis sebelumnya, riwayat penyakit kronis
(reumatoid arthritis atau gejala keganasan), tanda kegagalan sumsung tulang (memar,
perdarahan, dan infeksi yang tak lazim atau rekuren), tanda defisiensi vitamin seperti
neuropati perifer (defisiensi vitamin B12).1
Riwayat keluarga
Menanyakan adakah riwayat anemia dalam keluarga khususnya pertimbangkan penyakit sel
sabit, talasemia, dan anemia hemolitik herediter. 1
Lain-lain
Menanyakan adakah riwayat bepergian dan pikirkan kemungkinan infeksi parasit seperti
malaria, mengkonsumsi obat-obatan misal OAINS yang menyebabkan erosi lambung atau
supresi sumsung tulang akibat obat sitotoksik, penurunan berat badan yang drastis baru-baru
ini dan riwayat operasi seperti gastrektomi.2
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
1. Keadaan umum dan kesadaran : lihat apakfah pasien sakit ringan atau berat, sering
merasa sesak napas atau syok akibat kehilangan darah akut.
2. Adakah tanda-tanda ikterus yang ditandai dengan mata berwarna kuning, atau kulit yg
berubah warna menjadi kuning contoh pada anemia hemolitik dapat dijumpai keadaan
2
ini.
3. Adakah koilonikia (kuku seperti sendok) atau keilotis angularis (peradangan pada
sudut mulut sehingga tampak bercak pucat keputihan. Gejala tersebut terdapat pada
anemia defisiensi Fe.
4. Adakah tanda kerusakan trombosit (memar dan petechiae) dan bila ada menandakan
kadar trombosit yang menurun misal pada anemia aplastik.
5. Adakah atrofi papil lidah yang ditandai dengan permukaan lidah menjadi licin dan
mengkilap karena papil lidah menghilang. Biasa gejala ini timbul pada anemia
defisiensi besi. 2
Palpasi
1. Konjungtiva
Minta pasien untuk melihat ke atas sementara pemeriksa menekan kedua kelopak
mata ke bawah dengan menggunakan ibu jari tangan sehingga membuat sclera dan
konjuctiva terpajan. Inspeksi sklera dan konjugtiva palpebralis untuk menilai
warnanya.
Patologis: Sklera yang berwarna kuning menunjukkan ikterus, konjunctiva dapat
berwarna pucat yang disebut konjuctiva anemis dan merupakan salah satu sindrom
anemia.2
2. Kuku
Lakukan inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan kaki. Perhatikan warna dan bentuk
dan lesi yang ada.
Patologis: Pada anemia defisiensi Fe dapat dijumpai koilonikia (kuku yang berbentuk
seperti sendok, rapuh, bergaris vertical dan menjadi cekung mirip seperti sendok). 2
Patologis : Bila terdapat limfadenopati mungkin menandakan adanya tanda infeksi
atau keganasan. Bila limfa yang di palpasi sakit menandakan peradangan, limfa yang
membesar dank eras menandakan keganasan. Nodus limfatikus supra klavikular yang
membesar menandakan kemungkinan adanya keganasan di abdomen atau torax.2
3. Palpasi hati , limpa, abdomen
Lakukan palpasi hati dan limpa untuk menilai apakah ada hepatomegali atau
splenomegali yang biasanya terdapat pada anemia hemolitik dan kadang pada anemia
defisiensi besi juga dapat ditemukan bila anemia tersebut tidak diterapi.2
Pemeriksaan Penunjang
maka sel tampak sebagai sebuah cincin sehingga disebut sel cincin (ring cell) atau
memanjang seperti elips diesbut sebagai sel pensil (pencil cell atau cigar cell).
Kadang-kadang dijumpai sel target.3
7. Status besi: serum iron menurun (<50 g/dl), total iron binding capacity (TIBC)
meningkat (>350 g/dl). Pemeriksaan Fe serum untuk menentukan jumlah besi yang
terikat pada transferin, sedangkan TIBC untuk mengetahui jumlah transferin yang
berada dalam sirkulasi darah. Perbandingan antara Fe serum dan TIBC (saturasi
transferin= ST) yang dapat diperoleh dengan cara menghitung Fe serum/TIBC x
100%. ST merupakan suatu nilai yang menggambarkan suplai besi ke eritroid
sumsum tulang dan sebagai penilaian terbaik untuk mengetahui pertukaran besi antara
plasma dan cadangan besi dalam tubuh. Bila ST < 16% menunjukkan suplai besi yang
tidak adekuat untuk mendukung eritropoiesis. ST < 7% diagnosis ADB dapat
ditegakkan. Pada kadar ST 7-16% dapat dipakai untuk mendiagnosis ADB dengan
didukung oleh nilai MCV yang rendah atau pemeriksaan lainnya.
