Anda di halaman 1dari 2

BIROKRASI DALAM PENEGAKAN KASUS-KASUS

KORUPSI
Adrian Ferrariski Putra 1406601113
Birokrasi memiliki banyak arti. Berikut merupakan definisi birokrasi
menurut beberapa ahli politik.
1. Peter M. Blau dan W. Meyer
Menurut Peter M. Blau dan W. Meyer, dalam bukunya
Bureaucracy, birokrasi adalah tipe organisasi yang dimaksudkan untuk
mencapai tugas-tugas administratif dengan cara mengkoordinasi secara
sistematis pekerjaan dari banyak anggota organisasi.
2. Rourke
Rourke berpendapat bahwa birokrasi adalah sistem administrasi
dan pelaksanaan tugas keseharian yang terstruktur dalam sistem hirarki
yang jelas, dilakukan dengan tertulis, oleh bagian tertentu yang terpisah
dengan bagian lainnya.
3. Yahya Muhaimin
Yahya Muhaimin mengartikan birokrasi sebagai Keseluruhan
aparat pemerintah, sipil maupun militer yang melakukan tugas membantu
pemerintah dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu.
Secara umum birokrasi adalah tata kerja pemerintahan agar tujuan negara
bisa tercapai secara efektif dan efisien. Birokrasi atau tata kerja penegakan
terhadap kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) bersumber dari UU No. 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan
tindak pidana korupsi. Dalam memberantas

korupsi,

KPK

melakukan

penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi.


Penyelidikan yang dilakukan KPK biasanya bermula dari laporan
masyarakat atau laporan gratifikasi. Gratifikasi dalam Pasal 12B Ayat (1) UU
No.31 Tahun 1999 juncto UU No.20 Tahun 2001 adalah pemberian dalam arti
luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjawalan wisata, pengobatan
cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam

negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik.
Setelah menerima laporan gratifikasi, KPK dalam waktu paling lama 30
hari kerja terhitung sejak tanggal laporan diterima akan menetapkan status
kepemilikan gratifikasi disertai pertimbangan. KPK kemudian akan membawa
kasus yang dilaporkan masyarakat ke pengadilan tindak pidana korupsi untuk
memeriksa dan memutus kasus tersebut. Pengadilan nantinya akan dipimpin oleh
majelis hakim (terdiri atas 2 orang hakim pengadilan negeri dan 3 orang hakim ad
hoc). Demikian pula dalam proses pemeriksaan baik di tingkat banding maupun
tingkat kasasi juga dilakukan oleh jumlah hakim yang sama. Untuk menjamin
kepastian hukum, pada tiap tingkat pemeriksaan ditentukan jangka waktu secara
tegas.
Bila dari pengadilan didapatkan seorang tersangka, maka KPK akan
melakukan pemeriksaan dengan prosedur khusus yang dilakukan dengan tidak
mengurangi hak-hak tersangka tersebut (Pasal 46 UU 30/2002). Untuk
kepentingan penyidikan, tersangka tindak pidana korupsi wajib memberikan
keterangan kepada penyidik tentang seluruh harta bendanya yang diduga
mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
tersangka. (Pasal 48 UU 30/2002).
Bila terdapat dugaan yang kuat bahwa dengan adanya bukti terjadi praktik
korupsi, penyidik dapat melakukan penyitaan tanpa izin Ketua Pengadilan Negeri
berkaitan dengan tugas penyidikannya. Setelah penyidikan dinyatakan cukup,
penyidik membuat berita acara dan disampaikan kepada Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi untuk segera ditindaklanjuti hingga ke proses penuntutan.
(Pasal 49 UU 30/2002).
DAFTAR PUSTAKA
Martini, Rina. 2012. BIROKRASI DAN POLITIK. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sekertariat Kabinet RI.

Anda mungkin juga menyukai