Penyakit kardiovaskular menjadi masalah kesehatan yang utama dalam masyarakat
pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia. Gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskular yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Setengah dari pasien yang terdiagnosis gagal jantung masih mempunyai harapan untuk hidup selama 5 tahun. Namun sekitar 250,000 pasien meninggal oleh sebab gagal jantung baik langsung maupun tidak langsung setiap tahunnya, dan angka tersebut telah meningkat 6 kali dalam 40 tahun terakhir. Risiko kematian dari penyakit gagal jantung setiap tahunnya sebesar 5-10%, pada pasien dengan gejala ringan akan meningkat hingga 3040% hingga berlanjutnya penyakit (Joesof, 2007). Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan meupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung. Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,33,7% penderita pertahun. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan karena semakin bertambahnya usia harapan hidup dan perbaikan harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung (Mariyono H, 2007). Kualitas dan kelangsungan hidup penderita gagal jantung kongestif sangat dipengaruhi oleh diagnosis dan penatalaksnaan yang tepat. Oleh karena itu, prognosis pada penderita gagal jantung kongestif bervariasi pada tiap penderita. Berdasarkan salah satu penelitian, angka kematian akibat gagal jantung adalah sekitar 10% dalam 1 tahun. Sumber lain mengatakan bahwa setengah dari pasien gagal jantung kongestif meninggal dalam waktu 4 tahun setelah didiagnosis dan terdapat lebih dari 50% penderita gagal jantung meninggal dalam tahun pertama (Nidya W, 2008).
Di Indonesia, data-data mengenai gagal jantung secara nasional masih belum
ada. Namun, Data dan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menyebutkan bahwa penyakit jantung masih merupakan penyebab utama dari kematian terbanyak pasien di rumah sakit Indonesia (Mario, 2010). Sebagai gambaran, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2006 di ruang rawat jalan dan inap didapatkan 3,23% kasus gagal jantung dari total 11,711 pasien (Irawan, 2007). Salah satu faktor yang mengakibatkan peningkatan mortalitas pada pasien gagal jantung adalah hiperglikemia. Hiperglikemia adalah peningkatan kadar glukosa darah melebihi kadar normal. Kadar glukosa darah normal menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia adalah 100-199 mg/dl bila diperiksa melalui vena dan 90199 mg/dl bila diperiksa melalui kapiler, sedangkan menurut kelompok American Heart Association yang dianggap kadar glukosa darah normal adalah 70-300 mg/dl. Hiperglikemia yang terjadi pada keadaan kritis adalah suatu stres hiperglikemia. Dari satu studi terbesar di Israel tahun 2003, para peneliti menganalisis data pasien yang dirawat inap untuk gagal jantung, kadar glukosa darah yang tinggi mempunyai angka kematian dua kali ganda dibanding kadar glukosa tingkat terendah. Hasil yang didapatkan adalah setiap peningkatan 18mg/dl kadar glukosa darah dikaitkan dengan peningkatan 31% dalam risiko kematian di rumah sakit (Barsheshet A, 2006). Hiperglikemia pada penyakit jantung tidak hanya pada pasien diabetik tetapi juga non diabetik. Sebagai satu tanda klinik tersendiri hiperglikemia yang terinduksi oleh stres tersebut dibedakan dengan diabetes melitus yang tidak terdiagnostik (Dewi R,2003). Menurut Kalathil D, 2008 kadar glukosa darah juga secara signifikan terkait dengan risiko terjadinya atrial fibrilatian yang akan mengakibatkan atrimia jantung. Hal ini juga dapat dilihat dari studi Framingham, lebih dari satu dekad yang lalu ditemukan tingkat glukosa lebih penting dari diagnosis diabetes mellitus. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hiperglikemia
terhadap mortalitas pasien gagal jantung periode Juli sampai Desember di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan ataupun masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimanakah pengaruh hiperglikemia terhadap mortalitas pada pasien gagal jantung kongestif di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan dalam jangka masa 3 bulan ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh hiperglikemia terhadap mortalitas pasien gagal jantung kongestif.
1.3.2 Tujuan khusus
a) Untuk memperoleh dan mengetahui data hiperglikemia pada pasien gagal jantung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan. b) Mengkaji prevalensi hiperglikemia pasien dengan atau tanpa riwayat diabetes terhadap mortalitas pasien gagal jantung kongestif.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Penelitian ini dapat membantu masyarakat meningkatkan pengetahuan
bahawa hiperglikemia terkaitnya dengan mortalitas pasien gagal
jantung kongestif sehingga membantu untuk mulai kontrol kadar
glukosa darah dari awal. 1.4.2
Sebagai
masukan
kepada
peneliti
agar
dapat
memperoleh
pengetahuan dan pengalaman membuat suatu penelitian, serta
mengaplikasikan ilmu-ilmu kedokteran yang telah dipelajari ke dalam sebuah penelitian. 1.4.3
Dengan terwujudnya hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran serta referensi bagi para peneliti berikutnya.