Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular menjadi masalah kesehatan yang utama dalam masyarakat


pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia. Gagal
jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskular yang terus
meningkat insiden dan prevalensinya. Setengah dari pasien yang terdiagnosis gagal
jantung masih mempunyai harapan untuk hidup selama 5 tahun. Namun sekitar
250,000 pasien meninggal oleh sebab gagal jantung baik langsung maupun tidak
langsung setiap tahunnya, dan angka tersebut telah meningkat 6 kali dalam 40 tahun
terakhir. Risiko kematian dari penyakit gagal jantung setiap tahunnya sebesar 5-10%,
pada pasien dengan gejala ringan akan meningkat hingga 3040% hingga
berlanjutnya penyakit (Joesof, 2007).
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
meupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung. Insiden
gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,33,7% penderita pertahun. Kejadian
gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan karena semakin bertambahnya
usia harapan hidup dan perbaikan harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi
jantung (Mariyono H, 2007).
Kualitas dan kelangsungan hidup penderita gagal jantung kongestif sangat
dipengaruhi oleh diagnosis dan penatalaksnaan yang tepat. Oleh karena itu, prognosis
pada penderita gagal jantung kongestif bervariasi pada tiap penderita. Berdasarkan
salah satu penelitian, angka kematian akibat gagal jantung adalah sekitar 10% dalam
1 tahun. Sumber lain mengatakan bahwa setengah dari pasien gagal jantung kongestif
meninggal dalam waktu 4 tahun setelah didiagnosis dan terdapat lebih dari 50%
penderita gagal jantung meninggal dalam tahun pertama (Nidya W, 2008).

Di Indonesia, data-data mengenai gagal jantung secara nasional masih belum


ada. Namun, Data dan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menyebutkan bahwa
penyakit jantung masih merupakan penyebab utama dari kematian terbanyak pasien
di rumah sakit Indonesia (Mario, 2010). Sebagai gambaran, di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2006 di ruang rawat jalan dan inap didapatkan
3,23% kasus gagal jantung dari total 11,711 pasien (Irawan, 2007).
Salah satu faktor yang mengakibatkan peningkatan mortalitas pada pasien
gagal jantung adalah hiperglikemia. Hiperglikemia adalah peningkatan kadar glukosa
darah melebihi kadar normal. Kadar glukosa darah normal menurut Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia adalah 100-199 mg/dl bila diperiksa melalui vena dan 90199 mg/dl bila diperiksa melalui kapiler, sedangkan menurut kelompok American
Heart Association yang dianggap kadar glukosa darah normal adalah 70-300 mg/dl.
Hiperglikemia yang terjadi pada keadaan kritis adalah suatu stres hiperglikemia.
Dari satu studi terbesar di Israel tahun 2003, para peneliti menganalisis data
pasien yang dirawat inap untuk gagal jantung, kadar glukosa darah yang tinggi
mempunyai angka kematian dua kali ganda dibanding kadar glukosa tingkat terendah.
Hasil yang didapatkan adalah setiap peningkatan 18mg/dl kadar glukosa darah
dikaitkan dengan peningkatan 31% dalam risiko kematian di rumah sakit (Barsheshet
A, 2006).
Hiperglikemia pada penyakit jantung tidak hanya pada pasien diabetik tetapi
juga non diabetik. Sebagai satu tanda klinik tersendiri hiperglikemia yang terinduksi
oleh stres tersebut dibedakan dengan diabetes melitus yang tidak terdiagnostik (Dewi
R,2003). Menurut Kalathil D, 2008 kadar glukosa darah juga secara signifikan terkait
dengan risiko terjadinya atrial fibrilatian yang akan mengakibatkan atrimia jantung.
Hal ini juga dapat dilihat dari studi Framingham, lebih dari satu dekad yang lalu
ditemukan tingkat glukosa lebih penting dari diagnosis diabetes mellitus. Oleh karena

itu, peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hiperglikemia


terhadap mortalitas pasien gagal jantung periode Juli sampai Desember di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan ataupun masalah yang dapat
dirumuskan adalah bagaimanakah pengaruh hiperglikemia terhadap mortalitas
pada pasien gagal jantung kongestif di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik (RSUPHAM) Medan dalam jangka masa 3 bulan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum


Untuk mengetahui pengaruh hiperglikemia terhadap mortalitas pasien gagal
jantung kongestif.

1.3.2 Tujuan khusus


a) Untuk memperoleh dan mengetahui data hiperglikemia pada pasien gagal
jantung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan.
b) Mengkaji prevalensi hiperglikemia pasien dengan atau tanpa riwayat
diabetes terhadap mortalitas pasien gagal jantung kongestif.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1

Penelitian ini dapat membantu masyarakat meningkatkan pengetahuan


bahawa hiperglikemia terkaitnya dengan mortalitas pasien gagal

jantung kongestif sehingga membantu untuk mulai kontrol kadar


glukosa darah dari awal.
1.4.2

Sebagai

masukan

kepada

peneliti

agar

dapat

memperoleh

pengetahuan dan pengalaman membuat suatu penelitian, serta


mengaplikasikan ilmu-ilmu kedokteran yang telah dipelajari ke dalam
sebuah penelitian.
1.4.3

Dengan terwujudnya hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi


sumbangan pemikiran serta referensi bagi para peneliti berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai