Identitas Pasien
Nama
: Ny. N
No. RM
: 11-62-64
Umur
: 70 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku/Bangsa
: Makassar/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
:-
Pendidikan
:-
Alamat
Tanggal MRS
Perawatan Bagian
: Assifa
Anamnesis
Keluhan Utama
: Demam
Kesadaran
Tanda Vital
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36,8 oC
Pernafasan
: 20 x/menit
Status Generalis
Kepala
:
: Anemis (+), ikterus (-), perdarahan subkonjungtiva (-)
DVS R+0, Pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-)
epistaksis (-), perdarahan telinga (-), perdarahan gusi (-)
Tonsil T1 T1, hiperemis (-) , Faring hiperemis (-), lidah
kotor (-)
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Laboratorium
Parameter
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
WBC
19.6
10^3/L
4.0-12.0
LYM
1.4 10^3/L
10^3/L
1.0-5.0
MON
1.3
10^3/L
0.1-1.0
GRA
16.9
10^3/L
2.0-8.0
LYM%
7.0
25.0-50.0
MON%
6.6
2.0-10.0
GRA%
86.4
50.0-80.0
RBC
3.43
10^6/L
4.00-6.20
HGB
9.4
g/dl
11.0-17.0
HCT
28.9
35.0-55.0
MCV
84.3
m^3
80.0-100.0
MCH
27.4
pg
2.60-34.0
MCHC
32.5
g/dl
31.0-35.5
RDW
12.1
10.0-16.0
PLT
315
10^3/L
150-400
MPV
6.6
m^3
7.0-11.0
PCT
0.208
0.200-0.500
PDW
13.6
10.0-18.0
Tes
Nilai
Satuan
Nilai Rujukan
Glukosa sewaktu
236
mg/dL
2-140
Glukosa puasa
119
mg/dL
2-110
HbA1c
7.6
4-6
AST/SGOT
21
U/L
2-38
ALT/SGPT
10
U/L
2-41
Creatinine
1.0
mg/dL
0.1-1.3
Urea UV
34
mg/dL
10-50
Natrium
127.9
mmol/L
136-145
Kalium
4.26
mmol/L
3.5-5.1
Klorida
96.8
mmol/L
94-110
Kesimpulan : hiperglikemia
Tanggal
Perjalanan Penyakit
Tindakan
4
Jumat,
Subjective:
27-2-2015
KU: Demam
Farmadol 500 mg
22:16 (UGD)
Febris
DM tipe 2
Anemia
Suspek CKD
Sabtu,
Subjective:
28-2-2015
KU: Demam
(Ruang
Paracetamol 500 mg
Perawatan)
3x1
Objective:
Clobazam 0-0-1
Ranitidin 1 amp/12
jam/IV
Senin,
Subjective:
2-3-2015
Objective:
Suspek CAP
DM tipe 2
CHF
Selasa,
Subjective:
3-3-2015
Objective:
TD: 140/70 mmHg; N: 90x/m;
P:18x/m; S:36,70C
Clobazam 0-0-1
Levemir 0-0-10
CHF NYHA II
DM tipe 2 Obese
Suspek ISK
PENGERTIAN
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3%-6% dari jumlah
penduduk dewasanya. Di Singapura, frekuensi diabetes meningkat cepat dalam 10
tahun terakhir. Di Amerika Serikat, penderita diabetes meningkat dari 6.536.163
jiwa di tahun 1990 menjadi 20.676.427 jiwa di tahun 2010.4 Di Indonesia,
kekerapan diabetes berkisar antara 1,4%-1,6%, kecuali di beberapa tempat yaitu di
Pekajangan 2,3% dan di Manado 6%.
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis DM ditegakkan bila ada gejala khas DM berupa poliuria,
polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Jika terdapat gejala khas dan pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu
(GDS) 200 mg/dl diagnosis DM sudah dapat ditegakkan. Hasil pemeriksaan
Glukosa Darah Puasa (GDP) 126 mg/dl juga dapat digunakan untuk pedoman
diagnosis DM. Untuk pasien tanpa gejala khas DM, hasil pemeriksaan glukosa
darah abnormal satu kali saja belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.