8. Feritin serum merupakan suatu ukuran simpanan besi retikuloendotelial yang sangat
berguna. Penilaian kadarnya dapat digunakan sebagai indicator awal dari anemia
akibat defisiensi besi. Kadarnya menurun pada anak kurang dari 5 tahun < 12g/l
sedangkan pada anak lebih darua 5 tahun < 15 g/l.
9. Pemeriksaan sumsum tulang. Merupakan gold standard untuk penilaian cadangan
besi. Cadangan besi (hemosiderin) berkurang atau kosong. Namun akhir-akhir ini
pemeriksaan sumsum tulang banyak diambil alih oleh pemeriksaan feritin serum yang
lebih praktis. Kepadatan sel di sumsum tulang juga meningkat (hiperseluler).
10. Analisis tinja. Untuk mencari apakah ada pendarahan pada GIT.
Diagnosis Kerja
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi
tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada
5
Diagnosis Banding
1) Anemia penyakit kronis. Gambaran morfologi biasanya normositik normokrom tetapi
bisa juga ditemukan hipokrom mikrositik. Terjadinya anemia penyakit kronis
disebabkan terganggunya mobilisasi besi dan makrofag oleh transferin. Kadar Fe
serum dan TIBC menurun meskipun cadangan besi normal atau meningkat sehingga
nilai saturasi transferin normal atau sedikit menurun, kadar FEP meningkat.
Pemeriksaan kadar reseptor transferin sangat berguna dalam membedakan kedua
penyakit ini. Pada anemia penyakit kronis TfR normal karena pada inflamasi
kadarnya tidak terpengaruh sedangkan pada ADB kadarnya menurun.
2) Anemia sideroblastik merupakan kelainan yng disebabkan oleh gangguan sintesis
heme, bisa didapat atau herediter. Gambaran morfologi hipokrom mikrositik dnegan
peningkatan kadar RDW yang disebabkan populasi sel darah merah yang dimorfik.
Kadar Fe serum dan ST meningkat, pada sediaan apus sumsum tulang didapatkan sel
darah merah berinti yang menganding granula besi (agregat besi dalam mitokondria)
yabg disebut ringed sideroblast. Anemia ini umumnya terjadi pada dewasa.
3) Thalasemia Minor. Merupakan kelainan yang diakibatkan kekrangan protein beta.
Namun kekurangannya tidoak terlalu signifikan sehingga fungsi tubuh dapat tetap
normal. Gejala terparahnya hanya berupa anemia ringan sehingga dokter seringkali
salah mendiagnosis. Penderita thalasemia minor sering didiagnosis mengalami
6
kekurangan zat besi. Pada thalasemia minor morfologi darah tepi sama dengan ADB.
Salah stau cara sederhana untuk membedakan kedua penyakit tersebut adalah dengan
melihat jumlah sel darah merah yang meningkat meski sudah anemia ringan dan
mikrositosis. Sebaliknya pada ADB jumlah sel darah merah menurun sejajar dengan
penurunan kadar Hb dan MCV. Cara mudah dapat diperoleh dengan cara membagi
nilai MCVdengan jumlah eritrosit. Bila nilainya kurang dari 13 menunjukan talasemia
minor dan bila nialinya kebih dari 13 menunjukan ADB. Pada thalasemia minor
didapatkan basophilic stippling, peniingkatan kadar bilirubin plasma dan dan
peningkatan kadar HbA2.
Untuk melihat adanya persamaan dan perbedaan yang berkaitan dengan diagnosis kerja
sehingga dimasukkan sebagai diagnosis banding dapat dilihat pada tabel 1.4
Tabel 1. Diagnosis Banding Anemia Defisiensi Besi
Perbedaan
Anemia
Anemia akibat
defisiensi besi
penyakit
Thalasemia
Anemia
sideroblastik
kronik
Derajat anemia
Ringan sampai
Ringan
Ringan
berat
Ringan sampai
berat
MCV
Menurun
Menurun/N
Menurun
Menurun/N
MCH
Menurun
Menurun <50
Normal/meningka
Normal/meningka
Menurun <300
Normal / turun
Normal / turun
Meningkat >20%
Meningkat >20%
Positif kuat
TIBC
Meningkat >
360
Saturasi
Menurun <
Menurun/N
transferin
15%
10-20%
Besi sum-sum
Negatif
Positif
tulang
Protoporfirin
sideroblast
Meningkat
Meningkat
Normal
Normal
Menurun < 20
Normal 20-
Meningkat > 50
Meningkat > 50
eritrosit
Feritin serum
Elektroforesis
g/dl
200 g/dl
g/dl
g/dl
Hb A2 meningkat
Hb
Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi, ganguan
absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:4,5
Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker
lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Perdarahan kronik, khususnya uterus atau saluran cerna adalah penyebab yang utama.
Saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorhagia
Menorrhagia sulit dinilai secara klinis, walaupun pardarahan berupa bekuan,
peggunaan pembalut atau tampon dalam jumlah banyak, atau masa menstruasi yang
Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi
(bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah
daging).
Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan. Kebutuhan yang meningkat selama masa bayi, remaja, kehamilan, menyusui dan
pada wanita yang mengalami menstruasi menyebabkan tingginya resiko anemia pada
kelompok klinis tersebut. Bayi baru lahir mempunyai cadangan besi yang berasal dari
pemecahan eritrosit yang berlebihan. Sejak usia 3 sampai 6 bulan, terdapat kecenderungan
kesetimbangan besi negative akibat pertumbuhan. Susu formula bersuplemen serta makan
campuran yang diberikan sejak usia 6 bulan, khusunya dengan makanan yang ditambah besi
dapat mencegah difisiensi besi.Diperlukan lebih banyak besi untuk meningkatkan massa
eritrosit ibu sekitar 35% pada kehamilan, transfer 300 mg besi ke janin, dan karena
perdarahan pada saat persalinan. Walaupun absorpsi besi juga meningkat, terapi besi serigkali
diperlukan bilah hemoglobin turun sampai kurang dari 10 g/dl atau MCV dibawah 82 fl pada
trimester ketiga.
diabsorbsi.
Malabsorbsi besi. Keadaan ini sering dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa
ususnya mengalami perubahan secara histologis dan fungsional. Pada orang yang
telah mengalami gastrektomi parsial atau total sering disertai anemia defisiensi
besi walaupun penderita mendapat makanan yang cukup besi. Hal ini disebabkan
berkurangnya jumlah asam lambung dan makanan lebih cepat melalui bagian atas
usus halus, tempat utama penyerapan besi dan non heme.
Epidemiologi
Defisiensi besi merupakan penyebab anemia di seluruh dunia. Diperkirakan 30% penduduk
dunia menderita anemia dan lebih kurang 500-600 juta menderita anemia defisiensi besi.
Prevalensi yang tinggi terjadi di negara yang sedang berkembang, disebabkan kemampuan
ekonomi yang terbatas, masukan protein hewani yang rendah, dan infestasi parasit. Insiden
anemia defisiensi besi di Indonesia 40,5% pada balita, 47,2% pada anak usia sekolah, 57,1%
pada remaja putri, dan 50,9% pada ibu hamil. Dee Pee dkk pada tahun 2002 melakukan
penelitian tentang prevalensi anemia pada bayi usia 4-5 bulan di Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Jawa Timur menunjukkan 37% bayi memiliki kadar hemoglobin di bawah 10 g/dL dan
71% memiliki kadar Hb di bawah 11 g/dL. Di negara maju seperti Amerika Serikat prevalensi
defisiensi besi pada anak umur 1-2 tahun 9% dan 3% diantaranya menderita anemia.5
Patofisiologi
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang
berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap akan
menyebabkan cadangan besi terus berkurang. tahap defisiensi besi, yaitu:4,5
I.
Tahap pertama
9
Tahap
ini
disebut iron
iron
deficiency, ditandai
dengan
berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein
besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non
heme. Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya
kekurangan besi masih normal.
II.
Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erythropoietin atau iron
suplai
besi
yang
tidak
cukup
untuk
menunjang
eritropoisis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai besi serum menurun dan
saturasi transferin menurun sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat dan
free erythrocyte porphyrin (FEP) meningkat.
III.
Tahap ketiga
Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi bila besi
yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb.
Dari gambaran darah tepi didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang progresif. Pada tahap
ini telah terjadi perubahan epitel terutama pada anemia defisiensi besi yang lebih lanjut.
Gejala klinik
Diawali dengan gejala umum anemia dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar
hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata
berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang
pucat, terutama pada konjungtiva terlihat anemis.
Selain gejala-gejala di atas terdapat gejala-gejala khas anemia defisiensi besi yang tidak
dijumpai pada anemia jenis lain, yaitu: 5
koilonychia : kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan
menghilang
Stomatitis angularis (cheilosis) : adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai bercak berwarna pucat keputihan
10
Penatalaksanaan
a) Terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pada kasus perdarahan saluran cerna
akibat penggunaan obat-obat NSAID, dapat di ganti obat-obatan tersebut dengan golongan
lain. 6
b) Pemberian Preparat Besi6
Terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama oleh karena efektif, murah dan aman.