Diperlukan investigasi lebih lanjut yaitu GDP 126 mg/dl, GDS 200 mg/dl
pada hari yang lain atau hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200 mg/dl.
Alur penegakkan diagnosis DM dapat dilihat pada skema di gambar.
KLASIFIKASI
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2010 (ADA
2010), dibagi dalam 4 jenis yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/IDDM
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi
insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya
sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari
penyakit ini adalah ketoasidosis.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak
bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi
insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin
(reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi
9
10
11
12
koroner berkisar 0.5% s/d 8.7% dengan Diabetes tipe 1 dan berkisar 9.8% s/d
22.3% dengan Diabetes tipe 2.
Stroke
Prevalensi stroke dengan penyakit DM (baik tipe 1 dan 2) berkisar 1.0% s/d
11.3% pada populasi klinik dan 2.8% s/d 12.5% dalam penelitian pada populasi.
Lima puluh persen dari prevalensi stroke berkisar 0.5% and 4.3% dengan
Diabetes tipe 1 dan berkisar 4.1% and 6.7% dengan Diabetes tipe 2.
Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang dramatis
seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat hipertensi
dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau
stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita
diabetes juga terkena hipertensi.
Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan
Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih
cepat pada penderita diabetes daripada orang yang tidak mendertita diabetes.
Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila
diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat
mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan
saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya
sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.
Gangguan pada hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula bisa
bisa mengalami kerusakan hati (liver). Anggapan ini keliru. Hati bisa terganggu
akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita
diabetes, penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau
hepatitis C. Oleh karena itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit
hepatitis karena mudah tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan
hepatitis. Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi
karena infeksi atau radang hati yang lama atau berulang.
13
Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan
hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2 dan
gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya
penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.
Penyakit paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru dibandingkan
orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosio-ekonomi cukup.
Diabetes memperberat infeksi paru, demikian pula sakit paru akan menaikkan
glukosa darah.
Gangguan saluran cerna
Gangguan saluran cerna pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol
glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang mengenai
saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena
infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai
pada akar gigi yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal
serta pertumbuhan menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare
juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambungdan
usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obatobatan yang diminum.
Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsikekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah
terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paruparu, kulit, kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang
tinggi juga merusak sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita
terhadap adanya infeksi.
PENATALAKSANAAN
Karena banyaknya komplikasi kronik yang dapat terjadi pada DM tipe-2, dan
sebagian besar mengenai organ vital yang dapat fatal, maka tata-laksana DM tipe2 memerlukan terapi agresif untuk mencapai kendali glikemik dan kendali faktor
risiko kardiovaskular. Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2
di Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4
pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan
intervensi farmakologis.
14
A. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku
sehat yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien.
Upaya edukasi dilakukan secara komphrehensif dan berupaya
meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat.
Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien
penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan alami penyakitnya dan
pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/komplikasi yang mungkin
timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku pemantauan
dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan
perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan.
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa
mandiri, perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti
merokok, meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan
diet tinggi lemak.
B. Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu
makanan yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing
individu, dengan memperhatikan keteraturan jadwal makan, jenis dan
jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari
karbohidrat 45 % -65%, lemak 20% -25%, protein 10 % -20%, Natrium
kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari.
C. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing
selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat
aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan meningkatkan sensitifitas insulin.
D. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan
pengetahuan pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Obat yang saat ini
ada antara lain:
I. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Pemicu sekresi insulin:
a. Sulfonilurea
15
b. Glinid
b. Tiazolidindion
Penghambat glukoneogenesis:
Biguanid (Metformin)
16
17
DAFTAR PUSTAKA
18