Preparat yang tersedia salah satunya adalah sulfas ferosus, merupakan preparat pilihan
pertama oleh karena paling murah tetapi efektif. Dosis anjuran adalah 3x200 mg. Setiap
200mg sulfas ferosus mengandung 66mg besi elemental. Pemberian sulfas ferosus 3x200
mg mengakibatkan absorbsi besi 50 mg per hari yang dapat meningkatkan eritropoesis 2-3
x normal. Preparat besi oral sebaikna diberikan saat lambung kosong, tetapi efek samping
lebih sering dibandingkan dengan pemberian setelah makan. Pada pasien yang mengalami
intoleransi,sulfas ferosus dapat diberikan saat makan atau setelah makan. Efek samping
utama adalah gangguan gastrointestinal. Pengobatan besi diberikan 3-6 bulan. Dapat
ditambahkan vitamin C untuk membantu penyerapan besi.
Terapi besi parenteral bertujuan untuk mengembalikan kadar hemoglobin dan mengisi besi
sebesar 500 sampai 1000mg. Dosis yang dapat diberikan dihitung melalui rumus:
Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang)xBBx2,4 + 500 atau 1000 mg. Preparat yang
tersedia ialah iron destran complex, iron ferric gluconate dan iron sucrose. Dapat diberikan
secara intramuskular dalam atau IV pelan. Pemberian secara IM memberiakn rasa nyeri
dan warna hitam pada kulit. Efek samping yang timbul adlaah reaksi anafilaksis, meskipun
jarang (0,6%). Efek samping lain adalah flebitis, sakit kepala, flushing, mual,muntah,
nyeri perut dan sinkop.
c) Tranfusi Darah6
Jarang diperlukan,hanya diberikan pada keadaan anemia yang sangat berat atau yang
disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respons terapi. Pemberian RBC dilakukan
secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar Hb smapai tingkat
aman sambil menunggu respon terapi besi. Secara umum, untuk penderita anemia berat
dengna kadar Hb < 4 g/dl hanya diberi PRC dengan dosis 2-3 ml/kgBB persatu kali
pemberian disertai pemberian diuretik seperti furosemid. 2,3
11
Pencegahan
Tindakan pencegahan dapat berupa:6
1. Pemberian ASI minimal 6 bulan, tambahan makanan/ bahan yang meningkatkan
absorbs besi (buah-buahan, daging, unggas), suplementasi besi pada anak usia 2-12
tahun: 1mg/kg/hari 2x/minggu selama 3 bulan setiap tahun.
2. Menunda pemakaian susu sapi sampa usia 1 tahun sehubungan dengan resiko
terjadinya pendarahan saluran cerna yang tersamar pada beberapa bayi
3. Memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan
asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan (usia 4-6 bulan)
4. Memberikan suplementasi Fe pada bayu kurang bulan
5. Pemakaian PASI (susu formula yang mengandung besi)
6. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber alami terutama sumber hewani yang mudah
diserap
Komplikasi
Dapat terjadi anemia berat.
Anak-anak kekurangan zat besi mungkin menunjukkan gangguan perilaku. Gangguan
perkembangan neurologis pada bayi dan kinerja skolastik berkurang pada anak usia sekolah.
IQ anak-anak sekolah dengan defisiensi zat besi terlihat lebih rendah daripada anak
seusianya. Gangguan perilaku dapat bermanifestasi sebagai gangguan defisit perhatian.
Pertumbuhan terganggu pada bayi dengan defisiensi besi. Semua manifestasi dapat membaik
pada terapi besi.4
Prognosis
Baik bila penyebab anemia hanya karena kekurangan besi saja dan diketahui penyebabnya
serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan manifestasi klinik
lainnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.6
Kesimpulan
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang
12
konsentrasi Besi Serum, TIBC (Total Iron Binding Capacity), pemeriksaan apus darah tepi,
dan dapat diklakukan pemeriksaan feses untuk mencari penyebab anemia defisiensi besi yang
mungkin di sebabkan oleh karena pendarahan pada saluran cerna
Bila dengan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut masih belum terlalu meyakinkan
diagnosis, dapat dicoba untuk melihat cadangan besi sumsum tulang dengan pewarnaan biru
Prussia. Setelah ditemukan adanya hasil yang menunjang diagnosis pasti anemia defisiensi
besi, perlu dicari etiologi pasti penyebab anemia yang diderita pasien. Dan untuk
penangannannya dapat di berikan preparat besi oral seperti sulfas ferosus.
Daftar Pustaka
1. Davey P. At a glance medicine. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2005. H. 78 79.
2. Sudoyo W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K, Setiati S. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : FKUI;2006.h.634 40
3. Permono Bambang H, Sutaryo,Ugrasena IDG, Windiastuti Endang, Abdulsalam
Maria. Buku ajar hematologi-onkologi anak. Edisi ke 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2006.h.30 43
4. Corwin J. Buku saku patofisiologi. Edisi ke 3. Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC;2009.h.427 428.
5. Sudoyo, Aru W. Anemia pada Penyakit Kronis. Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta : FK UI ;
2006. h.641-42
6. Iron deficiency anemia. Edisi 2012. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/202333-followup#a2649. 18 April 2015
13